Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KADAR AIR GABAH TERHADAP MUTU FISIK BERAS GILING

Wijaya
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai kadar air gabah terhadap
komponen mutu fisik beras yang dihasilkan saat penggilingan.
Percobaan dilaksanakan di Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Kota Cirebon, pada bulan
Juni 2005. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah gabah dari hasil panen padi
Kultivar Ciherang dengan kadar air sesuai perlakuan (18 %, 16 %, 14 %, 12 %, 10 % dan 8 %),
tampah tempat menjemur gabah, kantong plastik, kertas label dan alat tulis. Alat-alat yang akan
digunakan meliputi penggilingan beras Mini Rice Mill 3 in 1, moisture tester dan timbangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan. Rancangan percobaan yang
diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap. Faktor yang diteliti yaitu kadar air gabah saat
penggilingan yang terdiri dari 6 taraf atau perlakuan, yaitu : (1) k1 = kadar air 8 %, (2) k2 = kadar air
10 %, (3) k3 = kadar air 12 %, (4) k4 = kadar air 14 %, (5) k5 = kadar air 16 %, dan (6) k6 = kadar air
18 %. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Persentase butir patah dan butir menir secara
bersama-sama dipengaruhi oleh perbedaan kadar air gabah saat digiling. Persentase butir patah
minimum sebesar 5,96 % diperoleh pada kadar air gabah 13,5 %, sedangkan persentase butir menir
minimum sebesar 1,36 % diperoleh pada perlakuan 12,7 %, (2) Persentase butir utuh, butir patah besar
dan butir kepala secara bersama-sama dipengaruhi oleh perbedaan kadar air gabah saat digiling.
Persentase butir utuh maksimum sebesar 77,78 % diperoleh pada kadar air gabah 13,3 %, persentase
butir patah besar maksimum sebesar 6,36 % diperoleh pada kadar air gabah 13,2 %, sedangkan
persentase butir kepala maksimum sebesar 84,13 % diperoleh pada perlakuan 13,2 %, dan (3) Kadar
air gabah yang lebih rendah atau lebih tinggi dari 13,2 % akan menurunkan hasil beras kepala.

PENDAHULUAN kuantitas dan kualitas gabah (beras), juga


ditujukan untuk menekan kehilangan hasil baik
Tanaman padi (Oryza sativa L.)
akibat pengaruh musim yang kurang
merupakan komoditas yang sangat penting di
menguntungkan maupun akibat serangan
Indonesia, karena beras merupakan makanan
organisme pengganggu tanaman serta
pokok hampir sebagian besar rakyat Indonesia.
penggunaan sarana produksi yang tidak
Sejalan dengan pertambahan penduduk, yaitu
optimal. Upaya ini dilakukan dengan
sekitar 2% per tahun, maka kebutuhan akan
menerapkan teknologi budidaya yang
beras meningkat dari tahun ke tahun. Oleh
terangkum dalam 10 unsur paket teknologi
karena itu Pemerintah terus berupaya untuk
secara benar.
meningkatkan produksi padi dari tahun ke
Penanganan pada saat panen dengan
tahun (Suparyono dan Agus Setyono, 1993).
tujuan untuk menekan kehilangan hasil dan
Selain untuk memenuhi kecukupan pangan
meningkatkan kualitas hasil, dilakukan melalui
(beras), peningkatan hasil padi terkait erat
pemanenan pada waktu, cara serta penggunaan
dengan upaya peningkatan pendapatan petani
alat yang tepat. Kehilangan pasca panen padi
dan pemerataan kesempatan kerja. Peningkatan
dapat digolongkan kedalam kehilangan
tidak hanya ditekankan kepada aspek kuantitas,
kuantitatif dan kehilangan kualitatif.
tetapi dibarengi dengan peningkatan terhadap
Kehilangan kuantitatif berupa susut padi (beras)
kualitas beras yang dihasilkan.
selama proses pasca panen karena rontok,
Peningkatan kuantitas dan kualitas beras
tercecer, serangan hama dan rusak akibat
dapat dilakukan melalui perbaikan penanganan
penanganan yang kurang tepat, terjadi pada
pada saat pra panen, panen dan pasca panen
setiap tahap. Dalam proses pemberasan,
secara terintegrasi. Penanganan pada saat pra
kehilangan ini tercermin dari penurunan
panen selain bertujuan untuk meningkatkan
rendemen beras.
1
Kehilangan kualitatif, berupa penurunan ditunjukkan oleh tingginya butir pecah, butir
mutu karena terjadi kerusakan maupun kuning, butir rusak serta turunnya rendemen.
kontaminasi benda asing, juga terjadi pada Proses pengeringan di pedesaan umumnya
setaip tahap proses pemberasan. Susut masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu
kualitatif, berupa mutu gabah dan beras yang penjemuran di bawah panas matahari dengan
rendah, lebih terasa langsung oleh konsumen, alas tikar/terpal/plastik di halaman atau tanggul
pedagang maupun produsen dibanding dengan saluran/jalan. Selama penjemuran gabah
susut kuantitatif, namun demikian angka dibiarkan di lapangan sedang bila turun hujan
tersebut belum banyak diungkapkan. atau malam hari cukup ditutupi karung atau
Menurut Soemardi dan Ridwan Thahir plastik (Mochammad Ismail dan Endro Wahyu
(1991), mutu giling beras merupakan faktor Tjahjono, 2001). Selanjutnya Soemardi (1982),
penting yang menentukan klasifikasi mutu menyatakan bahwa pengeringan gabah dengan
beras. Mutu giling mencakup berbagai kriteria, penjemuran menyebabkan kadar beras pacah
yaitu rendemen beras giling, rendemen beras dan susut bobot lebih tinggi dibandingkan
kepala, persentase beras pecah dan derajat penjemuran dengan mesin pengering.
sosoh beras. Mutu beras, rendemen, mutu gabah Soemardi dan Ridwan Thahir (1991)
dan kehilangan bobot saling berkaitan selam mengemukakan bahwa, dalam proses
proses pemberasan. Mutu beras ditentukan oleh penggilingan gabah, rendahnya rendemen dan
mutu gabah sewaktu digiling, derajat sosoh dan tingginya kadar beras pecah masih menjadi
kondisi penggilingan serta sifat varietas. masalah di Indonesia. Hal ini antara lain
Sedangkan mutu gabah kering giling ditentukan disebabkan karena kondisi mutu gabah yang
mutu gabah kering panen serta proses kurang optimal. Mutu gabah saat digiling
pengeringan dan penyimpanan. Rendemen dan terutama ditentukan oleh kadar air gabah. Pada
mutu beras hasil giling akan rendah jika mutu kadar air yang tinggi, gabah relatif lunak dan
gabah rendah. akan diperlukan energi yang lebih banyak untuk
Berbagai upaya yang dilakukan pada saat menghasilkan beras pecah kulit, serta tingginya
pra panen dan panen untuk meningkatkan beras patah saat penyosohan. Sebaliknya kadar
kuantitas dan kualitas hasil padi (beras), akan air gabah yang terlalu rendah menyebabkan
kurang bermakna jika tidak diikuti oleh banyaknya gabah yang retak, sehingga
pengamanan hasil panen melalui penerapan meningkatkan jumlah beras patah saat
teknologi pascapanen. Teknologi pascapanen penggilingan. Dengan demikian, tinggi
yang tepat dapat mengamankan hasil panen dan rendahnya kadar air dalam gabah saat digiling
mengolah hasil menjadi komoditas bermutu, akan mempengaruhi mutu beras yang
siap dikonsumsi dan dapat meningkatkan dihasilkan. Selanjutnya mutu beras akan
dayaguna hasil (Soemardi dan Ridwan Thahir, menentukan nilai jual kepada konsumen.
1991). Berdasarkan uraian di atas tentang
Kegiatan pada pascapanen padi terdiri pentingnya penentuan kadar air gabah yang
dari rangkaian kegiatan yang dimulai dengan tepat pada saat penggilingan, sehingga
kegiatan perontokan gabah dari malainya, diperoleh mutu fisik beras yang tinggi, maka
pembersihan, pengangkutan, pengeringan, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
pengemasan, penyimpanan, penggilingan, berbagai kadar air gabah terhadap mutu fisik
distribusi sampai pemasaran baik dalam bentuk beras yang dihasilkan saat penggilingan.
gabah kering maupun beras. Untuk keperluan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
penyimpanan dan penggilingan, gabah perlu mengetahui pengaruh berbagai kadar air gabah
pengeringan untuk menurunkan kadar airnya. terhadap komponen mutu fisik beras yang
Di Indonesia, pengeringan gabah dengan dihasilkan saat penggilingan.
penjemuran langsung dengan sinar matahari
masih umum dilakukan oleh sebagian besar METODE PENELITIAN
petani, KUD dan swasta.
Penelitian dilaksanakan di beberapa
Pengeringan merupakan salah satu tahap
tempat yaitu (1) di rumah, untuk melakukan
kegiatan dalam penanganan pascapanen padi
pengeringan gabah, pengukuran kadar air
yang sangat menentukan mutu beras.
gabah, pemisahan komponen beras, analisis
Keterlambatan atau proses pengeringan yang
data dan penyusunan tesis, (2) Gudang Badan
tidak sempurna dari gabah hasil panen akan
Urusan Logistik (Bulog) Kota Cirebon, untuk
menyebabkan turunnya mutu beras giling yang

2
melakukan proses penggilingan serta Pengamatan yang dilakukan meliputi
penimbangan gabah, beras pecah kulit dan pengamatan penunjang dan pengamatan utama.
sekam, dan (3) Fakultas Pertanian Unswagatai Pengamatan penunjang hanya dilakukan
Cirebon, untuk melakukan penimbangan terhadap rendemen beras giling. Pengamatan
komponen beras giling. Waktu Penelitian utama terhadap mutu fisik beras giling yang
dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan meliputi :
Juni sampai Agustus 2005. (1) Persentase Menir, yaitu persentase beras
Bahan-bahan yang digunakan dalam pecah berukuran sama atau kurang dari
percobaan ini adalah gabah dari hasil panen 2/10 ukuran beras utuh.
padi Kultivar Ciherang dengan kadar air sesuai (2) Persentase Butir Patah, yaitu persentase
perlakuan (18 %, 16 %, 14 %, 12 %, 10 % dan beras pecah dengan ukuran panjang lebih
8 %), tampah tempat menjemur gabah, kantong kecil dari 6/10 tetapi lebih besar dari 2/10
plastik, kertas label dan alat tulis. Alat-alat beras utuh.
yang akan digunakan meliputi penggilingan (4) Persentase Butir Patah Besar, yaitu
beras Mini Rice Mill 3 in 1, alat pengukur persentase beras pecah dengan ukuran
kadar air (moisture tester) dan timbangan. panjang sama atau lebih besar dari 6/10
Metode penelitian yang digunakan adalah tetapi kurang dari 10/10 beras utuh.
metode percobaan. Rancangan percobaan yang (5) Persentase Butir Utuh.
diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap. (6) Persentase Butir Kepala, yaitu persentase
Faktor yang diteliti yaitu kadar air gabah saat dari butir utuh dan butir patah besar.
penggilingan yang terdiri dari 6 taraf atau Analisis hasil pengamatan dilakukan
perlakuan, yaitu : dengan menggunakan :
k1 = kadar air 8 % Analisis Ragam Multivariat, digunakan untuk
k2 = kadar air 10 % mengetahui pengaruh perlakuan kadar air
k3 = kadar air 12 % terhadap variabel respon yang diamati. Analisis
k4 = kadar air 14 % ini dilakukan terhadap pengamatan utama.
k5 = kadar air 16 % Analisis ragam multivariate didasarkan pada
k6 = kadar air 18 % model linear sebagai berikut (Vincent Gaspersz,
Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. 1991) :
Pelaksanaan percobaan terdiri dari Yij1 = μ + ti + εij
tahapan kegiatan : persiapan bahan dan alat Yij2 = μ + ti + εij
percobaan, pengeringan gabah secara alami, Yij3 = μ + ti + εij
penggilingan gabah dengan kadar air sesuai Yij4 = μ + ti + εij
perlakuan, dan penimbangan komponen Yij5 = μ + ti + εij
kualitas beras giling. dimana :
Bahan yang diperlukan yaitu gabah Yij = Hasil pengamatan
kering panen dari kultivar Ciherang yang μ = Rata-rata umum
berumur 110 hari setelah tanam. Untuk setiap ti = Pengaruh perlakuan kadar air ke-i pada
perlakuan kadar air, digunakan gabah sebanyak ulangan ke-j
1,5 kg yang telah ditampih (dibersihkan dari εij = Pengaruh galat percobaan
kotoran). Gabah yang telah bersih dari kotoran, Untuk mengetahui pengaruh perlakuan
ditaruh dalam wadah tampah untuk kemudian kadar air terhadap seluruh variabel respon yang
dikeringkan dengan menggunakan panas diuji digunakan statistik Lambda (λ ) Wilks
matahari sebagai energi pengeringan. Tinggi dengan formula :
gabah saat pengeringan yaitu 1,5 cm. Setelah Determinan Matriks Galat
dicapai kadar air sesuai perlakuan, gabah λ =
digiling. Determinan Matriks Total
Selama proses penggilingan gabah untuk Nilai λ dibandingkan dengan nilai
menghasilkan beras, dilakukan pemisahan pembanding U-tabel
terhadap komponen pecah kulit dan sekam, Kaidah Pengujian :
dedak, butir utuh, butir besar, butir patah, 1. Jika λ < U(α ; P ; dbP ; dbG) maka terdapat
menir, butir hijau dan butir gabah. Komponen pengaruh yang nyata dari perlakuan yang
beras tersebut kemudian ditimbang dan diuji terhadap seluruh variabel respon.
dipersentasekan terhadap bobot beras pecah
kulit sebelum disosoh.

3
2. Jika λ ≥ U(α ; P ; dbP ; dbG) maka tidak terdapat b1, b2 = Koefisien regresi
pengaruh yang nyata dari perlakuan yang X = Variabel independen (kadar air)
diuji terhadap seluruh variabel respon. Nilai b0, b1 dan b2 beserta pengujiannya,
dimana : ditentukan dengan Metode Kuadrat Terkecil
α = Taraf Nyata (α = 0,05) menggunakan bantuan program statistik SPSS
P = Banyaknya variabel respon 10,0. Nilai Ŷ maksimum/minimum diperoleh
dbP = Derajat bebas perlakuan pada nilai X yang memenuhi dy/dx = 0.
dbG = Derajat bebas galat percobaan
Apabila dari hasil pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan statistik λ–Wilks menunjukkan A. Pengamatan Penunjang
adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan
yang diuji, maka pengujian dilanjutkan dengan Rendemen Beras Giling
menggunakan statistik T2–Hotelling untuk Rendemen beras giling merupakan
mengetahui perbedaan nilai rata-rata variabel persentase beras (butir utuh, butir patah besar
respon. dan butir patah) yang dihasilkan dari 100 gram
( ∑ Ci Yi )‫ ׀‬S−1 ( ∑ Ci Yi ) bobot gabah yang digiling. Oleh karena itu,
2
T –Hotelling = tinggi rendahnya rendemen beras giling
∑ ni Ci2 dipengaruhi ketiga komponen butir beras
tersebut. Komponen butir beras yang paling
dimana : besar pengaruhnya adalah bobot butir kepala
Ci = Koefisien Ortogonal ke-i (bobot butir utuh dan butir patah besar).
Yi = Jumlah Nilai Respon ke-i Apabila dikaitkan dengan preferensi
S−1 = Invers Matriks Peragam Galat konsumen (juga sangat menentukan besarnya
ni = Banyaknya Ulangan harga jual), beras yang tidak mengandung butir
Nilai T2–Hotelling dibandingkan dengan patah lebih disukai daripada beras yang masih
nilai T2–Tabel yaitu T2(α, p, dbG), α = taraf nyata, p mengandung komponen butir patah. Bahkan
= banyaknya variabel respon yang pada perusahaan penggilingan beras yang
diperbandingkan, dan dbG = derajat bebas cukup besar, telah dilakukan pemisahan butir
galat. Apabila dari hasil pengujian nilai T2 > utuh dari butir patah besar dan butir patah.
T2(α, p, dbG), maka rata-rata variabel respon Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menunjukkan perbedaan yang nyata, sebaliknya besarnya rata-rata rendemen beras giling
apabila nilai T2 ≤ T2(α, p, dbG), maka maka rata- berkisar dari 60,33 % sampai 67,11 %. Rata-
rata variabel respon tidak menunjukkan rata rendemen beras giling mengalami
perbedaan yang nyata. peningkatan dari perlakuan k1 (kadar air gabah
Analisis Regresi, digunakan untuk mengetahui 8 %) ke k2 (kadar air gabah 10 %), kemudian
bentuk/model hubungan antara perlakuan relatif mendatar sampai ke k4 (kadar air gabah
(kadar air gabah) dengan variabel respon yang 14 %). Dari perlakuan k4 (kadar air gabah 14
diamati. Sebelum menggunakan model regresi %) mengalami penurunan sampai pada
tertentu, terlebih dahulu dilakukan Estimasi perlakuan k6 (kadar air gabah 18 %). Keadaan
Kurva untuk mengetahui model regresi apa ini memberikan pengertian, bahwa melalui
yang cocok. Model Regresi yang diperoleh dari kegiatan pengeringan (penurunan kadar air
hasil estimasi kurva tersebut, digunakan untuk gabah dari semenjak panen) sampai suatu batas
menduga besarnya kadar air yang optimum, tertentu akan dicapai rendemen beras giling
sehingga diperoleh komponen mutu beras yang tertinggi.
(beras kepala) yang paling baik. Model penduga Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji
regresi yang dibangun yaitu : perbandingan nilai rata-rata seperti disajikan
Regresi Kuadratik Ŷ = b0 + b1 X + b2 X2. pada Tabel 2, dapat dikemukakan bahwa rata-
dimana : rata rendemen beras giling menunjukkan
Ŷ = Regresi penduga bagi populasi adanya perbedaan yang nyata.
b0 = Intersep

4
Tabel 2. Hasil Uji Perbandingan Rata-rata Rendemen Beras Giling Menggunakan Uji LSR5%.

No Perlakuan Rata-rata Rendemen Beras (%)


1 k1 (Kadar Air Gabah 8 %) 64,96 c
2 k2 (Kadar Air Gabah 10 %) 67,11 d
3 k3 (Kadar Air Gabah 12 %) 67,09 d
4 k4 (Kadar Air Gabah 14 %) 66,71 d
5 k5 (Kadar Air Gabah 16 %) 62,25 b
6 k6 (Kadar Air Gabah 18 %) 60,33 a

Rendemen beras giling terendah penelitian, diperoleh rata-rata banyaknya butir


diperoleh pada perlakuan k6 (kadar air gabah 18 patah berkisar dari 3,40 % sampai 27,80 %,
%) yaitu sebesar 60,33 %, kemudian meningkat sedangkan butir menir berkisar dari 0,82 %
ke perlakuan k5 (kadar air gabah 16 %) dan k1 sampai 5,57 %.
(kadar air gabah 8 %). Perlakuan k2 (kadar air Keputusan Bersama Direktur Jenderal
gabah 10 %), k3 (kadar air gabah 12 %) dan k4 Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
(kadar air gabah 14 %) mempunyai rendemen Pertanian Departemen Pertanian dengan Badan
beras giling yang tidak berbeda nyata. Urusan Logistik (2003), tentang persyaratan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan mutu fisik beras giling, menyebutkan bahwa
oleh Balai Penelitian Pascapanen Pertanian banyaknya butir patah maksimal 20 %
(2003), terhadap 25 unit mesin rice milling unit sedangkan butir menir maksimal 2 %.
(RMU) komersial menunjukkan bahwa Berdasarkan keputusan tersebut, maka
besarnya rendemen beras giling berkisar dari perlakuan k1 (kadar air gabah 8 %) dan k6
64,12 % sampai 67,92 %. Selanjutnya hasil (kadar air gabah 18 %) yang tidak memenuhi
survai yang dlakukan oleh Agus Setyono dkk. kriteria persyaratan mutu fisik beras giling.
(2003) terhadap beberapa pabrik penggilingan Hasil analisis ragam multivariat dengan
beras diperoleh data bahwa rata-rata besarnya menggunakan statistik lambda (λ) Wilks
rendemen beras giling untuk kultivar Ciherang menunjukkan bahwa perlakuan kadar air gabah
sebesar 66,98 %. memberikan pengaruh yang nyata terhadap
Sebagaimana telah dikemukakan rata-rata persentase butir patah dan butir menir.
sebelumnya, bahwa tinggi rendahnya rendemen Hasil analisis ragam dan uji perbandingan rata-
beras giling sangat ditentukan oleh tinggi rata selengkapnya disajikan pada Tabel 3.
rendahnya komponen beras kepala. Semakin Dari hasil analisis ragam multivariat
meningkat bobot butir kepala, maka akan diperoleh nilai λ = 0,005, lebih kecil bila
semakin meningkat pula rendemen beras dibandingkan dengan nilai tabel U(0,05 ; 2 ; 1 ; 22) =
gilingnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 0,762. Dengan demikian disimpulkan, bahwa
pada perlakuan k2 (kadar air gabah 10 %), k3 persentase butir patah dan butir menir secara
(kadar air gabah 12 %) dan k4 (kadar air gabah bersama-sama dipengaruhi oleh perlakuan
14 %) mempunyai bobot butir kepala yang kadar air.
lebih tinggi dibandingkan perlakuan k1 (kadar Untuk menguji ada tidaknya perbedaan
air gabah 8 %), k5 (kadar air gabah 16 %) dan diantara nilai rata-rata respon dari perlakuan
k6 (kadar air gabah 18 %). yang diuji, digunakan uji lanjut T2−Hotelling.
Dari hasil analisis diperoleh nilai T2 untuk
B. Pengamatan Utama seluruh pembanding (Oi) lebih besar dari nilai
tabel T2(0,05 ; p ; dbG) = 7,264. Dengan demikian
(1) Persentase Butir Patah dan Menir dapat disimpulkan bahwa antara perlakuan k1
(a) Analisis Ragam Multivariat (kadar air gabah 8 %), k2 (kadar air gabah 10
Banyaknya butir patah dan menir %), k3 (kadar air gabah 12 %), k4 (kadar air
didalam beras giling sangat menentukan mutu gabah 14 %), k5 (kadar air gabah 16 %) dan k6
fisik beras giling. Semakin tinggi persentase (kadar air gabah 18 %) saling berbeda secara
butir patah dan menir, akan semakin signifikan.
menurunkan mutu fisik beras giling. Dari hasil

5
Tabel 3. Hasil Analisis Ragam Multivariat dan Uji Perbandingan Rata-rata Persentase Butir Patah
dan Butir Menir.

A. Analisis Ragam Multivariat (λ −Wilks) :


Pengamatan : λ −Wilks U(0,05 ; 2 ; 1 ; 22)
1 Butir Patah (%) 0,005 0,762
2 Butir Menir (%) 0,005 0,762
B. Uji Perbandingan Rata-rata (T2−Hotelling) :
Nilai rata-rata Perlakuan : Butir Patah (%) Butir Menir (%)
1 k1 (Kadar Air Gabah 8 %) 27,80 5,57
2 k2 (Kadar Air Gabah 10 %) 18,09 1,82
3 k3 (Kadar Air Gabah 12 %) 6,60 1,51
4 k4 (Kadar Air Gabah 14 %) 3,40 0,82
5 k5 (Kadar Air Gabah 16 %) 13,51 5,04
6 k6 (Kadar Air Gabah 18 %) 20,04 5,08
2 2
Pembanding T −Hotelling T (0,05 ; p ; dbG)
1 O1 (k1 dengan k2, k3, k4, k5, k6) 464,541 7,264
2 O2 (k2 dengan k3, k4, k5, k6) 94,874 7,264
3 O3 (k3 dengan k4, k5, k6) 82,088 7,264
4 O4 (k4 dengan k5, k6) 355,937 7,264
5 O5 (k5 dengan k6) 43,109 7,264

Apabila dilihat dari gabungan nilai rata- gabah yang tinggi, gabah relatif lebih lunak dan
rata butir patah dan butir menir, maka pada kelekatan yang relatif lebih tinggi antara sekam
perlakuan k4 (kadar air gabah 14 %) diperoleh dan endosperm, mempunyai potensi
butir patah dan butir menir yang paling rendah, meningkatkan banyaknya butir patah dan butir
masing-masing sebesar 3,40 % dan 0,82 %. menir. Menurut Soemardi dan Ridwan Thahir
Sebaliknya pada perlakuan k1 (kadar air gabah (1991), kadar air gabah sekitar 14 % merupakan
8 %) diperoleh butir patah dan butir menir yang kadar air optimal untuk digiling, karena
paling tinggi, masing-masing sebesar 27,80 % menghasilkan beras pecah paling sedikit
dan 5,57 %. dibandingkan kadar air gabah lebih tinggi
Berdasarkan Tabel 3 juga dapat maupun lebih rendah dari 14 %.
dikemukakan bahwa pada perlakuan kadar air
gabah yang lebih rendah dari 14 % maupun (b) Analisis Regresi
lebih tinggi dari 14 %, akan diperoleh rata-rata Untuk mengetahui model atau bentuk
butir patah dan butir menir yang semakin hubungan antara perlakuan kadar air gabah
banyak. Hal ini disebabkan karena pada kadar dengan persentase butir patah dan butir menir,
air gabah yang rendah, selama proses digunakan analisis regresi. Berdasarkan hasil
penurunan kadar air (pengeringan) akan estimasi kurva dengan menggunakan program
semakin meningkatkan banyaknya butir beras SPSS 10,0, diperoleh model hubungan
didalam sekam yang retak. Didalam proses kuadratik yang paling cocok untuk
penggilingan (pengupasan dan penyosohan), menggambarkan bentuk hubungan antar
butir beras yang retak tersebut cenderung variabel tersebut sebagaimana disajikan pada
menjadi patah. Sebaliknya pada kadar air Tabel 4.

6
Tabel 4. Estimasi Kurva Persentase Butir Patah dan Butir Menir

No Model R2 F Sig. b0 b1 b2 b3
Butir Patah :
1 Linear 0,106 2,62 0,120 25,253 -0,796
2 Kuadratik 0,908 104,17 0,000 142,972 -20,250 0,748
3 Kubik 0,908 104,17 0,000 142,972 -20,250 0,748
Butir Menir :
1 Linear 0,024 0,54 0,469 2,091 0,093
2 Kuadratik 0,669 21,26 0,000 28,096 -4,204 0,165
3 Kubik 0,631 17,98 0,000 19,325 -2,069 0,004

Hasil analisis dengan Program SPSS 10,0 b2 yang positif menggambarkan bahwa kurva
diperoleh model regresi kuadratik untuk kedua regresi tersebut berbentuk parabola
persentase butir patah yaitu Y4 = 142,972 – cekung keatas. Selanjutnya untuk mengetahui
20,250 X + 0,748 X2, sedangkan untuk butir signifikansi dari koefisien regresi, dilakukan
menir yaitu Y5 = 28,096 – 4,204 X + 0,165 X2 pengujian secara parsial terhadap koefisien
dimana X = kadar air gabah, Y4 = persentase regresi terbut dengan statistik t-student. Hasil
butir patah dan Y5 = persentase butir menir. pengujian koefisien regresi untuk variabel
Pada model regresi kuadratik untuk butir patah respon persentase butir patah dan butir menir,
dan butir menir diperoleh koefisien regresi b2 disajikan pada Tabel 5.
masig-masing bernilai positif. Nilai koefisien

Tabel 5. Hasil Pengujian Koefisien Regresi Variabel Persentase Butir Patah dan Butir Menir

No Koefisien Nilai t Sig. R2 F Sig


1 Butir Patah
b0 142,972 15,981 0,000 0,908 104,168 0,000
b1 −20,250 −14,029 0,000
b2 0,748 13,562 0,000
2 Butir Menir
b0 28,096 6,712 0,000 0,669 21,265 0,000
b1 −4,204 −6,225 0,000
b2 0,165 6,403 0,000

Pada Tabel 5 dapat dilihat, untuk butir uji-t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000
patah diperoleh nilai R2 = 0,908 dan nilai F = (bersifat sangat nyata).
104,168 dengan signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan hasil pengujian terhadap
Angka ini menggambarkan bahwa persentase koefisien regresi seperti disajikan pada Tabel 5
butir patah sangat dipengaruhi oleh kadar air tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model
gabah (sebesar 90,8 % variasi nilai persentase regresi kuadratik untuk persentase butir patah
butir patah dipengaruhi oleh perbedaan kadar yaitu Y4 = 142,972 – 20,250 X + 0,748 X2, dan
air gabah). untuk butir menir yaitu Y5 = 28,096 – 4,204 X
Hasil pengujian terhadap koefisien + 0,165 X2 dapat digunakan untuk peramalan
regresi dengan uji-t diperoleh nilai signifikansi atau keperluan interpolasi besarnya persentase
sebesar 0,000 (bersifat sangat nyata). Pada butir butir patah dan butir menir pada suatu kadar air
menir diperoleh nilai R2 = 0,669 dan nilai F = gabah tertentu.
21,265 dengan signifikansi sebesar 0,000. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa
Pengujian terhadap koefisien regresi dengan koefisien regresi b2 pada variabel persentase
butir patah maupun butir menir bernilai positif.

7
Nilai koefisien b2 yang positif menggambarkan Nilai minimum suatu fungsi Y terhadap
bahwa kurva kedua regresi tersebut berbentuk X diperoleh jika nilai dY/dX = 0. Nilai
parabola cekung keatas. Dengan demikian, akan minimum untuk fungsi kuadrat bagi persentase
ada sebuah nilai minimum (persentase butir butir patah Y4 = 142,972 – 20,250 X + 0,748
patah dan butir menir) pada suatu kadar air X2, dan untuk butir menir yaitu Y5 = 28,096 –
gabah tertentu. 4,204 X + 0,165 X2 disajikan Pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Minimum Persentase Butir Patah dan Butir Menir

No Variabel Respon dY / dX Nilai Min. (%) KA gabah (%)


1 Butir Patah – 20,250 + 1,496 X 5,96 13,5
2 Butir Menir – 4,204 + 0,330 X 1,36 12,7

Tabel 5 memperlihatkan bahwa untuk didalam beras giling sangat menentukan mutu
memperoleh butir patah yang minimum fisik beras giling. Semakin tinggi persentase
diperlukan kadar air gabah sebesar 13,5 %. butir kepala, akan semakin meningkat mutu
Persentase butir patah diperoleh pada kadar air fisik beras giling. Dari hasil penelitian
gabah 13,5 % yaitu sebesar 5,96 %. Apabila diperoleh rata-rata banyaknya butir utuh
kadar air gabah lebih rendah atau lebih tinggi berkisar dari 55,19 % sampai 80,90 %, rata-rata
dari 13,5 % akan diperoleh persentase butir butir patah besar berkisar dari 2,78 % sampai
patah yang lebih tinggi dari 5,96 %. Persentase 6,95 %, dan rata-rata butir kepala berkisar dari
butir menir minimum diproleh pada kadar air 57,96 % sampai 87,39 %.
gabah sebesar 12,7 %. Persentase butir menir Keputusan Bersama Direktur Jenderal
diperoleh pada kadar air gabah 12,7 % yaitu Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
sebesar 1,36 %. Apabila kadar air gabah lebih Pertanian Departemen Pertanian dengan Badan
rendah atau lebih tinggi dari 12,7 % akan Urusan Logistik (2003), tentang persyaratan
diperoleh persentase butir menir yang lebih mutu fisik beras giling, menyebutkan bahwa
tinggi dari 1,36 %. banyaknya butir utuh minimal 35 % sedangkan
Berdasarkan perhitungan diferensial butir kepala minimal 78 %. Berdasarkan
terhadap regresi kuadratik persentase butir keputusan tersebut, maka hanya perlakuan k3
patah dan butir menir seperti pada Tabel 5 , (kadar air gabah 12 %) dan k4 (kadar air gabah
maka dapat dikemukakan bahwa untuk 14 %) yang memenuhi kriteria persyaratan
memperoleh persentase butir patah dan butir mutu fisik beras giling. Hasil analisis ragam
menir yang minimum diperlukan kadar air multivariat dengan menggunakan statistik
gabah berkisar dari 12,7 % sampai 13,5 %. lambda (λ) Wilks menunjukkan bahwa
perlakuan kadar air gabah memberikan
(2) Persentase Butir Utuh, Butir Patah pengaruh yang nyata terhadap rata-rata
Besar dan Butir Kepala persentase butir utuh, butir patah besar dan
butir kepala. Hasil analisis ragam dan uji
(a) Analisis Ragam Multivariat perbandingan rata-rata selengkapnya disajikan
Persentase butir kepala merupakan hasil pada Tabel 6.
penjumlahan daru butir utuh dan butir patah
besar. Tinggi rendahnya persentase butir kepala

8
Tabel 6. Hasil Analisis Ragam Multivariat dan Uji Perbandingan Rata-rata Persentase
Butir Utuh, Butir Patah Besar dan Butir Kepala.

A. Analisis Ragam Multivariat (λ −Wilks) :


Pengamatan : λ −Wilks U(0,05 ; 3 ; 2 ; 21)
1 Butir Utuh (%) 0,03189 0,5321
2 Butir Patah Besar (%) 0,03189 0,5321
3 Butir Kepala (%) 0,03189 0,5321
2
B. Uji Perbandingan Rata-rata (T −Hotelling) :
Nilai rata-rata Perlakuan : B. Utuh (%) B. Patah Bsr (%) B. Kepala (%)
1 k1 (Kadar Air Gabah 8 %) 55,19 2,78 57,96
2 k2 (Kadar Air Gabah 10 %) 67,11 4,30 71,40
3 k3 (Kadar Air Gabah 12 %) 76,51 6,95 83,46
4 k4 (Kadar Air Gabah 14 %) 80,90 6,50 87,39
5 k5 (Kadar Air Gabah 16 %) 67,73 4,39 72,11
6 k6 (Kadar Air Gabah 18 %) 59,96 3,52 63,48
2 2
Pembanding T −Hotelling T (0,05 ; p ; dbG)

1 O1 (k1 dengan k2, k3, k4, k5, k6) 422,229 10,370


2 O2 (k2 dengan k3, k4, k5, k6) 38,849 10,370
3 O3 (k3 dengan k4, k5, k6) 119,869 10,370
4 O4 (k4 dengan k5, k6) 417,010 10,370
5 O5 (k5 dengan k6) 59,458 10,370

Dari hasil analisis ragam multivariat butir kepala yang paling rendah yaitu sebesar
diperoleh nilai λ = 0,0319, lebih kecil bila 57,96 %. Hasil penelitian yang telah dilakukan
dibandingkan dengan nilai tabel U(0,05 ; 2 ; 1 ; 22) = oleh Agus Setyono dkk. (2003) terhadap
0,5321. Dengan demikian dapat disimpulkan, beberapa penggilingan beras, diperoleh data
bahwa persentase rata-rata butir utuh, butir bahwa rata-rata persentase beras kepala untuk
patah besar dan butir kepala secara bersama- kultivar Ciherang yaitu sebesar 88,32 %.
sama dipengaruhi oleh perlakuan kadar air Berdasarkan Tabel 6 juga dapat
gabah. dikemukakan bahwa pada perlakuan kadar air
Untuk menguji ada tidaknya perbedaan gabah yang lebih rendah dari 14 % maupun
diantara nilai rata-rata respon dari perlakuan lebih tinggi dari 14 %, akan diperoleh rata-rata
yang diuji, digunakan uji lanjut T2−Hotelling. butir kepala yang semakin rendah. Sebagaimana
Dari hasil analisis diperoleh nilai T2 untuk telah dikemukakan bahwa pada kadar air gabah
seluruh pembanding (Oi) lebih besar dari nilai yang rendah, selama proses penurunan kadar air
tabel T2(0,05 ; p ; dbG) = 10,370. Dengan demikian (pengeringan) akan semakin meningkatkan
dapat disimpulkan bahwa antara perlakuan k1 banyaknya butir beras dalam sekam yang retak.
(kadar air gabah 8 %), k2 (kadar air gabah 10 Didalam proses penggilingan (pengupasan dan
%), k3 (kadar air gabah 12 %), k4 (kadar air penyosohan), butir beras yang retak tersebut
gabah 14 %), k5 (kadar air gabah 16 %) dan k6 cenderung menjadi patah. Semakin banyak
(kadar air gabah 18 %) saling berbeda secara jumlah butir patah, maka akan menurunkan
signifikan. jumlah butir utuh dan butir kepala.
Apabila dilihat dari gabungan nilai rata- Menurut Food and Agriculture of
rata butir utuh dan butir patah besar atau butir Organization (2005), pada proses penggilingan
kepala, maka pada perlakuan k4 (kadar air gabah biasanya dilakukan pada kadar air sekitar
gabah 14 %) diperoleh butir kepala yang paling 14 %. Butir gabah yang basah (kadar air tinggi)
tinggi, yaitu sebesar 87,39 %. Sebaliknya pada akan menyebabkan butir beras remuk,
perlakuan k1 (kadar air gabah 8 %) diperoleh sebaliknya gabah yang sangat kering (kadar air

9
terlalu rendah) butir beras juga akan patah dan (b) Analisis Regresi
dihasilkan butir-butir menir. Berdasarkan hasil estimasi kurva dengan
Pada kadar air gabah yang tinggi, gabah menggunakan program SPSS 10,0, diperoleh
relatif lebih lunak dan kelekatan yang relatif model hubungan kuadratik yang paling cocok
lebih tinggi antara sekam dan endosperm, untuk menggambarkan bentuk hubungan antar
mempunyai potensi meningkatkan banyaknya variabel tersebut sebagaimana disajikan pada
butir patah dan butir menir. Keadaan ini juga Tabel 7.
akan menurunkan jumlah butir utuh dan butir
kepala.

Tabel 7. Estimasi Kurva Hubungan Kadar Air dengan Persentase Butir Utuh, Butir Patah Besar dan
Butir Kepala

No Model R2 F Sig. b0 b1 b2 b3
Butir Utuh:
1 Linear 0,027 0,61 0,444 62,301 0,430
2 Kuadratik 0,907 102,35 0,000 -70,242 22,334 -0,842
3 Kubik 0,907 102,35 0,000 -70,242 22,334 -0,842
Butir Patah Besar :
1 Linear 0,011 0,25 0,620 4,083 0,050
2 Kuadratik 0,749 31,38 0,000 -17,698 3,650 -0,138
3 Kubik 0,749 31,38 0,000 -17,698 3,650 -0,138
Butir Kepala :
1 Linear 0,025 0,56 0,461 66,384 0,481
2 Kuadratik 0,910 106,48 0,000 -87,939 25,983 -0,981
3 Kubik 0,910 106,48 0,000 -87,939 25,983 -0,981

Hasil analisis dengan Program SPSS 10,0 utuh, butir patah besar dan butir kepala, secara
diperoleh model regresi kuadratik untuk rinci disajikan pada Tabel 8. Pada Tabel 8 dapat
persentase butir utuh yaitu Y1 = –70,242 + dilihat, untuk butir patah diperoleh nilai R2 =
22,334 X – 0,842 X2, Untuk butir patah besar 0,907 dan nilai F = 102,352 dengan signifikansi
yaitu Y2 = –17,698 + 3,650 X – 0,138 X2 sebesar 0,000. Angka ini menggambarkan
sedangkan untuk butir kepala yaitu Y3 = – bahwa persentase butir utuh sangat dipengaruhi
87,939 + 25,983 X – 0,981 X2 dimana X = oleh kadar air gabah (sebesar 90,7 % variasi
kadar air gabah, Y1 = persentase butir utuh, Y2 nilai persentase butir utuh dipengaruhi oleh
= persentase butir patah besar dan Y3 = perbedaan kadar air gabah).
persentase butir kepala. Hasil pengujian terhadap koefisien
Pada model regresi kuadratik untuk butir regresi dengan uji-t diperoleh nilai signifikansi
utuh, butir patah besar maupun butir kepala sebesar 0,000 (bersifat sangat nyata). Pada butir
diperoleh koefisien regresi b2 masig-masing patah besar diperoleh nilai R2 = 0,749 dan nilai
bernilai negatif. Nilai koefisien b2 yang negatif F = 31,378 dengan signifikansi sebesar 0,000.
menggambarkan bahwa kurva ketiga regresi Pengujian terhadap koefisien regresi dengan
tersebut berbentuk parabola cekung ke bawah. uji-t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000
Untuk mengetahui signifikansi dari koefisien (bersifat sangat nyata). Selanjutnya pada butir
regresi dalam kaitannya dengan peramalan, kepala diperoleh nilai R2 = 0,910 dan nilai F =
perlu dilakukan pengujian secara parsial 106,478 dengan signifikansi sebesar 0,000.
terhadap koefisien regresi tersebut dengan Pengujian terhadap koefisien regresi dengan
statistik t-student. Hasil pengujian koefisien uji-t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000
regresi untuk variabel respon persentase butir (bersifat sangat nyata).

10
Tabel 8. Hasil Pengujian Koefisien Regresi Variabel Persentase Butir Utuh, Butir Patah Besar dan
Butir Kepala

No Koefisien Nilai T Sig. R2 F Sig


1 Butir Utuh
b0 −70,242 −7,247 0,000 0,907 102,352 0,000
b1 22,334 14,281 0,000 0,000
b2 −0,842 −14,094 0,000 0,000
2 Butir Patah Besar
b0 −17,698 −6,198 0,000 0,749 31,378 0,000
b1 3,650 7,921 0,000 0,000
b2 −0,138 −7,862 0,000 0,000
3 Butir Kepala
b0 −87,939 −7,957 0,000 0,910 106,478 0,000
b1 25,983 14,571 0,000 0,000
b2 −0,981 −14,392 0,000 0,000

Berdasarkan hasil pengujian terhadap pada variabel persentase butir utuh, butir patah
koefisien regresi seperti disajikan pada Tabel 15 besar maupun butir kepala bernilai negatif.
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model Nilai koefisien b2 yang negatif menggambarkan
regresi kuadratik untuk persentase butir utuh bahwa kurva ketiga regresi tersebut berbentuk
yaitu Y1 = –70,242 + 22,334 X – 0,842 X2, parabola cekung kebawah. Dengan demikian,
untuk butir patah besar yaitu Y2 = –17,698 + akan ada sebuah nilai maksimum (persentase
3,650 X – 0,138 X2 sedangkan untuk butir butir utuh, butir patah besar dan butir kepala)
kepala yaitu Y3 = –87,939 + 25,983 X – 0,981 pada suatu kadar air gabah tertentu. Nilai
X2 dapat digunakan untuk peramalan atau maksimum suatu fungsi Y terhadap X diperoleh
keperluan interpolasi besarnya persentase butir jika nilai dY/dX = 0. Nilai maksimum untuk
utuh, butir patah besar dan butir kepala pada fungsi kuadrat bagi persentase butir utuh, butir
suatu kadar air gabah tertentu. Sebagaimana patah besar dan butir kepala disajikan Pada
telah dikemukakan bahwa koefisien regresi b2 Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Maksimum Persentase Butir Utuh, Butir Patah Besar dan Butir Kepala

No Variabel Respon dY / dX Nilai Max. (%) KA gabah (%)


1 Butir Utuh 22,334 – 1,684 X 77,78 13,3
2 Butir Patah Besar 3,650 – 0,276 X 6,36 13,2
3 Butir Kepala 25,983 – 1,962 X 84,13 13,2

Tabel 9 memperlihatkan bahwa untuk dari 6,36 %. Untuk persentase butir kepala,
memperoleh butir utuh yang maksimum nilai maksimum yaitu sebesar 84,13 %
diperlukan kadar air gabah sebesar 13,3 %. diperoleh pada kadar air gabah sebesar 13,2 %.
Persentase butir utuh diperoleh pada kadar air Apabila kadar air gabah lebih rendah atau lebih
gabah 13,3 % yaitu sebesar 77,78 %. Apabila tinggi dari 13,2 % akan diperoleh persentase
kadar air gabah lebih rendah atau lebih tinggi butir patah besar yang lebih rendah dari 84,13
dari 13,3 % akan diperoleh persentase butir %. Berdasarkan perhitungan diferensial
utuh yang lebih rendah dari 77,78 %. Persentase terhadap regresi kuadratik persentase butir utuh,
butir patah besar maksimum yaitu sebesar 6,36 butir patah besar dan butir kepala seperti pada
% diproleh pada kadar air gabah sebesar 13,2 Tabel 9 , maka dapat dikemukakan bahwa
%. Apabila kadar air gabah lebih rendah atau untuk memperoleh persentase butir utuh, butir
lebih tinggi dari 13,18 % akan diperoleh patah besar dan butir kepala yang maksimum
persentase butir patah besar yang lebih rendah diperlukan kadar air gabah berkisar dari 13,2 %
11
sampai 13,3 %. Hal ini sesuai dengan dikombinasikan dengan perlakuan beberapa
pernyataan yang dikemukakan oleh kultivar dan tipe penggilingan yang lain.
Indiaagronet (2005) bahwa untuk keperluan
penyimpanan yang aman dan penggilingan agar DAFTAR PUSTAKA
diperoleh mutu beras yang tinggi, maka
Agus Setyono., Agus Guswara., Eko
diperlukan gabah dengan kadar air berkisar dari
Suwangsa., Sutrisno., Suismono., Entis
12 % sampai 14 %.
Sutisna., Sudir dan S. Joni Munarso. 2003.
Laporan Akhir Tahun Penelitian Skala Pilot
KESIMPULAN DAN SARAN
Produksi Beras Bersertifikat. Balai
Kesimpulan
Penelitian Tanaman Padi - Badan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan dan Pegembangan Pertanian Departemen
pembahasan yang telah diuraikan pada bab Pertanian. Jakarta.
sebelumnya, maka dapat dikemukakan Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian .2003.
kesimpulan sebagai berikut : Pengembangan Model Sistem Agroindustri
1. Perbedaan perlakuan kadar air gabah saat Terpadu. Bagian Proyek Pengembangan
digiling memberikan perbedaan terhadap Teknologi Pascapanen, Badan Penelitian
persentase beras pecah kulit, persentase dan Pegembangan Pertanian Departemen
sekam, persentase gabah tidak terkupas dan Pertanian. Jakarta.
rendemen beras giling, tetapi tidak
Food and Agriculture of Organization. 2005.
mempengaruhi besarnya persentase dedak
Rice : Milling. Dalam http://www.fao.org/
dan butir mengapur yang dihasilkan dalam
proses penggilingan. Indiaagronet. 2005. Paddy Drying. Dalam
2. Persentase butir patah dan butir menir http://www.indiaagronet.com/
secara bersama-sama dipengaruhi oleh Keputusan Bersama Direktur Jenderal Bina
perbedaan kadar air gabah saat digiling. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Persentase butir patah minimum sebesar Departemen Pertanian Republik Indonesia
5,96 % diperoleh pada kadar air gabah 13,5 dan Kepala Badan Urusan Logistik.. 2003.
%, sedangkan persentase butir menir Persyaratan Kualitas Gabah/Beras Untuk
minimum sebesar 1,36 % diperoleh pada Pengadaan Dalam Negeri Tahun 2003.
perlakuan 12,7 %. Dalam http://www.bulog.go.id/
3. Persentase butir utuh, butir patah besar dan Mochammad Ismail dan Endro Wahju
butir kepala secara bersama-sama Tjahjono. 2001. Prospek Pengering Gabah
dipengaruhi oleh perbedaan kadar air gabah Tipe Portable Batch Dryer Skala Industri
saat digiling. Persentase butir utuh Perdesaan. Majalah Ilmiah : Pengkajian
maksimum sebesar 77,78 % diperoleh pada Industri. Edisi No. 15. Dalam
kadar air gabah 13,3 %, persentase butir http://www.iptek.net.id/
patah besar maksimum sebesar 6,36 % Soemardi. 1982. Produksi, Rendemen dan
diperoleh pada kadar air gabah 13,2 %, Mutu Gabah/Beras Hasil Panen Petani.
sedangkan persentase butir kepala Laporan Kemajuan Seri Teknologi Pasca
maksimum sebesar 84,13 % diperoleh pada Panen No. 15 (Padi). BPTP Bogor Sub
perlakuan 13,2 %. BPTP Karawang.
4. Kadar air gabah yang lebih rendah atau
lebih tinggi dari 13,2 % akan menurunkan Soemardi dan Ridwan Thahir. 1991.
hasil beras kepala. Penanganan Pascapanen Padi. Dalam Edi
Soenardjo, Djoko S. Damardjati, dan
5.2 Saran-saran Mahyuddin Syam (Ed.) Padi, Buku 3.
Balitbang Pertanian, Pusat Penelitian Dan
1. Untuk menghasilkan beras giling dengan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
persentase butir kepala yang tinggi
Suparyono dan Agus Setyono. 1993. Padi.
diperlukan gabah dengan kadar air saat
Penebar Swadaya, Jakarta.
digiling sebesar 13,2 %.
2. Untuk memperoleh gambaran yang lebih Vincent Gaspersz. 1991. Teknik Analisis
luas tentang mutu fisik beras giling pada Dalam Penelitian Percobaan. Tarsito.
berbagai kadar air gabah saat digiling, Bandung.
diperlukan penelitian lanjutan untuk

12

Anda mungkin juga menyukai