Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL SKRIPSI

“PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 4,5,6,

SDN AENGTONGTONG KECAMATAN SARONGGI

KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2009 M”

Oleh :
HADI SUDIRFAN
NIM : 200596032344
NIMKO : 2005.4.037.0101.1.00621
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN
(IDIA)
PRENDUA SUMENEP MADURA 2009
A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia dengan dibekali berbagai macam perasaan (feeling). Salah

satunya adalah perasaan “Ingin Tahu (idle courocity)” dan perasaan “Tidak Puas” terhadap sesuatu

yang ia miliki. Dengan rasa keingintahuannya ia berusaha untuk mendapatkan berbagai macam

informasi yang banyak, dan dengan rasa ketidakpuasannya ia ingin memiliki sesuatu yang lebih.

Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang cemerlang,

sejahtera, dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun bathiniah, duniawi dan ukhrawi.

Namun cita-cita tersebut tidak mungkin tercapai dan terwujud jika manusia itu sendiri tidak berusaha

seoptimal mungkin dalam meningkatkan kemampuannya melalui proses kependidikan, karena proses

kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk

mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.

Pendidikan adalah yang utama dan terutama didalam kehidupan era masa sekarang ini.

Sejauh kita memandang maka sejauh itu pulalah kita harus memperlengkapi diri kita dengan berbagai
pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bahkan mutlak bagi manusia dalam rangka

merubah keadaan hidupnya menjadi lebih baik dan terarah. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil

mereka dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia

menurut konsep pandang hidup mereka.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, Lodge (dalam Zuhairini, 2004:10)


mengemukakan pengertian pendidikan dalam arti yang luas, yaitu “life is
education, and education is life“, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan

kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Jadi pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan

sepanjang hidupnya yang dapat memberikan pengaruh baik dalam menata masa depan yang cemerlang,

sejahtera dan bahagia.

Selanjutnya dalam arti yang sempit Lodge menjelaskan pengertian


pendidikan sebagai berikut :

“ in the narrower sense, education is restricted to that functions, its background,


and its outlook to the member of the rising generations. In practice identical with
schooling, i.e. formal instruction under controlled conditions “.

Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu

memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup ke generasi yang sedang tumbuh, yang dalam

prakteknya identik dengan pendidikan formal di

3
sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba
terkontrol.

Dengan pengertian pendidikan diatas, dapat kita pahami bahwa pendidikan formal di sekolah

hanyalah bagian kecil saja dari pada pendidikan informal secara umum, tapi pendidikan formal

merupakan pendidikan inti yang sangat urgen dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan

secara keseluruhan. Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pendidikan
informal dalam lingkungan keluarga.Pertama, pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi

pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi juga ilmu

pengetahuan dan keterampilan.Kedua, pendidikan di sekolah dapat memberikan pengetahuan yang

lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Sejarah pendidikan sekolah diawali karena ketidakmampuan

keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi dan mendalam.Ketiga, karena

memiliki rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan di sekolah dilaksanakan

secara berencana, sistematis, dan lebih mendasar. (Sukmadinata, 2009:2). Jadi pendidikan formal lebih

bersifat sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang

waktu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga secara umum pendidikan dapat mengarahkan

peserta didik terhadap peningkatan penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik

tersebut, dan tujuan pendidikan yang meliputi kepentingan, kemaslahatan dan

4
kesejahteraan peserta didik dan masyarakat bahkan tuntutan lapangan kerjapun
akan mudah tercapai.

Pendidikan juga suatu proses pembelajaran. Sebab pada kenyataannya proses pendidikan

yang dilaksanakan diberbagai lembaga pendidikan banyak dilakukan bahkan tidak lepas dari apa yang

namanya proses belajar mengajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan

mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dirancang dan

dijalankan secara professional (Fathurrahman, 2007:8). Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar

mengajar tidak dapat disepelekan dan diabaikan dalam dunia pendidikan.


Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan perlu dibuat sebuah

kurikulum pendidikan yang nilai relevansinya tinggi, atau kesesuaian antara pendidikan dengan

kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional. Kurikulum (curriculum) merupakan suatu

rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar (Sukmadinata,

2009:5). Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum juga

merupakan komponen pendidikan yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi

tercapainya tujuan-tujuan pendidikan dan sebagai acuan dalam setiap satuan pendidikan. Karena

kurikulum ini sifatnya urgen maka dibutuhkan perhatian khusus dalam pelaksanaan dan

pengembangannya sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah, sosial

budaya masyarakat dan karakteristik siswa. Upaya pengembangan kurikulum yang senantiasa

dilakukan oleh pemerintah dari tahun ke tahun melahirkan sebuah kurikulum baru yang merupakan

pengembangan kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang

paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2007:21).

Paradigma baru ini memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat

dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini seorang guru dituntut untuk mampu

mengubah sumber pembelajaran (Learning Resource) menjadi bahan ajar (Teaching

Material), sehingga materi yang diajarkan kepada peserta didik tidak monoton pada buku yang

menjadi pegangan di sekolah tersebut serta hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa saat belajar.
Dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, guru bisa memberikan pelajaran

dengan bahan ajar dan metode yang variatif sehingga peserta didik merasa nyaman dan materi yang

diajarkan menarik untuk dipahami yang pada akhirnya peserta didik bisa terhindar dari kejenuhan. Jika

hal ini terjadi disetiap proses belajar mengajar diberbagai lembaga pendidikan maka tujuan

pembelajaran bisa tercapai juga, yakni pemahaman optimal, penguasaan, aplikasi yang akurat sehingga

tatanan kognitif, afektif dan psikomotorik akan stabil sebagaimana yang diharapkan tenaga edukatif

pada umumnya.

Ketiga ranah penilaian tersebut merupakan faktor determinan untuk menentukan sukses

tidaknya prestasi belajar siswa dalam sebuah pembelajaran yang mengacu pada sistem pembelajaran

KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum

untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. (Mulyasa, 2007:20).

Prestasi merupakan hasil yang memuaskan dari segala usaha yang dicapai manusia secara

maksimal. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2008:13).

Sementara yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru (Tu'u, 2004:75). Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto

(1976:767) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut

kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Berdasarkan
pendapat tersebut, dalam penelitian ini prestasi belajar siswa dapat diketahui dari nilai raport peserta

didik yang meliputi ketiga aspek diatas sebagai hasil dari sebuah pembelajaran di sekolah.

Jadi peningkatan prestasi belajar siswa yang meliputi ketiga ranah tersebut (kognitif,

afektif, psikomotorik), merupakan orientasi yang diprioritaskan dalam pengembangan kurikulum

tingkat satuan pendidikan diberbagai sekolah.

Sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengangkat

judul “Pengaruh Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terhadap Prestasi Belajar Siswa

Kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong Kecamatan Saronggi Tahun 2009 “.

B. Rumusan Masalah
Merujuk pada paparan diatas, maka diambil beberapa rumusan masalah
guna pembahasan sebagai batasan penelitian, antara lain :
1. Apakah penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong?
2. Sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan
terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan tentang hal yang akan dicapai oleh
kegiatan penelitian (Dhofir, 2000:21).
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan skripsi ini adalah :
1. Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong.
2. Ingin mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong.
8
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah follow up penggunaan informasi yang tertera
dalam kesimpulan (Dhofir, 2000:21)

Dari setiap penelitian yang dilakukan dipastikan dapat memberi manfaat baik bagi objek, atau

peneliti khususnya dan juga bagi seluruh komponen yang terlibat didalamnya. Manfaat atau nilai guna

yang bisa diambil dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Segi Teoritis
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin pendidikan bahwa penerapan dan

pengembangan kurikulum sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar yang efektif di lembaga

pendidikan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Untuk memperkuat teori bahwa penerapan dan pengembangan kurikulum


yang baik dapat memicu kreatifitas siswa dalam berprestasi.
2. Segi Praktis

a. Dengan adanya penerapan dan pengembangan kurikulum yang baik dapat mewujudkan lembaga

pendidikan yang efektif, produktif, dan berprestasi, serta dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam

berprestasi khususnya di SDN Aengtongtong.

b. Sebagai bahan munaqosyah dan bahan dokumen untuk penelitian lebih


lanjut.
9
yang kebenarannya diterima oleh penyelidik (Dhofir, 2000:23). Namun hal ini
masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Sebelum penelitian ini dilakukan ada beberapa anggapan dasar yang muncul baik dari diri

peneliti pribadi atau dari orang lain ataupun dari praktisi pendidikan.

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang

memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai

dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan masing-masing (Mulyasa, 2007:21).

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk

mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi (Mulyasa, 2007:20).

3. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar

merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar

(http://sunartombs.wordpress.com /2009/05/15/PAKEM Science fu).


4. Menurut penulis, penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berdasarkan pada karakteristik dan

potensi siswa di sekolah, memungkinkan dapat memicu dan memacu terhadap prestasi belajar siswa

secara optimal.

G. Hipotesis
11

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67).

Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha untuk mencari ada
tidaknya pengaruh, maka ada dua hipotesis yang muncul, yakni :
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
2. Hipotesis Nihil (Hi)
Tidak ada pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDNAengtongtong
H. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami isi skripsi ini,
maka penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Materi

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah penerapan kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong kecamatan

saronggi kabupaten sumenep.

12
Maka untuk mempermudah penulis dalam membahas penelitian ini, perlu kiranya penulis membuat

batasan ruang lingkup materi. Adapun permasalahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini

adalah terdiri dari dua variable, yakni :

Variabel X : Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


No
Sub Variabel
Indikator
01 Penerapan KTSP
1. Prinsip Pelaksanaan
2. Prinsip Pengembangan KTSP
3. Pengembangan Program
02 Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pre Test
2. Pembentukan Kompetensi
3. Post Test
Variable Y : Prestasi Belajar
No
Sub Variabel
Indikator
01 Hasil raport
- Dicari angka dalam raport

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi kajian pokok penelitian. Maka

dari ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong

kecamatan saronggi kabupaten sumenep.

3. Ruang Lingkup Lokasi


13

3. Prestasi : Adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan


sebagainya) (Purwadarminto, 1976:768).

4. Belajar : Adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,

afektif, dan

psikomotor (Djamarah, 2008:13).


J. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Teoritis tentang Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
a. Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pengertian Kurikulum

Sebelum penulis memaparkan pengertian kurikulum tingkat satuan pendidikan alangkah lebih

baiknya apabila penulis mengutarakan pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar

pendidikan. Pada zaman yunani kuno, kurikulum dianggap sebagai kumpulan mata- mata pelajaran

yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Bahkan dalam ligkungan atau hubungan

tertentu pandangan lama ini masih dipakai sampai sekarang. Banyak orang tua bahkan juga guru-guru
kalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata

pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.

15

Pendapat-penadapat yang muncul selanjutnya dari sebagian ahli yang mengartikan kurikulum

dalam pengertian yang lebih luas, yakni "Segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh

hasil yang diharapkan dalam situasi didalam maupun diluar sekolah", atau sejumlah pengalaman yang

potensial dapat diberikan oleh sekolah dengan tujuan agar anak dan pemuda dibiasakan berpikir dan

berbuat menurut kelompok atau masyarakat tempat ia hidup", yang kemudian lebih dipersingkat

sebagai "Suatu cara mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif

dalam masyarakat", atau "segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak

dalam pendidikannya" (Alipandie, 1984:117).

Pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada dinding-

dinding kelas belaka, melainkan lebih diperluas lagi pada luar sekolah. Bahkan ada pula yang

berpendapat bahwa segala sesuatu yang mempunyai dampak positif terhadap tingkah laku peserta didik

baik yang datang dari sekolah, keluarga maupun masyarakat dapat dipandang bagian dari kurikulum.

Hal ini selaras dengan penafsiran Ronald C. Doll (Dalam


Sukmadinata, 2009:4) yang menyatakan :

The commonly accepted definition of the curriculum has changed from


content of courses of study and list of subjects and courses to all the experiences
which are offered to learners under the auspices or direction of the school…

16

Definisi Doll ini tidak hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi kepada

proses atau lebih memberikan tekanan pada pengalaman, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan
lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa yang

dimaksud pengalaman siswa dalam belajar yang diajarkan ataupun menjadi tanggug jawab sekolah

mengandung makna yang cukup luas, yakni mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong

terjadinya pengalaman tersebut dan memfasilitasinya.

Dalam kaitannya konsep kurikulum yang ditegaskan oleh Ronald Doll, Mauritz Johnson

masih dalam buku yang sama mengajukan keberatan terhadap apa yang dikemukakan oleh Doll.

Kemudian Johnson membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang

berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar-mengajar,

evaluasi, termasuk pengajaran. Sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang

diharapkan oleh siswa.

Berbeda dengan Hilda Taba, dia berpendapat bahwa ada perbedaan antara kurikulum dan

pengajaran, menurutnya bukan terletak pada implementasinya tetapi pada keluasan cakupannya.

Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum,

17
sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran
(Sukmadinata, 2009:6).

Bagaimanapun rumusan-rumusan pengertian kurikulum diatas, jelaslah bahwa kurikulum

harus dipandang sebagai suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

pendidikan dan pengajaran.

Sedangkan menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), definisi kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (BNSP,2006:7).

Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15, kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan (Muslich,

2008:4).

KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya

masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.

18

KTSP juga merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk

mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, psikomotorik, dan afektif) dalam seluruh jenjang

dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Disamping itu pengembangan

kurikulum ini diupayakan dapat memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini,

dan juga dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah,

khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran diberbagai sekolahan.

Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) ini menuntut aktivasi dan partisipasi para peserta didik

yang lebih banyak dalam proses pembelajaran. Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan berbeda

dengan kurikulum sebelumnya, KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi jam efektif

yang begitu mencolok banyaknya. Kurikulum sebelumnya, sebagian mata pelajaran memiliki waktu
yang banyak, sebagian mata pelajaran yang lain memiliki waktu sedikit dengan alasan urgen dan

padatnya materi.

Penekanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bukan mengejar target materi tetapi

memaksimalkan proses dalam pembelajaran dan mengembangkan kompetensi peserta didik, apalah arti

bila materi tercapai dengan proses yang tidak maksimal akan tetapi dengan proses pembelajaran yang

maksimal akan membuahkan hasil (out put) yang berkualitas.

19
penyusunannya tersebut. Sedangkan KBK merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan tentang kompetensi

dan hasil belajar, serta memberdayakan

sumber daya pendidikan. Kurikulum ini disebut KBK karena menggunakan pendekatan kompetensi,

dan kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada

akhir satuan pendidikan dirumuskan secara eksplisit. Disamping itu, dirumuskan pula materi standar

untuk mendukung pencapaian kompetensi dan indikator sebagai tolak ukur terhadap pencapaian hasil

pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan diatas, perbedaan esensial antara KTSP dan KBK tidak ada. Kedua-

duanya merupakan seperangkat rencana pendidikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil

belajar peserta didik. Namun perbedaan nampak pada teknis pelaksanaannya saja. KBK disusun oleh

pemerintah pusat yang dalam hal ini adalah Depdiknas, sedangkan KTSP disusun oleh tingkat satuan

pendidikan masing-masing, yakni sekolah yang bersangkutan walaupun masih didasarkan pada rambu-

rambu nasional panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh Badan Independen, yakni Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan harapan, jika pada tahun-tahun sebelumnya masing-masing

satuan sekolah terkesan terlalu didikte dari atas, maka dengan otonomi yang luas ini penerapan dan
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada berbagai sekolahan mampu memberikan

nuansa-nuansa baru sesuai

21

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan

keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,

kesosialan, dan moral.

4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan

menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia

mangun karsa,

ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan,
di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan).
5. Kurikulum
dilaksanakan
dengan
menggunakan

pendekatan multistrategi

dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar

sebagai sumber belajar.

6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah

untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan

pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok

dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.


d. Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
23

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai

komponen, yang menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan

berbagai komponen kurikulum. Disamping itu dalam pengembangan KTSP ini harus memperhatikan

tujuh prinsip pengembangan, diantaranya (Dalam Muhaimin, 2008:21) :

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan


peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam
dan
terpadu.
Kurikulum
dikembangkan

dengan

memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan,

serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status

sosial ekonomi, dan jender.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas

dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan

pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan

kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

24
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,

bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan

antar semua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat yang berkaitan dengan unsur-unsur

pendidikan formal, nonformal, dan informal.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan

memerhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

e. Pengembangan Program

Upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai

macam pengembangan program. Dalam (Mulyasa, 2007:249) dijelaskan bahwa pengembangan KTSP

mencakup pengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokok bahasan),

program mingguan dan harian, pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling.

a. Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran di setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran
25
kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara
hasil pre tes dan post tes.

2. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi

dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan ini, apabila sebagian besar peserta

didik belum menguasainya maka dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).


3. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti

kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.

4. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

2. Tinjauan Teoritis tentang Prestasi Belajar

Sebagai landasan untuk memahami tentang pengertian prestasi belajar, disini perlu penulis

paparkan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan prestasi, dan apa yang dimaksud dengan belajar,

serta berbagai definisi tentang prestasi belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan

(ilmuwan).

a. Pengertian Prestasi
31
Kebutuhan untuk berprestasi adalah merupakan harapan dan cita-
cita setiap peserta didik dalam sebuah pembelajaran.

W.J.S Winkel Purwadarminto (1976:768) mengartikan, "Prestasi adalah hasil yang dicapai".

Sedangkan sebagian ahli mendefinisikan prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam

melakukan kegiatan.

Dari pendefinisian prestasi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa prestasi adalah segala

usaha yang dicapai seseorang secara maksimal dan memuaskan sebagai hasil dalam melakukan suatu

kegiatan.

b. Pengertian Belajar

Terkait dengan pengertian belajar, banyak para ahli yang mendefinisikannya. Salah satunya

adalah Cronbach dalam (Djamarah, 2008:13) berpendapat bahwa belajar


sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Howard L. Kingskey mengatakan

bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui

praktek atau latihan. Dua pendapat tersebut serujuk dengan apa yang dikatakan oleh Ahmadi (2005:17),

bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Sedangkan M.

Sobry Sutikno (Dalam Fathurrohman, 2007:5) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

32
yang baru sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.

Dari beberapa penafsiran tentang belajar yang dikemukakan oleh oleh para pakar pendidikan

diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman dan praktek (pelatihan) didalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Tentunya perubahan tersebut menyangkut ranah kognitif, afektif, danpsi

komotorik.

c. Pengertian Prestasi belajar

Sebelum penulis paparkan definisi prestasi belajar, terlebih dahulu akan dipaparkan definisi

prestasi akademik. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di

sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran

dan penilaian (Tu'u, 2004:75). Sementara masih dalam buku yang sama, prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut W.J.S

Purwadarminto (1976:767) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-
baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau

dilakukan. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya

dari luar diri peserta didik (siswa), yang meliputi :

a. Keadaan Keluarga

Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama

anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga bukan hanya

menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali

(Sukmadinata, 2004:6)

b. Keadaan Sekolah

Sekolah sering disebut sebagai lingkungan kedua setelah keluarga. Disamping itu sekolah merupakan

lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar

siswa. Karena tidak seperti dalam lingkungan keluarga, di sekolah ada kurikulum sebagai rencana

pendidikan dan pengajaran, ada guru-guru yang lebih profesional, ada sarana- prasarana dan fasilitas

pendidikan khusus sebagai pendukung proses pendidikan, serta ada pengelolaan pendidikan yang

khusus pula yang semua itu dapat memacu dan memicu siswa untuk belajar yang lebih giat lagi.

c. Lingkungan Masyarakat
36

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Lingkungan

masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar

siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Sebab dalam kehidupan sehari-hari anak lebih dominan
bergaul dengan lingkungan alam sekitar dimana anak berada, sehingga hal ini sangat berpengaruh

terhadap perkembangan pribadi anak.

K.Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, kerangka atau rancangan penelitian merupakan unsur pokok yang

harus ada sebelum proses penelitian dilaksanakan. Karena dengan sebuah rancangan yang baik

pelaksanaan penelitian menjadi terarah, jelas, dan maksimal.

Terkait dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan jenis penelitian korelasional

kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data, serta penampilan dari hasilnya yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan

antara dua variabel (Arikunto, 2006:270).

2. Teknik Penentuan Subjek Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian populasi, dimana seluruh populasi
merupakan sample.
37

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mencakup semua elemen dan unsur-

unsur (Dhofir, 2000:36). Sedangkan sampel masih dalam buku yang sama, adalah sebagian subjek

penelitian yang memiliki kemampuan mewakili seluruh data (populasi).


Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongotong

Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Tahun 2009 M.

NO KEAS POPULASI SEMPEL

01 I 8 -

02 II 16 -

03 III 11 -

04 VI 14 14

05 V 13 13

06 VI 16 16

3. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data dengan

menggunakan metode-metode tertentu. Metode- metode yang akan digunakan dalam penelitian ini,

antara lain :

a. Metode Angket

Angket adalah suatu teknik atau alat pengumpul data yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis

yang harus dijawab secara tertulis pula (Sukmadinata, 2004:271). Metode ini digunakan untuk mencari

dan menyaring data yang bersumber dari responden.

38
b. Metode Wawancara

Wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tatap

muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan jawabannyapun diterima secara lisan pula (Sukmadinata,

2004:222). Dengan metode ini peneliti dapat langsung mengetahui reaksi yang ada pada responden

dalam waktu yang relatif singkat.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya”

(Arikunto, 1998:236).

Metode dokumenter ini digunakan untuk memperoleh data di SDN Aengtongtong, baik dari segi

jumlah siswa, nilai raport, struktur sekolah, denah sekolah, yang kesemuanya itu menunjang terhadap

proses penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan pengelolaan data dari data-data yang sudah terkumpul.

Diharapkan dari pengelolaan data tersebut dapat diperoleh gambaran yang akurat dan konkrit dari

subjek penelitian. Penulis juga menggunakan statistik guna membantu analisa data sebagai hasil dari

penelitian ini.

Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel X adalah Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan, sedangkan Variabel Y adalah Prestasi Belajar
39
Siswa Kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Tahun 2009 M.

Adapun rumus korelasi yang digunakan adalah Product Moment, dengan alasan karena penelitian ini

terdiri dari dua variabel yang interval.

Rumus product momentnya adalah sebagai berikut :


∑xy
πxy =√(∑x²) (∑y²)

Keterangan :
πxy= Kofisien korelasi antara gejala X dan gejala Y

∑xy= Jumlah product X dan Y


∑x²= Jumlah gejala x kecil kuadrat
∑y²= Jumlah gejala y kecil kuadrat
40

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu; 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia
Alipandie, Imansjah; 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha
Nasional
BNSP; 2006. Panduan Penyusunan KTSP
Dhofir, Syarqowi; 2000. Pengantar Metodologi Riset Denagn Spektrum Islami,

Prenduan: Iman Bela

Djamarah, Syaiful Bahri; 2008. Psikologi Belajar, Jakarta: Renika Cipta


Fathurrohman, Pupuh; 2007. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama
Http://sunartombs.wordpress.com /2009/05/15/PAKEM Science fu

Muhaimin et. Al; 2008. Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah & Madrasah,
Jakarta: Rajawali Press
Mulyasa, E; 2007. KTSP Suatu Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya
Muslich, Masnur; 2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta:
Bumi Aksara
Purwadarminto, W.J.S Winkel; 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Sudjana, Nana; 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih; 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih; 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
Bandung: Remaja Rosdakarya

Tu’u, Tulus; Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT. Grasindo
Yamin, Martinis; 2007. Desain Pembelajaran Berbasis KTSP, Jakarta: GP Press
Zuhairini; 2004. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai