Oleh :
HADI SUDIRFAN
NIM : 200596032344
NIMKO : 2005.4.037.0101.1.00621
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN
(IDIA)
PRENDUA SUMENEP MADURA 2009
A. Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan manusia dengan dibekali berbagai macam perasaan (feeling). Salah
satunya adalah perasaan “Ingin Tahu (idle courocity)” dan perasaan “Tidak Puas” terhadap sesuatu
yang ia miliki. Dengan rasa keingintahuannya ia berusaha untuk mendapatkan berbagai macam
informasi yang banyak, dan dengan rasa ketidakpuasannya ia ingin memiliki sesuatu yang lebih.
Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang cemerlang,
sejahtera, dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun bathiniah, duniawi dan ukhrawi.
Namun cita-cita tersebut tidak mungkin tercapai dan terwujud jika manusia itu sendiri tidak berusaha
seoptimal mungkin dalam meningkatkan kemampuannya melalui proses kependidikan, karena proses
kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk
Pendidikan adalah yang utama dan terutama didalam kehidupan era masa sekarang ini.
Sejauh kita memandang maka sejauh itu pulalah kita harus memperlengkapi diri kita dengan berbagai
pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bahkan mutlak bagi manusia dalam rangka
merubah keadaan hidupnya menjadi lebih baik dan terarah. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil
mereka dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia
kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan. Jadi pendidikan bagi manusia merupakan kebutuhan
sepanjang hidupnya yang dapat memberikan pengaruh baik dalam menata masa depan yang cemerlang,
Dalam arti yang sempit, pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu
memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup ke generasi yang sedang tumbuh, yang dalam
3
sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba
terkontrol.
Dengan pengertian pendidikan diatas, dapat kita pahami bahwa pendidikan formal di sekolah
hanyalah bagian kecil saja dari pada pendidikan informal secara umum, tapi pendidikan formal
merupakan pendidikan inti yang sangat urgen dan tidak bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan
secara keseluruhan. Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pendidikan
informal dalam lingkungan keluarga.Pertama, pendidikan formal di sekolah memiliki lingkup isi
pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi juga ilmu
lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Sejarah pendidikan sekolah diawali karena ketidakmampuan
keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih tinggi dan mendalam.Ketiga, karena
memiliki rancangan atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan di sekolah dilaksanakan
secara berencana, sistematis, dan lebih mendasar. (Sukmadinata, 2009:2). Jadi pendidikan formal lebih
bersifat sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang
waktu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga secara umum pendidikan dapat mengarahkan
pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri peserta didik
4
kesejahteraan peserta didik dan masyarakat bahkan tuntutan lapangan kerjapun
akan mudah tercapai.
Pendidikan juga suatu proses pembelajaran. Sebab pada kenyataannya proses pendidikan
yang dilaksanakan diberbagai lembaga pendidikan banyak dilakukan bahkan tidak lepas dari apa yang
namanya proses belajar mengajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan
mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dirancang dan
dijalankan secara professional (Fathurrahman, 2007:8). Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar
kurikulum pendidikan yang nilai relevansinya tinggi, atau kesesuaian antara pendidikan dengan
rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar (Sukmadinata,
2009:5). Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum juga
merupakan komponen pendidikan yang mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan dan sebagai acuan dalam setiap satuan pendidikan. Karena
kurikulum ini sifatnya urgen maka dibutuhkan perhatian khusus dalam pelaksanaan dan
budaya masyarakat dan karakteristik siswa. Upaya pengembangan kurikulum yang senantiasa
dilakukan oleh pemerintah dari tahun ke tahun melahirkan sebuah kurikulum baru yang merupakan
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang
paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2007:21).
Paradigma baru ini memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini seorang guru dituntut untuk mampu
Material), sehingga materi yang diajarkan kepada peserta didik tidak monoton pada buku yang
menjadi pegangan di sekolah tersebut serta hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa saat belajar.
Dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, guru bisa memberikan pelajaran
dengan bahan ajar dan metode yang variatif sehingga peserta didik merasa nyaman dan materi yang
diajarkan menarik untuk dipahami yang pada akhirnya peserta didik bisa terhindar dari kejenuhan. Jika
hal ini terjadi disetiap proses belajar mengajar diberbagai lembaga pendidikan maka tujuan
pembelajaran bisa tercapai juga, yakni pemahaman optimal, penguasaan, aplikasi yang akurat sehingga
tatanan kognitif, afektif dan psikomotorik akan stabil sebagaimana yang diharapkan tenaga edukatif
pada umumnya.
Ketiga ranah penilaian tersebut merupakan faktor determinan untuk menentukan sukses
tidaknya prestasi belajar siswa dalam sebuah pembelajaran yang mengacu pada sistem pembelajaran
KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum
untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. (Mulyasa, 2007:20).
Prestasi merupakan hasil yang memuaskan dari segala usaha yang dicapai manusia secara
maksimal. Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
Sementara yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru (Tu'u, 2004:75). Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto
(1976:767) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Berdasarkan
pendapat tersebut, dalam penelitian ini prestasi belajar siswa dapat diketahui dari nilai raport peserta
didik yang meliputi ketiga aspek diatas sebagai hasil dari sebuah pembelajaran di sekolah.
Jadi peningkatan prestasi belajar siswa yang meliputi ketiga ranah tersebut (kognitif,
Sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan mengangkat
judul “Pengaruh Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terhadap Prestasi Belajar Siswa
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada paparan diatas, maka diambil beberapa rumusan masalah
guna pembahasan sebagai batasan penelitian, antara lain :
1. Apakah penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong?
2. Sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan
terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan tentang hal yang akan dicapai oleh
kegiatan penelitian (Dhofir, 2000:21).
Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan skripsi ini adalah :
1. Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong.
2. Ingin mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong.
8
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah follow up penggunaan informasi yang tertera
dalam kesimpulan (Dhofir, 2000:21)
Dari setiap penelitian yang dilakukan dipastikan dapat memberi manfaat baik bagi objek, atau
peneliti khususnya dan juga bagi seluruh komponen yang terlibat didalamnya. Manfaat atau nilai guna
1. Segi Teoritis
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin pendidikan bahwa penerapan dan
pengembangan kurikulum sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar yang efektif di lembaga
a. Dengan adanya penerapan dan pengembangan kurikulum yang baik dapat mewujudkan lembaga
pendidikan yang efektif, produktif, dan berprestasi, serta dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam
Sebelum penelitian ini dilakukan ada beberapa anggapan dasar yang muncul baik dari diri
peneliti pribadi atau dari orang lain ataupun dari praktisi pendidikan.
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang
memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk
3. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar
potensi siswa di sekolah, memungkinkan dapat memicu dan memacu terhadap prestasi belajar siswa
secara optimal.
G. Hipotesis
11
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67).
Karena masalah yang diteliti ini merupakan usaha untuk mencari ada
tidaknya pengaruh, maka ada dua hipotesis yang muncul, yakni :
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
2. Hipotesis Nihil (Hi)
Tidak ada pengaruh penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDNAengtongtong
H. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami isi skripsi ini,
maka penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Materi
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah penerapan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) terhadap prestasi belajar siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong kecamatan
12
Maka untuk mempermudah penulis dalam membahas penelitian ini, perlu kiranya penulis membuat
batasan ruang lingkup materi. Adapun permasalahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini
Subjek penelitian adalah sesuatu yang menjadi kajian pokok penelitian. Maka
dari ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas 4,5,6 SDN Aengtongtong
4. Belajar : Adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif, dan
Sebelum penulis memaparkan pengertian kurikulum tingkat satuan pendidikan alangkah lebih
baiknya apabila penulis mengutarakan pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar
pendidikan. Pada zaman yunani kuno, kurikulum dianggap sebagai kumpulan mata- mata pelajaran
yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Bahkan dalam ligkungan atau hubungan
tertentu pandangan lama ini masih dipakai sampai sekarang. Banyak orang tua bahkan juga guru-guru
kalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata
pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.
15
Pendapat-penadapat yang muncul selanjutnya dari sebagian ahli yang mengartikan kurikulum
dalam pengertian yang lebih luas, yakni "Segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh
hasil yang diharapkan dalam situasi didalam maupun diluar sekolah", atau sejumlah pengalaman yang
potensial dapat diberikan oleh sekolah dengan tujuan agar anak dan pemuda dibiasakan berpikir dan
berbuat menurut kelompok atau masyarakat tempat ia hidup", yang kemudian lebih dipersingkat
sebagai "Suatu cara mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif
dalam masyarakat", atau "segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak
Pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada dinding-
dinding kelas belaka, melainkan lebih diperluas lagi pada luar sekolah. Bahkan ada pula yang
berpendapat bahwa segala sesuatu yang mempunyai dampak positif terhadap tingkah laku peserta didik
baik yang datang dari sekolah, keluarga maupun masyarakat dapat dipandang bagian dari kurikulum.
16
Definisi Doll ini tidak hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi kepada
proses atau lebih memberikan tekanan pada pengalaman, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan
lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa yang
dimaksud pengalaman siswa dalam belajar yang diajarkan ataupun menjadi tanggug jawab sekolah
mengandung makna yang cukup luas, yakni mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong
Dalam kaitannya konsep kurikulum yang ditegaskan oleh Ronald Doll, Mauritz Johnson
masih dalam buku yang sama mengajukan keberatan terhadap apa yang dikemukakan oleh Doll.
Kemudian Johnson membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang
berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar-mengajar,
evaluasi, termasuk pengajaran. Sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang
Berbeda dengan Hilda Taba, dia berpendapat bahwa ada perbedaan antara kurikulum dan
pengajaran, menurutnya bukan terletak pada implementasinya tetapi pada keluasan cakupannya.
Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum,
17
sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran
(Sukmadinata, 2009:6).
harus dipandang sebagai suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
Sedangkan menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), definisi kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15, kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan (Muslich,
2008:4).
KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya
18
KTSP juga merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk
mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, psikomotorik, dan afektif) dalam seluruh jenjang
dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Disamping itu pengembangan
kurikulum ini diupayakan dapat memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini,
dan juga dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah,
Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) ini menuntut aktivasi dan partisipasi para peserta didik
yang lebih banyak dalam proses pembelajaran. Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan berbeda
dengan kurikulum sebelumnya, KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi jam efektif
yang begitu mencolok banyaknya. Kurikulum sebelumnya, sebagian mata pelajaran memiliki waktu
yang banyak, sebagian mata pelajaran yang lain memiliki waktu sedikit dengan alasan urgen dan
padatnya materi.
Penekanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bukan mengejar target materi tetapi
memaksimalkan proses dalam pembelajaran dan mengembangkan kompetensi peserta didik, apalah arti
bila materi tercapai dengan proses yang tidak maksimal akan tetapi dengan proses pembelajaran yang
19
penyusunannya tersebut. Sedangkan KBK merupakan seperangkat rencana
dan pengaturan tentang kompetensi
sumber daya pendidikan. Kurikulum ini disebut KBK karena menggunakan pendekatan kompetensi,
dan kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada
akhir satuan pendidikan dirumuskan secara eksplisit. Disamping itu, dirumuskan pula materi standar
untuk mendukung pencapaian kompetensi dan indikator sebagai tolak ukur terhadap pencapaian hasil
pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan diatas, perbedaan esensial antara KTSP dan KBK tidak ada. Kedua-
duanya merupakan seperangkat rencana pendidikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil
belajar peserta didik. Namun perbedaan nampak pada teknis pelaksanaannya saja. KBK disusun oleh
pemerintah pusat yang dalam hal ini adalah Depdiknas, sedangkan KTSP disusun oleh tingkat satuan
pendidikan masing-masing, yakni sekolah yang bersangkutan walaupun masih didasarkan pada rambu-
rambu nasional panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh Badan Independen, yakni Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan harapan, jika pada tahun-tahun sebelumnya masing-masing
satuan sekolah terkesan terlalu didikte dari atas, maka dengan otonomi yang luas ini penerapan dan
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada berbagai sekolahan mampu memberikan
21
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan
4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan
menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia
mangun karsa,
ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan,
di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan).
5. Kurikulum
dilaksanakan
dengan
menggunakan
pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar
6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah
untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai
komponen, yang menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan
berbagai komponen kurikulum. Disamping itu dalam pengembangan KTSP ini harus memperhatikan
dengan
memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan,
serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum dikembangkan atas
dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.
kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
24
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat yang berkaitan dengan unsur-unsur
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan
e. Pengembangan Program
Upaya pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai
macam pengembangan program. Dalam (Mulyasa, 2007:249) dijelaskan bahwa pengembangan KTSP
mencakup pengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokok bahasan),
program mingguan dan harian, pengayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling.
a. Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran di setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran
25
kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara
hasil pre tes dan post tes.
2. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi
dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan ini, apabila sebagian besar peserta
kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.
4. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Sebagai landasan untuk memahami tentang pengertian prestasi belajar, disini perlu penulis
paparkan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan prestasi, dan apa yang dimaksud dengan belajar,
serta berbagai definisi tentang prestasi belajar yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan
(ilmuwan).
a. Pengertian Prestasi
31
Kebutuhan untuk berprestasi adalah merupakan harapan dan cita-
cita setiap peserta didik dalam sebuah pembelajaran.
W.J.S Winkel Purwadarminto (1976:768) mengartikan, "Prestasi adalah hasil yang dicapai".
Sedangkan sebagian ahli mendefinisikan prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan.
Dari pendefinisian prestasi diatas, dapat penulis simpulkan bahwa prestasi adalah segala
usaha yang dicapai seseorang secara maksimal dan memuaskan sebagai hasil dalam melakukan suatu
kegiatan.
b. Pengertian Belajar
Terkait dengan pengertian belajar, banyak para ahli yang mendefinisikannya. Salah satunya
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan Howard L. Kingskey mengatakan
bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan. Dua pendapat tersebut serujuk dengan apa yang dikatakan oleh Ahmadi (2005:17),
bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Sedangkan M.
Sobry Sutikno (Dalam Fathurrohman, 2007:5) mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang
32
yang baru sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa penafsiran tentang belajar yang dikemukakan oleh oleh para pakar pendidikan
diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman dan praktek (pelatihan) didalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Tentunya perubahan tersebut menyangkut ranah kognitif, afektif, danpsi
komotorik.
Sebelum penulis paparkan definisi prestasi belajar, terlebih dahulu akan dipaparkan definisi
prestasi akademik. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di
sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran
dan penilaian (Tu'u, 2004:75). Sementara masih dalam buku yang sama, prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut W.J.S
Purwadarminto (1976:767) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-
baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya
a. Keadaan Keluarga
Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama, sebab dalam lingkungan inilah pertama-tama
anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan latihan. Keluarga bukan hanya
menjadi tempat anak dipelihara dan dibesarkan tetapi juga tempat anak hidup dan dididik pertama kali
(Sukmadinata, 2004:6)
b. Keadaan Sekolah
Sekolah sering disebut sebagai lingkungan kedua setelah keluarga. Disamping itu sekolah merupakan
lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar
siswa. Karena tidak seperti dalam lingkungan keluarga, di sekolah ada kurikulum sebagai rencana
pendidikan dan pengajaran, ada guru-guru yang lebih profesional, ada sarana- prasarana dan fasilitas
pendidikan khusus sebagai pendukung proses pendidikan, serta ada pengelolaan pendidikan yang
khusus pula yang semua itu dapat memacu dan memicu siswa untuk belajar yang lebih giat lagi.
c. Lingkungan Masyarakat
36
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Lingkungan
masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar
siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Sebab dalam kehidupan sehari-hari anak lebih dominan
bergaul dengan lingkungan alam sekitar dimana anak berada, sehingga hal ini sangat berpengaruh
K.Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dalam kegiatan penelitian, kerangka atau rancangan penelitian merupakan unsur pokok yang
harus ada sebelum proses penelitian dilaksanakan. Karena dengan sebuah rancangan yang baik
Terkait dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan jenis penelitian korelasional
kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data, serta penampilan dari hasilnya yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang mencakup semua elemen dan unsur-
unsur (Dhofir, 2000:36). Sedangkan sampel masih dalam buku yang sama, adalah sebagian subjek
01 I 8 -
02 II 16 -
03 III 11 -
04 VI 14 14
05 V 13 13
06 VI 16 16
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data dengan
menggunakan metode-metode tertentu. Metode- metode yang akan digunakan dalam penelitian ini,
antara lain :
a. Metode Angket
Angket adalah suatu teknik atau alat pengumpul data yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang harus dijawab secara tertulis pula (Sukmadinata, 2004:271). Metode ini digunakan untuk mencari
38
b. Metode Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara tatap
muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan jawabannyapun diterima secara lisan pula (Sukmadinata,
2004:222). Dengan metode ini peneliti dapat langsung mengetahui reaksi yang ada pada responden
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya”
(Arikunto, 1998:236).
Metode dokumenter ini digunakan untuk memperoleh data di SDN Aengtongtong, baik dari segi
jumlah siswa, nilai raport, struktur sekolah, denah sekolah, yang kesemuanya itu menunjang terhadap
Teknik analisis data merupakan pengelolaan data dari data-data yang sudah terkumpul.
Diharapkan dari pengelolaan data tersebut dapat diperoleh gambaran yang akurat dan konkrit dari
subjek penelitian. Penulis juga menggunakan statistik guna membantu analisa data sebagai hasil dari
penelitian ini.
Adapun rumus korelasi yang digunakan adalah Product Moment, dengan alasan karena penelitian ini
Keterangan :
πxy= Kofisien korelasi antara gejala X dan gejala Y
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu; 2005. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia
Alipandie, Imansjah; 1984. Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha
Nasional
BNSP; 2006. Panduan Penyusunan KTSP
Dhofir, Syarqowi; 2000. Pengantar Metodologi Riset Denagn Spektrum Islami,
Muhaimin et. Al; 2008. Pengembangan Model KTSP Pada Sekolah & Madrasah,
Jakarta: Rajawali Press
Mulyasa, E; 2007. KTSP Suatu Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya
Muslich, Masnur; 2008. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta:
Bumi Aksara
Purwadarminto, W.J.S Winkel; 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Sudjana, Nana; 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih; 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Syaodih; 2009. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tu’u, Tulus; Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT. Grasindo
Yamin, Martinis; 2007. Desain Pembelajaran Berbasis KTSP, Jakarta: GP Press
Zuhairini; 2004. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara