Bleaching Pemutihan
Bleaching Pemutihan
MAKALAH
OLEH :
NIP : 130779423
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2002
Mengetahui :
NIP : 130321244
ABSTRAK
Kata kunci : perubahan warna gigi, etiologi, internal bleaching ,eksternal bleaching.
ABSTRACT
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah WST, atas segala
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
harapan setelah membacanya akan menambah sedikit gambaran dan pengetahuan tentang
pengarahan dan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun dukungan moril. Dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Roosye Rosita Oewen, drg, Sp.Ped. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. Prof. Dr. H. Moch. Richata Fadil, drg, sebagai Ketua Jurusan Konservasi Gigi,
3. Prof. Dr. H. Setiawan Natasasmita, drg, yang telah memberikan dorongan dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………… i
ABSTRACT……………………………………………………………………….. ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
PENDAHULUAN
Perubahan warna gigi terutama gigi anterior dapat menimbulkan suatu problema
estetika yang mempunyai dampak psikologi yang cukup besar bagi penderitanya. Pada
saat ini, perkembangan cosmetic dentistry sangat menonjol dalam menanggulangi hal
tersebut yaitu dengan cara restoratif misalnya pelapisan mahkota atau dengan cara
bleaching, yaitu suatu cara pemulihan kembali gigi yang berubah warna, sampai
mendekati warna gig asli dengan proses perbaikan secara kimiawi dan tujuannya
Tehnik bleaching ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih baik dari
segi estetik karena tidak mengambil jaringan keras gigi dan tehnik perawatan relatif lebih
dilakukan pad gigi vital maupun gigi non vital yang mengalami perubahan warna
(Tarigan, 1994).
BAB II
Perubahan warna eksrinsik ditemukan pada permukaan luar gigi dan biasanya
berasal lokal, misalnya noda tembakau yang menyebabkan warna gigi menjadi cokelat
menyebabkan gigi menjadi berwarna gelap, pewarnaan karena noda logam nitrat perak,
Perubahan warna imtrinsik adalah pewarnaan gigi yang diakibatkan oleh noda
yang terdapat di dalam email dan dentin, penyebabnya adalah penumpukan atau
penggabungan bahan-bahan di dalam struktur gigi misalnya stain tetrasiklin, yang bila
masuk ke dalam dentin akan terlihat dari luar karena transluensi email. Perubahan warna
gigi dapat dihubungkan dengan periode perkembangan gigi misalnya pada dentiogenesis
imperfekta atau setelah selesai perkembangan gigi yang disebabkan oleh pulpa nekrosis.
2.2 Penyebab Perubahan Warna Gigi menurut Walton
Menurut Walton dan Torabinejab (1996) perubahn warna dapat terjadi pada saat
atau setelah terbentuknya email dan dentin. Penyebab perubahan warna gigi dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu karena noda alamiah dan pewarnaan iatrogenik.
Perubahan warna gigi disebabkan oleh sejumlah noda pada permukaan gigi
setelah gigi erupsi. Noda alamiah mungkin berada pada permukaan atau berikatan di
dalam struktur gigi, kadang-kadang diakibatkan defek email atau karena cedera trauma.
1. Pulpa nekrosis
Produk kerusakan jaringan yang dilepaskan masuk kedalam tulubus dentin dan
2. Perdarahan intrapulpa
Disebabkan oleh trauma pada gigi dan akan menyebabkan perdarahan dan lisis
eritrosit. Produk disintegrasi darah diduga sebagai ion sulfida, masuk ke dalam tulubus
dentin sehingga menyebabkan perubahan warna gigi yang makin lama makin
meningkat.
3. Metamorfosis kalsium
Pembentukan dentin sekunder ireguler secara ekstensif di dalam kamar pulpa atau
pada dinding saluran akar menyebabkan translusensi mahkota gigi berkurang atau
akibat aposisi dentin secara berlebihan disamping karena penipisan dan perubahan
4. Defek perkembangan
Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan pada saat perkembangan gigi.
1) Fluorosis endemik
Permukaan gigi menjadi porus dan akan menyerap warna di dalam rongga mulut.
2) Obat-obatan sistemik
Masuknya obat-obatan atau bahan kimia pada saat pembentukan gigi dapat
perubahan warna gigi paling berat adalah tetrasiklin, menyebabkan gigi berwarna
kuning kecoklatan sampai abu-abu tua. Hal ini tergantung kepada jumlah,
(2) Suhu tubuh yang tinggi saat pembentukan gigi menyebabkan perubahan
Perubahan warna sebagai akibat prosedur perawatan gigi atau dapat disebabkan
oleh berbagai bahan kimia dan bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi.
1. Bahan obturasi
Bahan obturasi yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi adalah semen saluran
akar dari jenis seng oksida eugenol atau semen saluran akar dengan komponen logam.
Fragmen jaringan pulpa yang tertinggal di dalam mahkota, biasanya dalam tanduk
intrakanal golongan fenol berkontak langsung dengan dentin, dalam waktu yang lama
Restorasi yang dipakai biasanya ada dua tipe, yaitu (Walton & Torabinejab,
1996):
1. Restorasi logam
Amalgam merupakan penyebab paling hebat karena elemen warna gelap dapat
2. Restorasi komposit
Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia yang
mewarnai dentin.
BAB III
Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan
preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah
1. Hidrogen peroksida
konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan
hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening
2. Pirozon
bersifat kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual
pada pasien.
3. Natrium perborat
Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru
mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat alkali,
lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.
4. Karbamid peroksida
Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh
dalam berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5
atau propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.
Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida
30 % dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus
fluorosis.
Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak
menembus email mencapai email dan dentin yang terkena pewarnaan. Penembusan ini
terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang rendah dan mempunyai
gigi.
Menurut beberapa peneliti, terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan oleh adanya
reaksi oksidasi. Noda-noda yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hidrogen
peroksida yang bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan oksidator ini mempunyai
bebas, HO2* + O* yang sangat reaktif. Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida
berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal bebas bermuatan merupaka
radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi dengan molekul organik atau radikal bebas
lainnya terutama molekul-molekul zat warna di dalam gigi setelah zat warna dirusak
sehingga terjadi efek pemutihan (Feinman, 1987; Goldstein and Garber, 1995).
BAB IV
Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching
secara eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan
bleaching secara internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar
dengan baik.
Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin
4.1.1 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin
Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena
tetrasillin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tehniknya bleaching secara
1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung mulut,
pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada gigi yang
akan dirawat.
2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada bagian
yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau dengan hand-held
thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan ujung alat ini pada permukaan
gigi yang telah diberi gulungan kapas yang dibasahi dengan superoxol.
4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3 kali.
5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan karet
bleaching diulang
Tehnik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai
tehnik pemutihan di rumah, biasa disebut juga tehnik pemutihan dengan matriks. Tehnik
ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital bleaching atau
1996) :
1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama
perawatan.
2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die
diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan
pemutih.
3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting sampai 1
dalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian mouthguard
dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang.
5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari dan
4.1.3 Tehnik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis
Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah
tehnik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut tehnik pumis asam.
Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu tehnik
dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton &
Torabinejab, 1996).
Pemutihan gigi secara intrakoronal dilakukan pada gigi yang telah dirawat
endodontik dengan baik. Metode bleaching yang umum dilakukan untuk gigi ini adalah
3. Kamar pulpa dan tanduk pulpa dibersihkan, kemudian dentin bagian labial dalam
5. Daerah orifis ditutup dengan semen seng oksida eugenol setebal 1 mm.
keringkan dengan aliran udara. Menurut Hyess (1986) dapat juga dipakai asam fosfat
37 % yang dioleskan dalam kamar pulpa selama 1 menit, kemudian bilas dengan air
dan keringkan.
7. Letakkan pasta campuran natrium perborat dengan superoxol di dalam kamar pulpa,
tekan dengan kapas ke arah dinding labial kemudian tutup dengan tumpatan
8. Kujungan berikutnya dilakukan 3-7 hari kemudian. Bila pemutihan gigi belum
berhasil, ulangi prosedur di atas, tetapi bila sudah berhasil, bersihkan gigi kemudian
Tehnik ini mengunakan panas untuk mempercepat proses oksidasi. Sumber panas
yang dapat digunakan adalah rheostat controlled photoflood, lihgt activited atau
2. Buang bahan pengisi dari kamar pulpa 2-3 mm ke apikal dibawah gusi.
3. Buang dentin dibagian labial kamar pulpa dengan bor bulat yang berputar secara
perlahan.
4. Bersihkan kamar pulpa dengan kloroform atau xylene, kemudian keringkan dengan
hembusan udara.
5. Lindungi jaringan lunak dan gigi tetangga dari panas yang berasal dari sumber panas.
Letakkan kasa yang telah dibasahi air di bawah karet isolator untuk menutup bibir
6. Letakkan sebuah kapas dalam kamar pulpa yang dibasahi hidrogen peroksida 30-35
%, tutup permukaan labial gigi dengan kapas yang telah dibasahi bahan pemutih.
7. Basahi lagi kapas dengan hidrogen peroksida segar. Ulangi langkah ini 4-5 kali.
9. Apabila hasilnya sudah memuaskan, bersihkan kamar pulpa dengan kloroform xylene
atau alkohol, kemudian lapisi dengan semen yang berwarna putih sebelum dilakukan
bleach dengan tehnik termokatalitik secara bergantian,sehingga hasilnya lebih cepat dan
memuaskan.
peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil
pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat diletakkan dalam kamar pulpa.
Tindakan selanjutnya seperti tehnik walking bleach (Walton & Torabinejab, 1996).
Lampu ultraviolet diletakkan pada permukaan labial gigi yang akan diputihkan.
Cairan hidrogen peroksida 30-35 % diletakkan di dalam kamar pulpa dengan kapas, lalu
disinari dengan lampu ultraviolet selama 2 menit. Diduga hal ini mengakibatkan
penglepasan oksigen sama dengan pemutihan tehnik termokatalitik. Cara ini kurang
efektif dibandingkan dengan tehnik walking bleach serta memerlukan waktu yang lebih
5.1 KESIMPULAN
Proses bleaching (pemutihan) gigi, merupakan suatu tindakan yang cukup efektif
dan sederhana dalam menanggulangi perubahan warna gigi, baik pada gigi vital maupun
5.2 SARAN
Sebaiknya dokter gigi mempertimbangkan cara bleaching yang mana yang akan
dikerjakan untuk memutihkan gigi sesuai dengan indikasinya sehingga akan memberikan
Feinman R.A. et all. 1987. Bleaching Teeth. Chicago, London, Berlin, Tokyo, Sao paulo,
Hongkong : Quintessence Publishing Co., Inc.
Goldstein, R.E. and Garber D.A 1995. Complete Dental Bleaching. Chicago, Berlin,
London, Sao Paulo, Moscow, Prague, Warsaw : Quintessence Publishing Co.,
Inc.