Anda di halaman 1dari 40

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN DAN


PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL MELALUI
DISKUSI KELOMPOK-KELOMPOK KECIL BAGI SISWA
KELAS VI SD NEGERI RAMBEANAK I, KECAMATAN
MUNGKID, KABUPATEN MAGELANG
TAHUN PELAJARAN 2004-2005

Skripsi ini diajukan dalam rangka


Mencapai gelar Sarjana Strata I

Disusun
Oleh
NAMA : SANIJO
NIM : 4102903104
JURUSAN : MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2004-2005
ABSTRAK

Pembelajaran yang perlu dikembangkan guru dan diminati siswa pada saat
ini adalah pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Sehingga perlu diupayakan suatu
model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar,
sehingga dapat menumbuhkan daya nalar dan kreativitas siswa serta pembelajaran
yang menyenangkan. Untuk itu penulis melakukan penelitian tindakan kelas yang
berjudul “ Meningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan penjumlahan
dan pengurangan pecahan desimal melalui diskusi kelompok-kelompok kecil bagi
siswa kelas VI SD Rambeanak I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Tahun
pelajaran 2004/2005.
Permasalahannya adalah apakah hasil belajar matematika pada pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dapat ditingkatkan melalui diskusi
kelompok kelompok kecil. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal mulalui diskusi kelompok-kelompok keci bagi siswa
kelas VI SD Rambeanak I
Dalam penelitian ini, pembelajaran dilaksanakan melalui diskusi kelompok-
kelompok kecil yang beranggotakan 4–5 siswa dengan tingkat kepandaian yang
berbeda-beda. Setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan
mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya. Pembelajaran
melalui diskusi kelompok-kelompok kecil akan dapat menumbuhkan kreativitas
siswa dalam pemecahan masalah dan tidak mebosankan serta hasilnya akan lebih
terkesan pada diri siswa.
Penelitian ini dilaksanakan melalui 2 siklus, masing-masing siklus 2
petemuan. Siklus I tentang penjumlahan pecahan desimal yang dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 15 Maret 2005 dan hari Kamis tanggal 17 Maret 2005. Hasil
analisis tes akhir siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 82,8.Didapat 5 siswa (16,7%)
belum tuntas dan 25 siswa (83,3%) sudah tuntas .Kendala siswa yang belum tuntas
adalah siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok serta kurang memperhatikan
penjelasan guru.
Siklus 2 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2005 dan hari Rabu
tanggal 23 Maret 2005 hasil tes akhir siklus II rata-ratanya adalah 80,8 terdapat 6
siswa (20%) belum tuntas, 26 siswa (80%) tuntas. Karena nilai rata-rata kelas yang
dicapai dan ketuntasan belajar sudah melebihi tolok ukur yang ditentukan, yaitu nilai
rata-rata kelas 7,0 dan ketuntasan belajar 75% maka pelaksanakan siklus I dan siklus
II sudah cukup dan penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil.
Dari penelitian ini disarankan guru dalam proses belajar hendaknya
menerapkan pembelajaran melalui diskusi kelompok-kelompok kecil pada pokok
bahasan lain, untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kreativitas siswa, menyenangkan, dan
tidak membosankan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh


yang besar terhadap perkembangan pola pikir masyarakat. Program pendidikan
yang ada pada saat ini diharapkan mampu menyediakan sumber daya manusia
yang mampu menjawab dan memecahkan masalah sesuai dengan tuntutan zaman.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
pembaharuan dunia pendidikan serta penekanan-penekanan pada hal-hal yang
masih kurang diminati siswa. Perlu diperhatikan bahwa keberhasilan pendidikan
tidak semata-mata ditentukan oleh sekolah. Keluarga dan masyarakat juga akan
sangat berpengaruh. Maka sekolah, keluaraga, dan masyarakat perlu bekerja sama
agar pendidikan dapat berhasil dengan baik.
Salah satu pemecahan berbagai permasalahan yang digunakan dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan adalah pemanfaatan atau penelitian pendidikan.
Penelitian pendidikan diantaranya adalah penelitian tindakan kelas. Tindakan
kelas yaitu suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang
dilakukannya itu, serta memperbaiki di mana praktek-praktek pembelajaran
tersebut dilakukan.(Anonim,1990:6)
Tindakan kelas tersebut merupakan suatu cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki atau meningkatkan layanan pendidikan yang dilaksanakan dalam
kontek pembelajaran di kelas. Konsep-konsep dalam matematika adalah abstrak,
sedangkan para siswa sekolah dasar memahami konsep dari hal yang kongkrit
menuju hal yang abstrak. Oleh karena itu diperlukan jembatan berpikir dengan
menggunakan media pembelajaran atau alat peraga.
Matematika adalah ilmu yang mempunyai objek berupa fakta, konsep dan operasi
serta prinsip. Kesemua objek tersebut harus dipahami secara benar oleh siswa,
karena materi tertentu dalam matematika bisa merupakan prasarat untuk
menguasai materi matematika yang lain, bahkan untuk pelajaran yang lain seperti
fisika, keuangan dan lain-lain.
Pecahan desimal biasanya banyak digunakan dalam pengukuran-pengukuran
perhitungan keuangan dan kalkulator. Aplikasi pecahan desimal langsung dipakai
dalam kehidupan sehari-hari. Pecahan desimal juga merupakan pengetahuan
prasyasrat dalam perhitungan prosentase hitungan keuangan, penghitungan luas,
penghitungan satuan, pengukuran, ( panjang, massa dan lain-lain), menghitung
jarak atau kecepatan sebuah benda yang bergerak.
Berdasar pengalaman peneliti, selama ini masih banyak siswa sekolah dasar SD
Rambeanak I yang masih rendah kemampuannya dalam penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal. Mengingat banyak sekali aplikasi pecahan yang
langsung dipakai dalam kehidupan sehari-hari, maka penguasaan penjumlahan
dan pengurangan pecahan desimal oleh siswa harus mendapat perhatian khusus.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar
matematika, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru. Salah satu yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah membentuk kelompok-kelompok kecil agar
siswa mau berpikir aktif dan mampu bertanya jawab dengan kelompoknya.

B. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah hasil
belajar matematika pada pokok bahasan penjumlahan dan penguragan pecahan
desimal dapat ditingkatkan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil bagi siswa
kelas VI SD Negeri Rambeanak I Tahun 2004-2005 ?

C. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi perbedaan dalam istilah dalam penafsiran judul tersebut
peneliti perlu memberi penegasan istilah-istilah dalam penelitian ini.
1. Hasil belajar matematika
Hasil belajar matematika pada skripsi ini dimaksudkan sebagai nilai tes yang
diperoleh siswa pada tes formatif yang dilaksanakan setelah pembelajaran
matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal
yang materinya meliputi cara mendatar, bersusun pendek dan soal bentuk
ceritera penelitian .
2. Kelompok-kelompok kecil
Siswa satu kelas dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil. Tiap
kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa. Anak akan belajar dengan baik jika mereka
terlibat secara mental dalam kegiatan yang dia lakukan, baik secara mandiri
maupun kelompok. Melalui kelompok anak akan belajar mengamati cara anak
lain memecahkan masalah.
3 Diskusi kelompok

Proses kegiatan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan
4.Pecahan desimal
Menurut Muchtar A. Karim (2001-6.III), pecahan desimal adalah : pecahan
yang menyatakan nilai tempat persepuluhan, perseratusan, perseribuan dan
seterusnya.
a. Bilangan di sebelah kiri tanda koma menyatakan bilangan bulatnya.
b. Tanda koma sebagai pembatas
c. Bilangan sebelah kanan koma menyatakan pecahannya.

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian masalah ini adalah
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui diskusi kelompok-
kelompok keci bagi siswa kelas VI SD Negeri Rambeanak I tahun pelajaran 2004 /
2005
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang
berarti bagi :
1. Guru atau pendidik
Menambah wawasan guru dengan menerapkan diskusi kelompok-kelompok
kecil yang senantiasa guru akan membawa siswa lebih menyenangi pelajaran
matematika.
2. Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan siswa akan dapat mengatasi kesulitan yang
dialami melalui kelompok-kelompoknya. Siswa juga lebih berani dalam
mengutarakan pendapatnya maupun memecahkan masalah teman-temannya.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi wacana perubahan yang lebih
baik sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

F. Sistematika Penulisan Skripsi


Sistematika skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Bagian awal
Bagian ini memuat beberapa halaman yang terdiri dari: judul,skripsi, abstrak,
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar
lampiran.

2. Bagian inti / isi

Bagian ini memuat 5 bab yang terdiri dari


Bab I Pendahuluan, yang berisi alasan pemilihan judul, permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori, berisi tentang tinjauan teori belajar, pengertian
belajar, belajar matematika, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.
Bab III Metode Penelitian, berisi tentang lokasi dan objek penelitian, jenis
penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang hasil penelitian
dan pembahasan hasil pelaksanaan siklus I, dan siklus II.
Bab V Penutup yang berisi simpulan dan saran
3. Bagian ketiga
Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Tujuan suatu proses belajar mengajar adalah memberi pemahaman

materi kepada siswa agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Buku penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar (1995 : 91) menguraikan


bahwa belajar adalah upaya untuk perubahan pengetahuan, nilai, sikap, serta
keterampilan yang pada gilirannya akan ada pengaruhnya dalam perubahan
tingkah laku. Perubahan yang dimaksud selalu berhubungan peningkatan.
Dengan demikian seseorang dikatakan belajar kalau ada perubahan tingkah
lakunya. Menurut Rochman Natawidjaja (1984 : 13) belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperolaeh sesuatu perubahan
tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalm interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Morgan
(M. Dalyono, 1996:211) menyebutkan bahwa belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan
atau pengalaman.
Herman Hudoyo (1988 : 1) mengatakan belajar merupakan kegiatan dan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu
sendiri merupakan hasil belajar. Perubahan yang terjadi dalam diri individu
merupakan perubahan dalam arti belajar.
Menurut Rochman Natawidjaja (1984 : 13-15) ciri-ciri perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut
a. Terjadi secara sadar.

b. Bersifat kontinu dan fungsional.

c. Bersifat positif dan aktif.

d. Bukan bersifat sementara.

e. Bertujuan atau terarah.


f. Mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Nana Sujana (1998 : 5) menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
ditandai adanya perubahan pada diri seseorang.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu perubahan yang
terjadi melalui latihan dan pengalaman. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
penalaran, kecakapan, kebiasaan, serta aspek–aspek lain yang sedang ada
pada diri individu yang sedang belajar.
2. Belajar Matematika
Pengertian belajar matematika yang dikemukakan oleh Jerome Brunner
(Herman Hudoyo,1988:56) mengatakan bahwa belajar matematika adalah
belajar terntang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara
konsep-konsep dan struktur – struktur itu . Lain dari itu peserta didik lebih
mudah mengingat matematika itu bila yang dipelajari merupakan pola yang
berstruktur.
Dengan memahami konsep dan struktur akan mudah terjadinya transfer. Di
dalam belajar matematika, Brunner hampir selalu menilai dengan memusatkan
keteraturan intuitif peserta didik yang sudah dimiliki itu .Ini berarti peserta
didik dalam belajar haruslah terlihat aktif mentalnya yang dapat diperhatikan
keaktifan fisiknya.
Selanjutnya Brunner (Herman Hudaya,1988:57) menuliskan anak
berkembang dalam tiga tahap.
Tiga tahap perkembangan mental itu adalah :
a. Enactive

Dalam tahapan ini proses anak-anak di dalam belajar akan menggunakan /


memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
b. Econic

Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut


mental yang merupakan gambaran dan obyek-obyek. Dalam hal ini anak-
anak tidak memanipulasi obyek-obyek seperti dalam tahap enactive,
melainkan sudah dapat ada lagi memanipulasi dengan menggunakan dari
obyek.
c. Simbolic
Tahap akhir ini menurut Brunner merupakan tahap manipulasi symbol-
simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan obyek- obyek.
Secara garis besar Brunner mengemukakan empat teori belajar sebagai
berikut :
a. Teorema kontruksi ( construction theorem )

Teori ini mengatakan bahwa cara berfikir seorang peserta didik untuk
menilai belajar konsep dan prinsip di dalam belajar matematika peserta
didik akan sangat terbantu sekali dengan adanya benda kongkrit.
b. Teorema notasi ( notation theorem )

Teori ini menyatakan bahwa kontruksi permulaan belajar dibuat lebih


sederhana secara kognitif dan dapat dimengerti lebih baik oleh peserta
didik, jika kontruksi itu menurut notasi yang sesuai dengan perkembangan
mental peserta didik diharapkan dapat mengembangkan gagasan-gagasan
berupa prinsip-prinsip kreasi baru.
c. Teorema perbedaan dan variasi ( contrast theorem )

Teori ini menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan matematika


yang berjalan dari kongkret menuju abstrak harus disertai perbedaan dan
variasi, suatu konsep matematika akan lebih bermakna bagi peserta didik ,
jika konsepitu dibandingkan dengan konsep lain.
d. Teori konektivitas ( conectivity theorem )

Teori ini menyatakan bahwa di dalam konsep matematika struktur dan


keterampilan dihubungkan dengan konsep, struktur, dan keterampilan.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika mempunyai
empat aspek: fakta, konsep, prinsip, dan skill. Menurut Pandoyo (1984:3-5)
pengertian tersebut di atas adalah sebagai berikut
a. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan atau sesuatu yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
contoh : simbol, angka, dan notasi.
b. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untuk
mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam contoh atau bukan
contoh.
Konsep ini memiliki tiga dimensi yaitu :
1). internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada kita
untuk merasakan dan menggunakan konsep tersebut.
2). verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.
3). nama, artinya mengetahui nama yang pada konsep –konsep.
c. Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep. Prisip-
prinsip pokok disebut hukum atau teorema yang disajikan dalam bentuk
rumus. Contoh prinsip adalah penjumlahan dari bilangan real adalah
komulatif, dua garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam satu
bidang datar akan berpotongan di satu titik.
d. Skil (keterampilan) adalah keterampilan mental untuk menjalankan

prosedur untuk menyelesaikan masalah atau suatu kemampuan

memberikan jawaban yang benar dan cepat. Contoh skil adalah

kemampuan dapat menyelesaikan soal materi nilai tempat.

(Amin Suyitno, dkk,1997:41) materi yang disajikan pada umumnya


terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama adalah uraian, sedang bagian
kedua adalah latihan. Kedua bagian tersebut merupakan bagian yang tak
terpisahkan. Artinya mempelajari matematika mencakup dua bagian yaitu
bagian teori yang mempelajari fakta, konsep, dan prinsip serta bagian lain
yaitu berlatih keterampilan mempergunakan konsep dan prinsip untuk
menyelesaikan soal-soal matematika.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Menurut W.S. Winkel (Anomim, 1995 : 35) prestasi adalah
keberhasilan yang dapat dicapai. Prestasi jika dihubungkan dengan belajar
dapat diartikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Anak belajar karena bertujuan untuk mencapai suatu hasil atau
prestasi.Dalam kegiatan belajar itulah yang dimaksud dengan prestasi
belajar.Akan tetapi dalam pencapaiannya banyak hambatan-hambatan yang
mempengaruhi akibat dari faktor-faktor tertentu.
Ditinjau dari faktor guru dan siswa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah sebagai berikut
1). Faktor internal
a). kelemahan fisik
b). kelemahan mental
c). kebiasaandari sikap yang salah
d).tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang
diperlukan.
2). Faktor eksternal
a). bahan dan buku yang dipergunakan
b). beban studi yang terlalu berat
c). populasi siswa dalam kelas
d). metode pengajaran yang kurang tepat
e). sarana dan prasarana
4. Kesulitan Belajar
a. Kesulitan belajar dan gejala-gejalanya.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses
yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar. Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar
diantaranya adalah.
1). menunjukkan prestasi yang rendah atau dibawah rata-rata nilai yang
dicapai kelom pok.
2). hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan.
3). lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
4). menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh , berpura-
pura , dusta dan lain-lain.
5). menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau mencatat
pelajaran dan lain-lain.
6).menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi
situasi tertentu (Rochman Natawijaya 1984 : 20).

b. Latar belakang kesulitan belajar


Menurut Rachman Natawijaya (1984 :21) kesulitan belajar yang dihadapi
oleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor baik yang terdapat dalam
dirinya maupun di luar dirinya.
1). Faktor dari dalam (intern)
Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah
a). kurangnya kemampuan dasar yang ada dalam diri siswa
b). kurangnya bakat khusus yang mendasari kegiatan belajar.
c). kurangnya motivasi untuk belajar.
d).gangguan jasmani seperti : cacat tubuh dan gangguan pada
pancaindera.
e). situasi pribadi (emosional)
f). faktor-faktor bawaan seperti : buta warna, kidal, dan lain-lain.
2). Faktor dari luar (ekstern)
Faktor-faktor dari luar diri siswa diantaranya adalah
a). faktor lingkungan sekolah yang kurang menunjang proses belajar.
b). situasi dalam keluarga yang kurang menunjang untuk belajar.
c). lingkungan sosial yang kurang memadai.
5. Ketuntasan Belajar
Menurut Suhito (1986) ketuntasan belajar menurut kurikulum 1984
meliputi :
a. Ketuntasan belajar dapat dilihat secara kelompok maupun perorangan.

b. Secara kelompok ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika

sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan

telah memenuhi ketuntasan secara perorangan.

c. Secara perorangan ketuntasan belajar dinyatakan telah terpenuhi jika

seseorang siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan

bagi setiap unit bahan yang dipelajari.


d. Dalam kurikulum1984 taraf penguasaan minimal yang ditetapkan dalam

ketuntasan belajar secara perorangan adalah

1). 75% dari materi setiap satuan bahasan dengan melalui penilaian
formatif.
2). 60% dari nilai ideal rapor yang diperoleh melalui penghitungan hasil
tes sumatif dan kokurikuler.
6. Lembar Kerja (LKS)
a. Pengertian

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal pendidikan


Dasar dan Menengah, Balai Penataran guru (1998 : 4) menyebutkan
pengertian lembar pengajaran yaitu lembar pengajaran atau LP pada
umumnya disebut sebagai lembar kerja atau LK yang dirancang untuk
menyusun berbagai macam lembar kerja agar dapat memenuhi kebutuhan
kelas. Lembar kerja yang memuat berbagai permasalahan dapat
dimanfaatkan untuk memberikan tugas tambahan, pekerjaan rumah dan
proses belajar mengajar. Lembar kerja yang digunakan untuk kegiatan
proses belajar mengajar di kelas adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS
adalah salah satu bentuk program yang berdasarkan atas tugas yang harus
diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan
dan keterampilan. Oleh sebab itu LKS harus dipersiapkan dengan baik,
agar tujuan dapat dicapai. LKS juga digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk mengecek tingkat pengalaman peserta didik terhadap
materi yang disajikan. LKS dapat digunakan melalui kurikulum apabila
bertujuan untuk mengembangkan materi yang telah disajikan atau tugas
yang materinya dapat dipelajari secara mandiri tanpa melalui tatap muka.
b. Tujuan LKS

1). Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.


2). Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses.
3). Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses
belajar.
c. Manfaat LKS

1). Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.


2). Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melaui kegiatan belajar.
3). Membantu guru dalam menyusun rencana pengajaran
4). Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari secara sistematis.
7. Alat Peraga
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan media
pengajaran atau alat peraga secara tepat . Media pengajaran sangat berperan
dalam membimbing abstraksi para siswa. Bunner (Ruseffendi, , 1996 : 177)
mengungkapkan dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan
untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga. Dengan alat peraga
tersebut siswa dapat melihat langsung bagaimana ketentuan serta pola yang
terdapat pada benda yang sedang diperhatikannya, ketentuan intuitif yang
telah melekat pada dirinya.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat peraga berupa
kartu-kartu bilangan dari 0-9 yang dapat ditempelkan pada kolom-kolom
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Dengan alat peraga tersebut
diharapkan siswa lebih mudah dalam menjumlahkan dan mengurangkan
pecahan desimal. Dalam proses pembelajaran ini peneliti juga membentuk
kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa agar
siswa lebih aktif dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
8. Sistem Belajar Kelompok

Sistem belajar kelompok tersusun atas kelompok siswa, belajar dan


kelompok. Sistem diartikan suatu metode atau cara. Belajar diartikan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman, seperti yang sudah
diuraikan di atas. Kelompok adalah sejumlah orang yang berada/berkumpul di
suatu tempat di mana orang-orang tersebut dihubungkan oleh beberapa faktor
pengikat dalam suatu kerangka pencapaian tujuan tertentu.
Dari pengertian belajar yang telah diuraikan di muka kemudian
dihubungkan dengan pengertian kelompok sehingga dapat dijelaskan
mengenai pengertian belajar kelompok yang mempunyai pengertian suatu
proses kegiatan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan bersama.
Belajar bersama (kelompok) pada dasarnya memecahkan persoalan
secara bersama, artinya setiap orang turut memberikan sumbangan pikiran
dalam memecahkan persoalan tersebut, sehingga diperoleh hasil yang lebih
baik sebab cara belajar sendiri di rumah sering menimbulkan kebosanan dan
kejenuhan. Untuk mengatasinya divariasikan dengan cara belajar bersama
dengan teman yang paling dekat (belajar kelompok).
Selanjutnya Nana Sudjana (2002:116) memberikan beberapa petunjuk
untuk melakukan belajar kelompok yaitu sebagai berikut
a. Pilih teman yang paling cocok untuk bergabung dalam satu kelompok yang
terdiri dari 3 sampai 5 orang. Anggota yang terlalu banyak biasanya kurang
efektif.
b. Tentukan dan sepakati bersama kapan, di mana, dan apa yang akan dibahas
serta apa yang perlu dipersiapkan untuk keperluan diskusi tersebut.
c. Setelah berkumpul secara bergilir tetapkan siapa pemimpin yang akan
mengatur diskusi dan siapa penulis yang akan mencatat hasil diskusi.
d. Rumuskan pertanyaan atau masalah yang akan dipecahkan agar
pembahasan tidak menyimpang.
e. Bahas dan pecahkan setiap persoalan satu persatu sampai tuntas.
f. Persoalan yang tidak dapat dipecahkan ditinggalkan dan dimintakan
pendapatnya kepada guru.
g. Kesimpulan atau hasilnya dicatat penulis dibagikan kepada anggota
kelompok untuk dipelajari lebih lanjut.
Belajar kelompok ini diperlukan sekali bagi para siswa yang mendapat
tugas untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
a. Kelebihan belajar kelompok
1). Dengan belajar kelompok memungkinkan adanya komunikasi
diantara anggota kelompok.
2). Siswa dapat lebih mudah melihat kesulitan siswa yang lain dalam
pemahaman dan kadang-kadang dapat menerangkan daripada yang
dilakukan guru.
3). Siswa dapat bekerja lebih baik daripada bekerja sendiri.
4). Siswa lebih termotovasi dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
5). Melatih siswa untuk belajar hidup bersama agar nantinya tidak
canggung dalam masyarakat.
6). Menumbuhkan persahabatan, saling menghargai dan kerja sama
yang lebih kuat karena adanya mengenal diantara anggota
kelompoknya.
b. Kelemahan belajar kelompok
Selain memiliki kelebihan, belajar kelompok juga mempunyai
kelemahan, antara lain:
1). Sering kesulitan menilai keterlibatan siswa dan ketertarikan siswa.
2). Jika ada siswa yang banyak bicara akan mengganggu jalannya
belajar kelompok.
3). Siswa yang memiliki sikap menutup diri akan menunjukkan sikap
acuh tak acuh.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok adalah:
a. Tujuan
Tujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar diperoleh hasil kerja
yang baik. Tiap anggota harus tahu apa yang harus dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya. Itulah sebabnya dalam setiap kerja
kelompok perlu didahului dengan kegiatan diskusi untuk menentukan kerja
apa dan oleh siapa.
b. Interaksi
Dalam kerja kelompok ada tugas yang harus diselasaikan bersama
sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Salah satu persyaratan utama
bagi terjadinya kerjasama adalah komunikasi yang efektif, perlu adanya
interaksi antar anggota kelompok.
c. Kepemimpinan
Tugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang baik
akan berpengaruh terhadap suasana kerja, dan pada gilirannya suasana akan
mempengaruhi proses penyelesaian tugas. Oleh karena itu maka
produktivitas dan iklim emosional kelompok merupakan dua aspek yang
saling terkait dalam proses kelompok(Hasibuan dkk, 1995:24-25).

9. Penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.

Materi penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal merupakan salah satu


materi yang tercantum dalam GBPP Sekolah Dasar, kurikulum tahun 1994
yang disempurnakan tahun 2002.
a. Penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal secara mendatar.
Contoh :
1). 12,26 + 15,23 = 27,49
2). 135,6 + 26,18 = 161,78
3). 2,36 + 13,5 + 16,8 = 32,66
4). 32,61 - 15,28 = 17,33
5). 45,6 - 26,18 = 19,42
6). 93,26 - 19,5 - 23,65 = 50,11
b. Penjumlahan dan pengurangan secara bersusun pendek

Contoh :
1). 63,76 2). 41,8 3). 6,23
12,8 123,867 18,9
+ + +
76,56 165,667 25,13
12,6
+
37,73
4). 25,6 5). 32,67 6). 45,6
47,8 26,786 12,71
- − −
73,4 5,884 32,89
15,8

17,09
c. Penyelesaian soal cerita tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan

desimal.

Contoh :
1). Pak Yanto memiliki dua kebun kopi. Masing-masing menghasilkan
3,25 ton dan 5,6 ton. Berapa ton kopi yang dihasilkan kebun Pak
Yanto?
Jawab:
• Diketahui : Pak Yanto memiliki dua kebun kopi, masing-masing

kebun menghasilkan kopi 3,25 ton dan 5,6 ton.

• Ditanyakan : Berapa ton kopi yang dihasilkan kedua kebun itu?


• Penyelesaian : Kopi yang dihasilkan kebun Pak Yanto = n ton.

3,25 ton + 5,6 ton = n ton


n = 8,85 ton.
Jadi kedua kebun Pak Yanto menghasilkan kopi sebanyak 8,85 ton.
2). Sebuah KUD mempunyai pupuk untuk petani 7,5 kuintal. Dalam
minggu ini diambil oleh anggota koperasi 0,85 kuintal dan 1,27
kuintal. Berapa kuintal pupuk yang masih ada di KUD sekarang?
Jawab :
• Diketahui : Sebuah KUD mempunyai pupuk 7,5 kuintal. Diambil

anggotanya sebanyak 0,85 kuintaldan 1,27 kuintal.

• Ditanyakan : Berapa kuintal pupuk yang masih ada di KUD sekarang?

• Penyelesaian : Pupuk yang ada di KUD = n kuintal.

7,5 kuintal – 0,85 kuintal – 1,27 kuintal = n kuintal.


6,65 kuintal - 1,27 kuintal = 5,38 kuintal.
Jadi pupuk yang masih ada di KUD sekarang adalah 5,38 kuintal.
10. Kerangka Berpikir

Dengan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil pembelajaran pada pokok


bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dapat ditingkatkan,
di mana dalam kelompok tersebut terdapat kerja sama dan saling membantu
antar siswa dalam kelompoknya. Sehingga keaktifan siswa meningkat dan
siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Pembelajaran diskusi
kelompok menumbuhkan daya kreatifitas, mengasikkan, menyenangkan dan
tidak membosankan.
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut
: Melalui diskusi kelompok-kelompok kecil hasil belajar matematika pada
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal bagi siswa kelas VI SD
Rambeanak I tahun pelajaran 2004-2005 dapat ditingkatkan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian SD Rambeanak I sekolah yang terletak di pedesaan, agak jauh dari

jalan raya. Dari kota kecamatan ± 2 km dan dari kantor kepala desa ± 1 km.

Beralamat di dusun Jetis, Desa Rambeanak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten

Magelang. Untuk menuju lokasi tersebut paling mudah melewati pasar ikan

Ngrajeg, menuju ke arah barat ± 600 meter. SD Rambeanak I terdiri dari dua

lokasi yang terpisah, jarak lokasi keduanya ± 200 meter. Lokasi yang pertama

berada di sebelah timur, terdiri dari 5 gedung bangunan. Bangunan pertama

menghadap selatan untuk kantor kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas VI,

ruang kelas V b. Bangunan yang kedua menghadap ke timur untuk kelas III a,

ruang kelas III b, ruang kelas IV, dan ruang kelas Va. Gedung ketiga menghadap

ke utara untuk perpustakaan, sedang gedung keempat menghadap ke barat, untuk

gudang, kamar mandi, dan W C. Gedung kelima adalah mushola. Lokasi

bangunan ke dua berada disebelah barat, yang terdiri dari satu gedung

menghadap ke timur, untuk ruang kelas I, ruang kelas II, dan ruang Taman

Kanak-kanak.

SD Rambeanak I dikelola oleh 15 karyawan yang terdiri dari: satu kepala

sekolah, delapan guru kelas, dua guru agama Islam, satu guru Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan, satu guru bahasa Inggris (honorer), dan satu penjaga sekolah

(honorer).SD Rambeanak I memeiliki siswa berjumlah 196 siswa, kelas I

sebanyak 26 siswa, kelas II sebanyak 29 siswa, kelas III sebanyak 44 siswa, kelas

IV sebanyak 26 siswa, kelas V sebanyak 41 siswa, dan kelas VI sebanyak 30

siswa.

B. Subyek Penelitian

Penelitian mengambil subyek seluruh siswa kalas VI SD Rambeanak I, Desa

Rambeanak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, tahun pelajaran 2004-

2005 berjumlah 30 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Guru kelas VI dan pengamat.

Penelitian ini dilakukan di kelas VI sebab peneliti mengajar di kelas tersebut.

Latar belakang orang tuanya sebagian besar sebagai petani, yaitu sebanyak

46,8%, buruh 20%, pedagang 26,7%, dan pegawai negeri 6,5%. Dengan data

pekerjaan orang tua diatas sangat mempengaruhi perhatiannya terhadap

perkembangan belajar anak di rumah. Sehingga perhatian guru di sekolah sangat

menentukan keberhasilan pendidikan siswa.

C. Prosedur Kerja Dalam Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK) yang dilaksanakan

dalam dua siklus. Setiapsiklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.


1. Siklus I meliputi

a. Perencanaan

1).Dokumentasi kondisional, memeriksa buku tugas siswa, daftar

nilai harian, dan observasi guru.

2).Identifikasi masalah, siswa kelas VI SD Rambeanak I kurang

menguasai tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan

desimal. Dengan kata lain siswa masih banyak mengalami

kesulitan dalam menjumlahkan dan mengurangkan pecahan

desimal yang desimalnya tidak sama.

3).Membuat skenario pembelajaran ( lampiran 3) dengan melalui

diskusi kelompok-kelompok kecil.

4).Menyeleksi jenis keterampilan mana yang dapat dicapai siswa.

5).Menyiapkan lembar kerja buatan guru ( lampiran 4).

6).Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa

pada saat pembelajaran berlangsung.

7).Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui daya serap hasil

belajar siswa.

b. Tindakan

1).Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa


pertanyaan sederhana.
2).Guru bersama siswa membahas secara singkat materi penjumlahan

dan pengurangan pecahan desimal dengan melihat alat peraga,

berupa kartu-kartu bilangan.

3).Guru membagikan lembar kerja buatan guru dan didiskusikan

secara kelompok.

4).Guru mengarahkan jalannya diskusi serta membimbing membuat

simpulan.

5).Guru mengevaluasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan

memberikan post tes.

b. Obsevasi

Observasi meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1). Observasi tentang persiapan pembelajaran.

2). Observasi tentang aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.


3). Observasi tentang aktivitas guru pada saat pembelajaran berlangsung.

4). Observasi tentang pembelajaran pos tes.

Semua format-format observasi yang digunakan terlampir pada daftar lampiran.

c. Refleksi

Semua data yang telah dikumpulkan oleh observer dianalisis bersama-

sama peneliti. Refleksi dilaksanakan dengan cara mengukur baik

secara kuantitatif maupun kualitatif. Data-data yang diperoleh

selanjutnya disimpulkan, bagaimana hasil belajar siswa dan hasil

pembelajaran guru. Langkah-langkah berikutnya refleksi hasil yang


telah dikerjakan untuk membantu mencari jawaban peneliti

menggunakan instrumen tes, lembar observasi, dan angket.

2. Siklus II meliputi:

a. Perencanaan ulang.

Berdasar hasil refleksi pada siklus I baik yang berkaitan dengan guru,

siswa dan perangkatnya maka diadakan perencanaan ulang yang

meliputi seluruh perencanaan pada siklus I.

b. Tindakan

1). Guru melakukan semua langkah sebagaimana pada siklus I.

2). Guru mengadakan pos tes pada akhir pelaksanaan siklus II untuk

mengukur hasil belajar siswa.

c. Observasi

1). Melakukan semua langkah-langkah sebagaimana pada siklus I.

2). Observasi data hasil ulangan pos tes siklus II.

d. Refleksi

Peneliti bersama observer menganalisa semua tindakan kelas pada

siklus II sebagaimana langkah yang telah dilakukan pada siklus II,

selanjutnya peneliti mengadakan refleksi. Apakah melalui diskusi

kelompok-kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal?

D.Pelaksanaan pada Siklus I


Sesuai dengan gagasan yang dikemukakan maka peneliti mengembangkan

rencana penelitian berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas.

Siklus I merupakan pembelajaran matematika dengan pokok bahasan

penjumlahan pecahan desimal. Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dalam 4

jam pelajaran. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15

Maret 2005, pada jam ke 3 dan ke 4, selama 80 menit. Dengan perincian 10 menit

untuk apersepsi, 50 menit untuk kegiatan inti pembelajaran, 20 menit untuk tes

individual dan pemberian pekerjaan rumah. Pertemuan ke dua dilaksanakan pada

tanggal 17 Maret 2005 pada jam ke 1 dan ke 2, selama 80 menit. Pembagian

waktunya, 5 menit untuk persiapan dan apersepsi, 30 menit untuk kegiatan inti

pembelajaran, 5 menit tanya jawab dan menarik kesimpulan serta 40 menit untuk

tes akhir siklus I.

1. Proses Perencanaan

a. Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu

penjumlahan pecahan desimal.

b. Merancang rencana pengajaran sebagai pedoman dalam kegiatan

belajar mengajar. ( Lampiran 4 )

c. Merancang pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan

memperhatikan kemampuan berfikir siswa.( Daftar kelompok pada

lampiran 6)
d. Merancang lembar kerja siswa yang dapat didiskusikan oleh

kelompok-kelompok kecil tersebut. (Lampiran 4 )

e. Merancang soal secara individu sebagai sarana untuk mengukur

kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah

diberikan. ( Lampiran 12 )

f. Menyiapkan perangkat untuk pencatatan, dokumentasi dalam kegiatan

mengajar dengan menggunakan lembar obsevasi dan angket.

(Lampiran 13-14 )

2. Proses Pelaksanaan Tindakan.

a. Guru melaksanakan pembelajaran tentang penjumlahan pecahan

desimal, sesuai dengan rencana pengajaran.

b. Guru menggunakan metode tanya jawab, untuk mengamati

pemahaman konsep tentang penjumlahan pecahan desimal.

c. Guru memperagakan alat peraga berupa kartu-kartu bilangan untuk

penjumlahan pecahan desimal.

d. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan melihat pemerataan

kemampuan berpikir siswa. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok.

Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.

e. Guru membagi LKS, siswa mendiskusikan LKS tersebut bersama

kelompoknya.

f. Guru bersama siswa membahas LKS secara klasikal dan membimbing

membuat simpulan tentang penjumlahan pecahan desimal.


g. Guru memberikan latihan soal secara individu

3. Proses Pengamatan

a. Berdasar pengamatan tentang kemampuan guru dalam mengelola kelas

ditemukan hal-hal sebagai berikut:

1). Guru masih menggunakan bahasa pengantar yang kurang mendidik yaitu
bahasa campuran yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.
2). Guru masih kurang aktif memberikan motivasi dalam diskusi kelompok-
kelompok kecil.

E.Pelaksanaan Siklus II
Siklus II merupakan pembelajaran tentang pengurangan pecahan desimal
dilaksanakan dua kali pertemuan dalam empat jam pelajaran. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 21 Maret 2005 pada jam ke 2 dan ke 3
selama 80 menit. Dengan perincian 10 menit untuk persiapan dan apersepsi, 50
untuk kegiatan inti pembelajaran dan 20 menit untuk tes individual dan
pemberian pekerjaan rumah. Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 23 Maret 2005. Pada jam pertama dan ke dua selama 80 menit.
Pembagian waktunya 5 menit untuk persiapan dan apersepsi 30 menit kegiatan
inti pembelajaran, 5 menit untuk tanya jawab dan menarik simpulan serta 40
menit untuk tes akhir siklus II.
1. Proses perencanaan:
a. Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu tentang

pengurangan pecahan desimal.

b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan

belajar mengajar.(Lampiran 17)

c. Merancang pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan

memperhatikan penyebaran kemampuan berfikir siswa. (Daftar

kelompok pada lampiran 20)


d. Merancang lembar kerja siswa yang dapat didiskusikan oleh

kelompok-kelompok kecil tersebut. (Lampiran 19)

e. Merancang soal secara individu sebagai sarana untuk mengukur

kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran yang telah

diberikan. (Lampiran 26)

f. Menyiapkan pengamat sebagai pencatat dokumentasi dalam kegiatan

dengan mengisi lembar obsevasi. ((Lampiran 27)

2. Proses Pelaksanaan Tindakan


a. Guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sesuai dengan rencana

pembelajaran pada siklus II.

b. Guru menggunakan metode tanya jawab untuk mengamati pemahaman

konsep tentang pengurangan pecahan desimal.

c. Guru memperagakan alat peraga berupa kartu-kartu bilangan untuk

pengurangan pecahan desimal.

d. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan melihat pemerataan

kemampuan berfikir siswa. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok masing-

masing kelompok beanggotakan 5 siawa.

e. Guru membagi LKS, siswa mendiskusikan LKS tersebut bersama

kelompoknya.

f. Guru bersama siswa mebahas LKS secara klasikal dan membimbing

siswa membuat simpulan tentang pengurangan pecahan desimal.

g. Guru meberikan latihan soal secara individual.


3. Proses Pengamatan
Berdasarkan pengamatan pada siklus I dan siklus II maka pelaksanaan
kegiatan siklus II guru sudah menggunakan bahasa yang baik dan benar
serta telah mampu membangkitkan motivasi siswa untuk lebih aktif dalam
diskusi pada kelompoknya.

E. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi semua hasil observasi, sedang data sekunder

meliputi semua nilai hasil belajar.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini jika melalui

diskusi kelompok-kelompok kecil dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Untuk mengetahui tingkat

keberhasilan tindakan kelas ini dilakukan analisis hasil instrumen penilaian.

Analisis dilakukan sebagai berikut:

1. Membuat tabel analisis.

Tabel tersebut memuat analisis yang meliputi skor jawaban setiap item,

jumlah skor yang diperoleh setiap siswa, skor maksimum yang ditentukan,

nilai yang diperoleh setiap siswa, ketuntasan belajar dan nilai rata-rata kelas.

2. Kriteria keberhasilan.

Keberhasilan tindakan kelas pada pembelajaran ini apabila keaktifan siswa

mencapai 60%, hasil nilai rata-rata kelas mencapai 7,0 dan ketuntasan belajar
klasikal mencapai 75%, dikarenakan sebelum diadakan penelitian tindakan

kelas ini hasil nilai rata-rata kelas pada umumnya kurang dari 6,0 dan

ketuntasan belajar klasikal kurang dari 70%.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Dari pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan belajar di kelas

diperoleh temuan sebagai berikut:

1. Ada satu anak yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir siklus I,

memperoleh nilai 50. Dia lahir tanggal 28-12-1988. Jadi umurnya sudah 16

tahun masih duduk di kelas VI. Hal ini dimungkinkan karena anak tersebut

kemampuannya di bawah rata-rata.

2.Ada dua anak dapat mengerjakan tes siklus I mendapat nilai 65. Dimungkinkan

kurang ketelitian meletakkan koma dan kurang lengkap dalam menjawab soal

ceritera.

3.Ada dua anak dapat mengerjakan tes siklus I memdapat nilai 70. Dimungkinkan

kurang ketelitian meletakkan koma dalam penjumlahan bersusun pendek

sehingga terjadi kesalahan hasil penjumlahan.

4. Ada lima anak dapat mengerjakan soal tes siklus I dengan memperoleh nilai 75.

Dimungkinkan kelima anak tersebut tergesa-gesa sehingga kurang teliti

membaca soal dan meletakkan koma pada jawaban serta kurang lengkap dalam

menuliskan langkah-langkah pengerjaan soal ceritera.


5. Ada 19 anak yang mempunyai kepandaian di atas rata-rata dalam menyelesaikan

tugasnya lebih cepat dari waktu yang ditentukan dengan memperoleh nilai 80

sampai dengan 95.

6.Ada satu anak yang sangat pandai semua soal dijawab dengan langkah-langkah

yang sempurna dan jawabannya benar mendapat nilai 100.

B.Proses Refleksi

Setelah melaksanakan pengamatan di atas tindakan pembelajaran di kelas

selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan dalam

kegiatan pada siklus I. Hasil refleksi itu adalah:

1. Kegiatan guru dalam proses pembelajaran pada siklus I sudah baik, hanya

masih menggunakan bahasa campuran (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa).

Semua aktifitas guru dapat dilihat pada lampiran 13.

2. Keaktifan siswa dalam pelaksanaan siklus I:

a. Siswa yang aktif bertanya ada 14 anak (47%), siswa yang aktif menjawab

pertanyaan guru ada 16 anak (53%).

b. Keaktifan siswa dalam membantu kelompoknya ada 10 siswa (33%).

Siswa lainnya kurang aktif.

Keaktifan yang lain dapat dilihat dalam lampiran 14.


c. Agar siswa meningkat keaktifannya, maka pada siklus berikutnya guru

memberikan motivasi, perhatian dan bimbingan kepada siswa untuk

mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.

d. Berdasar hasil analisis nilai tes siklus I (lampiran 16) diperoleh nilai rata-

rata kelas 82,8 ada lima siswa (16,7%) belum tuntas belajar, 25 siswa

(83,3%) sudah tuntas. Kendala siswa yang belum tuntas karena kurang

aktif dalam diskusi kelompok, tidak sungguh-sungguh dalam

mengerjakan LKS, sehingga banyak mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tes akhir siklus I.

C. Dari pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam kegiatan belajar di kelas

diperoleh temuan sebagai berikut:

1.Ada satu anak yang mendapat nilai 60. Anak tersebut memang kemampuannya di

bawah rata-rata.

2. Ada satu anak mendapat nilai 65 dimungkinkan kurang ketelitian meletakkan

koma dan kurang lengkap dalam menjawab soal ceritera.

3. Ada empat anak mendapat nilai 70 dimungkinkan kurang memahami konsep

pengurangan pecahan desimal yang desimalnya tidak sama.

4. Ada tiga anak mendapat nilai 75 dimungkinkan ketiga anak tersebut salah

mengurangkan pecahan desimal tersebut.

5. Ada 19 anak yang mendapat nilai 80 sampai dengan 95.


6. Ada dua anak mendapat nilai 100 dengan waktu kurang dari yang ditentukan.

D. Proses Refleksi

Pelaksanaan pengamatan pembelajaran di kelas dan dianalisa selanjutnya

diadakan refleksi atas kegiatan pada siklus II. Hasil refleksi ini adalah:

1.Keaktifan siswa dalam pelaksanaan siklus II diperoleh:

a. Anak yang aktif bertanya ada 20 siswa(66,7%) kurang aktif 8 siswa (26,7%),

dan pasif 2 siswa (6,7%).

b. Siswa yang aktif dalam diskusi kelompok ada 20 siswa (66.7%), kurang

aktif 6 siswa (20%), dan pasif 2 siswa (6.7%).

c. Keaktifan siswa yang lain pada lampiran 28.

2. Peranan guru dalam pelaksanaan siklus II diperoleh:

a. Guru selalu memberi motivasi kepada siswa untuk bertanya, sehingga ada

beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan pada materi yang kurang

jelas.

b. Guru selalu berkeliling untuk mengontrol kerja kelompok, sehingga semua

anggota kelompok aktif bekerja.


c. Suasana kelas tertib, terkendali dan kondusif. Dengan demikian proses

pembelajaran dapat berjalan dengan tertib dan lancar. Hal tersebut dapat

dilihat pada lampiran 26.

d. Pelaksanaan siklus II dipandang cukup, karena keterampilan bertanya

siswa, keterampilan pemecahan masalah pada kelompok dapat meningkat.

Nilai rata-rata hasil tes siklus II sudah mencapai 80,8 dan ketuntasan belajar

klasikal 80%, berarti sudah melebihi tolok ukur yang ditetapkan yaitu 7,0.

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan siklus II secara keseluruhan

pembelajaran melalui diskusi kelompok–kelompok kecil pada pengurangan

pecahan desimal dapat ditingkatkan.

E. Pembahasan.

Pembahasan uraian berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I dihasilkan

antara lain, pembelajaran kurang kondusif karena siswa kurang aktif dan masih

ada beberapa siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Guru

kurang memberikan motivasi menyebabkan siswa kurang tertarik terhadap

pemecahan masalah di kelompoknya. Kegiatan diskusi masih didominasi oleh

siswa yang pandai di kelompoknya. Berdasarkan angket yang dikumpulkan, siswa

masih kurang berminat mengikuti pembelajaran, enggan bertanya dan tidak suka

diberi PR. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 15. Dengan demikian masih

diperlukan penelitian siklus II.


Hasil refleksi sklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah aktif dan

tidak takut bertanya pada materi yang kurang jelas. Siswa sudah dapat menjawab

pertanyaan dengan benar, dan guru selalu mengontrol kerja kelompok

menyebabkan siswa lebih aktif kerja kelompok. Diskusi kelompok dapat

berkembang dengan baik. Berdasar hasil angket yang dikumpulkan semua siswa

senang belajar matematika melalui diskusi kelompok-kelompok kecil, karena jika

kurang jelas teman dalam kelompok akan membimbing dan bisa bertukar pendapat.

Siswa tidak lagi takut bertanya jika belum paham terhadap materi yang diberikan,

siswa sudah merasa senang diberi PR karena dapat digunakan sebagai latihan di

rumah. Dengan demikian pelaksanaan siklus II cukup berhasil. Karena hasil nilai

rata-rata tes siklus I mencapai 82,8 sedang ketuntasan belajar 83,3% dan nilai rata-

rata tes akhir siklus II mencapai 80,8, serta ketuntasan belajar mencapai 80%.

Berarti sudah melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu nilai rata-rata

kelas 7,0 dan ketuntasan belajar 75%. Dari uraian di atas, hipotesis tindakan pada

pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal bagi siswa kelas VI

SD Rambeanak I Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui


diskusi kelompok-kelompok kecil hasil belajar matematika pada pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal siswa kelas VI SD Negeri
Rambeanak I tahun pelajaran 2004-2005 dapat ditingkatkan.
B. Saran.

1. pembelajaran melalui diskusi kelompok-kelompok kecil dapat melatih

kreatifitas siswa dan tidak membosankan, sehingga disarankan guru

menerapkan diskusi kelompok-kelompok kecil untuk mengajarkan

matematika.

2. Keaktifan siswa dalam belajar kelompok harus diberi motivasi agar

semua siswa dapat berinteraksi dengan teman-temannya sehingga dapat

menemukan prosesnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Amin Suyitno. 1997. Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang


Jurusan Pendidikan Matematika. F MIPA UNNES

E.T. Roseffendi dkk. 1997. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek


Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II. Jakarta.

Herman Hudoyo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Muchtar A. Karim. 2001. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nana Sudjana. 1989. Devinisi Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Pandoyo. 1997 Matematika Kelas VI. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Rahman Notowijoyo. 1984. Pengajaran Remidial. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan.

Suhito. 1997. Hand Aut. Dasar-dasar penelitian. Semarang: UNNES.

Sulistiyo. 1998. Lembar Kerja Siswa. Semarang: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
ii

Anda mungkin juga menyukai