STRUKTUR KURIKULUM
Pemateri oleh: Ir. Yohanes Karyadi Kusliansjah,MT.,IAI
Dosen Jurusan Arsitektur Unpar
Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Kurikulum JPTA, UPI - Gedung
Bumi Sangkuriang - 18 November 2010.
Fenomena Pendidikan Arsitektur di Indonesia
Pendidikan tinggi arsitektur di Indonesia, data terakhir Asosiasi Pendidikan
Tinggi Arsitektur Indonesia(APTARI) sudah mencapai jumlah 156 perguruan
tinggi. Merebaknya pertumbuhan dan beragamnya perguruan tinggi
arsitektur dalam beberapa tahun belakangan ini perlu menjadi perhatian
dalam penyusunan kurikulum Program studi S1 JPTA-UPI sekarang.
Pertanyaan kenapa pertumbuhan ini terjadi? Apakah semata membidik
peluang pasar, karena calon mahasiswa baru peminat bidang ini masih
berlimpah? Ataukah karena bidang arsitektur ini dianggap mudah untuk
diselenggarakan oleh banyak perguruan tinggi, karena tidak menuntut
banyak pendukungan laboratorium khusus. Yang pasti banyaknya
pendidikan tinggi arsitektur di Indonesia, tentunya perlu disikapi oleh
masing-masing institusi penyelenggara untuk meletakkan ciri khas yang
membedakan warna pendidikannya pada visi dan misi program studi
masing-masing.
Bagaimana menyeleksi calon peserta didik?, Membangun kurikulum yang
menentukan lulus menjadi sarjana berkemampuan apa, serta dapat mengisi
lapangan kerja apa? Masing-masing institusi pendidikan hendaknya
mempunyai kiat tertentu. Perkembangan masyarakat di tingkat lokal,
nasional maupun internasional tidak akan pernah terlepas mempengaruhi
pengkondisian proses ‘input-proses-output’ penyelenggaraan program studi.
Kondisi pengangguran sarjana di negara kita yang tiap tahun makin
membesar, akibat persaingan makin ketat memperebutkan porsi lapangan
kerja yang makin menciut akibat kesulitan pertumbuhan dunia usaha,
pengaruh globalisasi, hingga kesepakatan-kesepakatan internasional yang
mengikat dan memaksa perubahan regulasi serta ikut merebut pasar di
Indonesia. Tantangan global mengharuskan kita makin menguasai dan
paham betul akan budaya dan kondisi lokal negara kita. Kondisi lingkungan
alam Indonesia yang rentan bahaya alam, lingkungan binaan kota-kota kita
yang makin padat dan kualitas pembangunan fisik spasial yang cenderung
masih tertinggal, semuanya perlu dipertimbangkan sebagai muatan
kurikulum pendidikan sarjana arsitektur di Indonesia. Karakter bidang
arsitektur yang berbasis inovasi dan perancangan hendaknya menjadikan
Kurikulum
Suatu Kurikulum terdiri dari :
Lokakarya Pengembangan Kurikulum Prodi S1-JPTA-UPI /YKK 4
Struktur kurikulum = konsep kurikulum disiplin
Silabus = materi substansi disiplin
SAP = Satuan Acara Perkuliahan
Apa Arsitektur?
Awalnya lahir sebagai Keterampilan teknik pertukangan / craft, telah
berkembang bersama dengan disiplin ilmu pengetahuan lainnya menjadi
teknologi
Bidang Studi: lingkungan binaan manusia / The Built
Environment
Obyek Material: (berujud fisik, kertaji / tangible dan konkret),
lingkungan buatan
Obyek Formal Disiplin /Ajaran: (nonfisik, nirkertaji / intangible, dan
abstrak). ilmu-ilmu pengetahuan + ilmu terapan /profesional.
Fokus studi kepada tritunggal: fungsi-keteknikan-rupa (Vitruvius:
utilitas-firmitas-venustas) dalam membina lingkungan. Sekarang obyek
formal meluas obyek ekonomis, obyek kultural, obyek ekologis.
Karenanya karya arsitektur bisa dinilai dari fungsinya, dari rupanya, dari
keteknikannya, dari ekonominya, dari identitas budayanya maupun dari
ekologisnya.
Hakekat Disiplin Arsitektur: “design discipline”1. Hakekat
merancang adalah “any act to change the world”. Desain atau
perancangan arsitektur = usaha mengubah lingkungan binaan menjadi
lebih benar, lebih baik, lebih indah
1
Suhartono Susilo, Sikap Dan Pemikiran Suhartono Susilo, Arsitek & Pendidik, hlm 30
Lokakarya Pengembangan Kurikulum Prodi S1-JPTA-UPI /YKK 6
Ilmu merancang arsitektur berbasis ilmu
pengetahuan
Bentang & Rentang Ilmu Arsitektur
Mahasiswa Arsitektur
Mahasiswa arsitektur ideal memiliki bakat dalam menggambar dan
kemampuan mevisualisasikan obyek (karenanya tes masuk materi
menggambar menjadi penting)
Setiap mahasiswa harus dibimbing sesuai bakat yang dimiliki secara
alami
Dalam penguasaan teori bisa diadakan semacam standar minimum
dan maksimum, akan tetapi untuk pelembutan yang menjadi faktor seni
melalui rasa, emosi, dan selera perlu pertimbangan yang lebih bijak dan
manusiawi
2
Suhartono Susilo, Sikap Dan Pemikiran Suhartono Susilo, Arsitek & Pendidik, hlm 84
3
Dokumen FGD PPAr 14 Januari 2009
Lokakarya Pengembangan Kurikulum Prodi S1-JPTA-UPI /YKK 10
SARJANA ARSITEKTUR: Seorang yang berpendidikan (berilmu,
mampu berpikir dan bersikap mempertahankan kebenaran / truth =
kebaikan dan keindahan ) serta trampil dalam merancang arsitektur.
Sarjana bukan tukang yang bekerja mekanistik seperti robot dalam
berteori dan berpraktek, juga bukan tukang menulis seperti mengisi
borang (formulir) atau amatir yang menghasilkan jalinan kata-kata asal
bunyi.
Sarjana Arsitektur tidak dilatih menghasilkan sekedar gambar-gambar
dan / atau model-model yang indah, “trendy” atau “fashionable”.
Insinyur/ engenieur, ‘gen’, terkait urusan penciptaan. Sarjana
hendaknya berpotensi menciptakan dunia kerja jangan menjadi pencari
kerja.
REFERENSI
Lampiran:
UNESCO/UIA CHARTER FOR ARCHITECTURAL EDUCATION
Revised Version 2005
3.B. KNOWLEDGE
B1. Cultural and Artistic Studies
• Ability to act with knowledge of historical and cultural precedents in
local and world architecture.
• Ability to act with knowledge of the fine arts as an influence on the
quality of architectural design.
• Understanding of heritage issues in the built environment.
• Awareness of the links between architecture and other creative
disciplines.
3.C. SKILL
• Ability to act and to communicate ideas through collaboration,
speaking, numeracy, writing, drawing, modelling and evaluation.
• Ability to utilise manual, electronic, graphic and model making
capabilities to explore, develop, define and communicate a design
proposal.
• Understanding of systems of evaluation, that use manual and/or
electronic means for performance assessments of built environments.
RIWAYAT PENDIDIKAN:
1. Peserta Program Doktor Arsitektur, Program
Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan, 2008.
M Magister Arsitektur, Program Pascasarjana Universitas
Katolik Parahyangan, 1997.
Sarjana Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan,
1981.
RIWAYAT PEKERJAAN:
2008-2010 Ketua Jurusan Arsitektur Universitas Katolik
Parahyangan
2008-kini Anggota Senat Fakultas Teknik Unpar
KEANGGOTAAN ASOSIASI:
1 Anggota Profesional Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)
2 Pengurus IKA Unpar, Anggota Departemen Kemitraan [periode 2009-2012]
3 Anggota Ikatan Alumni Arsitektur Unpar
4 Anggota Persatuan Sarjana Arsitektur Indonesia (PSAI)