)
Nama-nama daerah jenis ubi-ubian ini diantaranya ialah gembili, sudo, ubi aung, ubi jae, huwi
butul, dan lain-lainnya. Tanaman ini berbentuk perdu memanjat yang dapat mencapai tinggi 3-5 m.
daunnya berbentuk seperti ginjal. Batangnya bulat, berbulu halus dan berduri tersebar. Umbinya
banyak, bentuknya bulat sampai bulat panjang. Umbinya berwarna putih sampai putih kekuning-
kuningan. Bunganya tersusun dalam bulir yang berwarna hijau kekuning-kuningan.
Jenis ubi-ubian ini berasal dari Indo Cina kemudian menyebar ke Asia Tenggara, Madagaskar,
India Utara dan New Guinea. Jenis tersebut dapat tumbuh di tanah datar hingga ketinggian 700 m
dpl. Umumnya telah dibudidayakan dan jarang diketemukan tumbuh liar.
Umbinya bila telah direbus enak rasanya, agak lekat-lekat seperti ketan dan manis. Umbi yang
masih mentah berkhasiat obat yang bila dimakan rasanya agak gatal. Di Afrika Barat umbinya
dipakai sebagai bahan industri pati dan alkohol
Pada umumnya pembudidayaan dilakukan secara terbatas, hanya merupakan usaha sambilan
saja. Pada musim kemarau mengalami masa istirahat selama 1-6 ulan. Menjelang musim hujan
umbi ini akan bertunas. Umbi yang telah bertunas inilah yang dipergunakan sebagai bibit. Selain
umbinya, perbanyakan dapat pula dilakukan dengan setek batang. Umbinya dapat dipanen pada
umur 8-9 bulan setelah masa tanam.
Tanaman acung perawakannya mirip jenis amorphophallus lainnya yang sudah dibudidayakan yaitu
A. campanulatus. Perbedaannya terletak pada tangkai daunnya yang licin atau sedikit berbintil dan pada
bagian mandul tongkol bunganya juga tidak berbintil. Tubuh dan pembungaannnya keluar secara
bergantian dari umbi batangnya yang berada di dalam tanah. Pada suatu musim, tubuhnya yang berupa
daun tunggal terpecah-pecah dan ditopang oleh satu tangkai daun yang bulat, keluar beberapa kali dari
umbinya. Oleh orang awam tangkai daun ini disebut batang. Jika masa berbunganya telah tiba muncullah
perbunggaannya dari bekas keluarnya tangkai daun tadi. Jenis ini dalam bahasa daerah disebut acung,
iles-iles atau badul dan di daerah Sunda juga disebut sebagai cocoan oray (mainan ular). Nama yang
terakhir ini diberikan mungkin karena warna tangkai daunnya yang berbelang-belang mirip ular, sehingga
kadang-kadang diserang oleh ular karena dianggap musuhnya.
Di Jawa dan Madura jenis ini tumbuh liar pada ketinggian dibawah 700 m dpl, menyukai tempat yang teduh
dan tahan kekeringan. Tumbuhan ini umbinya besar tetapi rasanya gatal dan memabukkan. Pada musim-
musim paceklik orang memakan umbi ini setelah mengiris-ngiris dan merendamnya beberapa malam dan
kemudian memasaknya. Pada masa pendudukan Jepang penduduk Jawa dikerahkan untuk mencari umbi
tumbuhan ini. Umbi-umbi itu kemudian dikirim ke Jepang dan kabarnya disana disarikan untuk memperoleh
zat yang digunakan dalam pembuatan bahan bakar pesawat terbang.