Anda di halaman 1dari 2

ARSITEKTUR CANDI.

Soekmono, seorang arkeolog terkemuka di Indonesia, mengidentifikasi perbedaan gaya


arsitektur (langgam) antara candi Jawa tengah dengan candi Jawa Timur. Langgam Jawa
Tengahan umumnya adalah candi yang berasal dari sebelum tahun 1.000 masehi, sedangkan
langgam Jawa Timuran umumnya adalah candi yang berasal dari sesudah tahun 1.000 masehi.
Candi-candi di Sumatera dan Bali, karena kemiripannya dikelompokkan ke dalam langgam Jawa
Timur.[2]

Bagian
Langgam Jawa Langgam Jawa
dari Candi
Tengah Timur
Bentuk Cenderung tinggi dan
Cenderung tambun
bangunan ramping
Atapnya merupakan
kesatuan tingkatan.
Jelas menunjukkan
Undakan-undakan kecil
undakan, umumnya
Atap yang sangat banyak
terdiri atas 3
membentuk kesatuan
tingkatan
atap yang melengkung
halus.
Kubus (kebanyakan
Stupa (candi candi Hindu),
Kemuncak Buddha), Ratna atau terkadang Dagoba yang
Vajra (candi Hindu) berbentuk tabung
(candi Buddha)
Gaya Kala-Makara;
kepala Kala dengan
mulut menganga Hanya kepala Kala
Gawang
tanpa rahang bawah tengah menyeringai
pintu dan
terletak di atas pintu, lengkap dengan rahang
hiasan
terhubung dengan bawah terletak di atas
relung
Makara ganda di pintu, Makara tidak ada
masing-masing sisi
pintu
Ukiran lebih rendah
Ukiran lebih tinggi
(tipis) dan kurang
dan menonjol
Relief menonjol, gambar
dengan gambar
bergaya seperti wayang
bergaya naturalis
bali
Tata letak Mandala konsentris, Linear, asimetris,
dan lokasi simetris, formal; mengikuti topografi
candi utama dengan candi utama (penampang
terletak tepat di ketinggian) lokasi;
tengah halaman dengan candi utama
terletak di belakang,
kompleks candi, paling jauh dari pintu
dikelilingi jajaran
masuk, dan seringkali
candi-candi perwara
terletak di tanah yang
yang lebih kecilpaling tinggi dalam
dalam barisan yang
kompleks candi, candi
rapi perwara terletak di
depan candi utama
Arah hadap Kebanyakan Kebanyakan
bangunan menghadap ke timur menghadap ke barat
Bahan Kebanyakan batu Kebanyakan bata
bangunan andesit merah

Maskipun demikian terdapat beberapa pengecualian dalam pengelompokkan langgam candi ini.
Sebagai contoh candi Penataran, Jawi, Jago, Kidal, dan candi Singhasari jelas masuk dalam
kelompok langgam Jawa Timur, akan tetapi bahan bangunannya adalah batu andesit, sama
dengan ciri candi langgam Jawa Tengah; dikontraskan dengan reruntuhan Trowulan seperti candi
Brahu, serta candi Majapahit lainnya seperti Jabung dan Pari yang berbahan bata merah. Bentuk
candi Prambanan adalah ramping serupa candi Jawa Timur, tapi susunan dan bentuk atapnya
adalah langgam Jawa Tengahan. Lokasi candi juga tidak menjamin kelompok langgamnya,
misalnya Candi Badut terletak di Malang, Jawa Timur, akan tetapi candi ini berlanggam Jawa
Tengah yang berasal dari kurun waktu yang lebih tua di abad ke-8 masehi.

Bahkan dalam kelompok langgam Jawa Tengahan terdapat perbedaan tersendiri dan terbagi lebih
lanjut antara langgam Jawa Tengah Utara (misalnya kelompok Candi Dieng) dengan Jawa
Tengah Selatan (misalnya kelompok Candi Sewu). Candi Jawa Tengah Utara ukirannya lebih
sederhana, bangunannya lebih kecil, dan kelompok candinya lebih sedikit; sedangkan langgam
candi Jawa Tengah Selatan ukirannya lebih raya dan mewah, bangunannya lebih megah, serta
candi dalam kompleksnya lebih banyak dengan tata letak yang teratur.

Pada kurun akhir Majapahit, gaya arsitektur candi ditandai dengan kembalinya unsur-unsur
langgam asli Nusantara bangsa Austronesia, seperti kembalinya bentuk punden berundak.
Bentuk bangunan seperti ini tampak jelas pad Candi Sukuh dan Candi Cetho di lereng gunung
Lawu, selain itu beberapa bangunan suci di lereng Gunung Penanggungan juga menampilkan
ciri-ciri piramida berundak mirip bangunan piramida Amerika Tengah.

M. DZAKY AKBAR

20/VII-1

Anda mungkin juga menyukai