Anda di halaman 1dari 4

Candi Ijo (Jawa: ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦆꦗꦺꦴ, translit.

Candhi Ijo) adalah sebuah kompleks


percandian bercorak Hindu, berada 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko atau kira-
kira 18 kilometer di sebelah timur kota Yogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun antara abad
ke-10 sampai dengan ke-11 Masehi pada saat zaman Kerajaan Medang periode Mataram.[1]

Lokasi[sunting | sunting sumber]


Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta. Candi ini berada di lereng barat sebuah bukit yang masih merupakan
bagian perbukitan Batur Agung, kira-kira sekitar 4 kilometer arah tenggara Candi Ratu Boko. Di
mana pada bagian bawah lereng tersebut terdapat wisata tebing Breksi Jogja yang merupakan
bekas pertambangan batu alam. Posisinya berada pada lereng bukit dengan ketinggian rata-rata
425 meter di atas permukaan laut.[2] Candi ini dinamakan "Ijo" karena berada di atas bukit yang
disebut Gumuk Ijo. Kompleks percandian membuka ke arah barat dengan panorama indah,
berupa persawahan dan bentang alam, seperti Bandara Adisucipto dan Pantai Parangtritis.
Dataran tempat kompleks utama candi memiliki luas sekitar 0,8 hektare, namun kuat dugaan
bahwa kompleks percandian Ijo jauh lebih luas, dan menjorok ke barat dan utara. Dugaan itu
didasarkan pada kenyataan bahwa ketika lereng bukit Candi Ijo di sebelah timur dan sebelah
utara ditambang oleh penduduk, banyak ditemukan artefak yang mempunyai kaitan dengan
candi.

Tata bangunan[sunting | sunting sumber]

Dinding pada candi utama terdapat tiga relung di tiap sisinya


Kompleks percandian Ijo dibangun pada punggungan bukit yang disebut Gumuk/Bukit Ijo. Nama
ini telah disebut dalam prasasti Poh berangka tahun 906 Masehi berbahasa Jawa Kuno, dalam
penggalan " ... anak wanua i wuang hijo ..." (anak desa, orang Ijo).[2]
Kompleks candi[sunting | sunting sumber]
Secara keseluruhan, kompleks candi merupakan teras-teras berundak, dengan bagian terbawah
di sisi barat dan bagian tertinggi berada pada sisi timur, mengikuti kontur bukit. Kompleks
percandian utama berada pada ujung timur. Di bagian barat terdapat reruntuhan bangunan candi
yang masih dalam proses ekskavasi dan belum dipugar.[1] Setelah disela oleh kebun kecil,
terdapat teras yang lebih tinggi dengan cukup banyak reruntuhan yang diperkirakan berasal dari
sekumpulan candi-candi pemujaan kecil (candi perwara). Salah satu candi ini telah dipugar pada
tahun 2013.
Kompleks percandian utama[sunting | sunting sumber]

Salah satu dari tiga candi perwara.

Arca Nandi dalam bilik candi perwara Candi Ijo, Mei 2022

Lingga dan yoni dalam bilik candi utama Candi Ijo. Perhatikan
hiasan naga pada yoni.
Kompleks percandian utama terletak di bagian timur menempati teras tertinggi. Di bagian ini ada
candi induk (satu telah dipugar), candi pengapit, dan candi perwara. Candi induk yang sudah
selesai dipugar menghadap ke barat. Di hadapannya berjajar tiga candi yang lebih yang lebih
kecil ukurannya yang diduga dibangun untuk memuja Trimurti: Brahma, Wisnu, dan Siwa. Ketiga
candi perwara ini menghadap ke arah candi utama, yaitu menghadap ke timur. Tiga candi kecil
ini memiliki ruangan di dalamnya dan terdapat jendela kerawangan berbentuk belah ketupat di
dindingnya. Atap candi perwara ini terdiri atas tiga tingkatan yang dimahkotai barisan ratna.
Candi perwara yang berada di tengah melindungi arca lembu Nandini, kendaraan Dewa Siwa.
Candi induk[sunting | sunting sumber]

Bangunan candi induk berdiri di atas kaki candi yang berdenah dasar persegi empat. Pintu
masuk ke ruang dalam tubuh candi terletak di pertengahan dinding sisi barat, diapit dua buah
jendela palsu, yakni relung gawang jendela tetapi tidak tembus berlubang pada ruangan di
dalam. Pada dinding sisi utara, timur, dan selatan masing-masing terdapat tiga relung yang
dihiasi ukiran kala makara. Relung yang tengah lebih tinggi dari dua relung yang mengapitnya.
Relung-relung ini kini kosong, diduga mungkin dulu pada relung-relung ini pernah
terpasang arca.

Yoni dalam candi perwara Candi Ijo


Untuk mencapai pintu yang terletak sekitar 120 cm dari permukaan tanah dibuat tangga yang
dilengkapi dengan pipi tangga berbentuk sepasang makara, makhluk mitos berbentuk bertubuh
ikan dan berbelalai seperti gajah. Kepala makara menjulur ke bawah dengan mulut menganga.
Di atas ambang pintu terdapat hiasan kepala Kala bersusun. Pada bagian pintu masuk terdapat
ukiran kala makara, berupa mulut raksasa kala yang tersambung makara. Pola kala-makara ini
lazim ditemukan dalam ragam hias candi-candi Jawa Tengah. Sebagaimana yang terdapat di
candi-candi lain di Jawa Tengah dan Yogyakarta, kedua kepala Kala tersebut tidak dilengkapi
dengan rahang bawah. Di atas ambang kedua jendela palsu juga dihiasi dengan pahatan kepala
Kala bersusun.
Di dalam mulut masing-masing makara terdapat relief burung bayan kecil. Jendela-jendela palsu
ada bagian luar dinding utara, timur dan selatan, yaitu tiga buah pada masing-masing sisi.
Ambang jendela juga dibingkai dengan hiasan sepasang makara dan kepala kala seperti yang
terdapat di jendela palsu yang mengapit pintu.
Dalam tubuh candi induk ini terdapat sebuah ruangan. Di tengah dinding bagian dalam sisi utara,
timur dan selatan masing-masing terdapat sebuah relung. Setiap relung diapit oleh pahatan
pada dinding yang menggambarkan sepasang apsara yang terkesan terbang menuju ke arah
relung. Tepat di tengah ruangan terdapat lingga dan yoni yang disangga oleh figur ular sendok.
Makhluk yang berasal dari mitos Hindu ini melambangkan penyangga bumi. Penyatuan lingga
dan yoni melambangkan kesatuan antara Siwa dan Parwati shaktinya.
Atap candi bertingkat-tingkat tiga undakan, terbentuk dari susunan segi empat yang makin ke
atas makin mengecil. Di setiap sisi terdapat deretan tiga ratna di masing-masing tingkat. Sebuah
ratna berukuran lebih besar terdapat di puncak atap. Sepanjang batas antara atap dan dinding
tubuh candi dihiasi dengan deretan pahatan dengan pola berselang-seling antara sulur-suluran
dan gana (makhluk kerdil). Sepanjang tepi atap dihiasi dengan deretan antefiks dengan bingkai
sulur-suluran. Dalam masing-masing bingkai terdapat arca setengah badan yang
menggambarkan dewa dalam berbagai posisi tangan.

Aktivitas wisatawan[sunting | sunting sumber]


Candi Ijo merupakan candi yang berada di atas bukit dengan pemandangan Kota Yogya dan
Landasan Pacu Bandara Adisucipto. Karena lokasinya tersebut, banyak wisatawan yang
mengunjungi candi ini untuk melihat matahari tenggelam (sunset) dari halaman candi.

Anda mungkin juga menyukai