Anda di halaman 1dari 42

Laporan Penelitian

Status dan Potensi


Pasar Kayu Manis Organik Nasional dan Internasional

Penyusun :
Rasdi Wangsa
Sri Nuryati

Editor:
Indro Surono

Aliansi Organis Indonesia


Graha Sukadamai Lt.2
Jl. Sukadamai Indah No.1
Bogor – Indonesia
Telp./Fax: 62-0251-331785
E-mail : organicindonesia@organicindonesia.org
www.organicindonesia.org
DAFTAR ISI

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ................................................................... 3-5

RINGKASAN ......................................................................................................... 6-7

BAB I LATAR BELAKANG ......................................................................... 8-9

BAB II KONDISI PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL


PRODUK KAYU MANIS ORGANIK
II.1. Kondisi Pasar Nasional Produk Kayu Manis Organik .............. 10-14
II.2. Kondisi Pasar Internasional Produk Rempah Organik ............. 14-16

BAB III KONDISI PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL


PRODUK KAYU MANIS KONVENSIONAL
III.1. Kondisi Pasar Nasional Produk Kayu Manis
Konvensional ........................................................................ 17-21
III.2. Kondisi Pasar Internasional Produk Kayu Manis
Konvensional ........................................................................ 21-24

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 25-26


BAB V REKOMENDASI ............................................................................ 27

DAFTAR TABEL dan DIAGRAM

Tabel 1 : Produksi Kayu Manis Organik ..................................................... 14


Tabel 2 : Pangsa Pasar Kayu Manis AS .................................................... 22
Diagram 1 : Alur pelaku produksi kayu manis organik di Sumatera ................11
Diagram 2 : Rantai Pemasaran Kayu Manis Organik Dalam Negeri .............. 13
Diagram 3 : Alur Pemasaran Kayu Manis Konvensional ................................ 21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Petani Kayu Manis di wilayah Kampung Malaris .............. 28


Lampiran 2 : Harga Spot Komoditas Kayu Manis
Di pasar Fisik Asia ................................................................... 29
Lampiran 3 : Tabel Ekspor Non Migas Utama Indonesia
Menurut Sektor .......................................................................... 30-31
Lampiran 4 : Kualitas Kayu Manis Dalam Perdagangan
Internasional ............................................................................... 32
Lampiran 5 : Informasi Nutrisi Kayu Manis ………………………........……...... 33
Lampiran 6 : Tabel Negara Produsen Kayu Manis 2005 ............................... 34
Lampiran 7 : Spesifikasi Kayu Manis Organik Untuk Ekspor .......................... 36
Lampiran 8 : Daftar Importir Kayu Manis Dunia ………………..........……....... 37-42
..

2
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

1. Agronomi : Salah satu cabang ilmu terapan dalam biologi yang


mempelajari pengaruh berbagai aspek biotik dan
abiotik terhadap suatu individu atau sekumpulan
individu tanaman untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan manusia.

2. ASTA : American Spice Trade Association/Asosiasi


Pemasar Rempah Amerika

3. Aldehid : Segolongan senyawa organik yang memiliki gugus


fungsional karbonil yang terikat pada rantai karbon di
satu sisi dan atom hidrogen di sisi yang lain. Contoh
senyawa yang paling dikenal dari golongan ini adalah
metanal atau lebih populer dengan nama trivialnya
formaldehida atau formalin.

4. Cinnamaldehide : Bahan aktif yang biasa terdapat dalam kulit kayu


manis utamanya genus camphor dan cassia. Kulit
kayu dari kedua genus ini menghasilkan sekitar 90%
cinnamaldehide.
5. Cinnamomum sp.
/cassiavera :Tanaman rempah dari famili Lauraceae yang terdiri
dari beberapa spesies. Hasil utama dari tanaman ini
adalah kulitnya yang digunakan sebagai rempah.

6. Ekologi : Adalah cabang sains yang mengkaji habitat dan


interaksi di antara benda hidup dengan alam sekitar.

7. Eugenol : Cairan seperti minyak berwarna kuning pucat yang


dihasilkan dari ekstraksi minyak esensial seperti
minyak dari cengkeh, kayu manis, dll.

8. FAO : Food and Agricultural Organisation/ Organisasi Pangan


dan Pertanian Dunia di bawah Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) yang dibentuk dengan tujuan untuk
memperbaiki gizi dan taraf hidup masyarakat di negara-
negara anggotanya melalui peningkatan produksi,
pengolahan, pemasaran dan distribusi bahan pangan dan
hasil pertanian. Organisasi ini berdiri pada 16 Oktober
1945 dan pada saat ini beranggotakan 188 negara.

9. FOB (Free on Board) : Harga produk hingga ke Pelabuhan. Biasanya


digunakan untuk pembelian suatu produk melalui
pelabuhan udara atau laut. Penjual bertanggung
jawab terhadap biaya produk hanya sampai ke
pelabuhan, sementara pembelilah yang membayar
biaya asuransi, pengangkutan dari pelabuhan ke
tempat tujuan/pabrik. Misal: FOB Padang, maka
penjual hanya bertanggung jawab terhadap segala
3
biaya produk hingga ke pelabuhan di Padang,
sementara biaya yang timbul setelah itu dibebankan
pada pembeli.

10. Iradiasi : Teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan


dengan menggunakan sumber iradiasi buatan. Jenis
iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk
pengawetan bahan pangan adalah iradiasi
elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton
berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan
terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang
dilaluinya.

11. Iso-eugenol : Cairan transparan yang memiliki aroma tertentu

12. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat, disingkat LSM,


adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara
sukarela yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini dalam
terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal
juga sebagai Organisasi non pemerintah (disingkat
ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental
organization; NGO).

13. Minyak atsiri : Dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil),
minyak esensial, serta minyak aromatik, adalah
kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri
merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau
minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai
bibit minyak wangi.

14. NASAA : The National Association for Sustainable Agriculture


Australia, adalah lembaga sertifikasi produk organic
Australia

15. Kayu Manis Organik : Produk kayu manis yang diproduksi secara alami dan
bebas bahan kimiawi, baik melalui unsur pupuk
maupun racun hama. Sistem pengelolaan dan
pemeliharan yang dilakukan adalah ramah lingkungan
dan berkelanjutan.

4
16. Kayu Manis Konvensional : Produk kayu manis yang dalam proses produksi dan/
pengolahannya masih menggunakan bahan-bahan
kimiawi dan proses budidayanya masih belum
menerapkan sistem ramah lingkungan.

17. Oleoresin : Senyawa yang diperoleh dari hasil ekstraksi rempah


atau tanaman lain yang menggunakan senyawa
hidrokarbon pelarut lemak/minyak metanol dan etanol.

18. Quill : Kulit kayu manis kering yang sudah menggulung


menyerupai pipa dan biasanya berwarna coklat
kemerahan.

19. Rempah organik : Produk rempah-rempah yang diproduksi secara alami


dan bebas bahan kimiawi, baik melalui unsur pupuk
maupun racun hama. Sistem pengelolaan dan
pemeliharaan yang dilakukan adalah ramah
lingkungan dan berjelanjutan.

20. Spesies : Adalah konsep taksonomi yang digunakan dalam


biologi untuk menunjuk pada populasi organisma
yang sejenis atau serupa dalam beberapa hal yang
penting. Biasanya, organisma-organisma tersebut
boleh membiak bersama.

21. Sterilisasi : Metoda pemusnahan atau penghilangan mikroba


kontaminan.

22. US-FDA : Sebuah badan di Departemen Kesehatan dan


Kemanusiaan Amerika Serikat yang bertanggung
jawab atas peraturan pangan, obat-obatan terlarang,
suplemen, produk medis biologi, kosmetik.

23. Voluminous : Mampu menampung banyak isi

5
RINGKASAN
Pasar utama dunia untuk cinnamon adalah Meksiko, Amerika Serikat dan Eropa Barat
(termasuk Inggris, Jerman dan Spanyol). Sedangkan pemasok cassia (kulit kayu) terbesar
adalah Indonesia (C. burmannii) yaitu sebesar 66% lebih, sisanya dipasok oleh Cina,
Vietnam, India dan lain-lain. Sedangkan Amerika, Kanada dan Jerman adalah negara-
negara pengimpor utama kayu manis asal Indonesia.

Sampai saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis dalam bentuk kulit kayu.
Dalam bentuk kulit kering ini, kulit kayu manis (C. burmannii BL) merupakan komoditas
ekspor penting bagi daerah tertentu seperti Sumatera Barat dan Jambi.

Untuk dijadikan kayu manis, pohon harus ditebang, tidak bisa hanya dikuliti saja. Dan
umumnya baru bisa diambil kulitnya setelah berumur 10 tahun! Dari satu pohon rata-rata
didapat 20 kilogram kulit kayu manis kering. Jika rata-rata produksi pohon kayu manis 20
kg, maka dengan harga kayu manis kering sekarang yang hanya Rp 4.500,- per kg (ini
sudah harga jenis super) maka pendapatan petani dari satu pohon selama 10 tahun hanya
Rp.90.000,-

Hitungan itu merupakan hitungan rata-rata dengan asumsi kayu manis kering biasa dalam
satu pohon hanya 20 persen dari kayu manis super. Komoditi cassiavera saat ini semakin
tidak bernilai karena harga yang ditawarkan pedagang pengumpul dalam tiga tahun terakhir
hampir sama dengan besarnya biaya panen.

Kondisi itu terus terjadi dalam lima tahun terakhir, dan sepanjang itu pula tidak ada
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan perdagangan rempah-rempah. Padahal
sebagian besar kebutuhan cassiavera dunia diekspor dari Padang, yang sebagian besar
dipasok dari perkebunan rakyat di Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi.

Rendahnya harga kayu manis di tingkat petani (di sentra-sentra produksi dalam negeri
kayu manis dihargai hanya Rp. 2.600,- sampai Rp. 5.000,- per kilogram untuk kualitas
terbaik1) membuat produk yang tadinya diharapkan mampu mendongkrak ekonomi
masyarakat ini masih belum membuahkan hasil.

Harga di dalam negeri yang masih belum memuaskan, ditambah lagi kondisi pasar yang
tidak begitu baik karena daya tampung pasar yang sangat kecil membuat kayu manis
terasa semakin pahit bagi petani.

Sementara harga spot komoditas cassiavera (kayu manis) FOB Padang/Belawan (US$/kg)
di pasar fisik Asia pada Rabu, 21 Juni 2006 adalah: Vera AA (1,05 = Rp 9.450,-); Vera A
(0,75 = Rp 6.750,-), Vera B (0,43 = Rp3.700,-), Vera C (0,38 = Rp 3.420,-), Cassia-KA
(0,65 = Rp 5.850,-), Cassia-KB (0,49 = Rp 4.410), Cassia-KC (0,38 = Rp 3.420,-).2

Mengambil kesempatan dalam relung pasar yang tersedia, meskipun secara komparatif
saat ini masih kecil (rempah organik kurang dari 1% dari kebutuhan total rempah
konvensional), segmen rempah organik sebagai bahan masakan tradisional menawarkan
prospek yang cukup menggembirakan karena produk rempah organik tetap digunakan
untuk setiap masakan tradisionil.

1
Republika on-line, 23 Nopember 2005
2
Bisnis Indonesia 22 Juni 2006
6
Pasar dunia untuk rempah dan bumbu masakan impor masih terbuka luas, berkisar US$
2,3 juta. Setidaknya Madagaskar, Komoro dan Tanzania mendapatkan sebagian
penghasilan luar negerinya dari rempah-rempah. Sejak 1995, negara-negara tersebut
merupakan pemasok lebih dari separuh impor vanili dunia dan seperlima kebutuhan
tembakau dunia.

Namun meskipun impor dunia terus meningkat, negara-negara tersebut belum berperan
baik dalam mengekspor rempah di tahun-tahun terakhir ini. Selama 1995 hingga 1999,
total ekspor dari negara-negara ini jumlahnya menurun hingga 8,5% sedangkan nilainya
menurun hingga 4%. Ada dua penyebab utama, pertama menurunnya harga vanili dunia
karena kelebihan suplai dari Indonesia. Kedua, kondisi iklim yang buruk di beberapa
negara produsen di Afrika pada tahun 1998 dan 1999.

Dari tahun 1995-1999, impor rempah organik dunia berkisar 500.000 ton (data
komprehensif kayu manis organik dunia tidak ada) dengan perkembangan sekitar 8,5%
pertahun. Dengan asumsi seperti itu, maka impor rempah organik dunia pada 2006
diperkirakan mencapai sekitar 192.000 ton. Saat ini, Indonesia baru dapat memproduksi
rempah organik (khususnya kayu manis organik) sekitar 5,5 ton/bln (60 ton/th), sehingga
masih ada pasar sekitar 132.000 ton/th. Rata-rata pertumbuhan tersebut adalah indikator
atas meningkatnya konsumsi rempah-rempah dunia.

Saat ini pasar utama rempah organik adalah Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris.
Namun untuk memasuki pasar internasional tersebut tentunya harus diimbangi dengan
kualitas dan kuantitas yang memuaskan dari kayu manis sebagai salah satu produk
rempah organik. Sederet kekurangan yang masih dirasa mengganjal kayu manis dalam
negeri, baik di pasaran umum maupun pasaran organik di antaranya adalah cara
pengolahan, kapasitas sumberdaya manusia, dan tingkat kebersihan produk.

Dan agar mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional, maka beberapa
langkah yang dapat diambil diantaranya adalah:
1. Memperbanyak informasi pasar kayu manis organik, terutama pasar luar negeri
2. Untuk meningkatkan nilai tambah, ada baiknya melakukan diversifikasi produk
yaitu dengan mengolah cassiavera menjadi bubuk cassiavera, sehingga mampu
mengatrol harga di tingkat petani,
3. Petani kulit manis perlu terus diberi penyuluhan baik kualitas maupun kuantitas.
Terutama pada tingkat pedagang pengumpul untuk bisa melakukan pengolahan
kembali kulit hasil dari petani sehingga bisa memenuhi permintaan pasar baik
nasional maupun internasional.
4. Maksimalkan pasar Amerika. Pada tahun 1975-an, mereka belum melirik pasar
industri makanan alami. Kini, makanan alami dapat dan mudah diperoleh.
Kecenderungan yang sama juga akan dialami oleh rempah organik.

7
BAB I
LATAR BELAKANG

Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan
Cina, (Smith, 1986) Indonesia termasuk didalamnya. Tumbuhan ini termasuk famili
Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan merupakan tanaman tahunan yang
memerlukan waktu lama untuk diambil hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit
batang dan dahan, sedang hasil ikutannya adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain
digunakan sebagai rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak
dimanfaatkan dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dsb.

Dan dari 54 spesies kayu manis (Cinnamomum sp.) yang dikenal di dunia, 12 diantaranya
terdapat di Indonesia. Dari kesemuanya, tiga jenis kayu manis yang menonjol di pasar
dunia adalah Cinnamomum burmannii (di Indonesia) yang produknya dikenal dengan nama
cassiavera, Cinnamomum zeylanicum (di Sri Lanka dan Seycelles) dan Cinnamomum
cassia (di Cina) yang produknya dikenal dengan Cassia Cina. Jenis-jenis tersebut
merupakan beberapa tanaman rempah yang terkenal di pasar dunia.

Sekitar tahun 1928 ketiga jenis kayu manis yang disebutkan terdahulu pernah coba
dikembangkan di Indonesia, namun yang memperoleh tempat dan berkembang dengan
pesat adalah C. burmanni, bahkan sisa-sisa pohon C. zeylanicum dan C. cassia hingga
saat ini masih ada (Deinum, 1949). Disamping itu masih ada jenis-jenis C loureiri dan C.
Tamala yang dibudidayakan berturut-turut di Vietnam dan India.

Dan sesuai dengan variasi kekayaan alamnya, Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan kayu manis, terutama C.zeylanicum yang bernilai ekonomi tinggi. Selama
ini, tanaman kayu manis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah C. burmannii BL.,
yang merupakan usaha perkebunan rakyat, terutama diusahakan di Sumatera Barat, Jambi
dan Sumatera Utara. Jenis C. burmanii BL ini, dalam dunia perdagangan lebih dikenal
dengan nama cassiavera dan merupakan ekspor tradisional yang masih dikuasai Indonesia
sebagai negara pengekspor utama di dunia.

Di Indonesia sendiri perkembangan C. burmannii lebih pesat ketimbang C.


zeylanicum dan C. cassia, ini didasarkan atas persyaratan lingkungan pertumbuhan.
Namun sebenarnya ketiga kayu manis tersebut mempunyai peluang yang sama di daerah-
daerah yang sesuai, baik agronomi maupun ekologi.

Panen kulit kayu manis biasanya dilakukan pada musim hujan, ini dimaksudkan agar
mudah mengulitinya. Sebelum dikuliti, batang dikerok dengan pisau untuk membersihkan
dari lumut dan kerak serta gabus. Kulit dipanen mulai dari batang bagian bawah dengan
panjang sekitar 1 (satu) meter kemudian pohon ditebang pada ketinggian 20-30 cm dari
permukaan tanah. Pengambilan kulit kayu dimulai dari bagian atas batang dan cabang-
cabang yang besar. Tunggul dibiarkan bertunas yang kelak ditinggalkan satu atau dua
batang saja sehingga menjadi batang baru. Kulit yang telah dipanen kemudian dikeringkan,
baik dibawah sinar matahari atau dibawah naungan sementara. Bila sudah kering, kulit
akan menggulung menyerupai pipa (disebut quill), quill dari cassiavera ini berwarna coklat
kemerahan.

Nilai utama kayu manis terdapat pada bagian kulit dari batang, cabang serta ranting yang
mengandung minyak atsiri, terutama sinamaldehid (60-75%) dan eugenol (4-18%)
(Suherdi, 1999).
8
Dalam perdagangan internasional produk pohon kayu manis dikenal dengan nama
cinnamon dan cassia. Masing-masing dalam bentuk kulit kayu, minyak atsiri dan oleoresin.
Minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan kulit kayu dan daun, sedang oleoresin
hasil ekstraksi kulit kayu dengan menggunakan pelarut organik tertentu.

Nilai minyak atsiri kayu manis ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar sinamaldehid, makin
tinggi kadarnya makin tinggi pula harganya. Minyak kulit cinnamon mengandung
sinamaldehid 51-76%, sedangkan minyak cassia berkadar 85-95%. Minyak atsiri dari daun,
batang dan ranting C. cassia kaya akan sinamaldehid, yaitu 70-75%, disamping itu masih
mengandung fenol dan sekitar 4-8% segenol. Minyak atsiri yang diperoleh dari daun C.
zeylanicum kaya akan eugeno yaitu 65-95% yang merupakan bahan penting dalam industri
essence.

Dan untuk menghasilkan semua itu, pohon harus ditebang, tidak bisa hanya dikuliti saja.
Satu pohon yang telah berusia delapan tahun lebih itu ditebang hanya untuk mendapatkan
kulitnya. Begitu seterusnya, setiap beberapa hari sekali peladang menebang pohon yang
telah ditanam rata-rata 10 tahun hanya untuk sekali pakai.

Walaupun peladang harus menunggu rata-rata 10 tahun dan harus mengorbankan pohon
kayu manis sekali pakai saja, para peladang mengaku tidak seberapa mendapat
penghasilan dari rempah-rempah itu. Dari satu pohon rata-rata didapat 20 kilogram kulit
kayu manis kering. Jika rata-rata produksi pohon kayu manis 20 kg, maka dengan harga
kayu manis kering sekarang yang hanya Rp. 4.500,- per kg (ini sudah harga jenis super)
maka pendapatan peladang dari satu pohon selama 10 tahun hanya Rp.90.000,-3

Hitungan itu merupakan hitungan rata-rata dengan asumsi kayu manis kering biasa dalam
satu pohon hanya 20 persen dari kayu manis super. Kayu manis biasa merupakan kulit
kayu manis bagian cabang, sedangkan kayu manis super merupakan kulit kayu manis dari
bagian batang.

Indonesia hingga kini baru sebagai produsen dan eksportir utama kulit kayu cassia
(cassiavera jenis C. burmannii), dan diekspor ke 44 negara, dengan tujuan utama Amerika
Serikat dan sejumlah negara di kawasan Eropa serta negara-negara di Asia. Sedangkan
Sri Lanka, selain sebagai eksportir kulit kayu sekaligus juga produsen dan eksportir utama
minyak atsiri dan oleoresin dari jenis C. zeylanicum; demikian juga Cina merupakan
produsen dan eksportir utama kulit kayu dan minyak cassia (C. cassia).

3
Kompas Cyber Media, Kamis, 30 Oktober 2003
9
BAB II

KONDISI PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL


PRODUK KAYU MANIS ORGANIK

II. 1. Kondisi Pasar Nasional Kayu Manis Organik


Sebenarnya pengembangan dan perdagangan rempah organik, khususnya kayu manis di
Indonesia, sudah dilakukan sejak tahun 1994. Kegiatan tersebut telah dilakukan di
beberapa desa di sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Jambi.
Perdagangan rempah organik ini dilakukan oleh ForesTrade (FT) Incorporation, sebuah
pemasar Amerika Serikat bekerja sama dengan Warsi, sebuah Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) lingkungan di Jambi. Selain aktif memasarkan rempah-rempah yang
diproduksi secara alami, kedua lembaga ini juga mendukung perkembangan sosial
ekonomi para petani. Saat ini FT telah mendampingi 1.124 petani, yang berada di desa
sekitar TNKS.

Petani yang menjadi anggota adalah yang memenuhi kriteria-kriteria untuk menjadi
anggota dan membuat kesepakatan kerjasama dengan lembaga perwalian lokal (Pengurus
Kerja Pertanian Organik Desa) untuk mengolah ladang secara ekologis dan telah melalui
proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi internasional NASAA Australia.

Kayu manis organik ini dijadikan alternatif solusi persoalan yang dihadapi oleh petani dalam
meningkatan harga jual (ekonomi), melestarikan kearifan sosial budaya dan
memperpanjang masa kesuburan tanah milik petani serta melibatkan petani dalam
pengelolaan sumberdaya alam yang arif dan bijaksana.

Potensi produksi kayu manis organik di wilayah Sumatera Barat (Rantau Kermas, Renah
Alai dan Pulau Tengah) adalah sekitar 1,5 ton/bulan4.

Sedangkan pihak-pihak yang terlibat dalam program rempah organik di wilayah tersebut
adalah masyarakat petani kayu manis (Cassiavera), pedagang pengumpul desa, lembaga
perwalian lokal/desa, PT Pergamino (Eksportir) Forest Trade Inc. dan Yayasan WARSI
sebagai Teknikal Asistensi dan Fasilitator kegiatan ditingkat lapangan mulai dari petani
sampai ke pengiriman produk dan Lembaga Sertifikasi Internasional Pertanian Organik
NASAA Australia.

Pelaku produksi untuk produk ini adalah petani sebagai produsen kayu manis, tengkulak
atau pengumpul sebagai broker atau perantara yang akan mendistribusikan produk kayu
manis dari petani kepada akses pasar yang lebih luas, misalnya pasar kabupaten, pasar
propinsi bahkan pasar antar propinsi sebelum sampai pada konsumen.

4
Kom. pribadi dengan Yayasan Warsi, 2006
10
Diagram 1: Alur pelaku produksi kayu manis organik di Sumatera

Pasar kabupaten

Tengkulak/
Petani Kayu Pasar propinsi Konsumen
pengumpul/
Manis
perantara

Pasar antar
propinsi

Sedangkan rantai pemasaran kayu manis organik untuk wilayah Jambi/Sumatera adalah:

Untuk pasar ekspor:


1) petani sebagai produsen, 2) pedagang pengumpul sebagai pedagang perantara ekspor
dan langsung proses 1/2 jadi.

Untuk pasar dalam negeri:


1) petani; 2) pedagang pengumpul lokal; 3) ekspedisi; 4) perusahaan ekspor
5) lembaga lokal yang berfungsi sebagai ICS (Internal Control Sistem).

Di pasar kayu manis nasional, tidak ada perbedaan harga yang mencolok antara produk
kayu manis organik dan non organik. Walaupun ada, selisih harga maksimal Rp.500.,-
itupun dihargai sebagai bentuk insentif yang diberikan kepada petani dalam bentuk
pembangunan baik fisik atau sumber daya manusia (seperti beasiswa).

Dan sebagian besar produk kayu manis organik asal Jambi ini ditujukan untuk pasar ekspor
karena kebutuhan dalam negeri yang terbanyak hanya untuk bumbu. Pabrik-pabrik yang
membutuhkan kayu manis tidak perduli dengan kayu manis organik atau bukan.

Negara tujuan ekspor produk organik ini khususnya adalah Eropa terdiri dari Belanda,
Amerika, Australia, Swiss, dan Jepang. Pesaing Indonesia di kancah perdagangan kayu
manis organik internasional adalah China, Vietnam, Thailand.

Awal 2006 kayu manis organik asal Indonesia di luar negeri dihargai US$1,8/kg
(Rp.16.200,-/kg). 5 Dan umumnya dipakai untuk keperluan industri seperti obat-obatan,
kuliner seperti makanan, minuman, es, sarapan pagi (yogi teh).

Untuk mempopulerkan kayu manis organik baik di dalam maupun di luar negeri, ada
beberapa strategi yang biasa dipakai para pemasar produk kayu manis organik,
diantaranya adalah: mengikuti pameran-pameran di negara-negara tujuan kayu manis,
menggunakan fasilitas website, Representative Selling Staff (wakil staf penjualan), maupun

5
Kom. Pibadi dengan Vidra - Yayasan Warsi, 2006
11
promosi dengan membawa kearifan masyarakat melalui fungsi sosial budaya masyarakat
dalam penanamam kayu manis dan lokasinya di sekitar kawasan konservasi.

Sedangkan kendala yang dihadapi diantaranya:


1). Tidak ada transparansi harga antara FT dan petani (untuk ekspor);
2). Kuota produksi yang tidak jelas dan tidak terdokumen (untuk petani);
3). Untuk dalam negeri, tidak ada dukungan dan rencana, monitoring dan evaluasi dari
pemerintah ataupun lembaga sertifikasi nasional yang ada sekarang;
4). Mahalnya biaya sertifikasi sehingga sulit bagi petani dan kelompok untuk
mendapatkan investor atau modal yang dapat mengembangkan produk organik.

Hampir sama dengan apa yang dialami oleh para petani Sumatera Barat, petani kayu
manis Kalimantan Selatan pun tidak mempunyai akses pasar langsung.

Ada 2 pola pemasaran yang umum dilakukan oleh petani kayu manis di Malaris,
Kalimantan Selatan :

Pola 1: Para tengkulak yang mendatangi petani. Dengan pola ini petani tinggal menunggu
tengkulak datang.

Pola 2: Dijual ke pengumpul. Dengan pola ini petani harus mendatangi pengumpul untuk
meyerahkan produk kayu manisnya.

Dengan pola-pola seperti tersebut diatas, posisi petani sangat tergantung dari para
tengkulak dan permintaan pasar, baik untuk penentuan harga maupun kapasitas produksi
yang bisa dipasarkan. Akses pasar petani produsen juga terbatas pada pasar desa yang
dikuasai pengumpul dan tengkulak.

Untuk alur distribusi kayu manis, petani tidak punya akses langsung ke konsumen.

12
Diagram 2: Rantai Pemasaran Kayu Manis Organik di Kalimantan Selatan

Petani

Pasar Tengkulak
Desa

PABRIK JAMU Pengumpul Besar


(kualitas B sortir)

BANJARMASIN KANDANGAN SAMARINDA


Ibukota Propinsi Ibukota Kabupaten (Kal–Tim)

Konsumen

Sumber: YCHI, 2006

Untuk pasar ekspor, petani juga tidak mempunyai akses langsung ke eksportir. Petani akan
berhubungan dengan pedagang pengumpul, dan merekalah yang langsung berhubungan
dengan para eksportir.

Sebenarnya selama ini kayu manis organik asal Kalimantan tidak kalah kualitasnya.
Namun, ada beberapa kendala sehingga komoditas unggulan ini belum mampu
memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah informasi dan akses
pasar yang belum terbuka. Padahal, kayu manis asal Kalimantan ini sangat berpotensi
untuk menembus pasar organik.

Yayasan Cakrawala Hijau/YCHI (sebuah LSM lokal) bersama masyarakat setempat


berupaya membuka kesempatan pasar tersebut. Tentu saja, sebelum sampai ke pasar ada
persyaratan yang harus dipenuhi, yakni produk pertanian atau perkebunan yang dilempar
ke pasar organik tidak ada campuran bahan kimia, benar-benar alami atau dari bahan
organik.

Tak ditampik jika selama ini penanganan produk ini masih terkesan kurang maksimal. Ada
sederet kekurangan yang masih dirasa mengganjal kayu manis asal Kalimantan ini tak
dilirik di pasaran, baik pasaran umum maupun pasaran organik. Di antaranya dari cara
pengolahan, kapasitas sumberdaya manusia.

13
Jadi tidak heran, jika kayu manis asal Kalimantan, khususnya Loksado harganya sangat
rendah. Fluktuasi harga yang tidak menentu karena sistem yang alamiah di arena
perdagangan sederhana, dimana masih kuat dominasi tengkulak, menyebabkan kayu
manis ini kontribusinya minim sekali bagi petaninya.

Padahal, potensi kayu manis Kalimantan seperti hasil survai partisipatif antara Pondok
Informasi Komunitas ‘Mangkuraksa’ Malaris bersama YCHI sungguh sangat membuka
kesempatan yang sangat mungkin untuk dikembangkan. Dan dari sisi kualitas organik
sangat memungkinkan kawasan ini menjadi ‘surga’ kayu manis.

Untuk wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kotabaru, Kalimantan Selatan volume
produksi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, 1-5 ton/bln dan
Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, 1-3 ton/bln. Dan harga ditingkat petani pada
awal 2006 Rp.3.500/kg sedangkan harga di Banjarmasin Rp.4.000,-/kg6.

Data komprehensif volume produksi kayu manis organik dalam negeri tidak ada. Tabel
berikut adalah kompilasi penulis dari data yang didapat dari Yayasan Warsi (Jambi) dan
LPMA Banjarmasin.

Tabel 1. Produksi Kayu Manis Organik Sumatera dan Kalimantan

NO. LOKASI JUMLAH (ton/bln)


1 Sumatera Barat 1,5
3 Hulu Sungai Tengah (Kalsel) 1-5 atau rata-rata 2,5
4 Kotabaru (Kalsel) 1-3 atau rata-rata 1,5
TOTAL 5,5 ton/bln
(data kompilasi penulis, 2006)

Kulit kayu manis adalah jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bahan
pemberi aroma dan citarasa dalam makanan dan minuman, dan bahan aditif pada
pembuatan parfum serta obat-obatan. Kulit kayu manis mengandung minyak atsiri dan
oleoresin. Namun hingga kini Indonesia hanya mengekspor kayu manis dalam bentuk kulit
kayu.

II. 2. Kondisi Pasar Internasional Produk Rempah Organik

Rempah-rempah tumbuh di lokasi yang sangat spesifik, mereka membutuhkan tanah dan
iklim khusus. Rempah paling banyak tumbuh di Indonesia, India, Cina, Brazil, Tanzania,
Madagaskar, Sri Lanka, dan Guatemala.

Pasar dunia untuk rempah dan bumbu masakan impor masih terbuka luas, berkisar 2,3 juta
dolar AS. Setidaknya Madagaskar, Komoro dan Tanzania mendapatkan sebagian
penghasilan luar negerinya dari rempah-rempah. Sejak 1995, Negara-negara tersebut
merupakan pemasok lebih dari separuh impor vanili dunia dan seperlima kebutuhan
tembakau dunia. Impor utama lainnya adalah paprika, kayu manis, jahe, dll.

Dari tahun 1995-1999, impor rempah organik dunia berkisar 500.000 ton dengan
perkembangan sekitar 8,5% pertahun. Rata-rata pertumbuhan ini adalah indikator atas
meningkatnya konsumsi rempah-rempah dunia.
6
LPMA Banjarmasin, April 2006
14
Negara-negara seperti Tanzania, Madagaskar, Sri Lanka dan Guatemala memiliki potensi
untuk memperbesar ekspor rempah mereka baik ke pasar negara-negara berkembang
maupun negara-negara maju. Ini adalah pasar besar yang tumbuh dengan cepat dan
Tanzania, Madagaskar, Sri Lanka dan Guatemala memiliki sumber daya alam untuk
bersaing. Negara-negara ini dapat mengambil keuntungan dari perkembangan pasar yang
cepat ini, dan dapat mengambil bagian pasar dari para kompetitor dari negara-negara
sedang berkembang dengan menambah jenis rempah yang dipasok oleh negara-negara
berkembang tersebut, dan meningkatkan nilai tambah dengan pemrosesan awal.

Namun meskipun impor dunia terus meningkat, Tanzania, Madagaskar, Sri Lanka, dan
Guatemala belum berperan baik dalam mengekspor rempah di tahun-tahun terakhir ini.
Selama 1995 hingga 1999, total ekspor dari negara-negara ini jumlahnya menurun hingga
8,5% sedangkan nilainya menurun hingga 4%. Ada dua penyebab utama: 1) menurunnya
harga vanili dunia karena kelebihan suplai dari Indonesia dan 2) kondisi iklim yang buruk di
beberapa negara produsen di Afrika pada tahun 1998 dan 1999.

Dalam perdagangan rempah dunia, strategi yang ditempuh oleh para eksportir antara lain:

• Diversifikasi pasar ekspor;


• Diversifikasi kisaran produk: seperti ketumbar, cumin, salam, oregano, kemangi;
• Meningkatkan posisi dan kinerja pasar: syarat kunci adalah meningkatkan
konsistensi dalam hal kualitas dan ketepatan antar;
• Mengambil kesempatan dalam relung pasar yang tersedia: Meskipun secara
komparatif saat ini masih kecil (kurang dari 1% dari kebutuhan total rempah),
segmen rempah organik sebagai bahan masakan tradisional menawarkan prospek
yang cukup menggembirakan karena digunakan untuk setiap masakan tradisionil;
• Pemrosesaan dan pengepakan: Ada kecenderungan untuk memproses dan
mengepak rempah di negara-negara berkembang. Rempah campuran juga semakin
diminati.

Dengan kondisi pasar seperti saat ini, negara pengekspor rempah harus lebih
berkonsentrasi pada penyediaan produk untuk prosesor dan pengepak besar dengan
rempah yang berkualitas baik. Negara produsen berusaha untuk menyediakan rempah
berkualitas baik dalam jumlah besar untuk industri yang lebih suka mengimpor langsung
dari sumbernya dan menggunakan lebih dari satu pemasok. Untuk jangka panjang,
tujuannya harus menarik investor melalui prosesor dengan pengetahuan pasar dan
kemampuan distribusi di negara-negara konsumen.

Di tahun 2000, India mengekspor rempah organik senilai US$ 290.000. Pada 2003,
meningkat hingga empat kali lipat senilai US$ 1,13 juta. Peningkatan ini karena dukungan
dari Dewan Rempah India yang mendorong pertanian rempah organik untuk ekspor. Pasar
utama rempah organik adalah Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris. Sedangkan harga
kayu manis organik di pasaran dunia adalah L15,80/kg (Rp.16.360,-/kg)7.

Karena kebanyakan produk rempah-rempah ditanam dan dipanen di ruang terbuka, maka
banyak kemungkinan produk-produk tersebut mengandung benda asing seperti ranting,
daun, serangga, kerikil dan kotoran sebelum produk-produk tersebut disalurkan ke
prosesor dan pabrik. Frontier Natural Products Co-op, distributor besar produk herbal dan
rempah organik Amerika Serikat, pernah menolak pengiriman contoh rempah karena tidak
sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan tersebut.
7
www.spiceworld.uk.com, down load at 26/6/2006
15
Beberapa benda asing seperti, ranting, daun, kerikil dapat dibersihkan dengan alat
pembersih sewaktu rempah tersebut diproses, sedangkan bahan lain dapat dimusnahkan
melalui sterilisasi. Benda asing yang tidak dapat dibuang melalui kedua cara tersebut dapat
mengakibatkan produk ditolak.

Sterilisasi diperlukan untuk memusnahkan pertumbuhan dan kemampuan reproduksi mikro


organisme yang dapat mengakibatkan pembusukan. Meskipun irradiasi diperbolehkan oleh
Badan Pengawas Makanan dan Minuman Amerika Serikat (FDA), namun produk yang
telah disertifikasi organik tidak boleh di iradiasi. Penggunaan karbon dioksida dan panas
selama sterilisasi adalah metode yang biasa dipakai untuk memproses rempah organik.
Namun, pemanasan dalam sterilisasi tidak sesuai untuk semua jenis rempah, karena dapat
merusak aroma dan rasa. CO2 hanya akan membunuh kutu dan telur-telurnya, bukan
membersihkan rempah.

FDA memperbolehkan irradiasi untk rempah dengan mempertimbangkan bahwa: 1)


dampak iradiasi dapat dicairkan oleh makanan yang kita makan, 2) kelembaban rempah
membuatnya lebih aman untuk di iradiasi, 3) dosis tinggi iradiasi (3.000.000 rad)
dibutuhkan untuk membunuh serangga dan bakteri. Tetapi beberapa perusahaan rempah
besar tidak mau mengganti resiko kimia yang ditimbulkan karena iradiasi tersebut. Mereka
lebih menyukai metode sterilisasi menggunakaan panas yang lebih aman tanpa tambahan
bahan kimia, menghasilkan produk yang tidak membahayakan, tidak menghilangkan aroma
dan rasa.

McCormick, perusahaan yang mendominasi 40% pasar rempah dunia tidak melakukan
iradiasi pada produk-produknya. McCormick selalu mencari berbagai metode untuk
mendapatkan metode sterilisasi yang aman, efisien, dan sesuai. (pernyataan yang
dikeluarkan September 1996)

16
BAB III

KONDISI PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL


PRODUK KAYU MANIS KONVENSIONAL
III.1. Kondisi Pasar Nasional Produk Kayu Manis Konvensional

Cassivera Indonesia, khususnya Sumatera diekspor ke 44 negara, dengan tujuan utama


Amerika Serikat dan sejumlah negara di kawasan Eropa serta negara-negara di Asia.
Komoditi cassiavera saat ini semakin tidak bernilai karena harga yang ditawarkan
pedagang pengumpul dalam tiga tahun terakhir hampir sama dengan besarnya biaya
panen.

Anjloknya harga kulit manis dipasaran hingga Rp.3.500,-/kg tersebut terjadi karena
perubahan ekonomi secara global sehingga ongkos produksi panen hingga ke tempat
pemasaran mencapai jumlah yang sama sehingga kondisi kulit manis yang diharapkan
mampu mendongkrak ekonomi masyarakat masih belum membuahkan hasil.

Disamping itu panen kulit manis cenderung dilakukan berdasarkan kebutuhan ekonomi
walaupun sudah ada yang berorientasi pada harga dan ditingkat petani pengolahan
cassiavera masih dilakukan secara manual. Belum faktor lainnya seperti panen pada
musim hujan, hal itu didorong oleh pendapatan petani yang cenderung menurun
sedangkan untuk menutupi kebutuhan itulah petani memanen dan memasarkan harga.

Selain Sumatera, masyarakat adat Dayak Meratus juga adalah produsen utama kayu
manis di Kalimantan Selatan. Kawasan ini adalah penghasil kayu manis nomor dua setelah
Sumatera. Potensi rempah-rempah di kawasan ini sangat besar, dan secara ekonomis bisa
bersaing dengan produk kayu manis dari daerah mana pun. Jika orang yang tiap harinya
hanya melihat kayu manis seukuran jari kelingking orang dewasa pasti akan terheran-heran
melihat potongan kayu manis made in Dayak Meratus yang begitu panjang (sekitar 40 cm),
merah menyala, dan aromanya yang begitu menggoda.

Dalam setiap kilogram kayu manis kering super biasanya terdapat 35 gulungan sampai 45
gulungan kayu manis yang harganya hanya Rp 4.500,- Semakin bulat gulungannya dan
semakin lurus bentuknya akan semakin meningkatkan kualitas kayu manis. Karena itu,
kayu manis yang bulat gulungannya dan lurus bentuknya hanya diperoleh dari kulit kayu
manis bagian batang.

Sampai di Pulau Jawa, setiap gulungan itu bisa dipotong sampai enam bagian dengan
harga per potong Rp. 200,- sampai Rp. 500,- yang dijual eceran untuk bumbu masak.

Dan walaupun komoditas rempah-rempah andalan Kalimantan Selatan tersebut terus


terpuruk, namun hingga kini para peladang tetap memproduksi kayu manis dan kemiri.
Mereka sama sekali tidak mengenal manajemen pasca panen menghadapi anjloknya
harga, semisal dengan menahan barang.

Para peladang di pedalaman Dayak Meratus mengaku sepenuhnya tidak tahu mengapa
harga komoditas rempah-rempah mereka terus anjlok. Namun, mereka bisa meraba-raba
bahwa anjloknya rempah-rempah karena "ada yang memainkannya."

17
Akibat terpuruknya harga rempah-rempah, kini warga pedalaman mengaku sudah tidak
akan menanam kayu manis lagi. Sejak harga kayu manis terpuruk peladang sudah tidak
mau meremajakan pohon kayu manis setelah ditebang bukan ditanami kayu manis lagi,
melainkan diganti dengan pohon karet.

Dengan alasan karet bisa dipanen sepanjang tahun, warga pedalaman kini lebih memilih
meremajakan kayu manis dengan pohon karet saja. Ancaman kepunahan kayu manis
dalam sepuluh tahun mendatang kini benar-benar mengancam jika dalam tahun ini tidak
ada perbaikan harga kayu manis.

Komoditi cassiavera saat ini semakin tidak bernilai karena harga yang ditawarkan
pedagang pengumpul dalam tiga tahun terakhir hampir sama dengan besarnya biaya
panen.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, harga cassiavera asal pedagang pengumpul pada
eksportir berada pada kisaran Rp 4.500/kg. Memang ada fluktuasi harga dalam tiga tahun
terakhir, tetapi berkisar pada harga Rp. 4.500,-/kg,. Harga cassiavera asal Sumbar dan
asal Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi awal Mei 2006 tercatat Rp. 4.500,-/kg, selanjutnya
komoditi asalan itu diproses eksportir menjadi produk ekspor dengan mata dagangan Vera
dan Cassia. Vera AA mutu ekspor Rp. 5.450,-/kg, Vera A (Rp.3.950,-), Vera B (Rp.3.250,-),
Cassia KB (Rp.2.950,-) dan Cassia KC Rp. 2.350,-/kg.8

Produksi komoditas kayu manis (cassiavera) di Provinsi Sumbar tahun ini (2006)
diperkirakan 20.000 ton atau turun 60% dibandingkan tahun lalu yang tercatat berjumlah
32.000 ton. Akibatnya permintaan pasar terhadap komoditas tersebut akan sulit dipenuhi.
Padahal minat petani untuk membudidayakan cassiavera secara besar-besaran belum
pulih akibat rendahnya harga komoditi itu di tingkat petani.

Sebaliknya, permintaan cassiavera berpotensi naik hingga menjadi 30.000 ton, sehingga
eksportir memperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan komoditas itu hingga mencapai
5.000 ton. Seretnya pasokan cassiavera itu akibat berkurangnya produksi komoditas itu
mengingat mayoritas petani telah mengganti tanaman cassiavera dengan komoditas
ekspor lainnya.

Kayu manis asal Indonesia, khususnya produksi Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Jambi
masih menjadi primadona di pasar rempah-rempah Eropa. Hal ini terlihat dari permintaan
kayu manis dari konsumen Eropa tidak pernah terhenti sejak puluhan tahun lalu, bahkan
volume permintaan terus meningkat berikut nilai produk.

Tingginya permintaan ekspor kayu manis tersebut menyebabkan jumlah eksportir yang
mengirim kayu manis ke pasar internasional juga semakin bertambah. Di Sumatra Utara
(Sumut), eksportir kayu manis sudah lebih dari 30 pengekspor, dengan rata-rata
pengiriman kayu manis sekitar 30 ton per bulan.

Sementara itu, harga jual kayu manis di pasar Internasional juga terus meningkat.
Peningkatan harga jual kayu manis di pasar dunia tentunya berpengaruh pada
meningkatnya harga jual kayu manis di tingkat petani.

8
Jakarta, Neraca-6 Mei 2005
18
Di tahun 2006 ini produsen cassiavera mulai bernapas lega menyusul melambungnya
harga komoditas itu di tingkat petani hingga mencapai 50%, padahal selama hampir 10
tahun, harga komoditas ekspor unggulan tersebut terpuruk pada level terendah.

Kenaikan harga yang terjadi sejak awal tahun ini termasuk yang tertinggi sejak harga
komoditas tersebut terpuruk pada level terendah Rp3.000/kg. Komoditas cassiavera saat
ini (2006, di pedagang pengumpul) dihargai Rp. 4.500,-/kg. Kenaikan harga cassiavera
yang sangat signifikan tersebut dipicu oleh seretnya pasokan cassiavera dari petani.

Seretnya pasokan cassiavera tersebut disebabkan berkurangnya produksi komoditas itu


mengingat mayoritas petani telah mengganti tanaman cassiavera dengan komoditas
ekspor lainnya yang memiliki harga tinggi di pasar.

Sejak harga komoditas itu terpuruk, mayoritas petani membongkar tanaman cassiavera
dan menggantikannya dengan komoditias ekspor lainnya yang lebih menjanjikan seperti
kakao.

Kenaikan harga komoditas cassiavera terjadi pada semua jenis yang diproduksi. Sebagai
gambaran, harga cassiavera jenis A/KA naik hingga mencapai 50% dari Rp.3.000,-/kg pada
2005 menjadi Rp.4.500,-/kg.

Kemudian cassiavera jenis B/KB yang sebelumnya Rp.2.300,-/kg, saat ini telah dihargai
Rp.2.700,-/kg atau naik 21,7%. Sementara harga cassiavera jenis C/KC juga naik 15% dari
Rp.2.000,-/kg pada tahun lalu menjadi Rp.2.300,-/kg.

Akibat kenaikan harga cassiavera di tingkat petani, kalangan eksportir yang memiliki
kontrak jangka panjang dengan importir asing menanggung kerugian yang cukup signifikan,
bahkan ada yang menderita kerugian hingga mencapai Rp. 4.000,-/kg.

Kalangan eksportir cassiavera saat ini saling berebut untuk memperoleh pasokan
cassiavera dari petani setelah mengetahui pasokan komoditas dari petani 2006 bakal seret
selama 2006 ini. (Jakarta, Bisnis Indonesia, Rabu, 15 Maret 2006)

85% ekspor kayu manis Indonesia berasal dari Kerinci. Di pasar Internasional, kayu manis
dari kawasan ini dikenal dengan cassiavera/cinnamon Korintji. Kulit kayu manis ini
dipergunakan untuk komoditi dasar seperti obat-obatan, parfum, makanan dan minuman a
Regency. In International market, Cassiavera from Kerinci is known as
Cassiavera/Cinnamon Korintji. The bark of this tree is used
Pelaku pasar utama yang terlibat dalam perdagangan kayu manis konvensional di tingkat
nasional ini adalah petani, tukang timbang, dan perantara. Harga ditentukan oleh tingkatan
(grade). Misalnya:

Tingkat pertama AA or KA. Tingkat ini dihasilkan dari kulit kayu dari batang kayu manis
yang telah diproses sehingga kulit kayunya kering dan bagian epidermisnya dihilangkan
dan berwarna coklat muda. Tipe ini biasanya dipanen setelah usia 15-20 tahun, sehingga
menghasilkan kualitas yang sangat bagus,dan 8-10 tahun untuk menghasilkan kualitas
yang bagus. Di pasaran, kayu manis kualitas ini dijual dengan harga tertinggi.

Jenis kedua adalah KB. Jenis ini hampir sama dengan AA, perbedaannya terletak pada
epidemisnya yang tidak dihilangkan. Warnanya coklat kehitam-hitaman. Kualitas ini dapat
dihasilkan setelah pohon berusia diatas 7 tahun Jenis ini biasanya dijual dengan harga
19
lebih murah ketimbang jenis AA.

Tingkat ketiga yaitu KC, disebut juga pecahan kulit manis. Jenis ini dihasilkan dari kayu
manis tipe KB. Di pasaran, jenis ini diperjual belikan di tingkat penjualan yang terendah
dibandingkan dua jenis yang disebutkan sebelumnya.

Meskipun harga kulit kayu manis biasanya sudah ada standarnya, namun dalam praktiknya
ketentuan tersebut selalu berubah. Faktor yang menentukan adalah “tingkat kekeringan.”
Semakin kering kulit kayu manis tersebut, semakin tinggi harganya.

Tingkat kekeringan ini ditentukan oleh tengkulak. Melalui kendali harganya, mereka
mendominasi arena penentuan harga dan laba. Namun pada kenyataannya sejumlah besar
tengkulak harus bersaing dengan sesamanya guna mendapatkan kayu manis dari para
petani. Dan bagaimanapun juga, tetap tengkulaklah yang mendomonasi struktur
perdagangan kayu manis.

Pada umumnya petani merasa tidak puas dengan harga yang diberikan tengkulak karena
tingkat kekeringan (yang merupakan faktor utama harga kayu manis) ditentukan oleh para
tengkulak tersebut. Pada akhirnya petani kayu manis tidak pernah memenangkan transaksi
tersebut, karena harga sepenuhnya tergantung pada tengkulak. Petani yang berhasil
adalah yang dapat menjual habis dagangannya, berapapun harganya. Uang tunai adalah
tujuan utama transaksi ini. Uang yang mereka dapatkan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari ditambah membawa sedikit uang untuk dibawa ke rumah.

Ada dua alur utama pemasaran kayu manis:


Yang pertama, para petani kayu manis menjual hasil panennya ke para tengkulak baik di
pasar atau langsung kepada para tengkulak desa. Jika dijual kepada tengkulak desa, maka
para tengkulak desa-lah yang kemudian menjualnya ke tengkulak yang berada d pasar.
Setelah terkumpul di tengkulak pasar, para tengkulak inilah yang meneruskannya ke
pedagang besar untuk kepentingan ekspor.

Sementara jika para petani langsung menjual hasil panennya langsung di pasar lelang,
maka ada kemungkinan produk kayu manis tersebut dibeli oleh pedagang besar yang
kemudian langsung diekspor atau hasil lelang tersebut di jual ke berbagai pasar dalam
negeri.

20
Diagram 3. Alur pemasaran kayu manis konvensional

Petani Tengkulak
Di pasar

Tengkulak
Di desa

Pedagang
Lelang besar

Bermacam Ekspor
pasar

(Sumber: Nursyirwan Effendi, 1999)

Pemasaran kulit kayu manis asal Indonesia sering mendapat hambatan di luar negeri
karena pencemaran oleh sisa-sisa serangga, sarang serangga dan cendawan, disamping
juga mutunya yang tidak stabil. Hal ini antara lain disebabkan oleh proses
pengolahan/pengeringan, kulit kayu manis menjadi menggulung dan dalam penyimpanan
memungkinkan terdapatnya serangga atau kotoran dalam gulungan tersebut. Disamping itu
bila terdapat cendawan dibagian dalamnya akan sukar diketahui dan dibersihkan. Untuk
menghindari keadaan ini biasanya kulit tersebut diolah kembali oleh eksportir, antara lain
dengan cara perendaman, pencucian dan pengeringan kembali.

Pada prinsipnya persyaratan yang yang harus dipenuhi dari pengolahan kulit kayu manis
asal Indonesia oleh pembeli di luar negeri melalui ketentuan yang ditetapkan oleh
ASTA/FDA ditekankan pada faktor kebersihan seperti adanya serangga hidup/mati, benda
asing dan persentase jamur. Kondisi yang demikian ini dapat diatasi bila cara
pengolahannya tepat serta dapat diamati secara langsung tingkat kebersihannya, dengan
hasil olahan kulit keringnya yang berbentuk “rata.” Dengan bentuk tersebut bahan relatif
mudah dibersihkan dan diharapkan menjadi tidak terlalu voluminous.

Kayu manis Indonesia dihasilkan dari kawasan pegunungan di Padang, Sumatera Barat.
Dan karena berasal dari kawasan yang lebih tinggi, kayu manis Korintji yang berasal dari
Sumatera Barat ini memiliki karakteristik yang lebih baik seperti lebih cerah warnanya dan
cita rasanya lebih terasa ketimbang Vera. Kandungan minyak kayu manis terbanyak
berada pada lapisan tipis di batang pohon terbawah.

III.2. Kondisi Pasar Internasional Produk Kayu Manis Konvensional

Ada beberapa jenis kayu manis yang dikenal dunia, namun sebagian besar yang
digunakan di Amerika Serikat adalah yang berasal dari jenis cassia. Diantara para pakar
kayu manis, istilah ini digunakan untuk membedakan jenis kayu manis dari Asia dan Sri
Lanka. Cassia berasal dari China, Indo-China dan Indonesia. Negara-negara tersebut
21
menghasilkan apa yang orang Amerika sebut sebagai kayu manis – bubuk kecoklatan
dengan aroma dan rasa yang khas.

Sangat berbeda dengan kayu manis dari Sri Lanka, kayu manis dari negeri ini warnanya
coklat dengan aroma yang lebih ringan ketimbang cassia. Dan hampir semua kayu manis
Sri Lanka yang diekspor ke AS di ekspor kembali ke Meksiko untuk dijadikan manisan/gula-
gula.

Cassia adalah jenis kayu manis yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat. Ada tiga
negara penghasil utama cassia, dan Indonesia mensuplai dua jenis yaitu “Korintje” dan
“Vera.” Yang lainnya adalah “Saigon” yang berasal dari Vietnam.

Pasar cassia dunia berkisar antara 20.000-25.000 ton pertahunnya, Indonesia


menyumbangkan dua pertiganya dan Cina sisanya. Produsen kecil lainnya adalah Vietnam
dan India. Sekitar 2.000 hingga 3.000 ton kulit kayu manis diekspor dari Vietnam tiap
tahunnya. Amerika Serikat, Jepang adalah pasar utama.

Sampai saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis dalam bentuk kulit.
Dalam bentuk kulit kering ini, kulit kayu manis (C. burmannii BL.) merupakan komoditas
ekspor yang penting bagi daerah tertentu seperti Sumatera Barat. Pada tahun 1987, dari
29.917 ton ekspor kayu manis dunia, 60%-nya berasal dari Indonesia. Negara pengimpor
utama kayu manis Indonesia adalah Amerika, Kanada dan Jerman.

Kayu manis dan cassia penggunaannya seringkali dipertukarkan. Kegunaan utama produk
ini adalah untuk roti, bumbu daging, ikan, sayur dan buah yang diawetkan, teh, dan
beberapa obat-obatan.

Amerika Serikat adalah pengimpor cassia dan kayu manis terbesar. Negara ini mengimpor
cassia dan kayu manis sebanyak 10.291 ton (bernilai US$ 22 juta) dan 13.898 ton (bernilai
sekitar US$ 26 juta) selama tahun 1990 dan 1991.

Tabel 2 Pangsa Pasar Kayu Manis AS


1996 1997 1998 1999 2000
Indonesia 84% 90% 83% 91% 75% 93% 72% 92% 63% 89%
Sri Lanka 8% 4% 11% % 21% 5% 22% 5% 28% 7%
Vietnam 3% 2% 3% 2% 2% 2% 4% 2% 6% 3%
Jerman 0,6% - 0,7% - - - - - 1% -
Sumber: US Bureau of Census, Foreign Trade Division

Seperti terlihat pada tabel 17.4, dilihat dari volume ekspor, pangsa pasar Indonesia tetap
menempati posisi yang kuat yaitu masing-masing sebesar 90% dalam tahun 1996, 91%
dalam tahun 1997, 93% dalam tahun 1998, 92% dalam tahun 1999 dan 89% dalam tahun
2000. Penurunan nilai eksor Indonesia ini disebabkan karena terutama oleh turunnya harga
yaitu dari US$2,01 per kg dalam tahun 1996 menjadi US$1,10 per kg dalam tahun 2000.

Sedangkan total impor Masyarakat Ekonomi Eropa untuk produk kayu manis ini meningkat
dari 5.452 ton dengan nilai 10,6 juta Euro pada tahun 1990 hingga 6.388 ton dengan nilai
11,2 juta Euro pada tahun 1991.

Importir utama Masyarakat Ekonomi Eropa untuk produk ini adalah Indonesia (36%),
Malagasi (21%), Sri Lanka (11%), Cina (6%), Seychelles (1%) dan negara lainnya (15%).
Impor Jepang akan produk ini juga meningkat dari 1.967 ton dengan nilai 780 juta Yen

22
pada tahun 1990 hingga 2.034 ton pada tahun 1991 dengan nilai 644 juta Yen. Cina adalah
pemasok utama ke Jepang. Vietnam juga mengekspor 248 ton ke Jepang pada tahun
1991.

Tren permintaan dan pasokan dunia


Selain dalam bentuk batangan atau bubuk, kecenderungan permintaan pasar dunia akan
kayu manis akan mengarah pada bentuk minyak kayu manis. Permintaan dunia akan
minyak kayu manis berada di kisaran 120-150 ton/5 tahun (1987-1992), dan kebanyakan
dipasok dari Sri Lanka.

Amerika Serikat dan Eropa Barat adalah pasar utama minyak kayu manis. Beberapa tahun
belakangan, impor ke Perancis dan Inggris anjlok, karena kedua negara ini mendapat
pasokan dari India. Hongkong juga merupakan importir yang cukup signifikan walau hampir
seluruh minyak kayu manisnya di ekspor kembali.

Minyak kayu manis adalah minyak esensial yang bernilai tinggi namun volume
perdagangannya masih sangat rendah. Dalam sepuluh tahun terakhir sejak 1983, ekspor
dari Sri Lanka, satu-satunya pemasok minyak tersebut, tidak pernah lebih dari 2,8 ton.
Pasar utamanya adalah Masyarakat Eropa, dan Perancis adalah importir terbesar disusul
Amerika Serikat.

Sri Lanka adalah satu-satunya pemasok minyak kayu manis dengan pengecualian pada
tahun 1990 saat mengalami kekurangan pasokan. Konsumsi dalam negerinya kecil
sehingga tingkat produksi tidak lebih tinggi dari ekspor.

Madagaskar dan Seychelles terkadang adalah pemasok minyak kayu manis namun dalam
jumlah yang relatif sedikit. India juga memproduksi minyak kayu manis dalam jumlah yang
sangat sedikit untuk kebutuhan dalam negeri.

Hampir semua minyak kayu manis di perdagangan intenasional berasal dari Cina karena
ada kebutuhan untuk konsumsi dalam negerinya sehingga total produksi pertahunnya
berkisar 500 ton. Sejumlah kecil minyak kayu manis juga di poduksi di Indonesia, Vietnam,
India dan Nepal.

Standar di Amerika Serikat menyebutkan bahwa kandungan aldehid berkisar antara 55-
78%. Sedangkan standar internasional untuk minyak kayu manis, yang unsur pokoknya
eugenol, adalah harus sama dengan kandungan total phenol dari minyak kayu manis.
Minyak kayu manis dari Seychelles lebih disukai karena kandungan eugenol yang cukup
tinggi (90%). Pada praktiknya, Sri Lanka patut diperhitungkan dalam kancah perdagangan
internasional dengan kandungan phenol 75-80%. Kandungan lain yang berperan dalam
aroma adalah cinnamaldehyde. Untuk minyak kayu manis, cinnamaldehyde adalah
kandungan utama, kandungan minimumnya adalah 80%.

Minyak kayu manis yang diperoleh dari batang kayu lebih mahal ketimbang dari daunnya
dan kemungkinan memiliki harga termahal diantara minyak esensial lainnya. Selama 1992,
minyak ini diperdagangkan dengan nilai sekitar 385 US$/kg. Dan di tahun 1993 dan awal
1994, para pedagang di London hanya memberikan harga ketika diminta.

Harga minyak kayu manis berada di tingkat yang cukup memuaskan di beberapa tahun
terakhir. Pada periode awal 1991 hingga 1993 mencapai 33-35 US$/kg. Kemudian turun
secara drastis dan di awal 1994 berada di kisaran 29 US$/kg. Harga tersebut lebih rendah
ketimbang di awal dan pertengahan 1980-an ketika cadangan kulit kayu manis di Cina
23
menipis. Kenaikan harga diatas 30-35 US$/kg membuat para konsumen mencampur
cinnamaldehyde sintesis dengan minyak kayu manis alami.

Namun kehadiran eugenol menurunkan pasar minyak kayu manis. Kini eugenol dapat
diubah menjadi iso-eugenol, yang dihasilkan dari daun minyak kayu manis, yang lebih
beraroma dan lebih tinggi cita rasanya ketimbang dari daun tembakau. Dan karena lebih
murah, eugenol lebih disukai ketimbang minyak dari daun tembakau.

24
IV. KESIMPULAN

IV. 1. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik Nasional

Produksi Kayu Manis Organik di Indonesia perbulan adalah 5,5 ton, sebagian besar
dihasilkan di kawasan Sumatera Barat dan Kalimantan. Di pasar kayu manis nasional, tidak
ada perbedaan harga yang mencolok antara produk kayu manis organik dan non organik.
Walaupun ada, selisih harga maksimal Rp.500.,- itupun dihargai sebagai bentuk insentif
yang diberikan kepada petani. Harga ditingkat petani pada awal 2006 adalah Rp.3.500-
4.000,-/kg sedangkan di luar negeri, kayu manis organik asal Indonesia dihargai sebesar
US$1,8/kg (Rp.16.200,-/kg).

Sebagian besar produk kayu manis organik asal Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor
karena kebutuhan dalam negeri yang terbanyak hanya untuk bumbu masakan. Pabrik-
pabrik yang membutuhkan kayu manis tidak perduli dengan kayu manis organik atau
bukan.

Pelaku produksi untuk produk ini adalah petani sebagai produsen kayu manis, tengkulak
atau pengumpul sebagai broker atau perantara yang akan mendistribusikan produk kayu
manis dari petani kepada akses pasar yang lebih luas, misalnya pasar kabupaten, pasar
propinsi bahkan pasar antar propinsi sebelum sampai pada konsumen. Untuk alur distribusi
kayu manis, petani tidak punya akses langsung ke konsumen.

IV. 2. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik Internasional

Negara tujuan ekspor produk kayu manis organik adalah Eropa terdiri dari Belanda,
Amerika, Australia, Swiss, dan Jepang. Sedangkan pesaing Indonesia di kancah
perdagangan kayu manis organik internasional adalah China, Vietnam, Thailand.

Data khusus untuk pasar kayu manis organik dunia sulit didapatkan. Pasar utama rempah
organik adalah Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris. Sedangkan harga kayu manis
organik di pasaran dunia adalah 15,80 Poundsterling/kg (Rp.16.360,-/kg).

Pasar dunia untuk rempah dan bumbu masakan impor masih terbuka luas, berkisar 2,3 juta
dolar AS. Setidaknya Madagaskar, Komoro dan Tanzania mendapatkan sebagian
penghasilan luar negerinya dari rempah-rempah.

Dari tahun 1995-1999, impor rempah organik dunia berkisar 500.000 ton dengan
perkembangan sekitar 8,5% pertahun. Rata-rata pertumbuhan ini adalah indikator atas
meningkatnya konsumsi rempah-rempah dunia.

IV. 3. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Konvensional Nasional

Cassivera Indonesia, khususnya Sumatera diekspor ke 44 negara, dengan tujuan utama


Amerika Serikat dan sejumlah negara di kawasan Eropa serta negara-negara di Asia.
Sebagian besar ekspor kayu manis Indonesia berasal dari kerinci, dalam pedagangan
internasional, kayu manis dari kawasan ini dikenal dengan cassiavera/cinnamon Korintji.

25
Kulit kayu manis ini dipergunakan untuk komoditi dasar seperti obat-obatan, parfum,
makanan dan minuman. Informasi yang dihimpun menyebutkan, harga cassiavera asal
pedagang pengumpul pada eksportir berada pada kisaran Rp 4.500/kg. Memang ada
fluktuasi harga dalam tiga tahun terakhir, tetapi berkisar pada harga Rp. 4.500,-/kg,.

Produksi komoditas kayu manis (cassiavera) di Provinsi Sumbar tahun ini (2006)
diperkirakan 20.000 ton atau turun 60% dibandingkan tahun lalu yang tercatat berjumlah
32.000 ton. Akibatnya permintaan pasar terhadap komoditas tersebut akan sulit dipenuhi.
Padahal minat petani untuk membudidayakan cassiavera secara besar-besaran belum
pulih akibat rendahnya harga komoditi itu di tingkat petani.

Sebaliknya, permintaan cassiavera berpotensi naik hingga menjadi 30.000 ton, sehingga
eksportir memperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan komoditas itu hingga mencapai
5.000 ton. Seretnya pasokan cassiavera itu akibat berkurangnya produksi komoditas itu
mengingat mayoritas petani telah mengganti tanaman cassiavera dengan komoditas
ekspor lainnya.

Tingginya permintaan ekspor kayu manis tersebut menyebabkan jumlah eksportir yang
mengirim kayu manis ke pasar internasional juga semakin bertambah. Sementara itu,
harga jual kayu manis di pasar Internasional juga terus meningkat, dan ini tentu akan
berpengaruh ada harga di tingkat petani.

Di tahun 2006 produsen cassiavera mulai bernapas lega menyusul melambungnya harga
komoditas ini di tingkat petani hingga mencapai 50%, padahal selama hampir 10 tahun,
harga komoditas ekspor unggulan tersebut ter-puruk pada level terendah.

Kenaikan harga yang terjadi sejak awal tahun ini termasuk yang tertinggi sejak harga
komoditas tersebut terpuruk pada level terendah Rp. 3.000/kg. Komoditas cassiavera saat
ini (2006) di pedagang pengumpul dihargai Rp. 4.500,-/kg. Kenaikan harga cassiavera
yang sangat signifikan tersebut dipicu oleh seretnya pasokan cassiavera dari petani.

IV. 4. Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Konvensional Internasional

Cassia adalah jenis kayu manis yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat. Ada tiga
negara penghasil utama cassia, dan Indonesia mensuplai dua jenis yaitu “Korintje” dan
“Vera.” Yang lainnya adalah “Saigon” yang berasal dari Vietnam.

Pasar cassia dunia berkisar antara 20.000-25.000 ton pertahunnya, dan Indonesia
menyumbangkan dua pertiganya dan Cina sisanya. Produsen kecil lainnya adalah Vietnam
dan India. Sekitar 2.000 hingga 3.000 ton kulit kayu manis diekspor dari Vietnam tiap
tahunnya. Amerika Serikat, Jepang adalah pasar utama.

Sampai saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis dalam bentuk kulit.
Dalam bentuk kulit kering ini, kulit kayu manis (C. burmannii BL.) merupakan komoditas
ekspor yang penting bagi daerah tertentu seperti Sumatera Barat. Pada tahun 1987, dari
29.917 ton ekspor kayu manis dunia, 60%-nya berasal dari Indonesia. Negara pengimpor
utama kayu manis Indonesia adalah Amerika, Kanada dan Jerman.

26
V. REKOMENDASI
1. Perbanyak informasi mengenai pasar kayu manis organik. Dan karena kondisi pasar
dalam negeri belum cukup menjanjikan, maka untuk sementara ini produk kayu
manis lebih baik untuk ekspor karena jika ekspor biasanya permintaan akan produk
dalam jumlah besar dan harga bisa menutupi biaya produksi dan transportasi.

2. Selama ini Indonesia dikenal sebagai produsen utama kayu manis (cassiavera),
tetapi harga jual komoditas itu justru murah karena diekspor dalam bentuk bahan
baku. Di masa depan hal itu harus diubah dengan terus berupaya melakukan
diversifikasi produk dalam upaya meningkatkan nilai tambah. Ekspor casiavera
selama ini lebih dominan dalam bentuk stick dan broken (patahan), lalu
dikembangkan dalam bentuk cleaned (bersih), cassia cut dan washed (dipotong dan
dicuci). Dengan mengolah cassiavera menjadi bubuk cassiavera sebelum diekspor
maka dipastikan akan diperoleh nilai tambah yang lebih besar termasuk mampu
mengatrol harga di tingkat petani.

3. Agar produksi kulit manis dari Indonesia mampu bersaing dipasaran dalam
memenuhi quota ekspor luar negeri, maka petani kulit manis perlu terus diberi
penyuluhan baik kualitas maupun kuantitas. Terutama pada tingkat pedagang
pengumpul untuk bisa melakukan pengolahan kembali kulit hasil dari petani
sehingga bisa memenuhi permintaan pasar baik nasional maupun internasional.

4. Bila diamati prospek pasar, baik di Amerika Serikat, Eropa Barat, maupun Asia
terutama Jepang, tetap terbuka meskipun tidak besar. Akan tetapi bila kita mampu
bekerja lebih efisien sehingga harga jual yang wajar, peluang akan semakin terbuka,
karena bahan atau poduk-produk alami tetap disukai oleh konsumen.

5. Walaupun peluang untuk pasar internasional belum cukup mantap, namun dengan
memanfaatkan ketidakmantapan kondisi dalam negeri Sri Lanka dan Cina, lebih
membuka prospek pasar. Perjuangan di pasar internasional perlu ditempuh, walau
diperlukan keuletan dan waktu.

27
Lampiran 1: DATA PETANI KAYU MANIS DI WILAYAH KAMPUNG MALARIS

Data Petani Kayu Manis di Wilayah Kampung Malaris

No. Nama Status Luas lahan Jlh Pohon Jlh Pohon Penjualan
( Ha ) Produktif Blm Produktif per bulan ( Kg )

1 Norman Petani 2.00 1000.00 1000.00 60.00


2 Johansyah Petani/tengkulak 1.20 700.00 500.00 160.00
3 Andul Petani 2.00 1500.00 500.00 60.00
4 Pang Ukin Petani 3.50 2000.00 1500.00 80.00
5 Dwi Setyo Budi Petani 0.55 250.00 300.00 100.00
6 Kasran Petani 2.50 2500.00 ~ 100.00
7 Hadi Purnomo Petani 4.50 4000.00 500.00 40.00
8 Ariyanto Petani 3.00 2000.00 1000.00 80.00
9 Asmuni Petani 1.30 1000.00 300.00 100.00
10 Asnawi Petani/tengkulak 0.40 200.00 200.00 80.00
11 Yusran Petani/tengkulak 1.00 500.00 500.00 80.00
12 Barni Petani 0.30 300.00 ~ 60.00
13 Suparjo Maraido Petani 2.50 1000.00 1500.00 40.00
14 Wardi Petani 1.00 1000.00 ~ 100.00
15 Jasman Petani/Pengumpul 6.00 6000.00 ~ 200.00
16 Imis Petani 2.50 2000.00 500.00 100.00
17 Anjat Petani/Tengkulak 3.10 3000.00 100.00 100.00
18 Jaitun Petani/Tengkulak 3.00 3000.00 ~ 100.00
19 Suriyansyah Petani 1.30 1000.00 200.00 60.00
20 Yayar Petani 1.00 1000.00 ~ 60.00
21 Ijan Petani 1.50 1500.00 ~ 100.00
22 Jani Petani 1.50 1500.00 ~ 100.00
23 Pak Ayal Petani 9.20 9000.00 200.00 400.00
24 Mulis Petani 0.85 600.00 250.00 200.00
25 Utal Petani 0.70 500.00 200.00 80.00
26 Sriyanto Petani/tengkulak 1.30 1000.00 300.00 120.00
27 Pitrani Petani 0.15 100.00 50.00 60.00
28 Sigran Petani 1.00 500.00 500.00 80.00
Total 58.85 48650.00 10100.00 2900.00
Sumber:
YCHI, 2005

28
Lampiran 2:

Harga spot komoditas kayu manis di pasar fisik Asia pada Rabu, 21 Juni 2006

Cassiavera (kayu manis)


FOB Padang/Belawan (US$/Kg)
Vera AA Jul'06 1,05
Vera A Jul'06 0,75
Vera B Jul'06 0,43
Vera C Jul'06 0,38
Cassia-KA Jul'06 0,65
Cassia-KB Jul'06 0,49
Cassia-KC Jul'06 0,38
Ket: N: Nominal T:Transaksi

Sumber: Bisnis Indonesia 22 Juni 2006

29
Lampiran 3:

TABEL EKSPOR NON MIGAS UTAMA INDONESIA MENURUT SEKTOR

EKSPOR NON MIGAS UTAMA


MENURUT SEKTOR

(Juta US$)

Perub.
Trend Peran. Jan-Okt Jan-Okt Perub. Peran.
NO SEKTOR 2000 2001 2002 2003 2004 (%)
(%) (%) 2004 2005 (%) (%)
2004/2003

I. SEKTOR PERTANIAN 2.719,6 2.444,9 2.580,6 2.537,3 2.510,2 -1,2 -1,07 4,49 2.060,9 2.417,5 17,30 4,41

1 Udang 994,8 927,9 829,9 841,6 808,3 -5,0 -3,95 1,45 681,4 701,1 2,88 1,28

2 Biji Coklat 235,7 276,6 521,3 410,5 370,2 13,9 -9,80 0,66 294,2 390,6 32,73 0,71

3 Kopi 311,8 182,6 218,8 250,9 281,6 1,1 12,26 0,50 220,7 402,3 82,30 0,73

4 Ikan lainnya 108,7 78,8 103,6 169,7 187,1 20,4 10,28 0,33 148,4 155,6 4,84 0,28

5 Kepiting, Kerang-kerangan 77,1 95,0 106,7 113,7 129,6 13,0 13,95 0,23 103,8 126,9 22,31 0,23

6 Ikan Tongkol 136,1 134,9 126,4 111,9 125,5 -3,4 12,11 0,22 108,2 102,6 -5,11 0,19

7 Buah-buahan 70,5 42,4 62,9 65,4 70,9 4,5 8,39 0,13 55,2 41,3 -25,22 0,08

8 Teh 108,1 94,7 98,0 91,8 64,8 -10,0 -29,44 0,12 67,6 67,9 0,45 0,12

9 Tembakau 63,6 80,8 66,5 44,5 45,6 -11,8 2,53 0,08 57,2 77,0 34,72 0,14

10 Biji Pala & Bunganya, dan 53,4 25,2 32,5 31,6 42,8 -2,2 35,61 0,08 25,1 29,8 18,91 0,05
Kapulaga

11 Sayur-sayuran 27,7 30,0 33,0 33,2 29,9 2,6 -9,95 0,05 39,1 54,0 38,03 0,10

12 Lada Putih 117,5 60,1 59,0 54,7 29,7 -24,8 -45,80 0,05 17,5 15,5 -11,23 0,03

13 Rempah-rempah lainnya 19,1 15,9 32,5 31,9 29,0 16,6 -9,31 0,05 24,6 28,0 14,12 0,05

14 Ganggang Laut 10,0 10,9 11,8 16,1 24,3 24,2 50,99 0,04 27,4 17,3 -36,97 0,03

15 Biji lainnya 5,5 3,9 8,3 10,6 21,4 44,9 102,41 0,04 34,5 41,0 18,79 0,07

16 Lada Hitam 100,6 39,9 29,2 38,0 21,3 -27,1 -44,09 0,04 13,4 13,9 3,72 0,03

17 Kayu Manis dan Bunganya 16,3 14,3 16,8 15,1 21,0 5,8 39,32 0,04 4,8 8,3 71,41 0,02

18 Damar dan Getah Damar 25,0 18,2 22,7 20,7 16,8 -6,5 -19,21 0,03 18,4 28,7 55,56 0,05

19 Ikan Hias 13,6 14,6 15,1 15,8 15,8 3,9 0,00 0,03 13,4 12,3 -8,16 0,02

20 Karet Alam 7,9 7,6 6,8 12,1 14,7 18,7 21,71 0,03 17,7 16,4 -7,79 0,03

21 Kopal dan lain-lain 7,6 10,2 11,9 11,1 14,5 14,8 29,78 0,03 9,9 2,4 -75,59 0,00

22 Ikan Hidup lainnya 10,8 14,2 12,2 8,1 10,3 -6,3 28,22 0,02 12,1 5,0 -58,50 0,01

23 Ikan Salem 13,1 17,0 11,9 4,2 10,2 -17,2 140,63 0,02 12,3 14,3 15,89 0,03

24 Panili 7,4 19,0 16,2 15,0 10,0 3,7 -33,25 0,02 16,4 21,7 32,72 0,04

25 Mutiara 25,7 25,3 11,5 17,1 5,9 -28,4 -65,75 0,01 8,8 8,4 -3,79 0,02

26 Tanaman Obat 7,0 5,3 4,3 4,6 5,7 -5,4 23,63 0,01 5,0 3,2 -35,28 0,01

30
27 Tumbuhan lainnya 7,9 8,3 5,9 7,6 5,7 -7,2 -25,98 0,01 3,6 5,1 42,38 0,01

28 Ubur-ubur 8,6 11,1 7,9 6,9 5,0 -14,4 -27,87 0,01 2,4 3,2 35,67 0,01

29 Ijuk dan sejenisnya 2,3 3,1 1,8 3,0 2,8 3,6 -8,02 0,00 4,2 6,0 42,81 0,01

30 Bekicot 4,8 5,7 4,3 4,8 2,8 -11,9 -42,62 0,00 7,8 10,8 38,34 0,02

31 Biji Bunga 1,8 1,3 0,9 1,0 1,6 -4,6 57,94 0,00 2,4 2,6 6,70 0,00

32 Kulit Kerang 1,9 2,8 2,0 1,5 1,4 -11,6 -7,76 0,00 1,1 2,2 99,52 0,00

33 Kayu Bulat 45,3 67,8 10,1 0,9 0,7 -71,6 -16,75 0,00 1,5 1,5 -0,21 0,00

34 Bulu Bebek 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 9,6 13,30 0,00 0,6 0,3 -52,42 0,00

35 Biji Kapas 0,2 0,3 0,6 0,3 0,2 2,3 -34,58 0,00 0,1 0,2 24,40 0,00

36 Hasil Pertanian lainnya 72,0 99,2 77,1 70,9 82,9 -0,6 16,91 0,15 0,2 0,2 -0,66 0,00

II.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah departemen perindustrian (down load 28 Juni 2006)

31
Lampiran 4:
Kualitas kayu manis dalam perdagangan internasional:

Grade A – kualitas terbaik, kulit kayu harus sepanjang satu meter dan diambil
dari batang utama
Grade B – kualitas menengah, diambil dari percabangan
Grade C – kualitas terendah, diambil dari pecahan kulit kayu manis

Potongan-potongan kecil biasanya digunakan sebagai kayu manis bubuk

Source: FAO down Load at 17 April 2006

32
Lampiran 5:

Informasi Nutrisi Kayu manis

Informasi Nutrisi
Nama Produk: Kayu manis
Sumber: Database Nutrisi USDA

Analisis:

Nutrisi (per 100 g) Unit Jumlah

Air g 9.5
Kalori kcal 261.3
Karbohidrat g 79.8
Protein g 3.9
Lemak g 3.2
Serat g 54.3
Debu (ash) g 3.6

Minerals
Kalsium mg 1228.5
Besi mg 38.1
Magnesium mg 55.6
Fosfor mg 61.4
Potasium mg 499.9
Sodium mg 26.3
Seng mg 2.0
Tembaga mg 0.2
Mangan mg 16.7

Vitamin
Vitamin C mg 28.5
Thiamin (B1) mg 0.1
Riboflavin (B2) mg 0.1
Niacin mg 1.3
Vitamin B6 mg 0.3
Folat mcg 29.0
Vitamin B12 mcg 0.0
Vitamin E mg 0.0
Source: FAO down Load at 17 April 2006

33
Lampiran 6:

TABEL NEGARA PRODUSEN KAYU MANIS 2005

Rank Commodity Production


(MT)
1 China 47,000
2 Indonesia 39,000
3 Sri Lanka 12,200
4 Viet Nam 6,000
5 Madagascar 1,500
6 Seychelles 230
7 Timor-Leste 75
8 Dominica 55
9 Grenada 50
10 Sao Tome and Principe 30
Source: FAO down Load at 17 April 2006

34
Lampiran 7:

SPESIFIKASI KAYU MANIS ORGANIK UNTUK EKSPOR

200 Raritan Center Parkway


Edison, NJ 08837
Phone: 732-574-3200
Fax: 732-574-3344

Product Specification

Cinnamon Korintje 2.75 % Organik - CIN212590

DESCRIPTION

Shall be the product of the dried bark of Cinnamomum Burmanni It shall be processed according to the terms
and conditions set forth by International Certification Services for certified organik cinnamon

ANALYTICAL SPECIFICATIONS
Moisture 13.0 Max
Ash (Total) 5.0 Max
Ash (Acid Insoluble) 1.0 Max
Steam Volatile Oil 2.75 Min

PHYSICAL SPECIFICATIONS:
Granulation, thru a U.S. Standard 60 Sieve 98% Min
Color Reddish - Brown
Flavor & Odor Characteristic

STORAGE: Store in a cool dry climate to prevent loss of flavor.

PACKAGING: Shall be shipped in cartons with plastic bag liner


All deliveries shall comply with the requirements of the FD & C Act as amended.

35
200 Raritan Center Parkway
Edison, NJ 08837
Phone: 732-574-3200
Fax: 732-574-3344

Product Specification

Cinnamon Korintje 3% Organik – CIN208430

DESCRIPTION

Shall be the product of the dried bark of Cinnamomum Burmanni. It shall be processed according to the terms
and conditions set forth by International Certification Services for certified organik cinnamon.

ANALYTICAL SPECIFICATIONS
Moisture 13.0 Max
Ash (Total) 5.0 Max
Ash (Acid Insoluble) 1.0 Max
Steam Volatile Oil 3.0 Min

PHYSICAL SPECIFICATIONS:
Granulation, thru a U.S. Standard 60 Sieve 98% Min
Color Reddish - Brown
Flavor & Odor Characteristic

STORAGE: Store in a cool dry climate to prevent loss of flavor.

PACKAGING: Shall be shipped in cartons with plastic bag liner

All deliveries shall comply with the requirements of the FD & C Act as amended.

36
Lampiran 8:

DAFTAR IMPORTIR KAYU MANIS DUNIA

COMMODITY IMPEX
Importers of spices such as clove, KUMAR MARKETING COMPANY
cassia, nutmeg, cinnamon, dry ginger, Importers of Arecanuts, Cloves,
gabiar, gum copal. Cinnamon other Allied Spices Products
Alamat : 505, Mandvi Navjivan Bldg., Alamat : 46, Maskasath, Itwari,
121/127, Kazi Sayed Street, Nagpur-440 001, India
Mumbai- 400 003, India Telepon : +(91)-(712)-
Telepon : +(91)-(22)- 766160/7621/75893/
23425971/23448877/ 524815
23426095 Fax : +(91)-(712)-530738
Fax : +(91)-(22)-
23448877/2344887
RADIX OVERSEAS (INDIA) LTD
DAISY FRESH FOODS Importers of agro products like spices,
Importers of white, black pepper, table black pepper, cinnamon, clove, dry fruits,
salt, garlic, ginger chille, paprika, garlic
cinnamon powder Alamat: Valancia, A-1502,
Alamat : 17 St Vincent Street, Central Avenue Road, Hira
Tunapuna, Trinidad and Nandan Gardens, Powa,
Tobago Mumba-400 076,
Telepon : +(868)-(662)-0742 India
Telepon : +(91)-(22)-5590023
Fax : +(91)-(22)2503775/257937]
FAIRFORD GROUP PLC
Importers of pepper, cinnamon, and
other SEWARAM JAGDISH CHANDER
Alamat : 5, Beatty House, Importers o black pepper, long pepper,
Admirals Way, cloves, cinnamon, ec.
London-E14 9UF, UK Alamat : Mehra House, 543,
Telepon: +(44)-(20)-75389200 Majith Mandi, Amritsar-143 006,
Fax : +(44)-(20)-75389201 India
Telepon : +(1)-(183)25755/2541591
Fax : +(91)(183)-9110/2291102
FRUITEX S. DE RL
Importers of garlic, cinnamon and black
pepper SRI BALAJ TRADING COMPANY
Alamat : PO BOX 918, San Importers of cloves, cinnamon, ginger,
Pedro Sula, cassia, ajinamoto, etc.
Honduras Alamat : No. 5A, Kamban
Telepon: +(504)-(566)-2698 Street, Muthulakshmi
Fax : +(504)-(566)-2074 Nagar, Chitlapakkam,
Chennai-00 064,
India
HERBS AND HERBAL PRODUCTS
Telepon : ++(91)-(44)-261
Alamat : 5, Beatty House, Admirals Way
Fax : +(91)-944)-265176
London-E14 9UF, UK
Telepon : +(44)-(20)-75389200
Fax : +(44)-(20)-75389201 TOTAL HEALTH
Importes of organik bulk herbs like
cinnamon cassia
Alamat : 12, Olive Blvd.#234
St. Louis-6311 USA
Telepon: +1)(01)712005

37
Lampiran 9:

DAFTAR EKSPORTIR KAYU MANIS DALAM NEGERI

AGRITANI INDONESIA, PT GLOBAL VISION IMPEX, PT.


Kontak: Mr. Henk Mahendra Kontak: Mr. Sidharth Tekriwal
rd
Alamat: E-College Building 3 Floor Alamat: Jalan raya Bekasi KM 20, Pulo
Jl. Taman Kemang No.2 Jakarta Gadung Kel. Pegangsaan Dua,
Selatan 12730 Jakarta 14250
Tel/Fax : 62-21- 718745/719524 Tel/Fax: 62-21-4614080/4602884
Mobile : 628557872474 Mobile: 62-219438042
Website: http://www.agritani-hub.com Produk: Gum Damar, Cinnamon, Damar
Produk : Cinnamon, Cassava Batu

BHAKTI PERSADA PERKASA, PT. INTEREXPO,CV.


Kontak: Mr. Gazali Kahar Kontak: Mr. Hans Harsono
Alamat: Jl. Ir. Sutami RT/RW 01/04 Kel. Alamat: Jl. Tanjung Katung K-10 Kelapa
Parang Loe, Makassar 90222 Gading Timur, Jakarta Utara 14240
Tel/Fax: 62-411-516188/326553 Tel/Fax: 62-21-4506772
Mobile: 0816438783 Mobile: 62-811-175972
Produk: Corn, Cinnamon Produk: Cinnamon, Wood

BARUNA SEJAHTERA, PT. MULTI HARAPAN SUKSES, PT


Kontak: Mr. Adirwan Gunardi Kontak: Mr. Jason Lai
Alamat: Jl. Kedoya Garden Kav.1 Wesling Alamat: Pondok Pinang Centre Blok C.46-48
rd
Kedoya A 23-28 Jakarta 3 Floor Jl Ciputat RayaJakarta
Tel/Fax: 62-21-5824121/5824123 12310
Produk: Cinnamon Tel/Fax: 62-21-750034/7503134
Mobile: 2816891809
Produk: Cinnamon, Spices
BEHN MEYER INTERNATIONAL, PT.
Kontak: Ms. Sandra Christiane
Alamat: Pondok Pinang Centre Blok B-22 Jl. PUTRA PRAJONA MANDIRI, CV.
Ciputat Raya, Pondok Pinang, Kontak: Mr. Sujasmin Kho
Jakarta 12310 Alamat: Sutomo 572/196, Medan 20231
Tel/Fax: 62-21-759131123 Tel/Fax: 62-61-4157286
Mobile: 62-21-7510977 Mobile: 6261811630197
Website: http://ww.behnmeyer.com Produk: Gum Damar, Cinnamon
Produk: Cinnamon

SETUJU, CV.
EKA MULYANA MAJU, PT. Kontak: Mr. Edwin Thebez
Alamat: Komp. Permata Pamulang Blok Alamat: Jl. Mliwis No.3941
H3/8 Pamulang, Jakarta Selatan Krembangan Selatan,
15315 Surabaya 60175
Tel/Fax: 62-21-7414783/7565788 Tel/Fax: 62-31-3575420/352099
Mobile: 62-21-7415883 Produk: Cinnamon, Damar Batu
Produk: Cinnamon

38
Lampiran 10:
DAFTAR PUSTAKA

ADHIKARY, S.R., TULADHAR, B.S., SHEAK, A., BEEK, T.A.V.,


POSTHUMUS, M.A. and LELYVELD, G.P. (1992) Investigation of
Nepalese essential oils. I. The oil of Cinnamomum glaucescens
(sugandha kokila). Journal of Essential Oil Research, 4(2), 151-159.

Bisnis Indonesia, 22 Juni 2006

BRADU, B.L. and SOBTI, S.N. (1988) Cinnamomum tamala in NW


Himalayas. Evaluation of various chemical types for perfumery value.
Indian Perfumer, 32(4), 334-340.

DEINUM, HK. 1949. KANNEL dalam C.J.J. Van Hall en C. van de Koppel.
De Landbouw in de Indische Archipel dell IIB. 746:762.

Detik News, Kayu Manis Loksado Bidik Pasar Organik, 19/01/2006 11:05
WIB

DUNG, N.X., KHIEN, P.V., CHIEN, H.T. and LECLERCQ, P.A. (1993) The
essential oil of Cinnamomum camphora (L.) Sieb. var. linaloolifera from
Viet Nam. Journal of Essential Oil Research, 5(4), 451-453.

Effendi Nursyirwan, (1999), Working Paper No.313 The Social and


Marketing Network among Traders: A Case of Minangkabau Market, West
Sumatera.

EOA (1975) Oil of cinnamon bark Ceylon. EOA No. 87. 1 hal. Essential Oil
Association of USA.

FANG, J.M., CHEN, S.A. and CHENG, Y.S. (1989) Quantitative analysis
of the essential oil of Cinnamomum osmophloeum. Journal of Agricultural
and Food Chemistry, 37(3), 744-746.

FMA (1992) Cinnamon leaf oil. 5 pp. FMA Monographs, Volume 1.


Washington, DC: Fragrance Materials Association of the United States.

GULATI, B.C. (1982) Essential oils of Cinnamomum species. pp. 607-619.


In Cultivation and Utilization of Aromatic Plants. Atal, C.K. and Kapur,
B.M. (eds). 815 pp. Jammu, India: Regional Research Laboratory.

GURUSINGHE, P. and KIRINDE, S.T.W. (1985) A review of research on


spice crops in Sri Lanka. Newsletter of Medicinal and Aromatic Plants, No.
2, 37-44.

39
ISO (1974) Oil of cassia. International Standard ISO 3216-1974 (E). 2 pp.
International Organization for Standardization.

ISO (1977) Oil of cinnamon leaf. International Standard ISO 3524-1977


(E). 2 pp. International Organization for Standardization.

JANTAN, I. and GOH, S.H. (1990) The essential oils of Cinnamomum


mollissimum as natural sources of safrole and benzyl benzoate. Journal of
Tropical Forest Science, 2(3), 252-259.

JANTAN, I. and GOH, S.H. (1992) Essential oils of Cinnamomum species


from peninsular Malaysia. Journal of Essential Oil Research, 4(2), 161-
171.

JI, X.D., PU, Q.L., GARRAFFO, H.M. and PANNELL, L.K. (1991)
Essential oils of the leaf, bark and branch of Cinnamomum burmannii
Blume. Journal of Essential Oil Research, 3(5), 373-375.

Kompas Cyber Media, Kamis, 30 Oktober 2003

LOCKWOOD, G.B. (1979) Major constituents of the essential oils of


Cinnamomum cassia Blume growing in Nigeria. Planta Medica, 36(4),
380-381.

LPMA Banjarmasin, Komunikasi Pribadi dengan Juliade, 2006

LU, B., LI, Y., MAI, L., SUN, B. and ZHU, L. (1986) Chemical constituents
of essential oil from Cinnamomum rigidissimum, a new natural resource of
safrole. Chemistry and Industry of Forest Products, 6(4), 39-44.

MANNING , C.E.F. 1979.The Market for cinnamon and cassia and their
essential oils. Tropical Products Institute Report (G44), London.

MANZOOR KHUDA, M., FARUQ, M.O., RAHMAN, M., YUSUF, M.,


WAHAB, M.A. and CHOWDHURY, J. (1984) Studies on the essential oil
bearing plants of Bangladesh. I. A preliminary survey of some indigenous
varieties. Bangladesh Journal of Scientific and Industrial Research,
19(1/4), 151-169.

MOESTAFA, A. and BADEGES, F. (1986) Distillation of cassia leaf oils


(Cinnamomum burmanii, C. zeylanicum and C. cassia) by cohobation
method and the identification of oil components. Warta Industri Hasil
Pertanian, Indonesia, 3(1), 22-25.

40
NATH, S.C., HAZARIKA, A.K., BARUAH, R.N., SINGH, R.S. and GHOSH,
A.C. (1994) Major components of the leaf oil of Cinnamomum sulphuratum
Nees. Journal of Essential Oil Research, 6(1), 77-78.

PURSEGLOVE, J.W., BROWN, E.G., GREEN, C.L. and ROBBINS, S.R.J.


(1981) Cinnamon and cassia. pp. 100-173. In Spices, Volume 1. 439 pp.
London: Longman.

RAO, E.V.V.B. (1987) Characterization and evaluation of genetic


resources in plantation crops. Newsletter of the IBPGR Regional
Committee for Southeast Asia, Special Issue, 97-98.

RAO, Y.R., PAUL, S.C. and DUTTA, P.K. (1988) Major constituents of
essential oils of Cinnamomum zeylanicum. Indian Perfumer, 32(1), 86-89.

Republika on-line, 23 Nopember 2005

RUSLI, S dan ABDULLAH ACHMAD, 1988. Prospek pengembangan kayu


manis di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. VIII (3), hal 75:79.

SENANAYAKE, U.M. and WIJESEKERA, R.O.B. (1990) The volatiles of


the Cinnamomum species. pp. 103-120. In Proceedings of the 11th
International Congress of Essential Oils, Fragrances and Flavours, New
Delhi, India, 12-16 November, 1989, Volume 4.

SHI, W.Y., HE, W., WEN, G.Y., GUO, D.X., LONG, G.Y. and LIU, Y.G.
(1989) Study on chemical constituents of the essential oil and
classification of types from Cinnamomum camphora. Acta Botanica Sinica,
31(3), 209-214.

SMITH, A.E. (1986) International Trade in Cloves, Nutmeg, Mace,


Cinnamon, Cassia and their Derivatives. TDRI Report G193. 161 pp.
London: Tropical Development and Research Institute [now Chatham:
Natural Resources Institute].

SUHERDI, (1999) Kajian produksi kulit kayu manis dari berbagai tinggi
tempat di Sumatera Barat. Prosiding seminar penelitian tanaman rempah
dan obat Sub Balitto Solok.

WANG, C.L. (1987) The yields and composition analyses of essential oils
from planting Cinnamomum osmophloeum Kaueh. Bulletin of the Taiwan
Forestry Research Institute, 2(2), 129-144.

WU, H. (1992) A study on the chemotypes of Cinnamomum parthenoxylen


(Jack) Nees. Journal of Plant Resources and Environment, China, 1(4),
45-49.

41
YAACOB, K.B., ZAKARIA, Z. and RAMLI, Z. (1990) Major constituents of
Cinnamomum parthenoxylon wood oil. Journal of Essential Oil Research,
2(1), 51.

Yayasan WARSI, Kom. Pibadi dengan Vidra, 2006

Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia, Laporan Assessment Kayu Manis


Organik, 2006

ZHOU, R. (1983) A new species of safrole-containing plant Cinnamomum


petrophilum N. Chao. pp. 102-103. In Proceedings of 9th International
Congress of Essential Oils, Singapore, 13-17 March, 1983, Book 1.
Singapore: Essential Oils Association of Singapore.

ZHU, L.F., LU, B.Y. and LI, Y.J. (1984) Studies on chemical constituents
of essential oil from leaves of jiang-zhang [C. porrectum]. Acta Botanica
Sinica, 26(6), 638-643.

42

Anda mungkin juga menyukai