Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Karies Gigi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah
suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat
terganggunya
keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial
dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi
kavitas.
Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari
gigi
sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi
kuman,
karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu. 4,13
Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara populasi satu
dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu
bertahuntahun
lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya
membutuhkan waktu beberapa bulan saja, kalau perkembangannya cepat.14
Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau kavitas pada gigi,
dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu
daerah pada email yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya.14
Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang
berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi)
dan
fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua,
bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan.14
Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab
karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan,
sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies
gigi.15
2.2. Anatomi Gigi
2.2.1. Bagian Gigi14,16
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang
rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.
Gambar 2.1. Anatomi Gigi17
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Bentuk-bentuk Gigi Permanen14,16
Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang. Di tiap rahang
terdapat:
a. Empat gigi depan (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang lebar untuk
menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar daripada gigi yang
bawah.
b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat dan
menonjol di “sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar.
c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti bentuk kaleng
tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan
gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa mempunyai dua akar.
d. Enam gigi molar. Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di dalam mulut
digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai mahkota persegi,
seperti blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga, empat, atau lima tonjolan. Gigi
molar di rahang atas mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang bawah mempunyai
dua akar.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Gigi17
2.2.3. Permukaan-permukaan Gigi 14,16
Nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi adalah:
a. Permukaan oklusal: permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-molar.
b. Permukaan mesial: permukaan paling dekat garis tengah tubuh.
c. Permukaan lingual: permukaan paling dekat lidah di rahang bawah, di
rahang atas disebut permukaan palatal.
d. Permukaan distal: permukaan paling jauh dari garis tengah.
e. Permukaan bukal: permukaan paling dekat bibir dan pipi.
f. Tepi insisal: gigi-gigi insisivus dan gigi-gigi kaninus mempunyai tepi potong
sebagai pengganti permukaan oklusal.
Universitas Sumatera Utara
g. Permukaan proksimal: permukaan-permukaan yang berdekatan letaknya,
misalnya: permukaan mesial gigi tertentu dapat menyentuh permukaan distal
gigi sampingnya. Kedua permukaan itu disebut permukaan proksimal.
2.2.4. Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu:
a. Enamel
Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu-satunya
komponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan reparatif karena itu
regenerasi enamel tidak mungkin terjadi.
Struktur enamel gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari
97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%,
yang terletak dalam suatu pola kristalin.
Karena susunan enamel yang demikian maka ion-ion dalam cairan rongga mulut dapat
masuk ke enamel bagian dalam dan hal ini memungkinkan terjadinya transport ion-ion
melalui permukaan dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan
enamel.18
b. Dentin
Seperti halnya enamel, dentin terdiri dari kalsium dan fospor tetapi dengan proporsi
protein yang lebih tinggi (terutama collagen). Dentin adalah suatu jaringan vital yang
tubulus dentinnya berisi perpanjangan sitoplasma odontoblas. Sel-sel odontoblas
mengelilingi ruang pulpa dan kelangsungan hidupnya bergantung kepada penyediaan
darah dan drainase limfatik jaringan pulpa. Oleh karena itu dentin peka terhadap
Universitas Sumatera Utara
berbagai macam rangsangan, misal: panas dan dingin serta kerusakan fisik termasuk
kerusakan yang disebabkan oleh bor gigi.19
c. Cementum
Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya dengan
tulang.19
d. Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan urat-urat
syaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat-urat syaraf ini
mengirimkan rangsangan, seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, di mana hal ini
dialami sebagai rasa sakit.20
Rangsangan yang membangkitkan reaksi pertahanan adalah rangsangan dari bakteri
(pada karies), rangsangan mekanis (pada trauma, faktur gigi, preparasi kavitas, dan
keausan gigi), serta bisa juga disebabkan oleh rangsangan khemis misalnya asam dari
makanan, bahan kedokteran gigi yang toksik, atau dehidrasi dentin yang mungkin
terjadi pada saat preparasi kavitas/pengeboran gigi.19
Universitas Sumatera Utara
2.3. Klasifikasi Karies Gigi
Gambar 2.3. Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies17
2.3.1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)21
a. Karies Superfisialis
di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
Gambar 2.4. Karies Superfisialis21
Universitas Sumatera Utara
b. Karies Media
di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Gambar 2.5. Karies Media21
c. Karies Profunda
di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
Gambar 2.6. Karies Profunda21
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya18,19
a. Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan
seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada
permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan
memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya
mengenai lapisan email (iritasi pulpa).
b. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan
aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin
(hiperemi pulpa).
c. Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya
bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun
pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior
sudah meluas ke bagian pulpa.
Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu22:
a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.
b. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian
aproksimal gigi posterior.
c. Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.
d. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan meluas ke bagian
insisal gigi anterior.
Universitas Sumatera Utara
e. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior.
2.4. Etiologi Karies Gigi4
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab primer
yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang
berasal
dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
penyebab terbentuknya karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu
faktor
host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yang
digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.
Gambar 2.7. Model Empat Lingkaran Penyebab Karies20
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung
yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan
waktu
yang lama.20
Universitas Sumatera Utara
2.4.1. Faktor Host (Tuan Rumah)
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies gigi
(ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva.4,18
Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada permukaan
oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah
melekat dan membantu perkembangan karies gigi.18
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel
mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.
Gigi
susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih
banyak
mengandung bahan organik dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari
gigi
tetap lebih padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan
mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu terjadi
dalam
kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi tetap 7-8 tahun.20
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali
mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi
meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam
plak,
saliva juga mempengaruhi pH.4
2.4.2. Faktor Agent (Mikroorganisme)
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah
suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas
suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.20
Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan plak,
kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
mutans,
Universitas Sumatera Utara
Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa strain
lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa beberapa spesies
Actinomyces.4,22
Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga tampak sebagai lapisan putih.
Secara histometris plak terdiri dari 70% sel-sel bakteri dan 30% materi interseluler yang pada
pokoknya berasal dari bakteri.22
2.4.3. Pengaruh Substrat atau Diet
Faktor subtrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain
itu,
dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan
yang
diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyababkan
timbulnya
karies.4
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi
untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini
menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra
sel.18
Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami
kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak mengandung lemak dan protein
hanya
sedikit atau sama sekali tidak memliki karies gigi.4 Hal ini dikarenakan adanya pembentukan
ekstraseluler matriks (dekstran) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk
dekstran
yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Oleh karena itu sukrosa
merupakan gula yang paling kariogenik (makanan yang dapat memicu timbulnya
kerusakan/karies
gigi atau makanan yang kaya akan gula).20 Sukrosa merupakan gula yang paling banyak
dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama.18
Universitas Sumatera Utara
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat
sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat
asam
selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60
menit.
Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak
di
bawah normal dan menyebabkan demineralisasiemail.18
2.4.4. Faktor Waktu18
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang
dalam waktu beberapa bulan atau tahun.4 Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan
kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies
tersebut
terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.
Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi
dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-
48
bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan
penyakit ini.
2.5. Kebiasaan Makan
Pada zaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat manis, lunak
dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biscuit dan lain-lain. Di mana biasanya
makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Makanan ini karena sifatnya yang lunak maka
tidak
perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan
maka
akan terjadi proses kimia bersama dengan bakteri dan air ludah yang dapat merusak email
gigi.23
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada dasarnya adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia) seperti lingkungan alam, lingkungan
sosial, lingkungan budaya serta lingkungan ekonomi.
b. Faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia), seperti: asosiasi emosional,
keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit serta penilaian yang lebih terhadap
mutu makanan juga merupakan faktor intrinsik.24
Penelitian Nizel (1981) pada anak umur 6 tahun di Inggris yang dikutip oleh Kosasih
(2007) menguraikan bahwa makanan yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Beliau juga menguraikan tentang adanya hubungan
antara zat gizi seperti vitamin dan mineral, protein hewani dan nabati, serta karbohidrat yang
terkandung dalam makanan sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya penyakit karies gigi.
Hal
ini yang perlu mendapat perhatian tidak hanya nutrisi saja, tetapi cara mengonsumsi jenis
makanan dan waktu pemberian, karena semua ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut.
Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan lainnya yang
merupakan substrat untuk pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan
proses
terjadinya karies gigi.25
2.6. Epidemiologi Karies Gigi
2.6.1. Distribusi Frekuensi
Masalah karies gigi masih mendapat perhatian karena sampai sekarang penyakit tersebut
masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut, yaitu penyakit
tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia dan menempati urutan keempat
penyakit termahal dalam pengobatan. 26
Berdasarkan survey kesehatan gigi yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1994, ternyata jumlah masyarakat yang berkunjung
Universitas Sumatera Utara
maupun pasien yang dirujuk ke rumah sakit karena menderita penyakit gigi dan mulut akibat
karies gigi menduduki jumlah terbesar yaitu 53,05%.27 Karies merupakan penyakit yang
paling
sering dijumpai di rongga mulut, di Indonesia lebih dari 90% penduduknya menderita
karies.28
Karies gigi merupakan penyakit kronis, mengalami proses kerusakan jaringan yang bila
dibiarkan berlanjut akan menyebabkan kehilangan gigi yang terkena karies tersebut.29
Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi dan
Mulut Tahun 1999):
a. Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki (90,05%) dan Perempuan
(91,67%)
b. Prevalensi karies berdasarkan daerah : Urban (91,06%) dan Rural (90,84%)
c. Prevalensi karies berdasarkan pulau : Jawa dan Bali (86,59%), Sumatera (94,41%),
Kalimantan (94,85%), Sulawesi (99,28%)
d. Prevalensi karies berdasarkan umur : 12 tahun (76,62%), 15 tahun (89,38%), 18 tahun
(83,50%), 35-44 tahun (94,56%), dan 65 tahun ke atas (98,57%).30
Karies gigi menyerang semua tingkatan usia dan semua ras dari seluruh tempat di dunia.
Sehingga karies gigi telah menjadi masalah umum masyarakat, universal dan perlu mendapat
perhatian yang serius karena prevalensinya yang cepat meningkat di banyak negara.
Penelitian
Greene dan Suomi (1997) menunjukkan bahwa di kebanyakan negara berkembang, lebih dari
95% penduduknya terkena karies.29
Menurut penelitian Natamiharja tahun 1998 yang dikutip oleh Rusiawati (2002) pada
anak usia 6-13 tahun di 2 SD di Medan terdapat anak dengan karies pada molar pertama
49,69%
dan molar kedua 42,92% sedangkan murid bebas karies 7,39%.12
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Nurmala Situmorang (2004) di 2 Kecamatan Kota Medan menyatakan
bahwa status kesehatan gigi dan mulut penduduk masih buruk. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya prevalensi karies gigi dengan DMF-T; 80,83% responden mempunyai gigi dengan
lesi
karies; 50,83% responden gigi dicabut dan hanya 21,11% gigi ditambal.31
Berdasarkan penelitian Al-Malik (2006) di Saudi Arabia, dari 300 sampel anak-anak
dengan usia 6-7 tahun terdapat 288 anak (96%) terkena karies gigi, dan hanya 12 orang (4%)
yang tidak terkena karies gigi. Dari 288 sampel yang terkena karies tersebut terdapat 146
(50,7%) laki-laki dan 142 (49,3%) perempuan.32
Penyakit gigi dan mulut di mana karies gigi termasuk di dalamnya menempati peringkat
ke empat penyakit termahal dalam hal pengobatan.6
2.6.2. Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi)
Selain faktor langsung (etiologi), juga terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut
sebagai faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisis dan faktor penghambat
terjadinya karies yaitu umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, penggunaan fluor, jumlah
bakteri,
dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan mulut khususnya karies tidak terlepas dari kebiasaan merokok/penggunaan
tembakau,
konsumsi alkohol, kebersihan rongga mulut yang tidak baikdan diet makanan.30,33
a. Umur34
Hasil studi menunjukkan bahwa lesi karies dimulai lebih sering pada umur yang spesifik. Hal
ini berlaku terutama sekali pada umur anak-anak namun juga pada orang dewasa. Kelompok
umur berisiko tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang mengandung
banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi mereka segera setelah
gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap karies.
2. Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan oklusal
(kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa ini gigi rentan karies sampai
maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.
3. Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini gigi molar
kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.
4. Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar ke tiga rentan
karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-orang
meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat lain, yang selanjutnya dapat
menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan dan
menjaga kebersihan mulut.
b. Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil bahwa
persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria.15
Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi
daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga
komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit.4
Universitas Sumatera Utara
c. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini
dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi.
Menurut Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.
Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang
yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Dalam
penelitiannya, Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan jumlah gigi yang tinggal
di
rongga mulut pada usia 35 tahun sebesar 26,6% pada pendidikan tinggi sedangkan pada
pendidikan rendah sebesar 25,8%. Hasil penelitian Sondang Pintauli dkk, dijumpai DMF-T
rata-rata sebesar 7,63 dengan DMF-T rata-rata lebih rendah pada ibu-ibu rumah tangga
dengan tingkat pendidikan tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan
tingkat pendidikan rendah.4
d. Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif
untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan
satusatunya
cara mencegah gigi berlubang.4
Demikian halnya penelitian yang dilakukan Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada
hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.
Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum
dan terjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat
akibat kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm.4
Universitas Sumatera Utara
e. Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam
sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit
setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan
membantu
proses remineralisasi. Namun, apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka
email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
sempurna sehingga terjadi karies.4
Misalnya, derajat penderita karies gigi di Palembang relatif tinggi. Salah satu
penyebabnya adalah makanan yang berpotensi menimbulkan kerusakan gigi, yaitu
empekempek.
Empek-empek terbuat dari sagu, sehingga mengandung karbohidrat dan zat gula.
Karbohidrat yang tinggi akan membuat karang gigi menjadi tebal. Kandungan cuka dalam
cairan yang ditambahkan pada empek-empek juga tidak bagus untuk gigi, khususnya juga
untuk anak di bawah usia delapan tahun. Kandungan fluor dalam gigi anak usia di bawah
delapan tahun belum kuat menahan cuka.35
f. Kebersihan Mulut (Oral Higiene)
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak.
Telah dicoba membandingkan insidens karies gigi selama 2 tahun pada 429 orang mahasiswa
yang menyikat giginya dengan teratur setiap habis makan dengan mahasiswa yng menyikat
giginya pada waktu bangun tidur dan malam pada waktu sebelum tidur, ternyata bahwa
golongan mahasiswa yang menyikat giginya secara teratur rata-rata 41% lebih sedikit
kariesnya dibandingkan dengan golongan lainnya.33
Universitas Sumatera Utara
g. Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang
menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok.36
2.7. Pencegahan
2.7.1. Pencegahan Primordial15
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi pada
umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi
kecuali
protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin D) dan
mineral
(Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga dibutuhkan.
Pada ibu-ibu yang sedang mengandung sebaiknya diberikan kalsium yang diberikan
dalam bentuk tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh
terhadap pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan.
2.7.2. Pencegahan Primer4,19
Hal ini ditandai dengan:
a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)
Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak
yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dan
menggunakan benang gigi (dental floss).
b. Memberikan perlindungan khusus (spesific protection)
Universitas Sumatera Utara
Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan
fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.
2.7.3. Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh
lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh
melakukan penambalan pada gigi dengan lesi karies yang kecil dapat mencegah
kehilangan struktur gigi yang luas.37
a. Diagnosa Dini
Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting sejak
disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan proses
destruksi
dan reparasi yang silih berganti.4
Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek (gigi)
yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan diagnosis dengan tepat. Setelah
gigi
sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh
saliva dapat dicegah. Gigi harus betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan
udara
yang disemprotkan perlahan-lahan.19
Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam. Biasanya
pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai terasa menyangkut.
Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru mulai karena sonde
tajam
akan merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan membawa bakteri ke dalam
karies sehingga penyebaran karies akan semakin cepat.4
Universitas Sumatera Utara
b. Tindakan
b.1. Penambalan
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan
sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan
dikembalikan
ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi
tersebut
akan ditambal.37
Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi
yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di
sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian
gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan
terjadinya infeksi ulang.37
Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling
gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam, resin
komposit,
semen ionomer kaca, emas tuang, porselen.17
Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi
belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif
tidak
mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat dan bisa
digunakan pada karies yang sangat besar.17
Campuran damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati
warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal dari pada perak
amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk
mengunyah.17
Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini
diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih pada orang-orang
yang
Universitas Sumatera Utara
cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk
menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.17
b.2. Pencabutan37
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar
dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam
proses
pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu
hanya
pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan
ini
membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.
2.7.4. Pencegahan Tersier4,37
Adalah pelayanan yang ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang
dilakukanuntuk mencegah kehilangan fungsi, yang meliputi:
a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan pengobatan yang parah,
misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf (perawatan saluran akar), pencabutan
gigi dan sebagainya.
b. Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi
dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan (protesa).
2.8. Pengalaman Karies Gigi
Dalam epidemiologi karies gigi, selain ukuran prevalensi juga digunakan suatu ukuran
yang dapat membedakan derajat intesitas penyakitnya, di mana karies merupakan suatu
keadaan
yang irreversible, karena sekali lesi karies mencapai stadium yang dapat dilihat secara klinis,
maka lesi tersebut akan terus berkembang atau dirawat dengan penambalan/pencabutan
gigi.38
Universitas Sumatera Utara
DMF-T merupakan ukuran indeks untuk mengetahui jumlah gigi yang pernah
mengalami karies, yang dijabarkan sebagai Decayed (gigi berlubang), Missed (gigi dicabut
karena karies), Filled (gigi ditambal), Teeth (gigi permanen). DMF-T dihitung dengan
menjumlahkan semua komponen D, M, F dibagi dengan seluruh populasi.
Bila angka DMF-T tinggi, diasumsikan bahwa di masyarakat tersebut mempunyai angka
karies yang tinggi pula.4 Klasifikasi angka kejadian karies gigi (indeks DMF-T) menurut
WHO,
adalah sebagai berikut:6,34 (WHO, 2003 dan P,Axelsson)
1. Sangat Rendah : 0,8 – 1,1
2. Rendah : 1,2 – 2,6
3. Sedang : 2,7 – 4,4
4. Tinggi : 4,5 – 6,5
5. Sangat Tinggi : > 6,5
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai