KATA PENGANTAR
Orang zaman dulu percaya bahwa unsur keberuntungan (luck) memegang peranan
penting dalam kehidupan. Kini orang bilang, luck is the result of good planning. Good
planning is the result of good information system well applied. Karena itu, untuk
mendapatkan keputusan yang tepat, dewasa ini banyak perusahaan menugasi stafnya
untuk meneliti informasi yang berupa berita dan tulisan. Sehingga, ini orang sependapat
bahwa dengan makin berkembangnya karier seseorang, tuntutan untuk membaca semakin
besar, sementara waktu yang tersedia semakin terbatas. Semua harus berpacu dengan
informasi dan gagasan yang setiap hari membanjiri meja kerjanya. Informasi yang
membanjir akan memperbudak kita apabila kita tidak terampil menggunakannya.
Sementara itu, kita masih banyak mendengar keluhan hbahwa kemampuan bahasa Inggris
para mahasiswa kita terlalu lemah, sehingga mereka takut pada buku-buku berbahasa
Inggris. Apa benar demikitan? Ternyata lebih dari itu. Terhadap buku-buku berbahasa
Indonesia sekalipun mereka takut. Terlalu lama untuk bisa menyelesaikan buku yang tipis
sekalipun. Dan itu bukan salah mereka saja. Semasa di TK dan SD, kita memang diajari
membaca, mengenali kata, mengejanya, dan seterusnya. Setelah itu kita tak pernah lagi
diajari cara yang efektif dalam membaca.
Buku Sistem Membaca Cepat dan Efektif ini tidak hanya mengungkapkan hambatan dan
kebiasaan yang lama yang salah dalam membaca dan cara mengatasinya, tetapi juga
memberikan teknik-teknik membaca cepat dan efektif untuk menguasai buku, surat
kabar, majalah, surat-surat bisnis dan bahan lainnya. Didalamnya disertakan latihan-
latihan yang diperlukan dan dapat dikerjakan secara individual maupun bersama-sama
did alam kursus atau kelas.
Buku ini sangat bermanfaat bagi siswa, mahasiswa, guru, ilmuwan, wartawan, editor,
eksekutif, maupun para profesional lainnya.
IKHTISAR UMUM
Theodore Roosevelt membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung Putih. John F.
Kennedy mempunyai kecepatan membaca 1.000 kpm (kata per menit). Sementara
Jimmy Carter, Indhia Gandhi, Marshal Mc. Luhan, dan Burt Lancaster hanyalah sedikit
dari nama-nama terkenal yang mengakui manfaat membaca cepat bagi kemajuan karier
mereka.
Dan ternyata nama-nama besar di atas bukan termasuk perkecualian, karena melalui
latihan khusus kita pun dapat mencapai kecepatan seperti mereka. Norman Lewis dalam
bukunya How to Read Better and Faster mengemukakan fakta yang terdapat di beberapa
kursus speed reading ( membaca cepat) di Amerika : (1) Di reading Clinic, Dartmounth
College, peserta kursus pada umumnya mempunyai kecepatan membaca 230 kpm, dan
pada pertengahan kursus telah memncapai 500 kpm. (2) University of Florida yang
mengelola kursus membaca cepat dengan peserta yang beragama seperti guru, wartawan,
pengacara, ibu rumah tangga melaporkan bahwa kecepatan rata-rata peserta berawal 115-
210 kpm dan dalam dua minggu telah mencapai 325 kpm. (3) di Purdue University,
kecepatan rata-rata naik dari 245 kpm menjadi 470 kpm. Sementara Harry Shefter dari
New York University dalam bukunya Faster Reading Selftaught mengatakan bahwa pada
umumnya orang dapat mencapai kecapatan membaca 350-500 kpm.
Ledakan Informasi
Sekarang ini para petani pun seperti berpacu dalam menggarap sawahnya.
Mereka tak lagi menggunakan bajak yang ditarik sapi. Dengan sapi, bajak beregerak
amat lamban. Petani modern menjadi tidak sabar karena tak seirama dengan gerak zaman
sekarang. Mereka ini kini banyak beralih ke traktor yang dengan cepat bergerak ke
seluruh penampang sawah. Demikian juga seorang profesional yang harus berpacu
dengan ledakan informasi abad ini. Ia perlu piranti baru, yaitu sistem membaca cepat dan
efektif. Teknik-teknik yang tepat perlu ia kuasai untuk cepat menyerap informasi dan
gagasan yang setiap hari membanjiri meja kerjanya.
Ringkasan.
Karena kebiasaan yang salah yang kita bawa dari kecil kita belajar membaca, cara
membaca kita menjadi lambat. Bab pertama buku ini menguraikan kebiasaan yang salah
itu dan cara mengatasinya. Bab berikutnya menguraikan proses membaca dan latiha-
latihan yang dapat memberikan kebiasaan baru untuk menguasai teknik-teknik membaca
cepat dan efektif. Untuk memahami bacaan perlu diambil langkah-langkah strategis.
Sistem membaca buku dengan metoda SQ3R cukup banyak dikenal, tetapi orang belum
secara efektif mempraktekkannya. Dalam Bab III metoda itu diuraikan cukup panjang.
Bab IV menguraikan Skimming dan Scanning. Bab V menguraikan hal yang tidak kalah
pentingnya dengan yang lain, yaitu cara membaca grafik, tabel, peta dan diagram. Bab
terakhir merupakan kesimpulan, aplikasi dalam kehidupan sehari-hari : memilih waktu
membaca untuk dapat belajar dan bekerja secara efektif.
BAB SATU
KEBIASAAN LAMA
DALAM MEMBACA
Ikhtisar
Pendahuluan
Kebiasaan Membaca Cepat dan Mengatasinya
Vokalisasi
Gerakan Vivir
Gerakan Kepala
Menunjuk dengan jari
Regresi
Subvokalisasi
IKHTISAR
Bab satu menguraikan kebiasaan membaca
yang kita bawa dari kecil ketika kita belajar
membaca. Kebiasaan itu ternyata menjadi
penghambat dalam membaca yang begitu
mendarah daging pada orang dewasa.
Dalam bab ini Anda akan menjaumpai uraian
tentang kebiasaan itu dengan disertai cara-
cara untuk menghilangkannya. Petunjuk
yang praktis itu akan bermanfaat sekali
apabila dapat dilakukan
Bagian ini berisi hal berikut :
1. Cara anak belajar membaca
2. Kebiasaan yang diteruskan sampai dewasa
Pendahuluan
Banyak orang apabila menghadapi buku atau bahan lainnya langsung saja mulai
membaca kata pertama pada kalimat pertama, paragraf pertama, dan halaman pertama.
Dengan tekun ditelusuri kata demi kata, kalimat demi kalimat. Pada umumnya orang
(yang belum pernah mendapat latihan khusus) membaca terlalu lambat, jauh lebih lambat
daripada kemampuannya. Hal itu disebabkan hal-hal berikut :
1. Kebiasaan lama yang salah yang telah mendarah daging dibawa daru kecil.
2. Tidak agresif dalam usahanya memahami arti bacaan. Tidak konsentrasi sehingga
tidak cepat menanggapi dan tidak cepat berusaha menyelesaikan bacaan.
3. Persepsinya kurang sehingga lambat dalam meninterpretasikan apa yang dibaca.
Secara tidak disadari, cara membaca yang dilakukan waktu kecil tetap diteruskan
hingga dewasa. Mestinya, orang dewasa dapat dengan cepat mengenali frase, kalimat,
dan urutan ide sehingga cara-cara di waktu kanak-kanak tidak perlu lagi digunakan.
Bagian ini berisi hal berikut :
1. Cara anak belajar membaca
2. Kebiasaan yang diteruskan sampai dewasa
Orang yang tidak mendapat bimbingan, latihan khusus membaca cepat, sering
mudah lelah dalam membaca karena lamban dalam memcbaca, tidak ada gairah, merasa
bosan, tidak tahan membaca buku, dan terlalu lama untuk bisa menyelesaikan buku yang
tipis sekalipun.
Membaca dengan bersuara (vokalisasi), menggerakkan bibir, menunjuk kata demi
kata dengan jari, dan menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, seperti dilakukan semasa
kanak-kanak, merupakan kebiasaan yang menghambat. Dengan menggerakkan bibir
ataupun bersuara (mengucapkan kata demi kata), kecepatan membaca menjadi amat
berkurang, yaitu hanya seperempatnya jika kita membaca secara diam. Kecepatan
berkurang karena daripada menangkap ide yang terkandung dalam tulisan itu, orang lebih
memperhatikan pada pengucapannya. Orang pun cepat lelah karena kegiatan lebih
tertumpu pada aktivitas otot, begitu pula menggerakkan kepala dan menunjuk dengan
tangan, juga menghambat. Hal ini disebabkan gerakan mata serta proses diotak jauh
lebih cepat daripada gerakan kepala ataupun tangan itu.
Kebiasaan yang melibatkan fisik itu mudah diatasi dan dalam tempo dua minggu
kebiasaan itu akan hilang, asalkan kita mau mempraktekkan cara-cara
penanggulangannya. Hambatan lain yang sulit diatasi adalah regresi atau mengulangi
beberapa kata ke belakang dan subvokalisasi atau melafalkan kata dalam batin.
Vokalisasi
Vokalisasi atau membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca,
karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap. Meggumam, sekalipun
dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, jelas termasuk membaca dengan
bersuara.
Untuk mengetahui apakah kita mengucapkan kata-kata itu atau tidak, letakkan
tangan di leher sementara membaca. Bila getaran terasa di jakun (gulu menjing), itu
berarti Anda membaca dengan bersuara.
Untuk menghilangkan kebiasaan itu, tiuplah (bibir seperti bersiul) sementara
membaca dan letakkan tangan di leher (tidak boleh terasa getaran).
Gerakan Bibir
Orang dewasa ada yang meneruskan kebiasaan di waktu kecil, yaitu
mengucapkan kata demi kata apa yang dibaca dengan menggerakkan bibir.
Menggerakkan bibir atau komat-kamit sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan
suara, sama lambatnya dengan membaca bersuara. Kecapatan membaca bersuara
ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam.
Dengan menggerakkan bibir kita lebih sering regresi (kembali ke belakang), sebab ketika
mata dapat dengan cepat beregrak maju, suara kita masih di belakang. Untuk
menghilangkan kebiasaan membaca dengan gerakan bibir, pilihlah yang cocok cara-cara
di bawah ini.
1. Rapatkan bibir kuat-kuat, tekankan lidah ke langit-langit mulut.
2. Menguyah permen karet.
3. Ambil pensil atau sesuatu yang lain yang cukup ringan, lalu jepit dengan kedua bibir
(bukan gigi), usahakan pensil itu tidak beregrak.
4. Ucapkan berualang-ulang, ”satu, dua, tiga” atau ”tu, wa, ga’
5. Bibir dalam posisi bersiul, tetapi tanpa suara.
Gerakan Kepala
Semasa kanak-kanak penglihatan kita memangg masih sulit mengusai seluruh
penampang bacaan. Akibatnya adalah bahwa kita menggerakkan kepala dari kiri ke
kanan untuk dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah dewasa
penglihatan kita telah mampu secara optimal sehingga seharusnya cukup mata saja yang
bergerak.
Perhatikanlah gelas yang ada di meja kerja Anda. Pada saat itu ternyata Anda
dapat sekaligus melihat pensil, mesin tik, buku dan benda-benda lain. Kemampuan
melihat sekitar titik pandang itu disebut medan penglihatan (perihperal vision). Sama
halya terhadap tulisan, kata-kata di kiri kanan titik pandang (fokus) dapat dikenali
sekalipun pembaca tidak terfokus pada setiap kata itu. Dan bila Anda hendak
memperhatikan pensil yang ada diujung meja itu, Anda tak perlu menggerakkan kepala.
Akan tetapi, karena kebiasaan dari kecil saja, sebagian kita masih menggerakkan kepala.
Cara membaca seperti itu menghambat membaca sebab menggerakkan mata itu lebih
cepat dan lebih mudah dilakukan daripada menggerakkan kepala. Untuk menghilangkan
kebiasaan itu lakukanlah salah satu cara ini.
1. Letakkan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan ke meja selama membaca.
Apabila terasa tangan terdesak oleh gerakan kepala itu, sadarlah dan hentikan gerakan
itu.
2. tangan memegang dagu seperti memegang-megang jenggot dan bila kepala bergerak,
Anda akan tersadar lalu hentikan gerakan itu.
3. Letakkan ujung telunjuk jari di hidung, maka bila kepala bergerak Anda akan
menyadarinya dan berusahalah untuk menghentikannya.
Regresi
Dalam membaca, mata mestinya bergerak ke kanan untuk menangkap kata-kata
yang terletak berikutnya. Akan tetapi, sering mata bergerak kembali ke belakang untuk
membaca ulang suatu kata atau beberapa kata sebelumnya. Kebiasaan selalu kembali
(regresi) ke belakang untuk melihat kata atau beberapa kata yang baru dibaca itu menjadi
hambatan yang serius dalam membaca.
Contoh di bawah ini menunjukkan gerakan mata dengan pengulangan ke
belakang :
1 2 3 7 4 5 6 8
Pada waktu IMF mempelajari rescheduling hutang-hutang
Perhatikan : Kita membaca dari kiri ke kanan sampai kata nomor ena. Lalu,
mestinya terus bergerak ke kata berikutnya. Akan tetapi, kita kembali ke belakang (7),
membacanya kembali, dan baru meneruskan ke kata berikutnya tadi (8). Apa benar
dengan regresi itu kita menjadi lebih jelas menangkap arti? Ternyata hal itu malah
sebaliknya. Dengan regresi kita mengacaukan susunan kata yang dengan sendirinya
mengacaukan arti. Kalimat dalam contoh di atas menjadi terbaca sebagai berikut :
Keinginan melihat ke belakang itu, antara lain terdorong karena kurang percaya
diri, merasa kurang tepat menangkap arti, merasa kehilangan sesuatu, atau salah baca
sebuah kata. Apakah benar kata atau frase yang kita baca ulang itu adalah kata-kata yang
kurang benar kita tangkap? Ternyata sering bukan. Bahkan, sebetulnya sering regresi
atau membaca ulang itu tidak perlu. Untuk membuktikan bahwa alasan untuk regresi itus
ering nonsense, cobalah dalam membaca paragraf-paragraf berikut ini Anda berhenti
membaca saat Anda mau regresi dan catat apa alasan Anda untuk regresi itu. Beberapa
alasan itu mungkin seperti berikut ini :
1. Anda merasa kurang yakin dalam memahami apa yang Anda baca. Anda kurang
percaya pada diri sendiri kalau demikian, terus saja, nanti pasti akan Anda temui
kembali hal yang Anda ragukan iut, dalam uraian berikutnya ataupun dalam
pengulangan yang dilakukan dalam rincian penulisan.
2. ”Kok, ada salah cetak ya.” Sekalipun mungkin benal ada salah cetak, Anda mau apa?
Apakah Anda korekotr? Oleh karena itu, Anda jangan surut ke belakang.
3. Anda yakin ada salah ejaan. Kalau benar, apa urusannya dnegan kegiatan Anda dalam
membaca ini? Oleh karena itu, teruskan Anda membaca.
4. Ada kata sulit. Betul, memang ada kata baru bagi Anda. Akan tetapi, jangan
diisolasikan kata itu. Sebaliknya, carilah artinya dalam pengertaian keseluruhan
konsteks bacaan. Yang penting adalah ide yang dikandung kata itu.
5. Terpaku pada detail. Apakah betul Anda memerlukan benar detail itu? Sering kita
diperbudak oleh apa yang tercetak bahwa semua harus kita baca.
6. Salah persepsi. Anda mengira : 267 atau 266? Ah, mungkin 276. Tidak, saya kira
267. Tetapi, mungkin 268, atau malah 269? Betul, Anda bingung, kurang percaya
pada diri sendiri, salah persepsi. Akan tetapi, Anda tetap jangan kembali. Apa yang
anda ragukan itu tidak terlalu penting. Hanya nomor rumah atau jumlah peserta lari
maraton atau hal lain yang kurang vital dalam bacaan itu. Oleh karena itu, Anda terus
saja.
7. Merasa ada sesuatu yang tertinggal. Akan tetapi, apa benar kalau kita menengok atau
kembali ke belakang itu betul-betul kita melaihat apa yang kita kira tertinggal itu?
Ternyata tidak.
Melamun. Kebiasaan regresi disebabkan melamun. Kurang konsentrasi sewaktu
membaca. Secara mental kita mengerjakan hal lain ditempat lain sementara membaca
di sini. Untuk mengurangi regresi itu dapat dilaksanakan hal berikut :
1. Tanamkan kepercayaan diri. Jangan berusaha mengerti setiap kata atau kalimat di
paragraf itu. Jangan terpaku pada detail. Terus saja membaca, jangan ikuti godaan
untuk kembali ke belakang.
2. hadapi bahan bacaan. Jika Anda membaca, baca! Apa yang sudah ketinggalan,
tinggalkan! Terus. Terus saja. Perhatikan ke bahan yang Anda baca dan baca!
3. Terus saja baca sampai kalimat selesai. Apa yang Anda kira tertinggal, nanti akan
Anda temui lagi. Apa yang Anda anggap tertinggal akan muncul lagi. Terus saja
Anda baca. Semua akan terbukti bahwa kita tidak kehilangan sesuatu. Ingatlah
bahwa kemampuan mata dan otak kita jauh melebihi perkiraan kita. Oleh karena
itu, paksakan terus. Dengan demikian, Anda akan mengganti kebiasaan lama dengan
yang baru. Anda akan menyadari alasan mengganti kebiasaan lama dengan yang
baru. Anda akan menyadari alasan untuk mengecek ke belakang (regresi) itu adalah
mustahil (nonsense)
Subvokalisassi
Ikhtisar
Pendahuluan
Berapa Kecepatan Membaca Anda?
Kecepatan Fleksibel, Tergantung pada Tujuan
Melihat dengan Otak
Gerakan Mata dalam Membaca
Melebarkan Jangkauan Mata
Latihan I
Latihan II
Latihan III
Transisi Fiksasi ke Fiksasi
Latihan Fiksasi (I)
Latihan Fiksasi (II)
Latihan Fiksasi (III)
Latihan Fiksasi (IV)
Gerakan Otot Mata dan Latihannya
Latihan I : Gerakan ke Bawah
Latihan II : Gerakan Menyamping
Latihann III : Pengurangan Bidang Baca
Latihan IV : Membaca Kolom
Latihan V : Gerakan Pola S
Meningkatkan Konsentrasi
IKHTISAR
Pendahuluan
Sebagian karena tingkat kecerdasannya orang hanya mampu membaca 125 kpm
(kata per menit). Pada umumnya, orang membaca jauh lebih lambat daripada
kemampuannya. Orang dewasa di Amerika yang belum pernah mendapat latihan khusus
kecepatannya anatar 200-500 kpm, beberapa orang samapai 325-350 kpm, dan beberapa
orang yang lain terlalu lambat, yaitu 125-175 kpm. Orang dewasa di Indonesia, seperti
yang penulis catat berdasarkan kursus-kursus yang diadakan, keadaannya seperti di
Amerika, yaitu 175-300 kpm. Akan tetapi, pada pertengahan kursus (minggu kedua),
pada umumnya, dapat dinaikkan menjadi 350-500 kpm. Semua itu dengan pemahaman
70 persen.
Pertanyaan ini barangkali merupakan jenis pertanyaan yang baru pertama kali
Anda hadapi, yaitu ”Berapa kecepatan membaca Anda?” Untuk menghitungnya, gunakan
rumus dasar ini :
Andaikata Anda membaca 1.600 kata dalam 3 menit dan 20 detik atau total 200 detik,
maka kecepatan Anda :
Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan yang Anda baca hitung jumlah kata
dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris
dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang Anda baca, dan kalikan dengan jumlah
rata-rata tadi, hasilnya merupakan jumlah kata yang Anda baca. Misalnya :
Jika Anda membaca dalam 2 menit dan 10 detik, atau total 130 detik maka kecepatan
Anda : (660 kata/130 detik) x 60 = 342 kata per menit.
Untuk mengetahui kecepatan membaca Anda pada saat ini, kami kutipkan
sebagian tulisan di Intisari, Oktober 1981, yang bahasanya mudah dicerna oleh siapapun
yangdapat membaca.
Sebelum Anda mulai membaca, catat dahulu waktu mulai setepat-tepatnya. Dan
setelah Anda menyelesaikan bacaan itu, segera lihat jam Anda dan catat setepat-tepatnya.
Lalu Anda hitung, berapa menit dan detik. Kemudian teruskan mengecek pemahaman
Anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah bacaan itu. Periksa jawaban
Anda dengan jawab yang ada di akhir pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebelum mulai,
Anda baca dahulu judul bacaan.
Siapa yang tidak mengenal Sutan Takdir Alisjahbana? Sejak berpuluh puluh tahun
muris SMP dan SMA di ajarkan bahwa Takdir itu Pelopor Angkatan Pujangga Baru
bersama-sama Amir Hamzah dan Armijn Pane.
Amir Hamzah sudah lama meninggal. Armijn Pane juga. Tetapi Takdir masih
menikmatai hidup ini dengan penuh optimisme. Umurnya kini 73 tahun. Tetapi otaknya
tidak berhenti memikirkan gagasan-gagasan untuk masa depan.
Takdir sekarang bukan Takdir lulusan Hogere Kweekscholl (Sekolah Pendidikan
Guru) yang menjadi Direktur Kepala pada Balai Pustaka dan mengarang roman-roman
seperti Tak Putus Dirundung Malang, Dian Tak Kunjung Padam, dan Anak Perawan di
Sarang Penyamun. Takdir sekarang adalah seorang Profesor Doktor yang menulis
”Values as Integrating Forces in Personality, Sociaty and Culture” (suatu esei mengenao
anthropologi baru), disamping Grotta Azzura (1970) dan Kalah dan Menang (1978) yang
dipenuhi gagasannya mengenai tanggung jawab manusia untuk menciptakan masa depan
yang lebih baik.
Kini ia Rektor Universitas Nasional di Jakarta, Ketua Akademi Jakarta, dan Ketua
International Association For Act and the Future, di Toyabungkah, suatu tempat
perenungan dan penciptaan bagi pecinta-pecinta seni yang terletak di tepi Danau Batu di
Bali.
Takdir masih terus menulis untuk ceramah, seminar dan untuk memenuhi
permintaan media massa tentang berbagai soal dalam seni, bahasa, agama, ekonomi,
pertanian, hukum dan emansipasi perempuan, yang semuanya dilihat dari sudut filsafat
kebudayaannya.
Tetapi takdir dulu dan takdir sekarang sama dalam kecintaannya pada
keterbukaan pikiran, pada kesediaan belajar dan menerima nilai-nilai baru yang baik
untuk kemajuan dan perdamaian, darimana juga asalnya.
Masa lalu baginya tidak berarti dibandingkan dengan masa depan. Karena itu, ia
prihatin menyaksikan seniman-seniman yang menurut pendapatnya terkungkung
individualismenya, yang merasa kewajibannya cuma melepaskan isi hatinya sendiri, yang
tidak berminat menanggulangi krisis masyarakat dan kebudayaan yang mengancam masa
depan dunia.
Menurut Takdir, krisis ini terjadi karena ilmu, teknologi, dan ekonomi
berkembang dengan pesat, tetapi konsep-konsep dan kelakukan masyarakat serta
kebudayaan manusia berkembang dengan lamban. Jadi manusia harus digugah untuk
maju. Kesempitan pikiran merupakan penghalang kemajuan. Manusia harus terbuka
untuk gagasan-gagasan baru yang membawanya pada keadaan yang lebih baik.
Takdir berpendapat, seniman-seniman perlu mengikuti aliran-aliran yang disebut
futurisem untuk menumbuhkan kreativitas baru tanpa terhambat oleh batas-batas negara.
Tentu tidak semua orang setuju dengan pendapat Takdir. Tetapi ia yakin ia
berjalan di jalan yang benar. ”Saya sudah biasa berjalan sendiri. Bukan sambil meratap,
melainkan sambil bernyanyi”, katanya di kantornya di Jalan Sahardjo di Jakarta. Kantor
itu sederhana saja. Keempat dindingnya ditutupi rak penuh. Dimeja ada buku dan
beberapa kursi, juga penuh tumpukan buku. Buku-buku itu ada katalognya. Selain buku,
di situ juga ada lukisanlukisan tersandar. Di antaranya lukisan Toyabungkah dengan latar
belakang Gunung Batur.
520 (kata)
x 60 = ...... kpm (kata per menit)
........ detik
9. Menurut STA, iptek terlalu maju dibanding kesiapan masyarakat. Oleh karena
itu, masyarakat harus digugah. Untuk itu masyarakat perlu bersikap terbuka
terhadap
Banyak orang, yang belum pernah mendapat bimbingan khusus dalam membaca
cepat, mempunyai kecepatan yang sama dalam membaca. Apapun tujuannya atau apa
pun jenis bacaannya orang membaca dengan kecepatan yang sama. Mestinya, juga yang
kita alami dalam mengendarai mobil, kecepatan itu fleksibel. Adakalanya lambat,
misalnya apabila kita melewati jalan yang berbatu-batu, adakalanya kita harus meluncur
cepat, mislanya apabila kita melewati jalan bebas hambatan. Kecepatan membaca pun
harus fleksibel. Artinya, kecepatan itu tidak harus selalu sama. Adakalanya kecepatan
itu diperlambat. Hal itu tergantung pada bahan dan tujuan kita membaca. Bacaan ringan,
yaitu untuk rekreasi, misalnya, dapat Anda baca dengan cepat sekali. Akan tetapi, tulisan
yang bersifat analisis : perlu diperlambat cara membacanya. Demikian pula tulisan
ilmiah lainnya, kecepatan membacanya perlu dikurangi sampai seperlunya.
Pembaca yang efisien mempunyai kecepatan bermacam-macam, sesuai dengan
bahan yang dihadapi dan keperluannya. Umumnya dapat dirinci sebagai berikut :
1. Membaca secara skimming dan scanning (kecepatan lebih 1.000 kpm) digunakan
untuk :
a. mengenal bahan yang akan dibaca
b. mencari jawaban atas pertanyaan tertentu.
c. medapatkan struktur dan organisasi bacaan serta menemukan gagasan umum dari
bacaan itu.
2. Membaca dengan kecepatan yang tinggi (500-800 kpm) digunakan untuk :
a. membaca bahan-bahan yang mudah dan telah dikenali.
b. membaca novel ringan untuk mengikuti dijalan ceritanya.
3. Membaca secara cepata (350-500 kpm) digunakan untuk :
a. membaca bacaan yang mudah dalam bentuk deskriptif dan bahan-bahan nonfiksi
lain yang bersifat informatif.
b. membaca fiksi yang agak sulit untuk menikmati keindahan sastranya dan
mengantisipasi akhir cerita.
4. Membaca dengan kecepatan rata-rata (250-350 kpm) digunakan untuk :
a. membaca fiksi yang kompleks untuk analisis watak serta jalan ceritanya.
b. membaca nonfiksi yang agak sulit, untuk mendapatkan detail, mencari hubungan,
atau membuat evaluasi ide penulis.
5. Membaca lambat (100-125 kpm) digunakan untuk :
a. mempelajaai bahan-bahan yang sulit dan untuk menguasai isinya.
b. menguasai bahan-bahan ilmiah yang sulit dan bersifat teknik
c. membuat analisis bahan-bahan bernilai sastra klasik.
Bagian ini berisi tentang hal berikut :
Uraian kerja sama otak dan mata
Latihan meningkatkan ketajaman persepsi
Tidak ada korelasi antara latar belakang pendidikan dan kemampuan membaca. Akan
tetapi, ada korelasi kuat antara kecerdasan dan potensi membaca. Artinya adalah bahwa
mestinya siapa saja (yang dapat membaca cepat) dapat membaca dengan cepat semua
bahan yang mudah. Hanya karena kebiasaan saja kita berlambat-lambat dalam
membaca. Memerangi kebiasaan lambat ini sepenuhnya tergantung pada usaha kita,
antara lain dengan cara sebagai berikut :
1. Semua hambatan fisik (seperti, membaca dengan bersuara, dengan gerakan bibir
dan kata demi kata ) harus disingkirkan
2. Kita harus benar-benat menyadari dan mau untuk membaca lebih cepat, menyerbu
bahan bacaan dan agresif untuk cepat menyelesaikan bahan bacaan.
3. Kita harus memaksa diri (dipaksa, didorong, dianjurkan seperti diinstruksikan
kalau kita mengikuti latihan membaca cepat) untuk dapat menambah kecepatan
dalam membaca sehingga kebiasaan baru dalam keseharian, yaitu cepat membaca
dan menyelesaikan bacaan itu. Hal itu dmaksudkan untuk mendobrak kebiasaan
lambat itu.
Keterampilan dasar seperti gerakan mata, membaca frase, mengenai kata-kata kunci
berguna untuk menambah kecepatan membaca, baik untuk fiksi maupun nonfiksi.
Skimming dan scanning serta keterampilan mengorganisasi bahan merupakan
keterampilan yang harus dikuasai untuk membaca nonfiksi. Skimming dan scanning
dapat menjadi alat yang ampuh untuk mengatur kecepatan membaca sesuai dengan
kebutuhan, terutama untuk nonfiksi sehingga kita tidak dikuasai oleh bahan, tetapi kitalah
yang menguasainya sesuai dengan keperluan kita.
Kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak. Mata bekerja
seperti kamera, yaitu memotret. Hasilnya, film negatif. Selanjutnya proses dilakukan di
otak, hasilnya, yaitu gambar positif. Mata melihat dan otak menginterpretasikan saat itu
juga sehingga ”apa yang Anda lihat, itulah yang Anda dapat”. Otak menyerap apa yang
dilihat mata. Oleh kaena itu, melihat adalah mengerti.
KAMERA KITA
Mata seripa dengan kamera ; memotret, hasilnya film negatif, Otak memproses, hasilnya
gambar positif
Unsur utama membaca adalah otak, mata hanya alat mengantarkan gambar ke
otak lalu otak memberikan interpretasi terhadap apa yang dituju oleh mata itu.
Interpretasi itu dapat pada saat itu atau seketika itu juga atau tertunda, dapat pula terjadi
secara akurat atau salah. Mudah atau penuh dengan kesulitan. Interpretasi itu tidak
tergantung pada ketajaman penglihatan, tetapi kejernihan dan kekayaan pengertian kita,
pada persepsi kita.
Cahay yang memantul dari benda masuk ke mata melalui kornea mata atau
selaput being. Cahaya itu diatur oleh iris atau selaput pelangi, dengan mengecilkan atau
membesarkan lubang masuknya cahaya (pupil atau biji mata). Pengerutan dan
pengenduran otot-otot bulu mata menyebabkan lensa mengembung atau mengecil agar
bayangan yang terbentuk di retina hanya terdapat pada satu titik. Retina yang terdiri dari
berjuta-juta reseptor cahaya mengubah energi cahaya menjadi isyarat dan isyarat ini di
sampaikan ke otak.
Salah satu bukti bahwa dalam membaca, fungsi otak itu lebih penting daripada
mata dapat dilihat pada orang yang mengalami luka hebat di otak, ternyata ia menjadi
buta secara menyeluruh dan selamanya meski mata orang itu tetap berfungsi dengan
sempurna. Sebaliknya, orang yang buta masih dapat membaca, yaitu dengan meraba
huruf-huruf Braille karena arus informasi dari semua bagian tubuh