PENDAPAT SAYA :
Penerapan politik luar negeri bebas-aktif tersebut harus disesuaikan dengan
perubahan lingkungan strategis baik di tingkat global maupun regional
yang sangat mempengaruhi penekanan kebijakan luar negeri
Indonesia. Politik luar negeri Indonesia dibentuk agar mampu
mempertemukan kepentingan nasional Indonesia dengan lingkungan
internasional yang selalu berubah. Jadi, tidak dapat dipungkiri
perlunya polugri yang luwes dan fleksibel untuk menghadapi segala
tantangan global. Perubahan lingkungan internasional tersebut tidak
hanya disebabkan oleh dinamika hubungan antar negara tetapi juga
perubahan isu, dan munculnya aktor baru dalam hubungan
internasional yang berupa non-state actors. Dan di dalam literatur
hubungan internasional, perbedaan istilah ini memang tidak dikenal
(Walter Carlness, 1999). Yang dikenal adalah terminologi foreign
policy (kebijakan luar negeri), bukan foreign politics (politik luar
negeri). Namun, konvensi penggunaan istilah-istilah ini di Indonesia
dapat dipahami sebagai berikut: Politik luar negeri cenderung
dimaknai sebagai sebuah identitas yang menjadi karakteristik
pembeda negara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia. Politik
luar negeri adalah sebuah posisi pembeda. Politik luar negeri adalah
paradigma besar yang dianut sebuah negara tentang cara pandang
negara tersebut terhadap dunia. Politik luar negeri adalah wawasan
internasional. Oleh karena itu, politik luar negeri cenderung bersifat
tetap. Sementara kebijakan luar negeri adalah strategi implementasi
yang diterapkan dengan variasi yang bergantung pada pendekatan,
gaya, dan keinginan pemerintahan terpilih. Dalam wilayah ini pilihan-
pilihan diambil dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan
(finansial dan sumber daya) yang dimiliki. Kebijakan luar negeri,
dengan demikian, akan bergantung pada politik luar negeri.
Satu permasalahan yang cukup pelik dihadapi Indonesia kini adalah
krisis politik luar negeri. Harus diakui dengan jujur, saat ini kita hanya
memiliki kumpulan kebijakan luar negeri tanpa ada satu politik luar
negeri sebagai benang merah yang berarti. Masalahnya, politik luar
negeri Indonesia bebas aktif dibangun pada konteks internasional dan
domestik yang kental dengan pertentangan ideologis antara
liberalisme dan komunisme. Politik bebas aktif pada konteks itu dapat
dimaknai sebagai sebuah retorika penolakan atas keberpihakan dan
sekaligus sebagai posisi pembeda yang jelas di dunia internasional
yang memiliki karakteristik bipolar pada saat itu. Namun, ketika kini
dunia internasional mengalami perubahan secara drastis, relevansi
kontekstual dari politik luar negeri bebas aktif dipertanyakan.
Berbagai keluhan atas tidak jelasnya arah dan konsistensi kebijakan
luar negeri Indonesia sesungguhnya dilandasi oleh belum adanya
politik luar negeri yang tepat dalam situasi internasional yang sudah
berubah secara ekstrem ini. Kebijakan luar negeri yang dihasilkan pun
menjadi tumpang tindih jika tidak bersifat sektoral. Suka atau tidak,
yang kita miliki saat ini semata-mata hanya sebuah retorika: bebas
memilih apa pun dan aktif berpartisipasi dalam perdamaian dunia.
Berbagai justifikasi dapat dibangun di seputar kalimat ini, tetapi
retorika ini sulit untuk dapat memiliki status sebagai posisi pembeda
di dunia yang kini sama sekali berbeda. Setiap negara dapat bebas
memilih apa yang diinginkannya sepanjang yang bersangkutan
memiliki kekuatan militer relatif yang memadai (Waltz, 1979)."
Kasus TKI Sumiati yang Disiksa di Arab Saudi
Kisah tragis tenaga kerja Indonesia (TKI) terulang lagi di Arab Saudi. Kali
ini yang menjadi korban adalah Sumiati. Sang majikan di Madinah, Arab
Saudi, tega memotong bibir Sumiati.
Pemerintah Indonesia mengutuk aksi potong bibir yang menimpa Sumiatii.
"Pemerintah Indonesia mengutuk penganiayaan terhadap Sumiati," kata Juru
Bicara Kementerian Luar Negeri
Michael Tene dalam jumpa pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta,
Senin (15/11).
Pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Madinah telah
menerima laporan penganiayaan Sumiati, 8 November 2010. Perwakilan
KJRI langsung mengunjungi Sumiati yang tengah dirawat di RS Kings Fahd
Madinah.
Sumiati (23), TKI asal Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat. Sejak bekerja
18 Juli 2010, Sumiati kerap menerima penyiksaan dari istri dan anak
majikannya.
Dari kunjungan itu diketahui, kondisi Sumiyati sangat memperihatinkan.
Hampir seluruh bagian tubuh, wajah, dan kedua kakinya mengalami luka-
luka. Media massa setempat memberitakan Sumiati mengalami luka bakar di
beberapa titik, kedua kaki nyaris lumpuh, kulit tubuh dan kepala terkelupas,
jari tengah tangan retak, alis mata rusak. Paling mengenaskan, adalah bagian
atas bibir putus.
Pemerintah Indonesia menyebut perbuatan majikan Sumiati sangatlah tidak
berperikemanusiaan. Karena itu, Kemlu telah memanggil Duta Besar Arab
Saudi untuk Indonesia di Jakarta, Abdulrahman Mohammad Amen Al
Khayyat. Dalam pertemuan itu, Kemlu mendesak pemerintah Arab Saudi
untuk membawa pelaku ke pengadilan.
Langkah konkrit pemerintah Indonesia lainnya, yakni melalui KJRI telah
melaporkan kasus ini ke kepolisian setempat dan mempersiapkan
pendamping pengacara kepada korban untuk proses hukum lebih lanjut.
"Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Kementerian Luar Negeri
akan terus memastikan langkah-langkah efektif untuk perlindungan WNI di
luar negeri," tegas Michael.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa telah memberikan informasi ke
keluarga mengenai langkah-langkah yang telah dan akan diambil pemerintah
Indonesia atas pengaitaan Sumiati. "Secara khusus, Kementerian Luar
Negeri akan memfasilitasi wakil keluarga, didampingi pejabat Kemlu, ke
Madinah untuk memberikan dukungan terhadap saudari Sumiati," kata
Michael Tene.
Pengganti Juru Bicara Teuku Faizasyah yang dipromosikan menjadi juru
bicara kepresidenan bidang luar negeri ini menegaskan, pemerintah akan
memberikan perhatian yang sama kepada setiap WNI yang terkena masalah
ataupun kasus di negara mana pun.
Lebih lanjut Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Tatang Budi Utama Razak,
mengatakan keluarga Sumiati baru tiba di Jakarta dari Nusa Tenggara Barat
pada Selasa (16/11). Pascapenyelesaikan dokumen keberangkatan,
diharapkan keluarga Sumiati bisa berangkat secepatnya. "Tadi Menlu (Marty
Natalegawa) telah bicara ke ibu dan kakaknya Sumiati. Mungkin yang akan
berangkat itu kakaknya," ujar Tatang.
Senada dengan Michael, Tatang juga menyatakan Kemlu maupun Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia
(KJRI) di luar negeri tidak membeda-bedakan penanganan kasus TKI.
Kemlu memberikan perhatian kepada Sumiati lantara korban mengalami
penyiksaan yang tidak berperikemanusiaan dari majikannya.
Jika ada KBRI atau KJRI yang tidak merespons laporan WNI di luar negeri,
Tatang minta agar hal itu dilaporkan ke Kemlu agar bisa diambil tindakan.
"Kalau memang ada temuan seperti itu, yah laporkan. Kami sering terima
laporan, tapi terkadang itu berdasarkan penilaian pelapor dan tidak bisa
dipertanggunjawabkan," katanya.
Di tempat terpisah, Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Syaifuddin meminta
kepada pemerintah, melalui kementrian luar negeri dan kementrian tenaga
kerja dan transmigrasi untuk segera bertindak, terkait kabar yang
mengungkapkan salah seorang TKI di Arab Saudi, Sumiati, mengalami
siksaan oleh majikannya. Lukman mengingatkan, penganiyayaan TKI di luar
negeri sudah kerap kali terjadi hingga saat ini.
"Untuk kesekian kalinya, penyiksaan terhadap TKI di Saudi oleh
majikannya. Ini, tentu amat memukul rasa kemanusiaan dan harga diri
bangsa. Oleh karena itu, kemenlu dan kemenaker harus segera bertindak.
Akhiri penderitaan TKI di luar negeri, akhiri martabat anak bangsa yang
selalu dilecehkan," kata Lukman.
Lukman mengingatkan, pemerintah RI tak boleh diam, harus segera
mendesak pemerintah Arab Saudi untuk menghukum majikan itu seberat-
beratnya. "Tingkatkan perlindungan hukum TKI kita agar kasus ini tak
terulang lagi.
Diberitakan, Sumiati binti Mustapa asal Malang berusia 23 tahun
mengalami penyiksaan oleh majikannya di Madinah, Arab Saudi. Sumiati
mengalami luka berat di sekujur tubuhnya. Kini, Sumiati sudah dirawat di
Rumah Sakit King Fahd, Arab Saudi.
PENDAPAT SAYA :
Politik Luar Negeri Bebas-Aktif memberikan ruang gerak yang luas bagi
diplomasi Indonesia bagi pencapaian kepentingan nasional. Doktrin ini
mencitrakan Indonesia sebagai sebuah negara yang bersahabat dan dapat
berperan sebagai bridge builder.
Dari kenyataan di atas, saya bisa berpendapat bahwa Politik Luar Negeri
Indonesia pasca orde baru akan semakin aktif dan asertif, karena didukung
oleh legitimasi politik yang besar dan modal kinerja yang baik di dalam
negeri dan di luar negeri.
PERANAN PBB PASCA RUNTUHNYA UNI SOVIET 1990
Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik,
ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya
disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur)
yang terjadi antara tahun 1944-991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai
bidang,seperti
koalisi militer; ideologi, industri, pengembangan teknologi; pertahanan ,
perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi.
RUNTUHNYA UNI SOVIET
Uni Soviet merupakan sebuah negara komunis di Eropa Timur dan Asia
Utara yang berdiri sejak November 1917 ( menurut kalender Gregorian )
sampai pada tahun 1991. sampai tahun 1917, Rusia merupakan kerajaan atau
kekaisaran dengan seorang Tsar sebagai kepala negara. Pada masa dinasti
Rumanov, Rusia banyak mengalami peristiwa politik baik dari dalam negeri
maupun luar negeri serta banyak mengalami persinggungan politik,
diantaranya adalah konflik dengan pemerintahan Perancs pimpinan
Napoleon Bonaparte. Setelah Revolusi Bolshevik, Imperium Rusia berganti
menjadi system sosialisme yang membawa Rusia kepada posisi negara
adikuasa. Namun, kemudian system ini runtuh dan digantikan dengan
system demokrasi ala barat. Uni Soviet runtuh pada tahun 1990-an, namun,
ketika menjelang pertengahan tahun 1980-an.
Hal ini kemudian menyebar kepada negara-negara satelit Uni Soviet lainnya
di Eropa Timur dan Afrika. Sehingga dapat dikatakan bahwa keruntuhan Uni
Soviet akibat dari kegagalan program Glasnot dan Parestroika. Negara-
negara pecahan Uni Soviet yang sekarang ini terbentuk berkat kebijakan dari
Presiden Mikhail Gorbachev yang mencuatkan Glasnot dan Parestroika.
Negara-negara pecahan Uni Soviet terbentuk berkat kebijakan dari Presiden
Uni Soviet Michael Gorbachev yang pada 1990 mencuatkan Glasnot dan
Perestroika. Salah satu isi dari kebijakan itu adalah negara-negara bagian
boleh memisahkan diri dan menjadi negara sendiri. Maka di Asia Tengah
lahirlah Turkmenistan, Uzbekistan, Kazakstan, Kirgistan, dan Azerbaijan.
PENDAPAT SAYA :
Runtuhnya Uni Soviet menjadi empat belas Negara independen pada 1991,
setelah 73 tahun berkuasa, dirayakan dunia Barat sebagai akhir perang
dingin dan bubarnya sistem sosialis dan komunis. Pandangan ini
mengherankan Karena hanya 2 tahun sebelumnya komunisme dan
sosialisme telah gugur terlebih dulu di Negara-negara anggota Pakta
Warsawa seperti, Polandia, Bulgaria, Jerman Timur, Cekoslovakia, dan
Rumania. Uni Soviet merupakan federasi negara -negara sosialis komunis
yang dirintis berdirinya oleh Lenin dengan kaum Bolsheviknya setelaha
dapat menggulingkan kekuasaaan Tsar Nicolas II tahun 1917 melalui
Revolusi Bolshevik. Tahun 1922 Lenin mengganti Rusia menjadi Uni Soviet
dengan Lenin sebagai pemimpinnya. Federasi ini beranggotakan antara lain
Rusia,Lithuania, Latvia,Belarusia,Ukraina,Armenia,Georgia… dan Estonia.
Mereka disatukan di bawah kekuasaan Partai Komunis Uni Soviet.
Pada waktu Uni Soviet dipimpin oleh Michael Gorbachev ,ia melontarkan
ide pembaharuan atau restrukturisasi melalui Glasnot (Keterbukaan) ,dan
Perestroika( demokratisasi) . Hal ini dimaksudkan untuk mengejar
ketertinggalan Uni Soviet dalam bidang ekonomi dan politik dibandingkan
dengan negara-negara Eropa Barat. Tetapi setelah gagasan itu disampaikan
oleh Michael Gorbachev muncul berbagai pergolakan di berbagai Republik
bagian Uni Soviet, hingga pada akhirnya Gorbachev tidak mampu
merngendalikannya. Pembaharuan dan perubahan yang tadinya
dimaksudkan untuk memajukan Uni Soviet justru menjadi sebab utama
runtuhnya Uni Soviet.
Republik -republik yang menuntut kemerdekaan dan ingin melepaskan diri
dari Uni Soviet antara lain Lithuania,Latvia,Estonia,Ukraina,Armenia… dan
Maldavia. Sedangkan Rusia dan Georgia menuntut otonomi penuh,
sedangkan republik-republik yang lain menuntut Uni Soviet dibubarkan.
Secara umum sebab-sebab runtuhnyaUni Soviet adalah:
1. Sistem Marxisme ternyata tidak memiliki kontrol efektif baik terhadap
bodang politik maupun ekonomi,
2. Marxisme tidak memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan jaman,
3. Kebijakan Gorbchevtentang Pertestroika dan Glasnot bertentangan
dengan Marxisme,
4. Adanya kebijakan lain dari Gorbachev yang membahayakan keberadaan
sosialisme
komunisme,antara lain:
a. menjalankan sistem pasar bebas di UnI Soviet,
b. merestui berdirinya pemerintahan koalisi non komunis di Polandia,
c. membiarkan dibukanya Tembok Berlin,
d. membiarkan diktator komunis Rumania Ceausescu dijatuhkan,
e. mengususlkan adanya ,multipartai dan dihapuskannya monopoli Partai
Kominis Uni Soviet,
f. membiarkan negara-negara Eropa Timur melucuti kekuasaan partai
Komunis,
5. Marxisme yang lebih mengandalkan kekuatan kaum buruh, tidak sesuai
dengan keadaan Uni Soviet yang sebagian besar penduduknya kaum petani
yang ingin mempunyai hak milik.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka akhirnya Uni Soviet runtuh pada
tahun 1991 dengan ditandai lahirnya negara-negara merdeka bekas Uni
Soviet, yang tergabung dalam CIS (Commonwealrh of Independent States/
Persemakmuran Negara-negara Merdeka) pada tanggal 8 Desember 1991
yang diprakarsai oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin bersama Presiden
Ukraina Leonid Kravchuk, serta Ketua Parlemen Belarusia Stanislav
Shushkevich dalam pertemuan di Vukhucio,Belarusia.
Runtuhnya Uni Soviet menimbulkan beberapa akibat terhadap situasi dunia,
yaitu:
1. Berakhirnya perang Dingin antara Blok Barat (Ameriuka Serikat) dengan
Blok Timur(Uni Soviet),
2. Berkurangnya kecemasan dunia terhadap terjadinya PerangDunia III,
3. Banyak negara komunis yang berubah menjadi negara demokrasi,
4. Amerika Serikat tampil sebagai negara Adi Daya,
5. Tumbangnya komunisme di beberapa negara Eropa Timur.