Anda di halaman 1dari 21

RADIASI

TUGAS MAKALAH OPERASI TEKNIK KIMIA II

Penulis
Kelompok IV
Nama Anggota : 1. Widhi Saputra (0715041073)
2. Andika Wahyu P. (0715040121)
3. Rangga Radika P. (0715040162)
4. Adelia Ayuningtyas (0715041017)
5. Ika Hermania (0715041045)
6. Nanda Roselina (0715041058)

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Lampung
Bandar Lampung
2009
RADIASI

I. Pendahuluan
Kita mengetahui bahwa dalam perpindahan panas terjadi dalam tiga
mekanisme yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Sejak dahulu ketiga
mekanisme tersebut digunakan untuk menjelaskan perpindahan panas pada suatu
bahan atau suatu alat. Daalm Teknik Kimia konsep perpindahan panas sangatlan
berperan penting, sebagai contoh dalam Alat Penukar Panas, alat tersebut
dirancang dengan memeperhitungkan nilai-nilai koefisien perpindahan panasnya.
Baik secara konduksi maupun secara konveksi. Radiasi sering digunakan untuk
mengisolasi suatu bahan atau alat agar tidak berkontak dengan udara langsung
atau diisolasi untuk tujuan tertentu. Misalkan pada pipa yang diisolasi, dengan
tujuan untuk menjaga suhu pipa dalam sebesar suhu yang diinginkan.
Perpindahan panas secara konveksi ialah perpindahan panas dari daerah
yang bersuhu tinggi menuju daerah yang bersuhu rendah dalam suatu medium
(pada umunya padatan), atau antara medium-medium yang bersinggungan secara
langsung. Perpindahan panas secara konveksi ialah perpindahan panas tanpa
melalui zat perantara, umumnya terjadi antar fluida, proses mixing salah satunya.
Sedangkan proses perpindahan panas secara radiasi ialah perpindahan panas
secara pancaran dari benda yang bersuhu menuju benda yang bersuhu rendah.
Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi merupakan perpindahan panas
karena adanya gerakan molekul-molekul akibat driving force yaitu temperatur,
sedangkan pada perpindahan secara radiasi, panas ditransfer melalui gelombang-
gelombang yaitu gelombang elektromagnetik, dimana kecepatan gelombang
tersebut sama dengan kecepatan cahaya.
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak
memerlukan medium untuk merambat, dapat merambat dalam ruang hampa.
Gelombang elektromagnetik ini didasarkan pada hipotesis James Clark Maxwell.
Contoh sederhana pada kita adalah pancaran sinar matahari yang berradiasi
melewati angkasa dan atmosfer bumi, dimana terakhir bumi akan menyerap
radiasi tersebut. Udara hanya dapat menyerap sedikit radiasi dari sinar matahari
tersebut, karena gelombang elektromagnetik tersebut dapat menembus udara, oleh
karena itu tidak diserap. Berbeda halnya dengan pada gas-gas seperti CO2 dan
H2O yang akan menyerap sebagian besar dari energi radiasi yang dipancarkan
oleh sumber radiasi.
Bumi sebagai contoh penyerap radiasi dari sinar matahari merupakan salah
satu benda yang dapat menyerap pancaran sinar radiasi yang disebut dengan
benda hitam. Dalam ilmu fisika benda hitam merupakan obyek yang dapat
menyerap seluruh radiasi elektromagnetik yang jatuh kepadanya serta tidak ada
radiasi yang dapat keluar atau dipantulkan. Meskipun demikian, secara teori
benda hitam juga dapat memancarkan seluruh panjang gelombang energi yang
mungkin ada padanya. Jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang
dipancarkannya bergantung pada suhu benda hitam tersebut. Bila seberkas sinar
yang masuk kedalam lubang suatu benda, sinar akan dipantulkan berkali-kali
sehingga intensitas sinar lama-kelamaan akan berkurang (karena sebagian sinar
yang diserap, diserap oleh dinding), sampai pada suatu waktu energi radiasi akan
menjadi nol. Hal inilah yang disebut dengan benda hitam.

Gambar 1. Benda Hitam


Apabila benda hitam tersebut kita panaskan dengan temperatur tertentu, maka
dinding atau permukaan dari benda hitam akan memancarkan radiasi secara
merata pada saat suhunya merata pada bagian dinding atau semua bagian
permukaan. Dimana radiasi dari benda hitam akan memancarkan radiasinya bila
ada lubang pada benda hitam tersebut, maka radiasi itu disebut dengan radiasi
benda hitam. Berdasarkan hal tersebut, dengan adanya kenaikan temperatur atau
dengan temperatur yang tinggi, benda hitam akan dapat memancarkan radiasinya
kelingkungan bila ada celah atau lubang pada suatu bagian dari benda hitam
tersebut. Dan suatu benda dikatakan benda hitam apabila dapat menyerap
pancaran radiasi dari sumber bila ada sebagian kecil celah atau lubang pada benda
hitam.

Gambar 2. Radiasi Benda Hitam

II. Intensitas dan Emisivitas


Benda hitam akan menyerap energi radiasinya per satuan luas permukaan
pada temperatur tertentu, dengan kata lain benda hitam tersebut merupakan
penyerap yang sempurna. Bagaimana halnya bila bendanya bukan benda hitam?
Jika bukan benda hitam, energi radiasi akan diserap sebagian kecil melalui fraksi
pada permukaan, dimana dapat juga memancarakan sinar radiasi kelingkungan
sebagaimana yang dilakukan oleh benda hitam pada keadaan yang sama.
Suatu hukum Kirchhoff’s digunakan untuk mewakili keseimbangan termal
antara pemancaran sinara radiasi dengan penyerapan sinara radiasi. Bila I
menunjukkan energi radiasi pada luas permukaan suatu benda, maka
keseimbangan termalnya menjadi
Ia1 = E1 (1)
Untuk benda hitam a = 1 dan kekuatan emisivitas untuk benda hitam EB = I, maka
persamaan 1 menjadi,
E1 I
E1 = = Q1 = a1 (2)
E2 I
Emisivitas (e) merupakan perbandingan energi dimana benda yang memancarkan
sinar radiasi terhadap sinar radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam. Dengan
kata lain kemampuan suatu benda untuk memancarkan energi berupa gelombang
elektromagnetik pada area dan temperatur yang sama. Semakin besar nilai
emisivitas suatu benda, semakin mudah pula benda tersebut memancarkan energi
radiasinya. Absorsivitas (a) merupakan perbandingan antara energi yang diserap
oleh suatu benda terhadap penyerapan energi oleh benda hitam per satuan luas
yang sama. Kekuatan emisi permukaan (E) merupakan total energi yang
dipancarkan per satuan luas, per satuan waktu. Sedangkan Intensitas radiasi (I)
merupakan energi yang dipancarkan per satuan luas, per satuan waktu, per
kemiringan benda.
Intensitas radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam kekuatannya
mencapai empat kali dari temperatur absolut. Untuk intensitas bukan benda hitam
berantung pada emisivitas dari benda tersebut dimana kekuatannya mencapai
empat kali dari temperatur absolutnya. Energi yang dipancarkan dari suatu benda
per satuan luas ke benda yang berbentuk stengah lingkaran dapat dinyatakan
dengan persamaan,
q
E= = eσT 4 (3)
A
dengan e = emisivitas benda
σ = nilai tetapan Stefan-Boltzmann
(1730.10-12 Btu / ft2 hr 0F)
T= temperatur absolut benda
Suatu benda hitam memancarkan energinya secara berkesinambungan
pada panjang gelombang tertentu dengan intensitas maksimum pada panjang
gelombang sekitar 1 sampai 5 mikron, ynag bergantung pada temperatur (lihat
gambar 1). Penyerapan a pada permukaan sangat bergantung pada keadaan biasa
permukaan dan adanya distribusi panjang gelombang pada peristiwa radiasi.
Meskipun, emisivitas e sama dengan penyerapan a pada benda dan temperatur
yang sama, penyerapan a pada benda yang suhunya T1 untuk peristiwa radiasi dari
sumber yang berbeda suhunya T2 ditunjukkan dengan simbol a1←2, dimana
bergantung pada temperatur T2 menuju temperatur T1. Karena peristiwa radiasi
berupa gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu, maka
bila berbeda panjang gelombang, maka akan berbeda juga penyerapan suatu
benda terhadap sumber radiasi dengan temperatur yang berbeda. Nilai emisivitas
permukaan dari suatu benda sangat bergantung berdasarkan interval suhunya
(lihat tabel 1).
Suatu benda yang memancarkan energi radiasi juga menyerap energi
radiasi, maka total energi yang ditransferoleh radiasi sama dengan energi yang
dipancarkan dengan energi yang diserap. Untuk benda yang bersuhu T1 yang
disekat oleh lingkungan yang bersuhu T2, maka perpindahan panas dari 1 ke 2
yaitu,

q1,2 = A1 σ [e1 T1 - a1←2 T2 ]


4 4
(4)
persamaan 4 dapat ditulis,
q1, 2 T1 4 T
= 1730 [e1 ( ) − a1←2 ( 2 ) 4 ] (5)
A1 1000 1000
Persamaan 5 diatas memiliki satuan Btu / hr ft2. Persamaan 5 tersebut hanya
modifikasi untuk mendapatkan barapa energi yang ditransfer per satuan luas
permukaan suatu benda. Persamaan ini juga didasarkan pada perhitungan untuk
radiasi dimana benda dianggap kecil dibandingkan dengan lingkungannya.

Tabel 1. Nilai Emisivitas Permukaan Suatu Benda pada Range Suhu Tertentu
Surface Temperatur (0F) Emisivitas (e)
Alumunium
Highly polished plate 440 – 1070 0,039 – 0,057
Oxidized at 110 0F 390 – 1110 0,11 – 0,19
Brass
Highly polished plate (73 – 27) 476 – 674 0,028 – 0,031
Polished 100 – 600 0,096 – 0,096
Dull plate 120 – 660 0,22
Copper
Polished 242 0,023
Plate heated at 1110 0F 390 – 1110 0,57 – 0,57
Iron, polished 800 – 1880 0,144 – 0,377
Cast iron
Polished 392 0,21
Turned on lathe 1630 – 1810 0,60 – 0,70
Oxidized at 1110 0F 390 – 1110 0,64 – 0,78
Steel oxidized at 1110 0F 390 – 1110 0,79 – 0,79
Rought ingot iron 1700 – 2040 0,87 – 0,95
Stell plate, rough 100 – 700 0,94 – 0,97
Molten steel 2910 – 3270 0,28 – 0,28
Mercury 32 – 212 0,09 – 0,12
Nickel polished plate 74 0,045
Bila suatu benda menyerap semua panjang gelombang radiasi dengan
tingkat absorpsi yang sama, benda tersebut dikenal dengan benda abu-abu atau
gray body. Benda abu-abu tersebut memiliki tingkat absoprsi pada distribusi
energi pada saat radiasi di permukaan. Maka persamaan untuk menyatakan
perpindahan panasnya secara radiasi yaitu,
T1 4 T
q1,2 = 1730 Ae1[( ) − ( 2 )4 ] (6)
1000 1000
Sebenarnya untuk padatan hasil untuk perpindahan pans secara radiasi ini
akn menunjukkan hasil yang sama, dimana padatan tersebut diasumsikan benda
hitam, benda abu-abu ataupun bukan kedua-duanya. Terkadang sangat sulit untuk
dapat mengukur secara langsung absoprsi radiasi walupun ada beberapa alat yang
mendukung untuk itu, namun kebanyakan orang lebih menyukai persamaan 6
untuk mrnghitung perpindahan panas secara radiasi dengan asumsi benda yang
menyerap ialah benda abu-abu atau gray body.

III. Faktor Geometris


Untuk benda hitam, perubahan panas dievaluasi kembali dengan
mengubah atau memanipulasi persamaan 4 diatas dengan memasukkan suatu
faktor yaitu faktor geometris. Faktor geometris merupakan perbandingan antara
perubahan dalam per satuan luas benda pada suatu permukaan terhadap perubahan
dalam per satuan luas area dimana tempatkan diantara dua lempengan hitam yang
sejajar kesamping. Simbol F1,2 akan sering kita gunakan untuk mengartikan berapa
besar bagian pancaran radiasi yang meninggalkan permukaan benda A1 dalam
segala arah, dimana juga intersept dari permukaan benda A2. Tidak hanya simbol
itu saja, melainkan juga ada simbol F2,1, dimana hanya akan menyatakan arah
pancaran saja. Kedua simbol tersebut akan sering kita temukan dalam perhitungan
perpindahan panas secara radiasi ini, dan nilai dari kedua simbol terdapat yang
menyatakan faktor geometris ini berbeda-beda, yang sangat tergantung
berdasarkan bentuk atau layout dari benda, apakah permukaan rata (lurus) atau
permukaan tekuk (melengkung), lihat grafik 2.
Perhitungan faktor geometris ini didasarkan pada asumsi bahwa tingkar
emisivitasnya bernilai 1 (benda hitam) dan selalu konstan, tidak dipengaruhi oleh
temperatur. Persamaan yang dapat digunakan yaitu,
q1,2 = σF1, 2 A1 (T1 −T2 ) atau
4 4

q1,2 = σF2 ,1 A2 (T1 −T2 )


4 4
(7)
hasil A1F1,2 akan sama dengan A2F2,1 dimana sebagai hasil total perpindahan panas
energi radiasi pada dua permukaan pada dua permukaan yang sama.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa layout dari sebuah
benda akan sangat mempengaruhi tigkat emisivitas dan penyerapan energi radiasi.
Jika ada sebuah benda dengan bentuk permukaan rata (lurus) yang diletakkan
diantara dua lempengan radiasi secara sejajar, tetapi tidak ada heat flux radiasi
baik dari maupun ke permukaan lurus tersebut, maka temperatur yang sebelumnya
kita tidak mengetahuinya, dapat kita hilangkan dengan persamaan keseimbangan
energi. Persamaan 8 akan memberikan perpindahan energi radiasi dari permukaan
A1 menuju permukaan A2 dengan kombinasi mekanisme arah radiasi dan pancaran
kembali energi radiasi dari permukaan yang lurus.
q = σ F1, 2 A1 (T1 −T2 )
4 4

q = σ F2 ,1 A2 (T1 −T2 )
4 4
(8)
dimana F merupakan faktor geometris, termasuk efek dari
permukaan atau dinding lurus diantara lempengan hitam yang
sejajar
Efek dari permukaan yang lurus ialah dapat menaikkan laju perpindahan
panas antara lempengan sejajar yang ditunjukkan pada grafik 3. Sebagai contoh,
terdapat dua kotak yang sejajar dengan jarak antara mereka sama dengan satu kali
disamping dari kotak tersebut. Arah radiasi anatar dua lempengan memberikan
kurva dua pada grafik 3, dengan sekitar 20% radiasi dipindahkan antara area
kotak tersebut dengan lempengan yang sejajar. Jika ada dua lempengan paralel
yang sejajar dan disambungkan oleh logam yang tidak dapat berkonduksi, tetapi
pancaran dinding yang sekitar 53% diperoleh sebagai bentuk energi akan
dipindahkan per satuan luas antara dua lempengan permukaan yang sejajar.
Penambahan dinding dengan permukaan yang lurus akan menbuat laju
perpindahan panas secara radiasi akan menjadi ganda. Maka nilai dari faktor
geometris tersebut yaitu,
F1, R FR , 2
F1, 2 = F1, 2 + (9)
1 − FR , R

bila hanya ada dua perpindahan panas melalui permukaan didalamnya, maka
persamaan 9 diatas dapat lebih sederhana, dimana A1FR,1 = ARFR,1, A2F2,R = ARFR,2,
dan FR,,1+FR,2+FR,R = 1,

maka persamaan 9 menjadi,


1
F1, 2 = F1, 2 +
1 A 1
+ 1
F1, R A2 F2, R
(10)
jika F1,R = 1 – F1,2 dan F2,R = 1 – F2,1, maka persamaan 10 menjadi
2
A2 − A1F1, 2
F1, 2 = (11)
A1 + A2 − 2 A1F1, 2

persamaan 11 digunakan untuk menentukan faktor geometris, yang didasarkan


pada temperatur yang sama pada permukaan lurus.

IV. Nonblack Surface


Untuk benda, selain benda hitam untuk menghitung berapa besar
perpindahan panas secara radiasi, diperlukan beberapa tinjaun perhitungan seperti
berapa bagian energi yang terpantulkan kembali. Untuk hal tersebut kita harus
mengetahui karakteristik dari permukaan benda yang ada. Umumnya digunakan
benda abu-abu untuk menggambarkan maksud tersebut.
Jika kita mengasumsikan bahwa seluruh permukaan merupkan benda abu-
abu, maka cuku sederhana untuk menggambarkan tingkat emisivitas dan tingkat
penyerapan pada permukaan benda yang rata (lurus). Tingkat emisivitas dan
tingkat penyerapan permukaan yang berlengkung (tekuk) tidak termasuk
didalamnya, karena terdapat keraguan apakah permukaan yang lurus tersebut
dapat mencapai keseimbangan termalnya melalui penyerapan yang sempurna dan
pancaran dari benda hitam atau dengan melalui pancaran energi kembali tanpa
adanya penyerapan terlebih dahulu. Untuk melakukan perhitungan yang tepat
menghitung total perpindahan panas secara radiasi antara permukaan yang
sebenarya yang kita ketahui faktor geometrisnya dengan tingkat emisivitas yang
diperlukan.
Maka persamaan yang kita gunakan untuk menghitung perpindahan panas
dimana terdapat kombinasi direction radiasi, pemancaran kembali dari permukaan
yang rata, serta perkalian antara pantulan dengan kurungan (sekat) yaitu,
q1,2 = σA1δ1, 2 (T1 −T2 ) atau
4 4

q1,2 = σA2δ2,1 (T1 −T2 )


4 4
(7)
dalam persamaan 7 diatas terdapat faktor geometris dan faktor tingkat emisivitas,
kedua faktor tersebtu dapat dihiutng dengan cara.
1
δ1, 2 =
1 1 A 1 (8)
+ ( −1) + 1 ( −1)
F1, 2 e1 A2 e1

persamaan 8 tersebut dengan asumsi bahawa semua bagian pada permukaan A1


dan pada bagian permukaan yang sama A2, memiliki perbandingan yang sama
antara daerah yang dipusatkan dengan energi radiasi pada permukaan yang tidak
lurus (tekuk) terhadap daerah yang dipusatkan dengan energi radiasi pada
permukaan yang lurus. Yang nilai perbandingan tersebut sama disetiap titik pada
permukaan benda baik pada permukaan A1 maupun A2.
V. Perpindahan Panas Radiasi melalui Tubes
Etode konvensional untuk menghitung perpindahan laju panas dari radiasi
ke tube dalam daerah radiasi tungku pembakaran sudah luas digunakan sebagai
pemanas minyak atau petroleum yang terdiri dari neraca energi dalam hubungan
dengan laju transfer panas tang dapat diprediksi dari grafik 3a, Jika A1
menunjukkan satu oleh dua baris tube paralel A1 dan hanya permukaan lain yang
memancarkan permukaan dibelakang tube. Nilai A2 adalah luas dari lempengan
yang berkelanjutan dimana tube ditempatkan dan bukan daerah pemanasan dari
tube itu sendiri.Untuk dua baris tubes yang dibatasi oleh dua bagian diameter
dimana projected area tubes sama dengan area lempengan A2. Laju transfer
panas untuk benda kotak dari lempengan dimana tubes ditempatkan pada A2
merupakan fungsi dari temperatur. Untuk temperatur dinding tube, dengan aturan
yang dikenal dengan emisivitas dari permukaan oksida tubes.
Neraca energi dibuat pada grafik 3a untuk bahan bakar udara dan produk
pembakaran disuplai ke tungku pembakaran per jam per ft2 dari permukaan
lempengan A2. Jika banyaknya bahan bakar yang disuplai ke furnace per jam per
ft2 dari permukaan lempengan A2 dan rasio fuel diketahui, energi dari panas yang
dikembangkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, ditambah panas sensible
dikenal dengan panas pada udara dan bahan bakar dengan spesifik 600F atau 00F,
jumlah untuk ft2 permukaan lempengan A2 dan diplot sebagai titik M pada ordinat
temperatur. Titik ini menghasilkan banyaknya panas pada furnace per jam per ft2
dari permukaan lempengan A2 diatas temepartur datum.
Jika semua energi yang tersisa dalam produk hasil pembakaran, bila tak
ada panas yang ditransfer dari gas pembakaran didalam furnace, gas akan
meninggalkan furnace pada suhu yang sama dengan temperatur yang telah
dihitung. Semua panas dilepas oleh gas dalam furnace tersisa dalam hasil
pembakaran menuju perpindahan panas titik O dalam furnace. Secara substantial
dan sebanding dengan suhu hasil pembakaran ketika meninggalkan tungku
pembakaran, asumsi sangat dekat dengan kondisi aktual dari tipe furnace, dimana
biasanya api diatur untuk memperluas jarak didasar. Ketika furnace membakar
minyak atau apaun menjadi api yang sangat pendek ketika membakar gas dengan
udara yang telah dipanaskan, perbedaan antara dua tipe api dapat diatur dengan
mnegemisivitasikan emisi yang lebih tinggi dengan panjang gelombang panjang.
Pada grafik 3a dapat digunakan untuk menentukan kuantitas panas yang
dilepas dalam furnace, untuk kecepatan transfer panas yang diinginkan. Dalam
kasus ini suhu api yang telah dihitung dan garis perpotongan kurva dapat dilihat.
Solusi didapatkan dengan memperluas locus T dari produk hasil pembakaran ke
ordinat dari T acuan. Jika diasumsikan kapasitas panas hasil pembakaran konstan.
Ini dapat disesuaikan untuk menggambar garis lurus melalui T yang telah dihiutng
untuk penyerapan panas O (point N), dan melalui nilai yang diinginkan untuk
penyerapan panas per ft2 dari permukaan A2 (point O) dan membaca perpotongan
(point M) dari perpanjangan garis lurus ini dengan ordinat yang menunjuk T
acuan yang diinginkan.
Dengan sedikit mempelajari grafik 3a dapat dilihat bahwa semakin besar
area penyerapan panas A2 untuk konsumsi bahan bakar yang sama per jam,
kondisi akan semakin bagus. Ketika furnace akan dirancang, hubungan ini tidaka
dapat begitu digunakan dan permukaan penyerapan yang tersedia akan kecil
VI. Koefisien Perpindahan Panas Radiasi
Dalam banyak kasus perpindahan panas melibatkan perpindahan panas
secara konveksi dan radiasi. Sebuah contoh pada kasus perpindahan panas pada
diding furnace, bagian dinding dalam furnace panas akan mengalir keluar
(lingkungan). Dimana umumnya perpindahan panas pada dinding furnace
didasarkan pada perpindahan panas secara radiasi dan konveksi, penambahan
antara dua macam mekanisme perpindahan panass tersebut itulah yang akan
menjadi nilai perpindahan panasnya. Oleh karena itu muncullah suatu persamaan
yang menyatakan koefisien perpindahan panas secara radiasi yaitu,
qT
hT =
A1 (T1 −T2 )

0.173 e1[( 0.01T1 ) 4 − (0.01T2 ) 4 ]


hT = (9)
T1 −T2
grafik 4 sebagai pembantu untuk dapat menyelesaikan nilai dari persamaan 9
diatas tersebut. Dimana satuan persamaan tersebut dalam Btu / hr ft2 0F sebagai
fungsi dari suhu pada permukaan pertama dan suhu permukaan kedua untuk
benda hitam dengan nilai emisivitas sama dengan satu.
VII. Radiasi dari Nonluminous Gas
Hubungan antara padatan dengan permukaan yang keras atau rata dengan
asumsi keadaan benda adalah benda abu-abu, tingkat emisivitas akan konstan.
Dan penyerapan bebas dari energi radiasi berupa panjang gelombang tidak dapat
secara langsung diperkenalkan dalam kerusakan apresiasi. Tapi pada peristiwa
radiasi dari gas nonluminous, kebutuhan untuk menerima kebebasan emisivitas
atau tingkat penyerapan pada panjang gelombang tertentu, jika radiasinya ialah
benda hitam yang melalui massa gas, absorbsi akan terjadi pada wilayah tertentu
atau pada panjang gelombang spektrum infrared. Dengan demikian jika gas panas
pada energi radiasi sama halnya dengan panjang gelombang tersebut. Radiasi dan
keaslian absorbsi akan terjadi pada perubahan enregi kuantumnya didalam rotasi
energi dan getaran antar atom dalam molekul-molekul. Pembakaran gas di
industri seperti CO2, karbon monoksida, uap air, sulfur dioksida, ammonia,
hidrokarbon, serta turunan dari alkohol memiliki ”emisivitas bands” cukup besar
dan berperan penting. Pada atom yang memiliki dua atom seperti hidrogen,
oksigen, dan nitrogen tidak memiliki emisivitas atau ”absorbsi bands” yang cukup
penting dan berperan pada pertemuan temeperatur tertentu dalam operasi
diindustri.
Intensitas radiasi dari massa gas berfungsi pada nomor kontribusi molekul-
molekul tersebut, dan dapat menghalangi molekul yang dapat mengabsorbsi
beberapa emisi energi sebelum meninggalkan inti dari gas tersebut. Pertimbangan
radiasi dari faktor geometris ”hemispherical”, massa gas untuk permukaan elemen
terletak lain dengan ”hemispheres”.
Pengukuran percobaan menunjukkan bahwa hukum Beer’s cukup akurat
untuk karbon dioksida tetapi akan tidak akurat untuk uap air, oleh karena itu
secara umum dapat diambil suatu pertanyaan. Kontribusi ini dibawah permukaan
lapisan dalam kontras tajam dengan zat padat dan sebagian cairan, dimana radiasi
ini adalah suatu fenomena dari permukaan keras atau rata.
Emisivitas gas juga tergantung pada temparatur gas TG dan juga
tekanannya. Pada grafik 5, 6, 7 menunjukkan emisivitas dari karbon dioksida, uap
air, dan sulfur diksida sebagai fungsi dari temperatur dan dari produk pL, untuk
tekanan satu atm. Hukum Beer’s untuk uap air membutuhkan perbaikan untuk
tekanan parsialnya dari uap air dalam gas berlebih sebagai petunjuk dapat dilihat
grafik 8.
Absorbsifitas aG kira-kira akan sama unutk emisivitas sebagai petunjuk
pada grafik tersebut, dibaca pada temperatur radiasi zat padat Ts, terdiri pada
temperatur gas Tg. Jika gas pada temperatur tinggi kemudian permukaan radiasi
ketika absorbsi oleh gas lebih rendah, bagaimanapun juga nilai akurat eG, grafik 5
dan grafik 6, TS tapi pada pL (TS / TG), dan pada nilai dilipatgandakan oleh (TG /
TS)0.65 untuk karbon dioksida atau oleh (TG / TS)0.45 untuk uap air dan digunakan
sebagai aG.
Ketika karbon diksida dan uap air ditampilkan bersamaan, total emisivitas
pada campuran adalah lebih rendah dari jumlah emisivitas dari dua gas tersebut.
Ini disebabkan karena gas memiliki penyerapan panjang gelombang sebagai
indikasi. Yang membuat setiap gas dari beberapa yang tidak tembus cahaya ke
yang lainnya, perbaikan itu ditunjukkan dengan jumlah emisivitas yang diberikan
pada grafik 9. Grafik 5, 6, 7 akan tergantung pada pancaran radiasi oleh gas
hemisphere pada permukaan dari pusat permukaan. Yang mana dalam hal ini
panjang beam L sama dengan semua direksi atau arahnya. Dalam operasi indutri
ketajaman biasanya agak berbeda dari hemisphere tapi keseimbangan berarti
panjan beam L mungkin dapat disamakan dengan dimensi dari ketajaman sistem
radiasi yang ditunjukkan pada tabel 2, dan digunakan untuk persamaan emisivitas
dari grafik 5, 6, 7. Nilai yang diberikan dalam tabel 2 terdiri dari peningkatan
persamaan dasar diferensial yang kelebihan batas untuk masing-masing ketejaman
unutk keperluan industri.
Dengan emisivitas dan penyerapan persamaan cara mendeskripsikan
persimpangan pancaran panas antara gas non luminous dan kesatuan daerah pada

permukaan loncatan (σTG eG − σTS eG ) . Untuk permukaan abu-abu pada TS


4 4

berisi gas TG, evaluasi akurat pada pancaran radiasi memerlukan energi pada tipe
sorotan dari gas dan dari pertimbangan permukaan. Penyelesaian oleh evaluasi
jumlah penyerapan dan cerminan pada setiap pergeseran permukaan, dan
penyerapan pada penjumlahan untuk cerminan tiang dalam garis melintang yang
berturu-turut melewati massa gas.
Bila penyerapan tidak lengkap, maka sangat penting untuk meliputi
perbedaan dua seri tak terbatas, dimana tidak mudah menggambarkan bentuk
secara aljabar. Evaluasi massa seri oleh massa untuk memilih nilai permukaan
emisivitas diatas 0,7 (emisivitas pada industri lebih besar dari 0,7) dan untuk tipe
nilai pada pL menyatakan fakta kebetulan bahwa persimpangan untuk permukaan
komersial kemungkinan digambarkan dengan cukup memadai tingkat
ketelitiannya. Jika permukaan emisivitas dapat dipilih sebagai jalan tengah dari
nilai aktual 1 dan hanya satu pergeseran pertimbangan yaitu,
qG , S eS −1 T T
= 1730 ( )[ eG ( G ) 4 − aG ( S ) 4 ] (10)
A 2 1000 1000
Total perpindahan panas ke penerima permukaan melalui penerima panas,
seperti permukaan keras dan perubahan antara gas dan permukaan akan menjadi
masalah yang kompleks untuk menyalurkan keseimbangan energi radiasi dan
koefisienkonveksi. Bagaimanapun perkiraan yang memuaskan dapat dibuat
menjadi suatu metode dari grafik 3. Area yang efektif diasumsikan sebagai
permukaan penyerap panas yang yang dapat dimodofikasi oleh keanekaragaman
faktor ketajaman benda. Juga terganutng dari rasio permukaan kasar dan tidak
kasar melalui sistem radiasi. Temperatur yang efektif diasumsikan pada gas dan
permukaan penerima. Perkiraan yang izinkan sebuah rasio dari permukaan kasar
kepada permukaan penyerap panas dan dapat menambah penyerapan panas dari
permukaan kasar. Nilai fraksi permukaan kasar ditambahkan kedalam area
penyerapan panas dari nol ketika sebuah rasio dari permukaan kasar ke
permukaan penerima sangat tinggi. Untuk sebuah satuan ketika rasio ini dalam
keadaan rendah dan nilai emisivitas juga rendah dan ketika areanya sama, tapi
melebihi besarnya area permukaan keras, maka akan diperkirakan dalam waktu
0,7 permukaan kasr dapat menambah permukaan penyerap panas radiasi. Dalam
persamaan 7 dan 10 dapat diselesaikan dengan dua temperatur yaitu suhu kedua
permukaan penerima dan gasnya.
VIII. Radiasi dari Luminous Gas
Jika gas panas terdiri dari partikel soot yang dibentuk dalam lapisan
pembakaran atau komposisi radiasi partikel ini dan lapisan ini dipasang pada gas
lumnious jika total emisivitas dari lapisan pembakaran oleh grafik 10 dan 11 dapat
ditambahkan sebagai faktor mulit flying kedalam persamaan 10, dengan

eS +1
menggunakan ( ) untuk kesulitan permukaan emisivitas hasil yang
2
memuaskan dapat dicapai. Penyerapan dan emisivitas permukaan luminous
mengurang, diikuti dengan peningkatan panjang gelombang dan total emisivitas
dalam spekturm yang visual. Hal ini membuat perkiraan dari lapisan emisivitas
tidak dapat naik ke permukaan, arti dari pryometer optical mengandung tujuh
warna gelombang panjang berbeda yaitu merah dan hijau, dua temperatur nyata
cahaya , temperatur merah (Tr) dan cahaya temperatur hijau (Tg). Hasil jumlah
dari lapisan emisivitas yang ditunjukkan pafa grafik 10. Penyerapan sepanjang KL
diindikasikan produk dari K yang diukur dari konsentrasi lapisan cahaya dan L
yang ketebalan lapisan yang diteliti melalui pyrometer. Pyrometer optikal yang
hanya layar merah mampu digunakan dalam koneksi dengan grafik 10 dan lapisan
temperatur jika nilainya tidak diketahui.
Dalam pengukuran seperti ini kepedulian harus dipelihara, sehingga
pyrometer optikal tidak dinilai oleh apapun tetapi oleh lapisannya sendiri. Jika
lapisan dalam dimensi lebih luas digunakan basis pembacaan yang mengambil
lapisan terendah, maka kekuatan penyerapan KL diartikan dari grafik 10, dimana
dapat dibaca oleh rasio L2 / L, sebelum grafik 11 diartikan dari jumlah emisivitas
lapisan luminous. Dimana L2 diartikan sebagai ketebalan efektif dari lapisan yang
emisivitasnya diperkirakan dibawah pyrometer. Dan L dalam persamaan sebagai
ketebalan efektif yang pengukurannya lebih diutamakan, dengan luasnya
pembakaran pasti memiliki lapisan luminous yang tinggi, sehingga menjadi yang
mendekati satuan emisivitas.

Anda mungkin juga menyukai