Penulis
Kelompok IV
Nama Anggota : 1. Widhi Saputra (0715041073)
2. Andika Wahyu P. (0715040121)
3. Rangga Radika P. (0715040162)
4. Adelia Ayuningtyas (0715041017)
5. Ika Hermania (0715041045)
6. Nanda Roselina (0715041058)
I. Pendahuluan
Kita mengetahui bahwa dalam perpindahan panas terjadi dalam tiga
mekanisme yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Sejak dahulu ketiga
mekanisme tersebut digunakan untuk menjelaskan perpindahan panas pada suatu
bahan atau suatu alat. Daalm Teknik Kimia konsep perpindahan panas sangatlan
berperan penting, sebagai contoh dalam Alat Penukar Panas, alat tersebut
dirancang dengan memeperhitungkan nilai-nilai koefisien perpindahan panasnya.
Baik secara konduksi maupun secara konveksi. Radiasi sering digunakan untuk
mengisolasi suatu bahan atau alat agar tidak berkontak dengan udara langsung
atau diisolasi untuk tujuan tertentu. Misalkan pada pipa yang diisolasi, dengan
tujuan untuk menjaga suhu pipa dalam sebesar suhu yang diinginkan.
Perpindahan panas secara konveksi ialah perpindahan panas dari daerah
yang bersuhu tinggi menuju daerah yang bersuhu rendah dalam suatu medium
(pada umunya padatan), atau antara medium-medium yang bersinggungan secara
langsung. Perpindahan panas secara konveksi ialah perpindahan panas tanpa
melalui zat perantara, umumnya terjadi antar fluida, proses mixing salah satunya.
Sedangkan proses perpindahan panas secara radiasi ialah perpindahan panas
secara pancaran dari benda yang bersuhu menuju benda yang bersuhu rendah.
Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi merupakan perpindahan panas
karena adanya gerakan molekul-molekul akibat driving force yaitu temperatur,
sedangkan pada perpindahan secara radiasi, panas ditransfer melalui gelombang-
gelombang yaitu gelombang elektromagnetik, dimana kecepatan gelombang
tersebut sama dengan kecepatan cahaya.
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang tidak
memerlukan medium untuk merambat, dapat merambat dalam ruang hampa.
Gelombang elektromagnetik ini didasarkan pada hipotesis James Clark Maxwell.
Contoh sederhana pada kita adalah pancaran sinar matahari yang berradiasi
melewati angkasa dan atmosfer bumi, dimana terakhir bumi akan menyerap
radiasi tersebut. Udara hanya dapat menyerap sedikit radiasi dari sinar matahari
tersebut, karena gelombang elektromagnetik tersebut dapat menembus udara, oleh
karena itu tidak diserap. Berbeda halnya dengan pada gas-gas seperti CO2 dan
H2O yang akan menyerap sebagian besar dari energi radiasi yang dipancarkan
oleh sumber radiasi.
Bumi sebagai contoh penyerap radiasi dari sinar matahari merupakan salah
satu benda yang dapat menyerap pancaran sinar radiasi yang disebut dengan
benda hitam. Dalam ilmu fisika benda hitam merupakan obyek yang dapat
menyerap seluruh radiasi elektromagnetik yang jatuh kepadanya serta tidak ada
radiasi yang dapat keluar atau dipantulkan. Meskipun demikian, secara teori
benda hitam juga dapat memancarkan seluruh panjang gelombang energi yang
mungkin ada padanya. Jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang
dipancarkannya bergantung pada suhu benda hitam tersebut. Bila seberkas sinar
yang masuk kedalam lubang suatu benda, sinar akan dipantulkan berkali-kali
sehingga intensitas sinar lama-kelamaan akan berkurang (karena sebagian sinar
yang diserap, diserap oleh dinding), sampai pada suatu waktu energi radiasi akan
menjadi nol. Hal inilah yang disebut dengan benda hitam.
Tabel 1. Nilai Emisivitas Permukaan Suatu Benda pada Range Suhu Tertentu
Surface Temperatur (0F) Emisivitas (e)
Alumunium
Highly polished plate 440 – 1070 0,039 – 0,057
Oxidized at 110 0F 390 – 1110 0,11 – 0,19
Brass
Highly polished plate (73 – 27) 476 – 674 0,028 – 0,031
Polished 100 – 600 0,096 – 0,096
Dull plate 120 – 660 0,22
Copper
Polished 242 0,023
Plate heated at 1110 0F 390 – 1110 0,57 – 0,57
Iron, polished 800 – 1880 0,144 – 0,377
Cast iron
Polished 392 0,21
Turned on lathe 1630 – 1810 0,60 – 0,70
Oxidized at 1110 0F 390 – 1110 0,64 – 0,78
Steel oxidized at 1110 0F 390 – 1110 0,79 – 0,79
Rought ingot iron 1700 – 2040 0,87 – 0,95
Stell plate, rough 100 – 700 0,94 – 0,97
Molten steel 2910 – 3270 0,28 – 0,28
Mercury 32 – 212 0,09 – 0,12
Nickel polished plate 74 0,045
Bila suatu benda menyerap semua panjang gelombang radiasi dengan
tingkat absorpsi yang sama, benda tersebut dikenal dengan benda abu-abu atau
gray body. Benda abu-abu tersebut memiliki tingkat absoprsi pada distribusi
energi pada saat radiasi di permukaan. Maka persamaan untuk menyatakan
perpindahan panasnya secara radiasi yaitu,
T1 4 T
q1,2 = 1730 Ae1[( ) − ( 2 )4 ] (6)
1000 1000
Sebenarnya untuk padatan hasil untuk perpindahan pans secara radiasi ini
akn menunjukkan hasil yang sama, dimana padatan tersebut diasumsikan benda
hitam, benda abu-abu ataupun bukan kedua-duanya. Terkadang sangat sulit untuk
dapat mengukur secara langsung absoprsi radiasi walupun ada beberapa alat yang
mendukung untuk itu, namun kebanyakan orang lebih menyukai persamaan 6
untuk mrnghitung perpindahan panas secara radiasi dengan asumsi benda yang
menyerap ialah benda abu-abu atau gray body.
q = σ F2 ,1 A2 (T1 −T2 )
4 4
(8)
dimana F merupakan faktor geometris, termasuk efek dari
permukaan atau dinding lurus diantara lempengan hitam yang
sejajar
Efek dari permukaan yang lurus ialah dapat menaikkan laju perpindahan
panas antara lempengan sejajar yang ditunjukkan pada grafik 3. Sebagai contoh,
terdapat dua kotak yang sejajar dengan jarak antara mereka sama dengan satu kali
disamping dari kotak tersebut. Arah radiasi anatar dua lempengan memberikan
kurva dua pada grafik 3, dengan sekitar 20% radiasi dipindahkan antara area
kotak tersebut dengan lempengan yang sejajar. Jika ada dua lempengan paralel
yang sejajar dan disambungkan oleh logam yang tidak dapat berkonduksi, tetapi
pancaran dinding yang sekitar 53% diperoleh sebagai bentuk energi akan
dipindahkan per satuan luas antara dua lempengan permukaan yang sejajar.
Penambahan dinding dengan permukaan yang lurus akan menbuat laju
perpindahan panas secara radiasi akan menjadi ganda. Maka nilai dari faktor
geometris tersebut yaitu,
F1, R FR , 2
F1, 2 = F1, 2 + (9)
1 − FR , R
bila hanya ada dua perpindahan panas melalui permukaan didalamnya, maka
persamaan 9 diatas dapat lebih sederhana, dimana A1FR,1 = ARFR,1, A2F2,R = ARFR,2,
dan FR,,1+FR,2+FR,R = 1,
berisi gas TG, evaluasi akurat pada pancaran radiasi memerlukan energi pada tipe
sorotan dari gas dan dari pertimbangan permukaan. Penyelesaian oleh evaluasi
jumlah penyerapan dan cerminan pada setiap pergeseran permukaan, dan
penyerapan pada penjumlahan untuk cerminan tiang dalam garis melintang yang
berturu-turut melewati massa gas.
Bila penyerapan tidak lengkap, maka sangat penting untuk meliputi
perbedaan dua seri tak terbatas, dimana tidak mudah menggambarkan bentuk
secara aljabar. Evaluasi massa seri oleh massa untuk memilih nilai permukaan
emisivitas diatas 0,7 (emisivitas pada industri lebih besar dari 0,7) dan untuk tipe
nilai pada pL menyatakan fakta kebetulan bahwa persimpangan untuk permukaan
komersial kemungkinan digambarkan dengan cukup memadai tingkat
ketelitiannya. Jika permukaan emisivitas dapat dipilih sebagai jalan tengah dari
nilai aktual 1 dan hanya satu pergeseran pertimbangan yaitu,
qG , S eS −1 T T
= 1730 ( )[ eG ( G ) 4 − aG ( S ) 4 ] (10)
A 2 1000 1000
Total perpindahan panas ke penerima permukaan melalui penerima panas,
seperti permukaan keras dan perubahan antara gas dan permukaan akan menjadi
masalah yang kompleks untuk menyalurkan keseimbangan energi radiasi dan
koefisienkonveksi. Bagaimanapun perkiraan yang memuaskan dapat dibuat
menjadi suatu metode dari grafik 3. Area yang efektif diasumsikan sebagai
permukaan penyerap panas yang yang dapat dimodofikasi oleh keanekaragaman
faktor ketajaman benda. Juga terganutng dari rasio permukaan kasar dan tidak
kasar melalui sistem radiasi. Temperatur yang efektif diasumsikan pada gas dan
permukaan penerima. Perkiraan yang izinkan sebuah rasio dari permukaan kasar
kepada permukaan penyerap panas dan dapat menambah penyerapan panas dari
permukaan kasar. Nilai fraksi permukaan kasar ditambahkan kedalam area
penyerapan panas dari nol ketika sebuah rasio dari permukaan kasar ke
permukaan penerima sangat tinggi. Untuk sebuah satuan ketika rasio ini dalam
keadaan rendah dan nilai emisivitas juga rendah dan ketika areanya sama, tapi
melebihi besarnya area permukaan keras, maka akan diperkirakan dalam waktu
0,7 permukaan kasr dapat menambah permukaan penyerap panas radiasi. Dalam
persamaan 7 dan 10 dapat diselesaikan dengan dua temperatur yaitu suhu kedua
permukaan penerima dan gasnya.
VIII. Radiasi dari Luminous Gas
Jika gas panas terdiri dari partikel soot yang dibentuk dalam lapisan
pembakaran atau komposisi radiasi partikel ini dan lapisan ini dipasang pada gas
lumnious jika total emisivitas dari lapisan pembakaran oleh grafik 10 dan 11 dapat
ditambahkan sebagai faktor mulit flying kedalam persamaan 10, dengan
eS +1
menggunakan ( ) untuk kesulitan permukaan emisivitas hasil yang
2
memuaskan dapat dicapai. Penyerapan dan emisivitas permukaan luminous
mengurang, diikuti dengan peningkatan panjang gelombang dan total emisivitas
dalam spekturm yang visual. Hal ini membuat perkiraan dari lapisan emisivitas
tidak dapat naik ke permukaan, arti dari pryometer optical mengandung tujuh
warna gelombang panjang berbeda yaitu merah dan hijau, dua temperatur nyata
cahaya , temperatur merah (Tr) dan cahaya temperatur hijau (Tg). Hasil jumlah
dari lapisan emisivitas yang ditunjukkan pafa grafik 10. Penyerapan sepanjang KL
diindikasikan produk dari K yang diukur dari konsentrasi lapisan cahaya dan L
yang ketebalan lapisan yang diteliti melalui pyrometer. Pyrometer optikal yang
hanya layar merah mampu digunakan dalam koneksi dengan grafik 10 dan lapisan
temperatur jika nilainya tidak diketahui.
Dalam pengukuran seperti ini kepedulian harus dipelihara, sehingga
pyrometer optikal tidak dinilai oleh apapun tetapi oleh lapisannya sendiri. Jika
lapisan dalam dimensi lebih luas digunakan basis pembacaan yang mengambil
lapisan terendah, maka kekuatan penyerapan KL diartikan dari grafik 10, dimana
dapat dibaca oleh rasio L2 / L, sebelum grafik 11 diartikan dari jumlah emisivitas
lapisan luminous. Dimana L2 diartikan sebagai ketebalan efektif dari lapisan yang
emisivitasnya diperkirakan dibawah pyrometer. Dan L dalam persamaan sebagai
ketebalan efektif yang pengukurannya lebih diutamakan, dengan luasnya
pembakaran pasti memiliki lapisan luminous yang tinggi, sehingga menjadi yang
mendekati satuan emisivitas.