Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM VII

Topik : Lichenes
Tujuan : Untuk mengamati morfologi dan anatomi lichenes, simbiosis
antara alga dengan jamur
Hari/ Tanggal : Kamis, 21 April 2005
Tempat : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin.

I. ALAT DAN BAHAN


Alat :
− Mikroskop
− Kaca benda dan kaca penutup
− Lup
− Gelas kimia
− Kain planel/ tissue
− Pinset
− Pipet tetes
− Silet/cutter

Bahan :
− Lumut kerak pada pohon dan pada batuan

II. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengamati morfologi lichenes dengan lup dan menggambarnya.
3. Mengiris bagian lumut kerak dengan cara melintang, lalu meletakkannya
di atas kaca benda, kemudian ditetesi dengan air dan menutupnya dengn
kaca penutup, untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih baik
setelah di iris setipis mungkin hancurkan sayatan tersebut sampai cukup
hancur.
4. Mengamati preparat di bawah mikroskop serta menggambar hasil
pengamatan.

III. TEORI DASAR


Ada satu jenis tumbuhan yang tubuhnya merupakan perpaduan dari
tanaman ganggang dan jamur yang menjadi satu kesatuan (bersimbiosis),
tumbuhan ini disebut lumut kerak (lichenes) yang mudah dijumpai di segala
tempat, biasanya di kulit batang kayu, di pohon-pohon dan ada pula yang tumbuh
di batu atau tembok. Tanaman ini sering dinamakan tumbuhan pelopor sebab
mampu tumbuh di segala tempat.
Menurut habitatnya, lichenes berdasarkan talusnya dapat dibedakan
menyerupai bentuk lembaran dan seperti semak. Untuk bentuk lembaran biasanya
melekat dengan benang-benang menyerupai rhizoid pada substratnya dengan
seluruh sisi di bawah talus. Pada bentuk seperti semak memiliki ujung talus yang
bebas di udara.
Kebanyakan lichenes berkembangbiak secara vegetatif dengan sebagian
talus terpisah dan kemudian tumbuh menjadi individu baru. Pada beberapa
lichenes, pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredium yaitu kelompok
kecil sel-sel ganggang sedang membelah dan diselubungi benang-benang
miselium
Penyebaran lichenes belum pula dipahami benar. Anggota fungi
membentuk spora yang diterbangkan angin tetapi hal itu tidak disertai alganya.
Kemungkinan spora-spora itu menemukan alga yang sesuai secara kebetulan bila
sampai di tempat yang baru, tetapi hal ini agaknya tidak mungkin. Mungkin
penyebaran pada lichenes terlaksana bila fragmen-fragmen lichenes yang
mengandung fungi dan alga terlepas dari tubuh induknya dan dipindahkan ke
tempat-tempat baru.
Lichenes menarik dalam ekonomi alam karena mereka merupakan
organisme pertama yang berkoloni di lingkungan keras yang baru diciptakan.
Batuan yang terbuka karena glasier (lapangan es yang bergerak di pegunungan
yang tinggi), tanah longsor, dan sebagainya, segera ditumbuhi lichenes. Karena
sebagian dari tubuh lichenes itu hancur, terbentuk bahan organik atau humus.
Pada waktunya, cukup banyak tanah dapat terbentuk dalam celah-celah batuan
sehingga tumbuhan seperti lumut dapat hidup. Jadi yang semula merupakan
daerah terasing dan sunyi dapat menunjang pertumbuhan subur macam-macam
tumbuhan.

IV. HASIL PENGAMATAN


1. Parmelia sp
A. Gambar menurut hasil pengamatan menggunakan lup.
Keterangan:
1. Bentuk talus foliose (daun)
2. Warna hijau kebiruan
3. Warna hijau keputihan
4. Warna abu-abu
5. Permukaan kasar
6. Habitat pada pepohonan

B. Gambar irisan melintang dari Parmelia sp menurut pengamatan


dengan menggunakan mikroskop.
Keterangan:
1. Hifa dari jamur
2. Alga (berwarna hijau)
2. Physcia sp
Gambar menurut hasil pengamatan menggunakan lup.
Keterangan :
1. Warna abu-abu
2. Bentuk talus foliose (daun)
3. Permukaan kasar berbintil-bintil
4. Habitat pada pepohonan

3. Parmelia acetubulum
A. Gambar menurut hasil pengamatan menggunakan lup.
Keterangan :
1. Bentuk talus foliose (daun)
2. Warna hijau
3. Permukaan kasar
4. Habitat pada pepohonan

B. Gambar irisan melintang dari Rimelia sp menurut pengamatan


dengan menggunakan mikroskop.
Keterangan:
1. Hifa dari jamur
2. Alga (berwarna hijau)
C. Gambar menurut literature (Yulianto, Suroso Adi,
1992; 109).
Keterangan :
1. Bentuk talus foliose (daun)
2. Warna hijau
3. Permukaan kasar
4. Habitat pada pepohonan

4. Lecanorales yang lain dari kelas Ascolichenes.


Gambar menurut hasil pengamatan menggunakan lup.
Keterangan :
1. Warna hijau kehitaman
2. Waran hijau
3. Bentuk talus Foliose (daun)
4. Permukaan kasar berbintil-bintil
5. Habitat pada pepohonan

5. Gambaran anatomi secara umum Lichenes menurut literature (Yulianto, Suroso


Adi, 1992; 109).
Keterangan:
1. Spora
2. Askuspora
3. Miselium jamur
4. Alga
5. Jaringan kulit
kayu
V. ANALISA DATA
1. Parmelia sp
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Lichenes
Classis : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Familia : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Species : Parmelia sp
Lumut kerak ini termasuk dalam kelas Ascolichenes. Lumut kerak ini
merupakan simbiosis antara Chlorophyceae (alga hijau) dengan Ascomycetes.
Habitatnya biasanya terdapat pada pepohonan atau bebatuan. Lumut kerak ini tipe
tubuh buahnya adalah apothecium yang terlatak di tepi thallusnya. Untuk
Parmelia jenis ini bgian tengahnya berwarna hijau keputihan lalu agak ke pinggir
lagi berwarna hijau kebiruan dan yang paling pinggir berwarna abu-abu.
Bentuknya hampir bulat, dan thallusnya berupa foliose.

2. Physcia sp
Kingdom : Plantae
Divisio : Lichenes
Classis : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Familia : Physciaceae
Genus : Physcia
Species : Physcia sp
Lumut kerak ini juga penyusunnya dari alga hijau dan jamur Ascomycetes,
thallusnya berbentuk foliose, berwarna abu-abu, percabangannya lebih halus dari
Parmelia yang bentuknya hampir lekat dengan substrat dan agak membundar
sehingga Physcia sp ini sering dikira berthallus Crustosa, biasanya banyak
terdapat pada kulit pepohonan.
3. Parmelia acetubulum
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Lichenes
Classis : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Familia : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Species : Parmelia acetubulum
Lumut kerak ini termasuk dalam kelas Ascolichenes. Pertumbuhan
talusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. Tepi dari
talusnya mempunyai rambut-rambut pendek yang berwarna hitam yang berdiri
tegak dan masing-masing dari rambut tersebut mengandung suatu spermogonium.
Pada talus lichenes, cendawan membentuk tubuh buah yang berupa apotesium
yang terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif selama bertahun-
tahun.. Spora yang dilepaskan, di tempat yang baru dapat berkembang menjadi
lichenes yang baru jika menjumpai jenis ganggang yang tepat, yang sama dengan
jenis ganggang pada talus induknya. Parmelia acetubulum mempunyai rhizine di
bagian bawahnya yang berfungsi sebagai pelekat pada substrat yang ditempelinya
serta bersifat endolitik karena beberapa jenisnya dapat masuk pada bagian
pinggir-pinggir batu.
Lichenes ini tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan
kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik lichenes
yang hidup pada batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika
kemudian turun hujan, lichenes ini dapat hidup kembali.

4. Lecanorales yang lain dari kelas Ascolichenes.


Kingdom : Plantae
Divisio : Lichenes
Classis : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Lumut kerak ini juga merupakan simbiosis antara alga hijau dengan jamur,
bagian tengahnya berwarna hijau tua dan bagian yang agak ke pinggir berwarna
hijau muda, lumut ini bentuknya tidak teratur, bagian tengah lumut ini terdapat
bagian yang menonjol seperti bintil dan memiliki permukaan yang kasar,
habitatnya biasanya terdapat menempel pada pepohonan.

VI. KESIMPULAN
1. Lichenes merupakan organisme hasil simbiosis antara alga dengan jamur.
2. Alga yang bersimbiosis biasanya Cyanophyta dan Chlorophyta sedangkan
jamur yang biasanya bersimbiosis adalah jamur Ascomycotina dan
Basidiomycotina.
3. Bentuk talus pada lichenes dapat bermacam-macam ada yang berbentuk
crustose (kerak), foliose (daun), Squamulose (sisik), fruticose (silinder).
4. Lichenes berkembangbiak secara vegetatif dengan membentuk spora dan
ada juga dengan perantaraan soredium.
5. Habitat lichenes kebanyakannya di kulit batang pohon atau di batu-batu.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah


Mada University Press.
Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.

PARAF NILAI

Anda mungkin juga menyukai