Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Kiblat (Ka'bah)

PENENTUAN ARAN KIBLAT MENURUT FUQAHA' & ILMU FALAK MODERN

Kiblat atau Ka'bah merupakan tempat yang dituju kaum muslimin di dalam shalat. Menghadap kiblat merupakan, kernesfian (syarat) untuk sahnya shalat yang dilakukan. Ka'bah berasal dari kata `at-mukalab, bedkutnya disebut dengan Ka'bah.1
Ar-Razi dalam "Mukhtar ash-Shahhah nya mengatakan, Ka'bah disebut demikian karena bentuknya yang persegi empat (MartilAl)2 dimana dalam tradisi Arab bangunan seperti ini mereka menyebutnya dengan 'al-kabah. 3 Ka'bah juga berasal dari kata "al-Ka'b yaku tiang yang menjulang tinggi yang menyatu sisi depan dan belakangnya (al 'azhm an-nati `inda muffaqa as-saq wa at-qadam).4 Kiblat dalam bahasa Arab bermakna 'menghadap' (81-muqabalah) atau 'arah' (affihah) karena kaum muslimin menghadap kearahnya ketika shalat.5 Kata kiblat (alqUahl tertera di dalam al-Qur'an, antara lain diterjemahkan dengan Kiblat (QS. Al

Baqarah [2]: 142-145) dan tempat shalat (QS. Yunus [10]: 87). Sejarah Ka'bah
Berdasarkan infbrmasi QS. Ali Imran P] ayat 96 dan QS. Al-Baqarah [2] ayat 125-127, Ka'bah merupakan bangunan pertama di permukaan Bumi yang

dibangun sebagai tempat ibadah. Ka'bah dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim as. dan putranya Ismail as., pendapat lain mengatakan pondasi dasar Ka'bah telah dibangun sejak mass Nabi Adam as. dan Nabi Syits as., bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa Ka'bah sejak dulu dibangun dan dipelihara oleh para Malaikat.6
Ka'bah memiliki banyak Hama, antara lain: 1. Ka'bah [QS. Al Ma'idah [05]: 97]. 2. al-Bait (rumah) & baitullah (rumah Allah) [QS. Ali Imran [03]: 96-97], [QS, AI-

Anfal [08]: 35], [QS. AI-Hajj [22]-, 26], [QS. AI-Quraisy [106]: 3], [QS. AlBaqarah [02]: 125], [QS. Ibrahim [14]:37].
3. al-Bait al-Haram (rumah suci) [QS. AI-Ma'idah [05]: 97]. 4. al-Bait at-Atiq (rumah pusaka) [QS. AI-Hah [22]: 29 & 33], [QS. AI-Hajj [22]:33] 5. Qiblah (Kiblat) [QS. AI-Baqarah [2]: 144].

Bangunan Ka'bah senantiasa diagungkan oleh umat, Malaikat dan para Nabi. Setelah viattainya Habi Ibrahim as. dan putranya Ismail as., pemelihar-aan Ka'bah di lanjutkan masing-masing oleh suku Jurhum, Khuza'ah, dan kabilah-kabilah Quralisy. Di awal datangnya Islam, Ka'bah dikelola oleh Abdul Muthalib, kakek baginda Nabi Muhammad Saw. Dalam sejarahnya, seperti di informasikan dalam al-Qur'an surat AI-Fill [105] ayat 1-5, Ka'bah pemah hendak dihancurkan oleh Abrahah (Raja Habasyah/Ethiopia) dan pasukannya yang bergajah, namun berkat pertDiongan dari Allah Swt., Ka'bah tetap aman. Abrahah dan pasukannya dilempari dengan batu berapi oleh sekelompok burung yang di dalam al-Qur'an disebut Ababil.7 Di masa Rasulullah Saw., berhala-berhala yang banyak bergantungan di Binding Ka'bah ditebas habis satu persatu hingga habis. Setelah itu Rasulullah Saw. memerintahkan Bilal ra. untuk mengumandangkan azan diatas Ka'bah sebagai pertanda dimulainya kehidupan dan cars pandang bare dalam mengagungkan Tuhan. Hingga kini, Ka'bah dan Masjidil Haram senantiasa ramai dikunjungi umat manusia dari seluruh penjuru dunia. Konstruksi Astronomic, Arah Angin & Geografis Posisi Ka'bah Jarak rata-rata Ka'bah ke kota-kota utama di dunia berkisar 8000 KM s.d. 13000 KM, dimana Ka'bah berada di tengah kota-kota tersebut. Posisi tengah ini seirama dengan isyarat QS. A]-Baqarah [2] ayat 143 yang memposisikan Mekah atau Ka'bah serta prang-prang yang bedbadah menghadapnya sebagai umat yang 'wasathan' (modest). Hikmah geografis ini bagi umat Islam adalah memudahkan dalam menunaikan ibadah haji dan umrah dari berbagai penjuru dunia.
1

Selain itu; empat pojok atau rukun bangunan Ka'bah menunjukkan arah yang strategis. Melalui penelitian diketahui rukun Iraqi sebagai arah utara sejati sebagaimana halnya bukit Shafa dan Marwa, rukun Iraqi juga mengarah ke benua.
I

Ibnu ManzhOr, Usan al-Arab, j. 13 [Beirut: Dar ShAdir, cet. IV, 2005 M], h. 77. Ar-Rael, MOW& ash-Shahhah, [Kairo: Dar al-Ha fti, 1424 H/2003 M], h. 310. 3 Ibn ManzhOr, /oc.cit 4 Majma' al-Lughah al-Arabjyyah, al-Mu jam al-Waft, [al-Hal'ah aPArnmah Ii Syu'On al-Mathabi' al-Arniri.yymb, Jumhudyyah Mishra al-Arabiyah, Wizarah at-Tarbiyah wa at-TaTim, 1428 H/2007 M], U., h. 536. 5 SyihAb ad-Din Ahmad bin Ahmad bin Salamah al-Oaly0bi, 91-Hiddyah min adh-Dhal&ah ff Mafth al-Waqf wa al-Qiblah min Ghair al-Alah, Tahkik: Dr. 'Abd as-Sattar AbO Ghuddah [Kairo: Dar al-AcIsha, cat. 1,1412 W 1991 M], h. 36. Morna'al Lughah al 'Arabiyyah, op.cit., h. 489. 6 Dr.Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sojarah Mekah Dulu dan Kini, Terjemah: Anang Rizka Mesyhady, [Madinah elMunawwarah, cat. III, 1425 H12004 M], h. 51 2 lihat: Ibn Hisyarn, Strah an-Nab!, j.1, Editor: Muhy ad-Din 'Abd al-Hamid, [Dar ath-Thala'i't.t.], h. 49.
2

Eropa. Rukun Syami mengarah ke benua Amerika, rukun Yamani mengarah ke benua Afrika, dan rukun Hajar Aswad mengarah ke benua Asia.8 Sementara itu arah tegak lures sisi yang menghubungkan antara rukun Hajar Aswad dengan rukun Yamani adalah arah terbit matahad pads musim dingin (syfta) dan dalam waktu yang sama menjadi posisi munculnya bintang Canopus (najm suhay4) pads waktu terbitnya pads arah Timur-Selatan. Sisi yang tedetak antara rukun 'Iraqi dan rukun Syami merupakan arah munculnya sekelompok bintang 'dabb al-akbar', yang orang Arab menyebutnya bintang ban6t na'sy.9 Lebih lanjut melalui penelitian naskah dan filologi di Milan-Italia, ditemukan satu naskah manuskrip yang ditulis pads tahun 1290 M karya seorang ahli falak asal Yaman yang bemama Muhammad bin Abu Bakr al-Farisi. Dalam manuskrip ini dijelaskan bahwa terbukti Ka'bah dibangun bersesuaian rukun-rukunnya dengan empat pola arah pergerakan angin yang berhembus di kota Mekah dalam interval satu tahun.10 Empat pola pergerakan angin itu masing-masing disebut: (1) angin as-Shaba yang berhup melalui rukun Hajar Aswad dan sekitamya, atau disebut juga dengan angin timur, (2) angin al-JanOb yang bertiup pads rukun Yamani dan sekitamya, (3) angin ad-Dab&r yang berhembus pads rukun sebelah barat dan sekitamya, dan (4) angin as-Syimal yang berhembus pads rukun sebelah utara. Imam al-Ghazali (w. 505 H) dalam 'Ihyb' Viftiddinlhya menjelaskan, terdapat tiga tats cars dalam menentukan arah kiblat yang salah satu diantaranya melalui petunjuk angin syimal, jan0b, shW dan dabOr.11 Sebagai misal, Masjid Amru bin 'Ash di Mesir arah kiblatnya berpedoman pads terbitnya matahad pads musim dingin (sya). Demikian juga di Irak, arah kiblatnya berpedoman pads terbenamya matahad pads musim dingin (Sy#a).12 Hukum Menghadap Kiblat Ulama (fuqaha) sepakat bahwa menghadap kiblat adalah syarat wajib shalat.13 Para ulama juga sepakat jika seseorang mampu melihat bangunan Ka'bah ketika shalat maka wajib menghadapnya secara yakin.14 Namun ulama berbeda pendapat jika Ka'bah tidak terlihat (ghair al-mu'ayin). Jumhur ulama (kecuali Syafi'iyah) berpendapat, yang diwajibkan menghadap arah Ka'bah saja (ishabah jihah al-kabah).15 Hal ini berdasarkan hadis Nabi Saw. "ma baina almasyriq wa al-maghrib qibfah' [diantara timur dan barat, kiblat]. Jika yang diwajibkan menghadap bangunan fisik Ka'bah (ishabah 'ain al-ka'bah) maka niscaya tidak sah shalat orang yang berada pads shaf sejajar memanjang, atau shalat dua orang yang saling berjauhan namun sama-sama mengarah ke kiblat. Dalam kondisi ini, yang menjadi kemestian hanya arah yang diusahakan secara realistis (biqadriha). Menurut Syekh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, inilah pendapat yang paling rajih menurutnya, Syekh Wahbah mengatakan Va hadza huwa aAadah ladayya".16 Ibn Rusyd (w. 595 H) dalam Tidayah al-Mujtahid wa NiNyah a1-Muqtashid1hya memetakan menghadap arah kiblat ini pads dua hal, yaitu: (1) menghadap secara sungguh-sungguh @ihad), dan (2) menghadap secara sasaran (ishabah). Konsekuensi dari dua hal ini adalah, jika yang dimaksud sebagai ijtihad, maka tidak pedu mengulangi shalat ketika terbukti arah kiblatnya tidak tepat dari arah yang sebenamya, karena didasari pads usaha susngguh-sungguh (ijtihad). Namun jika yang menjadi acuannya sasaran (ishabah), maka shalat hares diulang jika terbukti tidak tepat.17 2

Diantara sebab perbedaan ulama dalam masalah ini adalah pengkiyasan arah kiblat dengan waktu shalat Berta tunjukan (diialah) hadis terkait. Dalam fikih disepakati, bahkan merupakan ijmak, jika seseorang shalat sebelum waktu shalat tiba maka shalatnya tidak sah, dan wajiblah is mengulang shalatnya. Dimana dalam penentuan waktu shalat dimaksudkan sebagai mlqat waktu, sedang dalam penentuan arah kiblat sebagai mlqat arah.18 Selain itu juga disebabkan perbedaan pemahaman terhadap hadis-hadis terkait. Pendapat Fuqaha' Empat Mazhab Tentang Arah Kiblat [1.] Mazhab Hanafi Ulama Hanafiyah telah sepakat, terhadap orang yang berada di kota Mekah, wajib (yalzamu) hukumnya menghadap bangunan Ka'bah Cain al-ka'bah) ketika shalat. Namun terhadap orang yang berada di luar kota Mekah cukup

Prof. Dr. Musallam Syalt0t, al-Ka bah al-Musyarrafah we al-ittij6hht a1-Arb8'a1-Jughr6fiyyah alAshliyyah we DiWatuW al-Falakiyyah, dalam Majalah .1al4j5z al'llm^r edisi 22, Ramadhan 1426 H. 9 Prof. Dr. Musallam Syalt0t, /oc.c#. 10 G.S. Hawkins & D.A. King, On the Orientation of the Ka'bah, Journal for The History of Astronomy (1982), vol. 13, pp. 303-312. 11 Abu Hamid al-Ghazall, 1hyUU16middin, j. 2 [Kairo: Dar al-Fikr aIjArabi, tt.], h. 241. 12 David A. I(ing, The Astronomy of The Mamluks (a Brief Overview), dalam 'Islamic Mathematical Astronomy' [London: Variorun Reprints, 1886], h. 8081. Lihat juga: David King, 'fim al-Falak wa alMuftma'al-IsIbmi, dalam 'MausWah Tankh al-!UlDm al-'Arabiyyah' j. I, Editor: Rusydi Rasyid [Beirut: Markaz Dirasat al-Wandah al-'Arabiyyah & Mu'assasah'Abd al-Hamid SyOman, cet. II, 2005], h. 177. 13 Ibn Rusyd al-Hard, Bidayah 91-Muftahid we Nihdyah al-Muqtashid, j. I [Indonesia: Dar IhyA' alKutub j.1-'AraUyyah, U.], h. 80. Prof. Dr. Wahbah azZuhaili, at-Fiqh al-Islam! we Adillatuhu, j.1 [Damaskus: Dar al-Fikr, cet. 11, 1405 H/1985 M], h. 597. 14 Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, ibid., h. 597-598. 15 Ibid., h. 598. 16 Ibid. 17 Lihat: Ibn Rusyd al-Harid, op.c#., h. 81. 18 Ibid.

menghadap arahnya saja afth ai-kabah).19 Al-Whini dalam W-Bin4oh ff Syarh alHidayahAhy6 mengatakan, cukup dengan menghadap sasaran tepat arah 14bah (ishabah jihah "abah).20 'AIA'ad-Din al-KasAn! (w. 587 H) dalam karyanya `Radar ash-ShanaF ff Tartib asyw SyaraF menyatakan, seseorang yang tidak mampu menghadap bangunan fisik Ka'bah ketika shalat hanya diwajibkan menghadap ke arah Ka'bah saja, karma inilah yang dapat dilakukan (at-maqdOr 'alaih). Dengan demikian, kiblatnya adalah arah Ka'bah Ofth atkalbah) bukan bangunan Ka'bah rain at-kabah).21 Bahkan pendapat yang amuYabar' dalam hal ini adalah menghadap pads area Ka'bah (makan al-bait) bukan pads bangunannya (al-bina).22 Namun ulama Hanafiyah menyatakan, jika mampu mengusahakan arah persis Ka'bah, maka wajib mengusahakannya melalui penelitian dan ijtihad, dan inilah yang terbaik. Kewajiban untuk menghadap Masjidil Haram atau Ka'bah ini menunjukkan kemuliaan bangunannya. Pengertian ini dimaknai pads bangunan secara fisik Cain), bukan pads arahnya. Dalil yang dikemukakan berdasarkan QS. 4Baqarah [02]: 150. Ayat ini dipahami oleh Hanafiyah tidak mednci apakah melihat Ka'bah atau tidak. Dalam `al-Fatawa al-HindWatl ff Madzhab al-Imam at-Azham Abf Hanifah anNulmanw disebutkan, arah kiblat dapat diketahui dengan tanda (ad-daill), seperti: (1) mihrab-mihrab (at-maharfb) yang dibangun oleh sahabat dan tabi'lin, (2) bertanya kepada penduduk setempat. Jika berada di tengah laut (di kapal misalnya) maka arah kiblat ditentukan dengan petunjuk bintang-bintang di langit. 23 [2] Mazhab Maliki Ibn Rusyd al-Hafid (w. 595 H) dalam 'Bidayah at-Muflaffid wa Nihayah "uq(ashidhya menyatakan, apabila Ka'bah tidak tedihat (ghabat al-kalbah), maka ulama berbeda pendapat pads dua hal: (1) apakah yang diwajibkan menghadap fisik (61-ain) atau arah (61-fihah) ?, (2) apakah kewajiban menghadap itu secara tepat sasaran (al-ishabah) atau menghadap secara tepat sasaran dengan bedjfihad ?24 Menunit Ibn Rusyd, yang menjadi keharusan adalah menghadap pads arah (al-fihah), bukan pads bangunan (al3

ain).25 Menghadap pads bangunan fisik (ishabah al-ain) Ka'bah hanya dapat dilakukan melalui prediksi teknologi (bi taqrfb wa fasarnuh bi tharfq al-handasah) dan memanfaatkan observasi (al-arshad). ljfihad disini tidak mengharuskan melakukan semua itu.26 Lebih lanjut Ibn Rusyd mengemukakan, umat Islam telah sepakat pads barisan (shao shalat yang panjang dan tidak dapat melihat bangunan Ka'bah, maka yang menjadi keharusan adalah al4ihah (arah), bukan al-ain (bangunan). Jika yang diwajibkan al-ain niscaya sangat suit, padahal Allah Swt. tidak menghendaki kesulitan dalam agama ini (QS. 41-fab [22]: 78).27 Alasan dengan mencukupkan menghadap arah saja adalah berdasarkan pads tiga alasan: (1) ini yang paring g memungkinkan untuk dilakukan, (2) menghadap arahlah yang dipedntah ayat, balk berada di belahan bumf baglan timur maupun bar-at, dan (3) pads badsan shalat (shat) yang panjang, tentu sulk melihat Ka'bah 28 AI-QarAff (w. 684 H) dalam "adz-Dzakhirah" menjelaskan enam keadaan dalam menghadap kiblat ini: Pertama, jika berada di salah satu kota Mekah atau Madinah (61haramain), maka wajib menghadap secara yakin, haram hukumnya melakukan ijtihad. Kedua, jika jauh (ghNban) namun mengerti petunjuk (tanda) Ka'bah ('aliman bi adillah afkalbah) maka wajib atasnya bedjbhad dan haram taklid. Kedga, jika teak mengerti (lam yakun Wiman) namun memungkinkan mempelajarinya (at-ta'11m), maka wajib belajar dan haram taklid. Keempat, jika tidak memungkinkan belajar, namun ia mendengar pendapat ulama dengan melalui dalil-dalil, maka wajib ia berijtihad pads pendapat ulama itu dan haram taklid. Kelima, jika tidak sampai (tidak mendengar) pendapat ularna, maka ia boleh taklid berdasarkan QS. An-Nahl [16]: 43]. Taklid yang dimaksud adalah kepada mukallaf, Islam dan mengerti tentang kiblat. Keenam, jika tidak ada orang yang bisa ditaklid, maka shalatlah ke arah mans saja.29 [3] Mazhab Syafi'i Asy-Syirazi (w. 476 H) dalam `a1-Muhadzdzabmhya menyatakan, orang yang berada di Masjidil Haram (at-bag), maka wajib baginya menghadap bangunan (al-aln) Ka'bah.30 Namun jika ia tidak berada di Masjidil Haram namun ia mampu membaca (mengetahui) tanda-tanda (petunjuk) arah kiblat, maka ia shalat dengan kemampuannya itu dalam menentukan arah kiblat, dan jika ada informasi akurat Can 11m) tentang arah kiblat, maka ditedmalah informasi itu tanpa pedu melakukan
19

81-F8t&O al-Hindiyyah IT Madzhab al4m6m al-A'zham Abi Hanish 8n-Nu'mhn [Beirut: Dar ash-ShAdir, cat. 11,1310 HI, h. 63. 20 Muhammad bin Ahmad al-'Ainini, W-BinA'y8h IT Syerh 81-Hiddy8h, j. 2 (Beirut Dar al-Fikr, cat. 11, 1411 H/I990 K, h.163-164. 21 Uhat: al-KasAni, BOO ashshanffi fl Tartib 8sy-SyvrV, j. I, h. 176-177. 22 al-F8t&Vd 8MIndiyy8h, /oc ck 23 Ibid. 24 Ibn Rusyd al-Haftd, op. cit., h. 80. 25 Ibid. 26 Ibid. 27 Ibid. 28 AbO 'Abd Allah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr al-Qurthubi, al-J6mi' li Ahk6m al-Qur6n, j. 2, Tahkik: Dr. 'Abd Allah al-Muhsin at-Turki [Beirut: Mu'assasah ar-Risalah, cet. 1, 1427 H/2006 MI, h. 444. 29 Syihab ad-Din Ahmad bin Wit al-QaM, adz-Dzekh1rah, j. 2, Tahkik: al-Ustadz Said Arab [Beirut: Dar al-Gharb al4slarrri, cet. 1, 19941, h. 122. 30 AbO Ishaq Ibrahim bin 'AR asy-Sytrazi, al-Muhadzdzab IT Rqh 814n)6m asy-SyM7, j. 1 [Lebanon: Dar al-Kutub al- Ilmiyyah, pet. I, 1416 H/1995 M], h.

ijthad.31 Selanjutnya asy-Syirazi menyatakan, seseorang harus bedjbhad jika mampu untuk menentukan arah kiblat melalui petunjuk-petunjuk alam seperti matahad, bulan, gunung, dan angin, sesuai dengan QS. An-Nahl [16] ayat 16. Dalam kondisi ini ia dianggap sebagai orang yang mengerti (ahm) dalam masalah ini.32 An-Nawawi (w. 676 H) menambahkan selain dengan fenomena alam diatas (matahad, bulan, gunung, angin), penentuan arah kiblat juga dapat dilakukan dengan petunjuk bintang kutub (al-quthb) atau Inaft shaghir.33 Secara lebih spesifik, Imam asySyafi'i (w. 204 H) dalam 'al Umm'nya menegaskan, ketika seseorang hendak melaksanakan shalat makaia harus bedjthad untuk mendapatkan arah kiblat yang persis, diantaranya 4

dengan petunjuk bintang-bintang, matahad, bulan, gunung, perputaran angin, dan petunjuk-petunjuk lainnya.34 Al-MuzArri (w. 264 H) dalam gal-Mukhtashar1hya medwayatkan Pendapat asySyafi'i yang menyatakan jika seseorang berijthad bahwa kiblat kearah timer, namun terbukti arah kiblat kearah barat, maka ia harus mengulangi lagi (ista'nafa) shalatnya, karena ijfihadnya dianggap salah. Sementara itu jika terbukti arah kiblat Ru kearah timer namun sedikit bergeser (rriunharft) maka ia harus bergeser pads arah yang persis.35 Pendapat jumhur Syafi'iyah tentang arah kiblat ini adalah wajib menghadap 'ain alka'bah meskipun berada jauh dad lokasi Ka'bah. ini berdasarkan pads hadis Ibn Abbas ra. yang menyatakan Osesungguhnya Rasulullah Saw setelah memasuki Ka'bah, beliau keluar lalu melakukan shalat dengan menghadapnya, kemudian beliau bersabda: 'inilah kiblat" 3s Syekh Abu Bakr Syatha ad-DimyAth! dalam 'Hasyiah 1'6nah ath-Thafibinhya menyatakan, wajib menghadap kiblat secara yakin terhadap orang yang dekat dengan Ka'bah, dan secara zhan (dugaan kuat) terhadap orang yang jauh dari Ka'bah.37 Bahkan Syekh adDimyAthi mengatakan, tidak memadai menghadap arahnya (1& yakfi isfiqbal fihaffhb) berdasarkan hadis sahih diatas. Adapaun hadis yang menyatakan "ma baina al-masyriq wa al-maghrib qiblah" dimaknai khusus kepada penduduk Madinah dan yang sejurusan dengannya.38 Imam an-Nawawi (w. 676 H) secara tegas dalam Wab a1-MqjmO'Syarh a1Muhadzdzab1nya berpendapat wajib menghadap bangunan Ka'bah (ain al-ka'bah). AnNawawi mengatakan '..anna ash-shahih lindana anna al-wajib ishabah `ain al-ka'bah' (...Pendapat yang benar dalam mazhab kami adalah wajib menghadap ke bangunan Ka'bah). Pendapat ini didukung juga oleh sebagian ulama mazhab Maliki dan sate dwayat dari Imam Ahmad.39 Imam an-Nawawi mengatakan lagi, ada tiga hukum mempelajad kiblat (1) wajib kolektif (fardh kifayah), (2) wajib personal (fardh 'ain) seperti halnya mempelajad tats cars berwudhu', (3) wajib personal jika dalam keadaan bepergian (safar).41 [4.] Mazhab Hanbali Ibn QudAmah (w. 620 H) dalam "al-MughnPriya menyatakan, jika seseorang dapat melihat Ka'bah (muayinan 1i alka'bah), maka kiblat shalatnya adalah menghadap kepada bangunan Ka'bah Ku tanpa ada khilaf.41 Namun bag[ yang jauh dad Mekah hanya dituntut menghadap arah (jihah al-ka'bah) bukan bangunan (ishabah al-`ain) 42 Lebih lanjut ulama Hanabilah menyatakan terdapat empat keadaan dalam menghadap kiblat ini: (1) yakin dapat melihat Ka'bah, maka kiblatnya adalah bangunan Ka'bah, (2) mengetahui arah Ka'bah melalui informasi dari orang lain, maka ia shalat menghadap kiblat melalui informasi tersebut, (3) seseorang yang mampu bedjthad dalam menentukan kiblat, maka ia shalat dengan ijbhadnya itu, (4) hanya mengikut orang lain (taklid), yaitu orang yang sama sekali bdak mampu berifihad.43 Terhadap zahir hadis "arah antara timer dan barat adalah kiblat, menurut Hanabilah bahwa semua wilayah antara keduanya adalah kiblat.44 Penentuan Arah Kiblat Modern 1.] Menggunakan Ilmu Ukur Segi Tiga Bola (hisab al-mutsaflatsbt)
31 Ibid., h. 130. 32 Ibid. 33 Muhy ad-Din bin Syarf an-Nawawi, Mbb al-majmO'bi Syarh al-Muhadzdzab, j. 3, Tahkik: Muhammad Najib al-Muthri [Jeddah: Maktabah al-Irsyad, U., Up.), h. 202. 34 Muhammad bin Idris asy-Syafi'i, al-Umm, j. 2, Tahkik: Dr. Rif at Fauzi 'Abd al-Muthblib, [Mesir: Dar al Wafa', cet. 1, 1422 H/2001 M], h. 212 35 Ismail bin Yahya W-Muzani, Mukhtashar al-Muz6n! fi FurO'8sy-Syafi'iyyah [Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiyyah, cet. 1, 1419 H/1998 M]. h. 24. 36 Imam Muslim, Shahth Muslim, 11/968 (kitab: al-Haj, bab: Isfifib6b DukhOl al- Ka'bah li at-Haft an-Nasa'i, Sunan al-Nastl 7, W174 (kitab: al-Manbsik, bab: Wadh'i ash-Shady we el-Wajh 'aid M6 lsteqbela min Dubur al-Kebeh; Ahmad bin Hanbal, at-Musned, V/102, 906, 201. 37 Abu Bakr Syatha ad-Dimyathi, Hasyiah 16nah ath-ThNibin, j. I [Singapura: al-Haramain, 1:11, h. 123. 38 Ibid. Hadis W baina 81-masyriq wa a"hdb qiblah' masing-masing diriwayatkan oleh at-Tirmiclei dalam 'Sunan at-7-Irmid2l' (bab: ash-Shalah), menurutnya hadis ini hasan shahih; Ibn Majah dalam 'Sunan Ibn Majah', 1/323 (kitab: lqbmah ash-Shalbh); Malik dalam 'al-Muwaththa', 1/197 (bab: M6 J9 fi al-Obtah). 39 Muhy ad-Din bin Syarf an-Nawawl, op. cit., h. 203.

40 Ibid. 41 Abu Muhammad 'Abd Allah bin Ahmad bin Muhammad bin QudAmah, al-Mughni, j. 2, Tahkik: Dr. 'Abd Allah Muhsin at-Turki & Dr. 'Abd al-Fattah alHalw [Riyadh: Dar al-'Alam al-Kutub, cet. 111, 1417 h/1998 M], h. 100. 42 Ibid., h. 101. 43 Ibid., h. 100-101. 44 Ibid.. h. 101.

Ilmu ukur segi tiga bola adalah ilmu pengukur jarak sudut suatu Benda. Ilmu ini mulail diterapkan dalam Islam sejak mass al-Khawarizmi (w. 387 H) melalui karyanya m al4abr wa al-muqbbafalf. Ilmu ini tidak hanya berguna dalam menentukan arah kiblat namun jugs berguna untuk perhitungan awal bulan clan waktu shalat. Pengukuran arah kiblat dad dua wilayah yang berbecla tidak bisa dilakukan dengan menarik garis lures, namun hares mengikuti hukum-hukum pads bola karena bumf berbentuk hampir bulat (ellips). Dengan bantuan ilmu ukur segi tiga bola, posisi Ka'bah yang berada di kota Mekah dapat ketahui. AQ = atn (1 / (cotan b x sin akin c cos a x cotan c)) Dimana: a = 90 PE, b = 90 PK, c = LE LK PE adalah Lintang tempat, PK adalah Lintang Ka'bah, LE adalah Bujur tempat, clan LK adalah Bujur Ka'bah a5 Berikut perhitungan arah kiblat untuk kota Medan Sumatera Utara: Diketahui: Lintang kota Medan [PE] = 3 38' Lintang kota Mekah (Ka'bah) [PK] = 210 25' Bujur kota Medan [LE] = 98 38' Bujur kota Mekah (ka'bah) [LK] = 39 50'. Rumus: AQ = atn (1 / (cotan b x sin a/sin c cos a x cotan c)) a=90PE, b=90PKdanc=LELK Maka: a = 90 338' = 86,366666667 (86 22') b = 90 21 "25' = 68,58333333 (68 35') c=9838'-3950'=(5848') Maka: atn (1 /(cotan 68 35' x sin 86 22'/sin 58 48' - cos 86 22' x cotan 58 48')) = 67,25393198 atau 67 15' 14,16" (arah kiblat kota Medan). Catatan: Data-data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan arah kiblat modem adalah: [1.] Lintang tempat atau latitude (q)) yaitu garis vertikal yang menyatakan jarak sudut sebuah titik dad lintang nol derajat yaitu garis ekuator. Lintang terbagi dua yaitu Lintang Utara (LU) yang bemilai positif clan Lintang Selatan (LS) yang bemilai negatif. [2.] Bujur tempat atau longitude (A), yaitu garis horizontal yang menyatakan jarak sudut sebuah titik dad bujur nol derajat yaitu garis prime meridian. Bujur terbagi dua yaitu bujur Timer (BT) yang bemilai positif clan Bujur Barat (BB) yang bemilai negatif. [3] Lintang Ka'bah (q)k) yaitu 210 25'. [4.] Bujur Ka%ah (Ak) yaitu 39 50'. 2.1 Bayang-Bayang Kiblat Bayang-Bayang kiblat tedadi ketika matahad membentuk lingkaran bayangan yang tepat search Ka'bah (kiblat), yaitu ketika Deklinasi Matahari memotong garis arah kiblat, maka bayangan matahad ketika, itu membentuk arah kiblat Firman Allah Swt. dalam QS. Al Furqan [25] ayat 45 menyatakan bahwa pads hakikatnya Bayang-Bayang matahad sebagai petunjuk, diantaranya petunjuk menentukan arah kiblat ketika shalat. BQ = MP + KINK + (SF SO)/ 15 Dimana: KWK : (WK LE)/15 SF atn (1 /(tan AQ x sin PE) SQ ACS (cos SF x cotan PE x tan DS).

BQ adalah Bayang Kiblat, AQ adalah Arah Kiblat, KWK adalah Koreksi Waktu setempat, MP adalah Meridian Pass, LE adalah Bujur tempat, WK adalah Bujur waktu, PE adalah Lintang Tempat, clan DS adalah Deklinasi Matahari. Catalan: jika nilai Deklinasi Matahari (DS) lebih besar dad nilai 90 AQ (Arah Kiblat), maka pads had itu tidak teladi Bayang kiblat karena bidang lingkaran garis kiblat tidak berpotongan dengan lingkaran paralel gerak harian Matahari di slang had. Tapi perpotongan itu teladi sesudah terbenam matahad atau sebelum terbit matahad .46
46

Uhat: TM. Ali Muda, Rumus Falak Sistem Jean Mews, (Diktat Mata Kuliah Ilmu Falak Fakultas Syari'ah Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), t.t.], h. 4. 46 Ibid.. h. 5

3.] Matahari Melintasi Ka'bah Fenomena matahad melintasi Ka'bah atau 'isfivld' azhar# atau disebut juga dengan 'rashdul qibiah' adalah pedsfiwa astronomic saat posisi matahad berada tepat di atas Ka'bah atau ketika matahad berdeklinasi 21 25' yaitu sama dengan Lintang Ka'bah. Fenomena ini terjadi akibat gerak semu tahunan matahad yang hanya terjadi di daerah yang memiliki lintang tidak lebih dad 23,5' LU dan 23,5 LS. Dalam rentang ini matahad akan menyapu (mere fted) daerah-daerah yang memiliki Lintang antara 23,5 LU dan 23,5 LS, sebagian besar wilayah Indonesia masuk dalam rentang ini dan dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk memastikan arah kiblat secara presisi Memastikan arah kiblat melalui fenomena matahad diatas Ka'bah (isfiwWazharn) adalah cara yang sudah terbukti secara berulang-ulang. Cara ini merupakan kaedah altematif yang akurat tanpa memedukan perhitungan. Posisi matahad tepat berada diatas Ka'bah terjadi apabila Deklinasi (6) matahad sama dengan Lintang ((p) Ka'bah atau Mekah. Matra ketika itu matahad akan berkulminasi diatas Ka'bah dan arah terjadinya bayang matahad terhadap suatu bends lures merupakan arah kiblat. Momen ini di Indonesia terjadi dua kali, yaitu setiap tanggal 28 Mei pukul.,16:18,W113 dan tanggal 16 Jul! pukul 16:27 WIB. Sejak dulu fenomena ini sudah diketahui, Nashir ad-Din ath-ThOsi (w. 672 H), dalam karyanya W-Tadzkirah ri '11m al-Hai'ah"sudah menyinggung hal ini. Ath-ThWi mengatakan: Terdapat ragam cara mengetahui zenit kiblat (samt al-qiblah), tidak tepat menguraikannya disini, namun secara mudah dan singkat; matahad akan melalui titik zenit (samt ar-ra's) ketika matahad berada pads posisi 8 derajat di rasi Jawz&'(Gemini) dan 23 derajat di rasi Sarathan (Cancer) pads waktu pertengahan had. Selisih (akadho antara tengah had (nisf nah6o matahad ketika melintas dengan selisih tengah had (nisf nahao diberbagai tempat akan seukuran (qadr at-taftut) dua kali lipat (dua kali panjang), maka diambil-lah selisih tersebut. Bedkutnya ditetapkan selisih tap-tap 15 juz' (15 derajat) satu jam, dan satu juz' (derajat) empat menit, maka hasilnya adalah jarak waktu dad tengah had (nisf nah64. Dan untuk melihat fenomena pads had itu adalah pads waktu sebelum tengah had (nisf nahar) jika Mekah berada disebelah Timer, atau sesudahnya jika Mekah berada disebelah Barat, maka bayangan itu adalah waktu terjadinya zenit kiblat"47. Alat-Alat Penentu Arah Kiblat Klasik 1) Rub' Mujayyab (Sine Quadrant), yaitu alat astronomi klasik berbentuk seperempat lingkaran dengan desain sederhana hasil kreasi ahli falak Islam silam yang multi fungsi. Alat ini disebut juga dengan `rub'dairfo atau Wat ar-rub'"atau 'ar-rubWah'. 2) Usthurlab (Astrolabe), yaitu perkakas astronomi keno yang digunakan untuk mengukur kedudukan, bentuk dan fenomena langit termasuk menentukan arah kiblat. Alat ini berupa lempengan (pifingan) dengan lingkaran 360 derajat dan terbagi-bagi dalam seperempat lingkaran yang tartars didalamnya Hama-Hama zodiak (rasi bintang), angka-angka derajat, dan lain-lain. 3) Da'irah al-Mu'addal (Equinoctal Semicircle), yaitu alat untuk mengukur waktu dan digunakan untuk menentukan zenit (samt) kiblat. 4) Qiblah Namah (Qiblanama), yaitu alat berbentuk lingkaran yang hampir mirip seperti Kompas. 5) Kompas, dalam bahasa Arab disebut Kbustilaho atau Oba# al-ibrahm, yaitu alat untuk membuat lingkaran, jangka & penunjuk arah mats angin berupa arah panah yang memiliki gerak lingkaran 360 derajat, dimana jarum panah akan selalu menuju arah 0 derajat atau arah Utara dan menuju arah 360 derajat atau arah Selatan.48 Beberapa Literatur Arah Kiblat 1) al-Hidayah min ad-Dhalalah ff Ma'rifah al-Waqt wa al-Qiblah wama Yata'allaq WNW min ghair al-Alah, karya SyihAb ad-Din Ahmad bin Ahmad bin SalAmah aIQaIyObi(w. 1069 H). 2) Tuhfah al-Mukhtasharat fi Malfifah al-Qiblah wa Awqat ash-Shalah, karya Jambi adDin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazari (Sibth al-Mardini) [w. 890 H]. 3) SyumOs al-Adillah ri Bayan Samt al-Qiblah, karya 'Ali Shafwah bin Muhammad bin Ahmad al-Kharbuthali) [ awal abad 14 H]. 8

4) al-Wridn at-Mas'Odi', jilid II, bab VI: ff at-Thariq as-ShinPy fi MaWfah Samt al-Qiblah wa Ghayfiha, karya Abu Raihan al-Biruni (w. 440 H). Tembung, 14 Oktober 2010 Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar * Makalah disampaikan pads pengajian ke 48 Majelis Ta'lim 'AI-Ittihad', pads tanggal 16 Oktober 2010 M di Mesjid Nur Khadijah (Komplek Wartawan Medan).
41

Nashir ad-Din ath-ThOsi, at-Tedikirah Vilm al-Haieh, Tahkik & Dirasah: Dr. 'Abbas Sulaiman [Kuwait: Dar Sa'ad ash-Shabah, cet. 1, 1993], h. 272. 48 Alex MA, Kamus 11miah Popular Kontemporer, [Surabaya: Penerbit Karya Harapan, 1:1], h. 324

Anda mungkin juga menyukai