Anda di halaman 1dari 22

KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

KEPEMIMPINAN ADALAH AMANAH



^^) E4;4O4N O4^4`- O>4N
g4O4OO- ^O-4
4:^-4 -u-4 p
Og+Ug^4 =}^E;-4 Ogu+g`
E_U4EO4 }=O^e"- W +O^^)
4p~E 4`OU LO_E_ ^_g
Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. QS. Al
Ahzab: 72.
Sayid Quthb dalam tafsir fi Dzilalil Quran menyimpulkan bahwa amanah yang dimaksud oleh ayat ini
harus diawali dengan amanah yang paling besar yang tidak mampu diemban oleh langit, bumi dan
gunung sebelumnya yaitu amanah kepemimpinan.
Karena dengan terlaksananya amanah kepemimpinan dengan baik, maka akan terealisir secara otomatis
amanah-amanah yang lain, baik terkait dengan amanah kepada Allah swt maupun amanah yang
berhubungan dengan sesama hamba dan dengan diri sendiri.
Perintah amanah ini berlaku universal kepada siapapun tanpa melihat sifat dan keadaan orang tersebut.
ANTARA AMANAH KEPEMIMPINAN DAN KEADILAN
Ep) -.- 7NON`4C p W-1E>
ge4L4`- -O) E_)Uu-
-O)4 +;EO 4u-4 +EEL- p
W-O7^4` ;E^) _ Ep) -.-
+gg^ 7Og4C gO) Ep) -.-
4p~E OgE- -LOO4 ^)g
Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyampaikan amanah-amanah tersebut kepada ahlinya
dan jika kalian memutuskan perkara di antara manusia maka putuskanlah dengan adil, sesungguhnya
Allah sebaik-baik pemberi nasehat, sesungguhnya Allah maha mendengar dan maha melihat (An Nisa
58)

Amanah kepemimpinan menjadi prioritas dari ayat di atas dilihat dari keterkaitan antara kalimat dalam
ayatnya dengan menggunakan wau athaf. Bahwa Allah swt menyebutkan perintah untuk menetapkan
hukum diantara manusia dengan adil setelah perintah menunaikan amanah. Padahal memutuskan
hukum diantara manusia merupakan diantara tugas dan kewajiban seorang pemimpin.


Islam mengajarkan agar pemimpin mampu bersikap adil, tidak memihak kepada yang kuat dan
menindas yang lemah dan ini menjadi catatan paling penting tentang hakikat kepemimpinan dalam
Islam. Saking pentingnya keadilan dalam kepemimpinan Islam, Allah SWT menjanjikan (dalam sebuah
hadits riwayat Abu Hurairah) bahwa pemimpin yang adil termasuk salah satu diantara 7 (tujuh) golongan
yang dinaungi-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya.

)
Ada tujuh golongan manusia yang akan dilindungi oleh Allah di hari yang tidak ada perlindungan selain
perlindungan-Nya; pemimpin yang adil. (H.R. Bukhari 6421)
Sebaliknya, ancaman bagi pemimpin yang dzalim dijanjikan pula melalui sabdanya:

/ )
Dua golongan dari umatku yang tidak akan memperoleh syafaatku yaitu pemimpin yang dzalim lagi
penipu dan orang yang melampaui batas dalam urusan agama, sedang agama berlepas diri dari
mereka. (HR At-Thabari).
Ep) -.- NON`4C ;E^)
^}=O;Oe"-4 ^<.4-C)4 OgO
_.O^- _OeuL4C4 ^}4N
g7.4=E^- @OE:4^-4
+/^4l^-4 _ 7Og4C :^UE
]NO-EO> ^_
Allah SWT dengan eksplisit juga mengutuk orang-orang yang dzalim melalui salah satu ayat-Nya,
Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang dzalim (QS. Huud : 18). Sementara dalam
ayat yang lain Dia menyuruh kita melakukan keadilan, Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil (QS An-Nahl : 90).
Dalam ruang lingkup perusahaan, keadilan perlu ditegakkan oleh para pemimpin dalam semua level
mulai dari supervisor, kepala cabang, kepala divisi, direktur, sampai komisaris. Apa pun jabatannya, bagi
siapa saja yang memiliki sub-ordinat alias anak buah haruslah bersikap adil.
Membuat sebuah keputusan dengan mengedepankan rasa keadilan bagi semua pihak bukanlah
pekerjaan mudah, apalagi konsep pemimpin dalam catatan Islam adalah pelayan bagi rakyatnya. Ketika
rakyat merasa tidak dilayani melalui keputusan yang tidak adil maka pemimpin itu jelas gagal dalam
konteks ajaran Islam.
Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang adil meski tidak mustahil untuk mewujudkan nilai-nilai
keadilan itu.


ANTARA KEPEMIMPINAN DAN KETAATAN

Pada ayat selanjutnya, yaitu pada surah An-Nisa : 59, Allah swt menetapkan manhaj dan nilai yang
harus dipegang dalam konteks kepemimpinan yaitu taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta para
pemimpin yang telah ditunjuk atau dipilih dengan benar.

Og^4C 4g~-.- W-EON44`-47
W-ONOgC -.- W-ONOgC4
4OcO- Ojq4 jO- 7Lg` W
p) u7+;N4O4L> O) 7/E* +1NO
O) *.- OcO-4 p) u7+47
4pONLg`u> *.) gO4O^-4
@O=E- _ ElgO OOE= }=O;O4
ECj> ^)_

Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya, serta Ulil Amri
diantara kamu. Kemudian jika kalian berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al-Quran) dan kepada Rasul (As-Sunnah) jika kalian benar-benar orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat. QS. An Nisa: 59.

Inilah bentuk amal sholeh yang terbesar dan harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai dengan
proporsi dan tingkatan amanah yang diembannya. Bahkan dengan tegas Rasulullah saw menafikan iman
dari orang yang tidak bisa menjaga amanah dengan baik. Beliau bersabda:

/ )

Tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa menunaikan amanah. HR. Thabrani 8/247)

Memang secara prinsip, Islam menginginkan agar segala sesuatu tertata dan diatur dengan baik. Islam
membenci kesemrawutan dan kekacauan dalam segala hal. Sampai dalam sholat, Rasulullah saw
menyuruh untuk menyamakan dan meluruskan shaf dan mendahulukan orang yang lebih baik ilmu dan
bacaannya untuk menjadi imam. Bahkan dalam perjalanan biasa, Rasulullah saw berpesan untuk
mengangkat pemimpin diantara mereka yang melakukan perjalanan bersama.

)

Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang tidak disukainya
hendaklah dia bersabar karena siapa saja yang memisahkan diri dari kelompok meskipun hanya
sejengkal saja lalu dia mati maka dia mati dalam keadaan jahiliyah. H.R. Bukhari

Dari Ibn Umar ra., dari Nabi Saw., sesungguhnya bliau bersabda : Seorang Muslim wajib mendengar
dan taat terhadap perintah yang disukai maupun tidak disukainya. Kecuali bila diperintahkan
mengerjakan kemaksiatan, maka ia tidak wajib mendengar dan taat
Secara kontekstual hadits diatas dapat diartikan dalam berbagai dimensi. Dalam sebuah komunitas,
masyarakat dan agama setiap manusia memiliki sistem yang mengatur mereka maka wajar sebagai
bagian dari sistem tersebut untuk mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Namun ketaatan tersebut
tidak serta merta menjadi sikap yang selalu taklid terhadap pemimpin. Dalam Islam diajarkan tidak
diperbolehkan taat atau memetuhi pemimpin kecuali dalam batas-batas yang telah dijelaskan Allah
dalam al-Quran dan Hadits bahwa tidak wajib memetuhi seorang pemimpin melainkan karena Allah.
Diriwayatkan dari Abu Dzar:


Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah saw) berwasiat kepadaku untuk selalu mendengar dan taat
terhadap pemimpin meskipun pemimpin tersebut adalah seorang hamba saya yang hitam dan berambut
keriting.
AKHLAQ DAN SIFAT KEPEMIMPINAN RASULULLAH
NABI Muhammad saw. memiliki banyak sifat mulia. Allah SWT telah menilainya sebagaimana firman-
Nya:
El^^)4 _O>E -U7= 1g4N ^j
"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung."
Di antara sifat-sifat Nabi yang di-nyatakan dalam Alquran:
; 47.~E} g[Oc4O ;}g)`
:O^ NOCjG4N gO^OU4N 4` -g44N
RC@OEO :^OU4 --gLg`u^)
[+74O _1gOO ^gg
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang Mukmin." (Q.S. At-Taubah 128)
Ayat tersebut menyatakan bahwa Nabi memiliki tiga sifat kepemimpinan yang inti.
Pertama, pembebasan hamba sahaya. Nabi berusaha keras untuk membebaskan hamba sahaya dengan
berbagai cara yang tidak merugikan majikan. Demikian pula dengan syariat zakat, infak, dan sedekah
yang dikeluarkan dengan penuh kesadaran dan kejujuran dari orang-orang yang wajib zakat, membuat
fakir dan miskin banyak tertolong dan mendapatkan santunan.
Oleh karena itu, hilanglah kecemburuan sosial dan iri hati dari kaum yang miskin. Selain itu, Nabi sendiri
mengharamkan menerima zakat untuk dirinya dan keluarganya juga keturunannya. Dengan itu pula,
hilanglah tuduhan negatif dari umat terhadap Nabi bahwa ia berupaya menimbun harta kekayaan atau
mementingkan keluarganya.
Kedua, Nabi senantiasa berpikir untuk mengangkat harkat dan martabat umat dan meningkatkan SDM
mereka dengan jalan menyampaikan pesan-pesan Alquran. Karena hanya dengan memedomani Alquran
dan sunah, bangsa akan mulia dan terhormat berada dalam derajat Al illiyyin (makhluk yang paling tinggi
martabatnya). Sementara dengan meninggalkan agama pasti akan menjadi asfala safilin (makhluk yang
paling rendah), dan akan lebih rendah daripada binatang.
Sahabat Umar bin Al-Khattab adalah orang yang kejam, kasar, serta tidak berperikemanusiaan. Dia
pernah membunuh anak perempuannya hidup-hidup. Setelah mendapat petunjuk Alquran, dia mampu
menjadi amirul muminin yang disegani, bersahaja, dan berwibawa. Hatinya begitu lembut dan penuh
kasih sayang terhadap rakyatnya. Dia mampu menegakkan supremasi hukum, menegakkan keadilan
terhadap siapa pun tanpa pandang bulu.
Ketiga, Nabi senantiasa bersikap lembut dan penuh kasih sayang walau kepada orang yang
memperlakukan tidak sopan kepadanya.
Rasulullah SAW pantas menjadi sosok panutan bagi para leader karena empat hal fundamental yang
melekat dalam dirinya, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
VISI DAN MISI KEPEMIMPINAN NABI
Dijelaskan dalam Alquran:
; O}4` +.- O>4N 4-gLg`u^-
^O) E+E4 jgOg LOc4O ;}g)`
;e)_O^ W-OUu-4C jgOU4
gOg-4C-47 jgO]4ONC4
N_ggUENC4 =U4-^-
OE-:g4^-4 p)4 W-O+^~E }g`
N:~ O> U= -)lG` ^gj
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di
antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-
ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Alkitab dan Alhikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata." (Q.S. Ali Imran 164)
Tiga program Nabi yang terkandung dalam ayat di atas.
Pertama, menyampaikan ayat-ayat Allah. Baik ayat quraniyyah maupun kauniyyah untuk menggugah
kesadaran mereka sebagai seorang makhluk yang harus mengabdi kepada Khaliqnya. Sadar bahwa amal
perbuatannya akan diminta pertanggungjawabannya nanti di hari kiamat. Sadar bahwa dirinya,
keluarga, harta, dan kekayaannya adalah amanah dari Allah. Dengan ini diharapkan akan bertambah
kuat keimanannya sebagaimana dinyatakan dalam Alquran, "Dan apabila telah dibacakan ayat-ayat-Nya,
mereka akan bertambah kuat imannya."
Apabila iman telah kuat, apa pun perintah Allah akan mudah dilaksanak meski bertentangan dengan
kehendak natsunyu. Demikian pula apa yang dilarang Allah akan mudah diting-galkannya walau
dirasakan menguntungkan dan menjanjikan.
Kedua, membersihkan mereka. Membersihkan akidah dari syirik, ibadah dari hal-hal yang bidah,
membersihkan akhlak, sistem ekonominya, dan kehidupan sosialnya. Dengan dilandasi yatlu alaihim,
ternyata Nabi berhasil memberantas minuman keras hanya denga tiga ayat saja. Mereka dapat
meninggalkan kebiasaan yang telah membudaya di kalangan mereka, dengan nada pertanyaan dari
Allah di ujung ayat. "Apakah kalian akan meninggalkan perbuatan itu?" Dan ternyata mereka serentak
menyatakan, "Akan kami tinggalkan, ya Allah." Kemudian mereka yang masih mempunyai persediaan
minuman keras, langsung menumpahkan di halaman rumahnya. Hingga saat itu, seolah ada banjir
karena mereka serempak menumpahkan persediaan minuman yang ada di rumahnya.
Ketiga, Nabi mengajarkan Alquran dan sunah kepada mereka secara intensif. Ada banyak arti Al-
Hikmah, di antaranya ada yang berarti As-Sunnah. Oleh karenanya dengan menyampaikan ajaran,
pedoman, dan petunjuk yang ada di dalam Alquran dan sunah. Nabi berhasil mengangkat harkat dan
martabat bangsa Arab menjadi bangsa yang mulia dan terhormat. Padahal sebelumya, bangsa Arab
berada dalam kesesatan yang nyata.
Imam Malik berkesimpulan "Tidak akan beres urusan umat ini kecuali hanya dengan konsep dan resep
yang ternyata telah berhasil memperbaiki umat yang dulu."
Di ayat lain disebutkan:
_4LUEE_4 LOOj* ]g4
4^@O^`) .4L^1EOu4 )_^O)
ug g4OOEC^- 4~)4
jE_OUO- 47.4C)4 jE_OEO- W
W-O+^~E4 E4 4g)l4N ^_@

"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
shalat,menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah," (Al Anbiyaa': 73)
KEPEMIMPINAN PROFETIK

+-L7 4OOE= OE`q ;eE_@Ou=q
+EE4Ug 4p+O> NOuE^)
]OE_u4>4 ^}4N @OE:L^-
4pONLg`u>4 *.) O4 ;4`-47
Nu- U4-:^- 4p~ -LOOE= _-
_ N_uLg)` ]ON4g`u^-
N-+O4-4 4pOOE^- ^

Mengutip konsep Alm. Prof. Dr. Kuntowijoyo tentang kepemimpinan profetik berdasarkan pemahaman
Al Quran surat Ali-Imran ayat 110 di atas, kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang
membawa misi humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Menurut Kunto, kepemimpinan profetik yang pertama adalah tamuruna bil maruf, yang diartikan
sebagai misi humanisasi, yaitu misi yang memanusiakan manusia, mengangkat harkat hidup manusia,
dan menjadikan manusia bertanggung-jawab atas apa yang telah dikerjakannya.
Kepemimpinan profetik yang kedua adalah tanhauna anil munkar yang diartikan sebagai misi liberasi,
yaitu misi membebaskan manusia dari belenggu keterpurukan dan ketertindasan.
Kepemimpinan profetik yang ketiga adalah tuminuna billah yang diartikan sebagai misi transendensi,
yaitu manifestasi dari misi humanisasi dan liberasi yang diartikan sebagai kesadaran ilahiyah yang
mampu menggerakkan hati dan bersikap ikhlas terhadap segala yang telah dilakukan.
Siapakah manusia pemimpin pertama yang diciptakan Allah? Dialah Nabi Adam as, bukan hanya
manusia pertama, tetapi juga Nabi sekaligus pemimpin profetik pertama manusia. Kisahnya termaktub
dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 30: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di dunia, sedangkan kami bertasbih memuji-
Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman: Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.
Ayat di atas menjelaskan kriteria utama kesuksesan seorang pemimpin yaitu: kesadaran akan peran dan
fungsinya sebagai Khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Ini merupakan ciri kepemimpinan profetik
yang pertama. Artinya Sang Pemimpin harus disertai visi dan misi ke-Illahiyahan (Ketuhanan) yang
kuat dalam bekerja menjalankan amanahnya melayani dan membenahi masyarakat, sehingga terbentuk
masyarakat yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Tanpa visi dan misi ke-Illahiyahan yang
kuat, keberhasilan seorang pemimpin adalah keberhasilan semu, kesuksesan sementara yang tidak akan
meninggalkan kesan dan pengaruh yang kuat untuk generasi penerusnya.
Dengan visi dan misi ke-Illahiyahan yang kuat, Sang Pemimpin akan memiliki legitimasi kepemimpinan
yang sangat kokoh. Dengan visi misi masa depan yang tajam dan kemampuannya menjelaskan konsep-
konsep dan solusi Islam dalam bahasa yang mudah dimengerti dan difahami oleh masyarakat luas, akan
membuat Sang Pemimpin semakin mendapatkan pengakuan dari khalayak umum seperti para
malaikat yang memberikan pengakuan kepada Nabi Adam as.
Bayangkan, sebelumnya para Malaikat menduga bahwa manusia hanyalah akan membuat kerusakan di
muka bumi dan menumpahkan darah diantara mereka. Namun setelah Allah memberikan ilmu dan
hikmahnya kepada Nabi Adam as, sirnalah kekhawatiran Mereka, bertasbih dan bahkan bersujud
kepada Nabi Adam as sebagaimana disebutkan dalam Al Quran Surat Al-Baqarah ayat 31-34.

Dalam ayat-ayatnya yang lain, Allah menyatakan bahwa seorang pemimpin profetik itu harus seorang
yang Berilmu, Kuat, dan Amanah, seperti tersurat dalam ayat-ayat berikut:
1. Al Baqarah 247 tentang raja Thalut
4~4 _ _1)4^ Ep) -.- ;~
E+E4 : VO7C ~L)U4` _
W-EO7~ _O^+ NpO74C N.
CCU^- 4L^1U4N }^44 O-EO
lU^) +OuLg` 4 =uNC
LOEEc ;g)` E^- _ 4~ Ep)
-.- +OEC;- :^OU4
+E1-Ee4 LOCOE O) Ug^-
O^-4 W +.-4 O)uNC
+OE:UN` ;4` +7.4=EC _ +.-4 77c4
_1)U4 ^gj_
Dan bersabdalah kepada mereka Nabi mereka sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kalian
Thalut sebagai raja, mereka berkata, bagaimana mungkin dia akan memimpin kami padahal kami
lebih berhak menjadi raja daripada dia dan diapun tidak diberi keluasan harta, lalu Nabi tersebut
bersabda, Allah telah memilihnya (Thalut) (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan
fisik. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha
Mengetahui. (Al Quran-Surat Al-Baqarah ayat 247);
2. S. Yusuf: 22 tentang nabi Yusuf as
O4 EuU4 +O7- +OE4uO>-47
V'NO VUgN4 _ ElgEOE4 O@O^_
4-gLO^- ^gg
Dan ketika dia (Yusuf) telah cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Dan begitulah
kami membalas budi orang-orang yang berbuat baik (Al Quran Surat Yusuf ayat 22);
3. S. Al Anbiya: 79 tentang nabi Daud as dan nabi Sulaiman as
E_E4;O_E =}E^1Uc _ E4
E4uO>-47 V'NO VUgN4 _
4^OOCEc4 E74` E1N-E1 44l^-
=})Ol=O+C 4OO-C-4 _ EL4
--)Ug ^__
Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat). Dan
kepada masing-masing (Dawud dan Sulaiman) Kami berikan hikmah dan ilmu (Al Quran Surat Al-
Anbiya ayat 79);
4. S. Al Qashash 26 tentang nabi Ibrahim
;e~ E_.Eu) ge4^4C
+O^*4-c- W ]) 4OOE= ^}4`
=OE^*4-c- OOO^- -g`-
^gg
Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata: Wahai ayahku! (Syuaib), jadikanlah ia sebagai
pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada
kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya. (Al Quran-Surat Al-Qashshash ayat 26).
Kriteria Berilmu, Kuat, dan Amanah merupakan ciri kepemimpinan profetik yang kedua, ketiga, dan
keempat.
Seorang pemimpin profetik haruslah seorang yang mempunyai ilmu. Ilmu di sini adalah ilmu
pengetahuan dan hikmah yang menjadikan dirinya mampu memutuskan kebijakan yang tepat dan
sejalan dengan akal sehat dan sunnatullah. Seorang yang lemah akalnya, pasti tidak akan mampu
menyelesaikan urusan-urusan rakyatnya. Lebih dari itu, ia akan kesulitan untuk memutuskan perkara-
perkara pelik yang harus segera diambil tindakan. Pemimpin yang memiliki kekuatan akal akan mampu
menciptakan kebijakan-kebijakan cerdas dan bijaksana, yang melindungi dan mensejahterakan
rakyatnya.
Sebaliknya, pemimpin yang lemah ilmunya, sedikit banyak pasti akan merugikan dan menyesatkan
rakyatnya. Ilmu yang dalam akan mencegah seorang pemimpin dari tindakan tergesa-gesa, sikap
emosional, dan tidak sabar. Seorang pemimpin yang lemah ilmunya, cenderung akan mudah mengeluh,
gampang emosi, serampangan dan gegabah dalam mengambil tindakan. Pemimpin seperti ini tentunya
akan semakin menyusahkan rakyat yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin profetik harus memiliki kekuatan ketika ia memegang amanah kepemimpinan.
Kepemimpinan tidak boleh diserahkan kepada orang-orang yang lemah. Dalam sebuah riwayat
dituturkan, bahwa Rasulullah Saw pernah menolak permintaan dari Abu Dzar al-Ghifariy yang
menginginkan sebuah kekuasaan.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa Abu Dzar berkata,

( )
Aku berkata kepada Rasulullah Saw, Ya Rasulullah tidakkah engkau mengangkatku sebagai penguasa
(amil)? Rasulullah Saw menjawab, Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah.
Padahal, kekuasaan itu adalah amanah yang kelak di hari akhir hanya akan menjadi kehinaan dan
penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan hak, dan diserahkan kepada orang yang mampu
memikulnya.
Seorang pemimpin profetik juga harus seorang yang amanah. Orang yang memiliki kredibilitas dan
integritas yang tinggi, yang dapat dipercaya oleh masyarakatnya. Tidak goyah oleh godaan harta, tahta,
dan nafsu seksual dalam menjalankan amanah kepemimpinannya. Betapa banyak kita saksikan dalam
sejarah kepemimpinan manusia, pemimpin-pemimpin yang akhirnya tidak amanah, hanya karena
terbius oleh kehidupan yang mewah berlebihan, manisnya kekuasaan, dan akhirnya melakukan korupsi
kolusi yang menyengsarakan bangsa dan negaranya. Pemimpin profetik adalah seorang yang tahan
terhadap semua hal di atas, tetap amanah dalam segala kondisi hingga mampu berjaya di dunia akhirat.
Kriteria pemimpin profetik yang kelima adalah memiliki daya regenerasi atau seorang yang mampu
mewariskan sifat-sifat kepemimpinan profetiknya seperti kisah Nabi Ibrahim dalam Al Quran-Surat Al-
Baqarah ayat 124:
gO)4 -O>4- =g-4O)
+O4O e4)U) O}_O> W 4~
O)E+) ElUg~E} +EE4Ug 4`4`) W
4~ }g`4 /+CjOO W 4~ N4L4C
Og;_4N 4-g)U-- ^gj
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya
dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman: Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi
seluruh manusia. Dia (Ibrahim) berkata: Dan (juga) dari anak cucuku?. Allah berfirman: (benar, tetapi)
janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.
Pemimpin profetik hanya puas ketika mereka dapat melahirkan generasi penerus yang lebih baik
dibandingkan dengan era mereka. Oleh karenanya, mereka sangat serius dan memperhatikan
pembinaan generasi penerus. Mereka lakukan by design not by accident, terencana rapih dan bagian
dari rencana besar pembentukan peradaban.
Kesemuanya itu dilandasi ketaqwaan yang merupakan karakteristik keenam yang penting dimiliki
seorang pemimpin maupun penguasa. Sebegitu penting sifat ini, tatkala mengangkat pemimpin perang
maupun ekspedisi perang, Nabi Muhammad selalu menekankan aspek ini kepada para pemimpinnya.
Dalam sebuah riwayat dituturkan bahwa tatkala Nabi Muhammad melantik seorang panglima pasukan
atau ekspedisi perang Beliau berpesan kepada mereka, terutama pesan untuk selalu bertaqwa kepada
Allah dan bersikap baik kepada kaum Muslim yang bersamanya.
Ketakwaan tersebut tercermin dalam Surat Al Maidah 55-56. Allah berfirman:
4^^) N71g4 +.- N.Oc4O4
4g~-.-4 W-ONL4`-47 4g~-.-
4pOONC E_OUO- 4pO>uNC4
E_OEEO- -4 4pONg4O ^))
}4`4 O4O4-4C -.- N.Oc4O4
4g~-.-4 W-ONL4`-47 Ep) =uOgO
*.- O- 4pO+l)U4^- ^)g
Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa
mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi pemimpinnya, maka sesungguhnya
pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.

KEPEMIMPINAN KHULAFAURRASYIDUN

Firman Allah swt,

/OO4O` NOcO *.- _ 4g~-.-4
+OE4` +7.-Og- O>4N jOO7^-
+7.4EO+O 4LuO4 W _.4O>
4-+O -4Oc 4pO74-:4C 1E;_ =}g)`
*.- L^4O;jO4 W -EOc O)
)_g-ON_N ;}g)` @O g1OOO- _
ElgO _UV4` O) gO.4OO+-- _
eUV4`4 O) 1_e"- >vO4OE
E4Ou= +O4*;CE- +4OEe4*
E^U^4-c O4O4c _O>4N
gOg~Oc CUuNC 4v-OO-
E^14Og Njgj 4OO7^- E4N4
+.- 4g~-.- W-ONL4`-47
W-OUg4N4 geE)UO- gu+g`
LE4Og^E` -O;_4 Og4N ^g_

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia
dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.

Badiuzzaman Said Nursi, salah seorang mufasir asal Turki awal abad ke-20, dalam karyanya Risalah Nur
(Al-Lamaat, Bab 6), menjelaskan makna ayat Surah al-Fath: 29, selain mengenai kerasulan Muhammad
SAW, juga tentang karakteristik keempat sahabat beliau itu.

Bagi Said Nursi, ayat tersebut dengan jelas memberitahukan kepada kita mengenai sifat istimewa dan
akhlak mulia mereka. Juga bagi para ahli hakikat ayat ini menerangkan dengan makna isyari (implisit)
urutan khalifah yang empat itu, yang akan menggantikan setelah Nabi SAW wafat.

Lebih jauh lagi, ia mengemukakan sifat yang paling menonjol yang dimiliki oleh masing-masing mereka
itu sehingga mereka wajar disebut sebagai al-Khulafa al-Rasyidun.

Ungkapan ayat al-ladzina maahu (setia bersama dengan Nabi SAW), menurut Said Nursi, mengarah
kepada Sayyidina Abu Bakar al-Shiddiq RA, yang secara tanpa pamrih mendampingi beliau pada saat
hijrah, dan menjadi sahabat setia beliau. Beliau pun dikenal sebagai tokoh yang getol mempertahankan
kebenaran, sekalipun itu pahit. Beliau mengakui kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW
(Muhammadun Rasulullah).

Kemudian sambungan ayat itu asyiddau alaa al-kuffar (keras terhadap orang-orang yang mengingkari
kebenaran Islam), digambarkan sebagai perangai mulia Sayyidina Umar RA. Beliau dikenal sebagai
halilintar atau macan padang pasir, karena beliau adalah figur yang sangat berwibawa dalam
menegakkan keadilan melawan kaum zalim, tanpa pandang bulu dan pilih kasih. Beliau dikenal sebagai
sosok yang sangat tegas dan teguh dalam pendirian.

Karena tingginya rasa kasih sayangnya kepada orang-orang beriman, sehingga gambaran al-Quran
dengan ungkapan ruhamau baynahum (kasih sayang terhadap sesama mereka), dianggap sangat sesuai
dengan pribadi Sayyidina Usman RA. Beliau tidak rela bila terjadi pertumpahan darah di kalangan umat
Islam ketika terjadi fitnah besar. Ia pun berjuang keras sampai titik darah penghabisan, agar umat Islam
senantiasa bersatu padu.

Adapun Sayyidina Ali RA, al-Quran menggambarkannya dengan ungkapan Tarahum rukkaan sujjadan
yabtaghuna fadhlan min Allah wa ridhwana (kamu saksikan mereka ruku dan sujud mencari karunia
Allah dan ridha-Nya). Ungkapan ini menjelaskan kepribadian yang satu ini, bahwa meskipun sedang
memangku tugas berat sebagai khalifah, beliau senatiasa ruku dan sujud di hadapan Khaliknya, yang
menggambarkan betapa tingginya tingkat kezuhudannya dalam bribadah. Sekalipun kekuasaannya
semakin meluas sampai Persia, beliau tetap hidup sangat sederhana. Beliau tidak bermewah-mewah.
Memang beliau dikenal sebagai ahli ibadah yang luar biasa, selain kedalaman ilmunya yang juga diakui
oleh banyak kalangan.

Dari penjelasan tersebut dapatlah kita memetik pelajaran berharga untuk kita sekarang ini bahwa
karakteristik kepemimpinan yang ditunjukkan oleh al-Khulafau al-Rasyidun itu ada empat:

1. Pemimpin itu harus setia kepada kebenaran. Maksudnya, selain membenarkan ayat-ayat Allah SWT
dan kerasulan Nabi SAW, seorang pemimpin juga haruslah selalu mempertahankan kebenaran (shiddiq).

2. Selain itu, seorang pemimpin dituntut untuk selalu tegas dan berani mengambil keputusan dengan
penuh rasa keadilan (adil), serta menegakkannya dengan penuh keteguhan hati, tanpa rasa gamang
dan keraguan.

3. Sifat lain pemimpin itu adalah memiliki rasa kasih sayang yang mendalam kepada umatnya, dan
senantiasa membangun silaturrahim yang solid. Dia tidak ingin menjerumuskan bangsanya ke jurang
kebingungan tanpa kepastian. Dia pun pemurah dan rela berkorban demi kepentingan rakyatnya, bukan
sebaliknya: bersenang-senang di atas penderitaan rakyatnya.

4. Pemimpin itu, selain mesti senantiasa melayani rakyatnya dengan penuh dedikasi, hendaknya juga
selalu rajin beribadah (ahli ibadah), sehingga tidak melupakan Tuhannya.

TIDAK BERAMBISI MENJADI PEMIMPIN

dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu:

)

"Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari
kiamat ia akan menjadi penyesalan." (HR. Bukhari )

)
Dari Abu Musa r.a. ia bercerita, suatu saat aku masuk ke rumah rasulullah saw bersama dua orang dari
kaumku, lalu salah satu dari kedua orang tersebut berkata, angkatlah saya jadi amir wahai Rasulullah,
yang satunya juga berkata seperti itu, lalu Rasulullah saw bersabda, sesungguhnya kami tidak akan
memberikan kepemimpinan kepada orang yang meminta dan berambisi untuk mendapatkannya . H.R.
Bukhari

Dari Abdurrahman ibn Smurah ra. Ia berkata : Rasulullah bersabda :Wahai Abdurrahman Ibn
sammurah, janganlah kamu meminta jabatan. Apabila kamu diberi dan tidak memintanya, kamu akan
mendapat pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan jika kau diberi jabatan karena memintanya,
jabatan itu diserahkan sepenuhnya. Apabila kamu bersumpah terhadap satu perbuatan, kemudian kamu
melihat ada perbuatan yang lebih baik, maka kerjakanlah perbuatan yang lebih baik itu.
AMANAH YANG DISIA-SIAKAN PENYEBAB KEHANCURAN


)
Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata, Rasulullah saw bersabda, jika amanah sudah disia-siakan maka
tunggulah kehancurannya, Abu Hurairah bertanya, bagaimana bisa amanah tersebut disia-siakan?,
lalu Rasulullah saw menjawab, jika sebuah perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah masa kehancurannya H.R. Bukhari


TEGAS DAN TIDAK BERMUKA DUA

)

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw bersabda, Engkau akan mendapati sebagian orang yang paling
buruk di hari kiamat adalah yang bermuka dua, datang kepada satu kelompok dengan satu wajah dan
kepada kelompok lain dengan wajah lain.

/

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda, akan ada pemimpin-pemimpin sesudahku yang selalu
menyampaikan hikmah di atas mimbar tapi begitu mereka turun dari mimbar hikmah yang mereka
sampaikan tercabut dari mereka, tubuh mereka lebih jelek daripada bangkai H.R. Thabrani dalam
Mujam Ausath 7/80

KEPEMIMPINAN ATAS DASAR CINTA

)

Dari Auf bin Malik Al AsyjaI, dia bercerita, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, sebaik-baik
pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan
mereka mendoakan kalian, dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka
membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian, lalu Auf bin Malik bertanya,
tidakkah kita memerangi mereka ketika itu wahai Rasulullah saw? Beliau menjawab, Tidak, selama
mereka sholat bersama kalian.

SEPENANGGUNGAN



Ubadah bin Shomit ra berkata, ketika Rasulullah saw memanggil kami maka kami kemudian
membaiatnya, salah satu baiat kami adalah untuk selalu mendengar dan taat baik dalam keadaan
senang ataupun susah, baik dalam keadaan semangat ataupun lesu

PEMIMPIN ADALAH PELAYAN

)

Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah saw bersabda, Pemimpin sebuah kaum adalah pelayan mereka dan
yang bertugas memberi minum adalah yang paling terakhir minum.
MENJALANKAN FUNGSI NASEHAT (SOCIAL CONTROL)

.
Diriwayatkan dari Tamim ad-Dary bahwa Nabi saw bersabda : " Agama ini adalah nasehat". Kata kami :
untuk siapa?. Sabda beliau : "Nasehat untuk Allah, Kitabullah, RasulNya, pemimpin-pemimpin kaum
Muslimin dan sesama mereka." Diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Tema sentral hadits ini adalah soal Nasehat. Inti agama ini adalah nasehat. Nasehat di dalam hadits ini
biasa diartikan ketulusan jiwa terhadap pihak yang dinasehati; agar mengetahui kewajibannya kepada
Allah, kepada kitabullah, kepada Rasulullah. Nasehat sedemikian penting dalam kehidupan umat Islam.
Umat tidak boleh hidup cuek, tidak mau tahu dengan lingkungan sekitarnya, membiarkan apa saja
terjadi, tanpa peduli. Setiap Muslim harus bersedia menasehati dan siap pula dinasehati.
Hadits ini menerangkan jenis nasehat itu beragam dan tidak hanya searah. Rasulullah juga merinci isi
nasehat yakni untuk Allah, al-Qur'an dan Rasulullah. Dimensinya juga dirinci, ada nasehat kepada
pemimpin sebagai nasehat dari bawah ke atas (bottom up), di samping nasehat yang bersifat horizontal,
antar sesama Muslim. Sistem ini harus berjalan. Kalau terjadi penyumbatan, maka akan terjadi ketidak
seimbangan dalam hidup.
Saking pentingnya hadits ini oleh sebagian ulama kedudukannya dikategorikan seperempat agama.
Demikian kata Imam Muhammad ibn Aslam at-Thusy. Bahkan kata Imam Nawawy hadits ini mencakup
seluruh sasaran dien, sebab dien ini terangkum dalam poin-poin yang dijabarkan oleh hadits ini.
Nasehat untuk Allah
Apa yang dimaksud dengan Nasehat untuk Allah? Maksudnya adalah beriman kepada Allah, tidak
mensekutukanNya, tidak mengingkari sifat-sifatNya, menjauhkanNya dari berbagai kekurangan,
mentaatiNya, menjauhi maksiat padaNya,
Nasehat demi Kitab Allah (Nasihat Likitabillah)
Maksud nasehat Likitabillah adalah mengimani al-Qur'an sebagai kalam Allah yang tidak serupa dengan
kalam manusia manapun. Juga berarti berpegang teguh kepada hukum-hukum yang terkandung di
dalam al-Qur'an. Juga berarti mempelajari dan mengajarkan al-Qur'an, mendakwahkan isinya.
Nasehat demi Rasulullah (Nasihat Li Rasulillah)
Nasehat untuk Rasul maksudnya mencontoh prilakunya, menghidupkan sunnahnya, menyebarkan
hadits-haditsnya, mencintai Rasul dan keluarganya, menyampaikan nasehat atau pesan kepada orang
agar berpegang kepada petunjuk-petunjuknya Saw.
Nasehat untuk Pemimpin (Nasihat Li A'immatil Muslimin)
Nasehat jenis ini menyangkut nasehat yang berdimensi vertical, dari rakyat kepada pemimpinnya. Inilah
yang sering dilupakan kaum Muslimin, termasuk para 'Ulama.
Dari hadits ini kita ketahui bahwa Islam mengajarkan keharusan setiap Muslim menyampaikan nasehat
kepada pemimpin mereka agar jangan sampai, kedudukan pemimpin yang berada di "atas" membuat
rakyatnya takut menyampaikan nasehat. Akibatnya membuat pemimpin lupa akan kewajiban dan
tanggung jawabnya kepada Allah Swt. Untuk mencegah hal itulah, sistem nasehat secara timbal balik
perlu dijalankan. Jadi hadits ini bisa diartikan sebagai perintah agar perjalanan kepemimpinan harus
diawasi dan tidak dibiarkan berjalan sendiri.
Nasehat untuk sesama umat (Nasihat Li 'Ammatil Muslimin)
Nasehat ini berdimensi horizontal, antar sesama kaum Muslimin. Nasehat ini tidak kalah pentingnya
dibanding nasehat sebelumnya. Sebab apabila masyarakat itu menjadi baik, Allah akan pilihkan kepada
mereka pemimpin yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Jadi perbaikan masyarakat melalui nasehat
ini mutlak diperlukan. Apa saja program yang harus dijalankan dalam konteks ini? Di antaranya
menanamkan kasih sayang kepada sesama Muslim, membela kepentingan kaum Muslimin, tidak
menyakiti mereka, mengingatkan mereka agar senantiasa menjaga ketakwaan dan kesalehan, dan
seterusnya. Penjual wajib mengingatkan pembeli akan barang yang dijualnya.
Diceritakan bahwa dulu Jarir, seorang sahabat Rasulullah saw, kalau mau menjual barangnya, ia
menceritakan kepada pembeli tentang cacat-cacat barang itu, kemudian memberi kebebasan memilih.
Iapun berkata : Kalau anda berminat, silakan beli, kalau tidak, silakan tinggalkan. Lalu ada yang berkata
kepadanya : kalau anda menjual seperti ini, tidak akan ada orang yang membelinya. Ia menjawab : "Kami
sudah berbai'ah kepada Rasul agar menyampaikan nasehat kepada setiap Muslim."
Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untuk melaksanakan ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan perintah-perintah-Nya. Ibnu Taimyah mengungkapkan bahwa
kewajiban seorang pemimpin yang telah ditunjuk dipandang dari segi agama dan dari segi ibadah adalah
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan diri kepada Allah adalah dengan menaati peraturan-
peraturan-Nya dan Rasul-Nya. Namun hal itu lebih sering disalah gunakan oleh orang-orang yang ingin
mencapai kedudukan dan harta.
Dalam hadits lain disebutkan;

( / )
Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia cegah dengan tangan dan
kekuasaannya, jika tidak mampu cegahlah dengan lisannya, jika tidak mampu cegahlah dengan hatinya
dan itu adalah selemah-lemah iman.
SEMUA ORANG ADALAH PEMIMPIN

)
Artinya :
Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai
pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadis diatas adalah bahwa dalam level apapun,
manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan tindakan memiliki resiko
yang harus dipertanggungjawabkan.
MENJALANKAN FUNGSI MUSYAWARAH
4g~-.-4 W-O+E4-c-
jgj4Og W-ON`~4 E_OUO-
-NO^`4 O4OO7- 4LuO4 Og`4
_4L^~Ee4O 4pOgLNC ^@g
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang
urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang kami berikan kepada mereka. (Asy Syura 38)

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda, jika pemimpin kalian adalah orang-orang terbaik
kalian, dan orang-orang kaya di antara kalian adalah yang paling dermawan di antara kalian, dan
urusan kalian selalu dimusyawarahkan di antara kalian maka punggung bumi lebih baik daripada perut
bumi. Dan jika pemimpin kalian adalah orang-orang terjelek diantara kalian, dan orang-orang kaya
diantara kalian adalah yang paling bakhil diantara kalian dan urusan kalian diserahkan kepada wanita
maka perut bumi lebih baik daripada punggungnya
RASULULLAH SAW SEBAGAI PENGGEMBALA

)
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali
dia seorang penggembala kambing. Sahabat-sahabat bertanya, apakah engkau juga wahai Rasulullah?
, lalu beliau berkata, iya, saya juga, dulu saya menggembala kambing orang-orang Mekkah untuk
beberapa keping qiroth. (Bukhari 2143)
Fungsi Leadership Penggembala:
Pathfinding Mencari Padang Gembalaan yang subur
Directing Mengarahkan Menggiring ternak ke Padang Gembalaan
Controlling Mengawasi
Agar tidak tersesat atau terpisah dari
kelompok
Protecting Melindungi Dari hewan pemangsa dan Pencuri
Reflecting Perenungan Alam, Manusia dan Tuhan

HAMPIR SEMUA TEORI KEPEMIMPINAN ADA PADA NABI SAW

Bentuk Teori
Kepemimpinan
Penjelasan Teori Muhammad saw
Teori yang disebutkan
Manfred F. R. Kets de Vries
clinical professor of
leadership development at
INSEAD

Teori ini menyimpulkan
dari penelitian klinisnya
terhadap para pemimpin
bahwa sebanyak
prosentasi tertentu dari
pada pemimpin itu
mengembangkan
kepemimpinan mereka
karena dipengaruhi oleh
trauma pada masa kecil
mereka.

Muhammad saw mengalami masa-masa
sulit di waktu kecilnya. Di usia dini beliau
sudah menjadi yatim piatu. Pada usia
kanak-kanak itu pula beliau harus
menggembala ternak penduduk Mekkah.
Di awal usia remaja beliau sudah mulai
belajar berdagang dengan mengikuti
pamannya Abu Thalib ke daerah-daerah
sekitar Jazirah Arab.

Teori Stephen Covey The 8
th

Habit from Effectiveness to
Greatness

Pathfinding

Rasulullah saw merintis suatu tatanan sosial
yang modern dengan memperkenalkan
nilai-nilai kesetaraan universal, semangat
kemajemukan, rule of law, dan sebagainya.
Sistem sosial yang diakui terlalu modern
dibanding zamannya itu dirintis oleh
Muhammas saw dan kemudian
dikembangkan oleh para khalifah
sesudahnya.
Aligning

Muhammas saw mampu menyelaraskan
berbagai strategi untuk mencapai
tujuannya dalam menyiarkan ajaran Islam
dan membangun tatanan sosial yang baik
dan modern. Ketika banyak sahabat yang
menolak kesediaan beliau untuk melakukan
perjanjian perdamaian Hudaibiyah yang
dipandang menguntungkan pihak
musyrikin, beliau tetap bersikukuh dengan
kesepakatan itu. Terbukti, pada akhirnya
perjanjian tersebut berbalik
menguntungkan kaum Muslim dan pihak
Musyrikin meminta agar perjanjian itu
dihentikan. Beliau juga dapat membangun
sistem hukum yang kuat, hubungan
diplomasi dengan suku-suku dan kerajaan
di sekitar Madinah, dan sistem pertahanan
yang kuat sehingga menjelang beliau wafat,
Madinah tumbuh menjadi negara baru yang
cukup berpengaruh pada waktu itu.
Empoweing

Sirah nabawiyah menceritakan banyak
kecakapan Muhammad saw dalam
mensinergikan berbagai potensi yang
dimiliki oleh para pengikutnya dalam
mencapai suatu tujuan.

Sebagai contoh, dalam mengatur strategi
dalam perang Uhud, beliau menempatkan
pasukan pemanah di punggung bukit untuk
melindungi pasukan infantri Muslim. Beliau
juga dengan bijak mempersaudarakan
antara kaum Muhajirin dan Anshar ketika
mulai membangun msyarakat Madinah.

Beliau mengangkat para pejabat sebagai
amir (kepala daerah) atau hakim
berdasarkan kompetensi dan rekam jejak
(track record) yang mereka miliki. Tidak
heran, dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama (sekitar 10 tahun), beliau sudah
mampu mendirikan dasar-dasar tatanan
sosial maasyarakat modern. Pemimpin
dunia lainnya mungkin butuh waktu yang
lebih lama untuk mencapai hal semacam
ini.
Modelling
Beliau merupakan seseorang yang teguh
melaksanakan apa yang beliau katakan.
Beliau sangat membenci orang yang
mengatakan sesuatu tetapi tidak
melaksanakan apa yang dikatakannya itu
(as shof 3)

Beliau memikul batu, mengambil skop
tanah ketika membangun Masjid Nabawi,
membawa linggis ketika menggali parit
(khandaq) waktu mengajak ummatnya
mari membangun bersama.

Sebelum bersabda yang paling baik di
antara kalian adalah yang paling baik
dengan keluarganya (tirmidzi 3895) beliau
mencontohkan kelemahlembutan terhadap
anggota keluarganya.
Warren Bennis
on becoming a leader
Visioner
Muhammad saw. sering memberikan berita
gembira mengenai kemenangan dan
keberhasilan yang akan diraih oleh
pengikutnya di kemudian hari. Visi yang
jelas ini mampu membuat para sahabat
tetap sabar dan tabah menskipun
perjuangan dan rintangan begitu berat.
Passion
Berbagai cara yang dilakukan musuh-musuh
Muhammad saw untuk menghentikan
perjuangannya tidak pernah berhasil. Beliau
tetap tabah, sabar, dan sungguh-sungguh
Integritas
Muhammad saw dikenal memiliki integritas
yang tinggi, berkomitmen terhadap apa
yang dikatakan dan diputuskannya, dan
mampu membangun tim yang tangguh
seperti terbukti dalam berbagai ekspedisi
militer.
trust
Muhammad saw dikenal sebagai orang
yang sangat terpercaya (al amin) dan ini
diakui oleh musuh-musuhnya seperti Abu
Sufyan ketika ditanya Hiraklius (kaisar
Romawi) tentang perilaku Muhammad saw.
Curosity
Wahyu pertama yang diturunkan adalah
perintah untuk belajar (iqra)
Courage
Kesanggupan memikul tugas kerasulan
dengan segala risiko adalah keberanian
yang luar biasa
James O Toole
Transparency: How Leaders
Create a Culture of Candor
Integrity
Muhammad saw tidak pernah kehilangan
semangat meskipun tekanan dan
permusuhan datang dari segala arah, hal ini
terbukti dalam perang Hunain dan Uhud
Trust
Sejak muda Muhammad saw dikenal
sebagai orang yang sangat dipercaya. Beliau
pernah dipercaya untuk menyelesaikan
persoalan peletakan Hajar Aswad yang
hampir menimbulkan pertikaian di kalangan
suku-suku Quraisy
Listening
Beliau sangat mengutamakan musyawarah
dalam pengambilan keputusan, termasuk
dalam dalam perang Badar, Uhud,
Khandaq dan urusan kemasyarakatan
Burt Nanus
The leaders edge: the
seven keys to leadership in
a turbulent world

Berpandangan Jauh ke
Depan
Ketika sedang menggali parit (khandaq) di
sekitar kota Madinah beliau melihat
kejayaan Muslim mencapai Syam, Parsi, dan
Yaman
Menguasai Perubahan
Hijrah ke Madinah merupakan suatu
perubahan yang diprakarsai Muhammad
saw dan mampu mempengaruhi peta dan
arah peradaban dunia
Disain Organisasi
Beliau mendesain bentuk tatanan sosial
baru di Madinah segera sesudah beliau
hijrah ke kota itu. Misalnya
mempersaudarakan Muhajirin dengan
Anshar, menyusun Piagam Madinah serta
membangun pasar dan Masjid
Pembelajaran
Antisipatoris
Beliau selalu mendorong untuk selalu
belajar sepanjang hidup. Sabdanya:
Tuntutlah ilmu sejak buaian ibu hingga liang
lahat
Inisiatif
Penaklukan Makkah dengan damai
merupakan bukti keberhasilan
kepemimpinan Muhammad saw
Penguasaan
Interdependensi
Beliau sering meminta pendapat para
sahabat terhadap persoalan-persoalan
strategis misalnya dalam perang dan urusan
sosial kemasyarakatan
Standard Integritas yang
Tinggi
Beliau saw seroang yang adil dalam
memutus perkara, jujur, dan toleran
terhadap penganut agama lain

Anda mungkin juga menyukai