329
14 Rajab 1445 H
26 Januari 2024 M
01
Dalil lainnya antara lain sabda Baginda Rasulullah saw.:
ِ ِ ِ
ٌْﺳﻪُ َزﺑِﻴﺒَﺔ ْ اﲰَﻌُﻮا َوأَﻃﻴﻌُﻮا َوإِ ْن
َ اﺳﺘُـ ْﻌﻤ َﻞ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻋْﺒ ٌﺪ َﺣﺒَﺸ ﱞﻲ َﻛﺄَ ﱠن َرأ ْ
Dengar dan taatlah kalian meski yang memimpin kalian adalah
seorang budak hitam Habasyi yang kepalanya seperti anggur
kering (HR al-Bukhari).
02
Hak dan Kewajiban Pemimpin
Tentu benar bahwa pemimpin atau penguasa memiliki hak
untuk ditaati oleh rakyatnya. Ini sesuai dengan nas-nas di atas.
Namun demikian, pemimpin juga memiliki kewajiban, yakni
wajib memimpin rakyatnya dengan adil. Dalam ayat sebelum-
nya, yakni sebelum ayat yang memerintahkan umat agar me-
naati Allah dan Rasul-Nya serta ulil amri mereka, Allah SWT
berfirman:
۟ ِﺖ إِ َ ٰﱃٓ أَﻫﻠ
ِ ۟
ِ ﲔ ٱﻟﻨ
ﱠﺎس أَن َْﲢ ُﻜ ُﻤﻮا ﺑ ﻢﺘﻤﻜَ ﺣ ا ذ
َ
َ َْ ُ ْ َ َ َ ْ ِ
إو ﺎ ﻬ ٰ
ٰﻨَﻣ
ٱﻷْ ا
و إِ ﱠن ﱠ
ََ ٱﻪﻠﻟَ َ�ْ ُﻣ ُﺮُﻛ ْﻢ أَن ﺗـُ َﺆﱡد
ۚ ﺑِﭑﻟْ َﻌ ْﺪ ِل
Sungguh Allah memerintah kalian agar menyerahkan amanah
kepada yang berhak menerima amanah tersebut, juga (meme-
rintah kalian) jika kalian memutuskan hukum di tengah-tengah
manusia agar kalian berlaku adil (TQS an-Nisa’ [4]: 58).
03
Siapa saja yang tidak memutuskan hukum berdasarkan wahyu
yang telah Allah turunkan, mereka itulah kaum yang zalim (TQS
al-Maidah [5]: 45).
04
Ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw.:
ِ ﺎﲰﻌﻮا ﻟَﻪ وأ ِﺎب ﱠِ َاﺳﺘُـ ْﻌ ِﻤﻞ َﻋﻠَْﻴ ُﻜﻢ َﻋْﺒ ٌﺪ ﺣﺒ ِﺸ ﱞﻲ ﻳـ ُﻘﻮدُ ُﻛﻢ ﺑِ ِﻜﺘ
َﻃﻴﻌُﻮا َ ُ ُ َْ َاﻪﻠﻟ ﻓ ْ َ ََ ْ َ ْ َوﻟَ ْﻮ
Andai yang diangkat sebagai pemimpin kalian adalah seorang
budak hitam Habasy, tetapi dia memimpin kalian dengan Kita-
bullah, maka dengar dan taatilah dia (HR an-Nasa’i).
05
kan kepada pemimpin atau calon pemimpin, nyaris selalu
absen dalam setiap Pemilu/Pilpres.
06
Orang itu berkata lagi, “Perumpamaanmu seperti mata air,
sedangkan seluruh ulama di dunia ini seperti wadahnya. Jika
mata air itu jernih, kotornya wadah air tidaklah berbahaya. Na-
mun, jika mata airnya kotor, bersihnya wadah air tak ada
gunanya.”
Pada waktu lain, suatu malam, Khalifah Harun ar-Rasyid me-
nemui Fudhail bin Iyadh rahimahulLâh. Saat pintu rumah
Fudhail bin Iyadh dibuka, Khalifah menyalami tuan rumah,
yang spontan berkata, “Api nerakalah untuk tangan halus ini
jika ia tidak selamat dari azab-Nya pada Hari Kiamat nanti.”
Fudhail bin Iyadh melanjutkan, “Amirul Mukminin, bersiap-
siaplah engkau untuk menjawab pertanyaan Allah kelak. Se-
babnya, sungguh Allah akan menghadapkan dirimu kepada
setiap Muslim atas kebijakanmu terhadap masing-masing dari
mereka.”
Mendengar itu, menangislah Harun ar-Rasyid sejadi-jadinya
seraya menundukkan kepalanya di dadanya. Saat itu, Abbas,
yang mendampingi dirinya, berkomentar, “Celakalah, wahai
Fudhail. Engkau telah membunuh Amirul Mukminin!”
Fudhail bin Iyadh menjawab, “Wahai Hamman, justru kamu
dan kaummulah yang mencelakakan dia...”
Khalifah Harun ar-Rasyid lalu berkata kepada Abbas, “Jika
ia menyebut kamu Hamman, berarti ia menganggap aku
07
Fir’aun.” (Lihat: Al-Ghazali, At-Tibr al-Masbûk fî Nashîhah al-
Mulûk. Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, hlm. 23-54, 1988).
Demikianlah. Nasihat adalah bagian tak terpisahkan dari
para penguasa Muslim pada masa lalu. Bahkan telah menjadi
‘makanan’ sehari-hari mereka. Sebaliknya, nasihat kepada pa-
ra penguasa juga tidak pernah lepas dari para ulama. Bahkan
menjadi ‘kebutuhan’ mereka. Banyak para ulama pada masa
lalu rela menghabiskan waktunya untuk mengontrol, menga-
wasi, menasihati, mengkritik sekaligus meluruskan para
penguasa—yang menyimpang—tanpa kenal lelah, khawatir
atau rasa takut. Dengan itulah, dalam sistem Islam, keadilan
tetap kukuh meski seandainya bumi runtuh. Kezaliman lenyap
di bumi yang berdiri tegap.
Tidak aneh jika sepanjang zaman Kekhilafahan Islam pada
masa lalu, terlalu banyak kisah-kisah nyata para penguasa
Muslim yang menggugah perasaan karena kezuhudan, keren-
dahatian, keadilan, kejujuran, keamanahan dan kebajikan
mereka dalam memimpin rakyatnya. Terlalu banyak pula
kisah-kisah nyata para ulama yang menyentuh kalbu karena
kewaraan, keberanian dan ketajaman lidah mereka di
hadapan para penguasa.
Sudah sepantasnya para penguasa Muslim saat ini menja-
dikan kisah-kisah di atas sebagai cermin dan pelajaran. Sela-
08
yaknya mereka senantiasa berlapang dada dalam menerima
nasihat, bahkan selalu meminta nasihat kepada para ulama.
Sebaliknya, para ulama wajib menyampaikan nasihat kepa-
da penguasa, diminta atau tidak diminta. Mereka tidak boleh
bermanis-muka, apalagi sampai menjilat penguasa. Mereka
tidak patut menyembunyikan kebenaran yang wajib mereka
sampaikan, apalagi di hadapan penguasa zalim yang enggan
menerapkan syariah Islam. Sebabnya, ulama sejati tentu tak
akan pernah melupakan sabda Baginda Rasulullah saw.:
ٍ َﻀﻞ ا ْﳉِﻬ ِﺎد َﻛﻠِﻤﺔُ ﺣ ٍﻖ ِﻋْﻨ َﺪ ﺳﻠْﻄ
ﺎن َﺟﺎﺋٍِﺮ ُ ّ َ َ َ ُ َ ْأَﻓ
Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di
hadapan penguasa zalim (HR an-Nasa’i, Ibnu Majah dan
Ahmad).
HIKMAH:
Rasulullah saw. bersabda:
ِﱠﺎس إِ َﱃ ﷲ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ َو إِ ﱠن أَﺑْـﻐ،ﱠﺎس إِ َﱃ ﷲ ﻳـَ ْﻮَم اﻟْﻘﻴَ َﺎﻣﺔ َو أَﻗْـ َﺮَﻬﺑُْﻢ ﻣْﻨﻪُ َْﳎﻠ ًﺴﺎ إِ َﻣ ٌﺎم َﻋ َﺎد ٌل
ِ ﺾ اﻟﻨ ِ ﺐ اﻟﻨ َ إِ ﱠن أ
َﺣ ﱠ
ﱠﻫ ْﻢ َﻋ َﺬ ًاﺎﺑ إِ َﻣ ٌﺎم َﺟﺎﺋٌِﺮ
ُ َﺷﺪ َ َو أ
Sungguh manusia yang paling Allah cintai pada Hari Kiamat kelak dan paling
dekat kedudukannya dengan Dia adalah seorang pemimpin yang adil. Sungguh
manusia yang paling Allah benci dan paling keras mendapatkan azab-Nya
adalah seorang pemimpin yang zalim. (HR at-Tirmidzi). []
09