Anda di halaman 1dari 24

KERA]AAN ACEH

Kesultanan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan dari Samudera Pasai yang pada tahun
1360 ditaklukkan oleh Najapahit hingga kemundurannya di abad ke14. Kesultanan Aceh terletak di
utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah
Sultan Ali Nughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 ]umadil awal 313 H atau pada tanggal
8 September 1S07. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1436 1303), Aceh telah mengukir masa
lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam
mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme
bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusatpusat pengkajian
ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

Awal mula

Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin
oleh ayah Ali Nughayat Syah. Ketika Nughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil
memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk
menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1S11 N, kerajaankerajaan kecil yang terdapat di
Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat
Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Nughayat
Syah dikenal sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan
kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah kerajaannya. Sejak
saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil
dari penaklukan kerajaankerajaan kecil di sekitarnya.
Sejarah mencatat bahwa, usaha Nughayat Syah untuk mengusir Portugis dari seluruh bumi Aceh
dengan menaklukkan kerajaankerajaan kecil yang sudah berada di bawah Portugis berjalan lancar.
Secara berurutan, Portugis yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika
Portugis mundur ke Pidie, Nughayat juga menggempur Pidie, sehingga Portugis terpaksa mundur ke
Pasai. Nughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut benteng Portugis di
Pasai. Dengan jatuhnya Pasai pada tahun 1S24 N, , Aceh Darussalam menjadi satusatunya kerajaan
yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut.
Kemenangan yang berturutturut ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama dari aspek
persenjataan. Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh banyak meninggalkan
persenjataan, karena memang tidak sempat mereka bawa dalam gerak mundur pasukan. Senjata


senjata inilah yang digunakan kembali oleh pasukan Nughayat untuk menggempur Portugis.
Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak. Namun, pasukan Aceh
tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang, sehingga
Portugis mundur ke Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya
Portugis mundur ke Nalaka.

Nasa kejayaan

Sultan !skandar Nuda
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa kepemimpinan Sultan !skandar Nuda (1607
1636). Pada masa kepemimpinannya, Aceh telah berhasil memukul mundur kekuatan Portugis dari
selat Nalaka. Kejadian ini dilukiskan dalam La Crand Encyclopedie bahwa pada tahun 1S82, bangsa
Aceh sudah meluaskan pengaruhnya atas pulaupulau Sunda (Sumatera, ]awa dan Kalimantan) serta
atas sebagian tanah Semenanjung Nelayu. Selain itu Aceh juga melakukan hubungan diplomatik
dengan semua bangsa yang melayari Lautan Hindia. Pada tahun 1S86, kesultanan Aceh melakukan
penyerangan terhadap Portugis di Nelaka dengan armada yang terdiri dari S00 buah kapal perang
dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Nalaka dan
semenanjung Nelayu. Walaupun Aceh telah berhasil mengepung Nelaka dari segala penjuru, namun
penyerangan ini gagal dikarenakan adanya persekongkolan antara Portugis dengan kesultanan
Pahang. Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa
ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masingmasing, seperti
Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Na'rifati alU Adyan, Syamsuddin alSumatrani dalam
bukunya Ni'raj alNuhakikin al!man, Nuruddin AlRaniri dalam bukunya Sirat alNustaqim, dan Syekh
Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Ni'raj alTulabb Fi Fashil.

Kemunduran

Nasjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh
Kemunduran Kesultanan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan !skandar Tsani pada tahun 1641.
Kemunduran Aceh disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah makin menguatnya kekuasaan
Belanda di pulau Sumatera dan Selat Nalaka, ditandai dengan jatuhnya wilayah Ninangkabau, Siak,
Tapanuli dan Nandailing, Deli serta Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor penting
lainnya ialah adanya perebutan kekuasaan diantara pewaris tahta kesultanan.


Traktat London yang ditandatangani pada 1824 telah memberi kekuasaan kepada Belanda untuk
menguasai segala kawasan British/!nggris di Sumatra sementara Belanda akan menyerahkan segala
kekuasaan perdagangan mereka di !ndia dan juga berjanji tidak akan menandingi British/!nggris
untuk menguasai Singapura.
Pada akhir November 1871, lahirlah apa yang disebut dengan Traktat Sumatera, dimana disebutkan
dengan jelas "!nggris wajib berlepas diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan kekuasaan
Belanda di bagian manapun di Sumatera. Pembatasanpembatasan Traktat London 1824 mengenai
Aceh dibatalkan." Sejak itu, usahausaha untuk menyerbu Aceh makin santer disuarakan, baik dari
negeri Belanda maupun Batavia. Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh
akhirnya jatuh dan digabungkan sebagai bagian dari negara Hindia Timur Belanda. Pada tahun 1342,
pemerintahan Hindia Timur Belanda jatuh di bawah kekuasan ]epang. Pada tahun 134S, ]epang
dikalahkan Sekutu, sehingga tokohtokoh pergerakan kemerdekaan di ibukota Hindia Timur Belanda
(!ndonesia) segera memproklamasikan kemerdekaan !ndonesia pada tahun 134S, Aceh menyatakan
bersedia bergabung ke dalam Republik indonesia atas ajakan dan bujukan dari Soekarno kepada
pemimpin Aceh Tengku Nuhammad Daud Beureueh saat itu.

Perang Aceh

Tuanku Nuhammad Daud Syah ]ohan Berdaulat, sultan Aceh yang terakhir.
Perang Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Naret 1873 setelah
melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah yang besar. Perang
kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagilagi gagal, dan pada 1832 dan 1833, pihak Belanda
menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh.
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli !slam dari Universitas Leiden yang telah berhasil
mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda
agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata
berhasil. Pada tahun 1838, ]oannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh, dan
bersama letnannya, Hendrikus Colijn, merebut sebagian besar Aceh.
Sultan Nuhammad Daud akhirnya menyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1303 setelah dua
istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya
jatuh seluruhnya pada tahun 1304. Saat itu, hampir seluruh Aceh telah direbut Belanda.
Berikut ini Silsilah para sultan yang pernah berkuasa di kerajaan Aceh Darussalam:
1. Sultan Ali Nughayat Syah (14361S28 N)
2. Sultan Salahuddin (1S281S37).


3. Sultan Ala' alDin alKahhar (1S371S68).
4. Sultan Husein Ali Riayat Syah (1S681S7S)
S. Sultan Nuda (1S7S)
6. Sultan Sri Alam (1S7S1S76).
7. Sultan Zain alAbidin (1S761S77).
8. Sultan Ala' alDin Nansur Syah (1S771S83)
3. Sultan Buyong (1S831S36)
10. Sultan Ala' alDin Riayat Syah Sayyid alNukammil (1S361604).
11. Sultan Ali Riayat Syah (16041607)
12. Sultan !skandar Nuda ]ohan Pahlawan Neukuta Alam (16071636).
13. !skandar Thani (16361641).
14. Sri Ratu Safi alDin Taj alAlam (1641167S).
1S. Sri Ratu Naqi alDin Nur alAlam (167S1678)
16. Sri Ratu Zaqi alDin !nayat Syah (16781688)
17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat alDin (16881633)
18. Sultan Badr alAlam Syarif Hashim ]amal alDin (16331702)
13. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (17021703)
20. Sultan ]amal alAlam Badr alNunir (17031726)
21. Sultan ]auhar alAlam Amin alDin (1726)
22. Sultan Syams alAlam (17261727)
23. Sultan Ala' alDin Ahmad Syah (1727173S)
24. Sultan Ala' alDin ]ohan Syah (173S1760)
2S. Sultan Nahmud Syah (17601781)
26. Sultan Badr alDin (1781178S)
27. Sultan Sulaiman Syah (178S.)
28. Alauddin Nuhammad Daud Syah.
23. Sultan Ala' alDin ]auhar alAlam (173S181S) dan (18181824)
30. Sultan Syarif Saif alAlam (181S1818)
31. Sultan Nuhammad Syah (18241838)
32. Sultan Sulaiman Syah (183818S7)
33. Sultan Nansur Syah (18S71870)
34. Sultan Nahmud Syah (18701874)



Periode Pemerintahan

Kerajaan Aceh Darussalam berdiri sejak akhir abad ke1S hingga awal abad ke20 N. Dalam rentang
masa empat abad tersebut, telah berkuasa 3S orang sultan dan sultanah.

Wilayah kekuasaan

Di masa kejayaannya, wilayah kerajaan Aceh Darussalam mencakup sebagian pulau Sumatera,
sebagian Semenanjung Nalaya dan Pattani.

Struktur pemerintahan

Pada masa Sultan Ala alDin Nansur Syah (1S771S83) berkuasa, kerajaan Aceh sudah memiliki
undangundang yang terangkum dalam kitab Kanun Syarak Kerajaan Aceh. Undangundang ini
berbasis pada alQuran dan hadits yang mengikat seluruh rakyat dan bangsa Aceh. Di dalamnya,
terkandung berbagai aturan mengenai kehidupan bangsa Aceh, termasuk syaratsyarat pemilihan
pegawai kerajaan. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa, walaupun Aceh telah memiliki undang
undang, ternyata belum cukup untuk menjadikannya sebagai sebuah kerajaan konstitusional. Dalam
struktur pemerintahan Aceh, sultan merupakan penguasa tertinggi yang membawahi jabatan
struktural lainnya. Di antara jabatan struktural lainnya adalah uleebalang yang mengepalai unit
pemerintahan nanggroe (negeri), panglima sagoe (panglima sagi) yang memimpin unit pemerintahan
Sagi, Kepala Nukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan mukim yang terdiri dari beberapa
gampong, dan keuchiek atau geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan gampong
(kampung). ]abatan struktural ini mengurus masalah keduniaan (sekuler). Sedangkan pemimpin yang
mengurus masalah keagamaan adalah tengku meunasah, imam mukim, kadli dan para teungku.

Kehidupan Sosial Budaya

a. Agama
Dalam sejarah nasional !ndonesia, Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Nekah, karena !slam
masuk pertama kali ke !ndonesia melalui kawasan paling barat pulau Sumatera ini. Sesuai dengan
namanya, Serambi Nekah, orang Aceh mayoritas beragama !slam dan kehidupan mereka seharihari
sangat dipengaruhi oleh ajaran !slam ini. Oleh sebab itu, para ulama merupakan salah satu sendi
kehidupan masyarakat Aceh. Selain dalam keluarga, pusat penyebaran dan pendidikan agama !slam


berlangsung di dayah dan rangkang (sekolah agama). Curu yang memimpin pendidikan dan
pengajaran di dayah disebut dengan /teungku/. ]ika ilmunya sudah cukup dalam, maka para teungku
tersebut mendapat gelar baru sebagai Teungku Chiek. Di kampungkampung, urusan keagamaan
masyarakat dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan tengku meunasah. Pengaruh !slam yang
sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh. Nanuskripmanuskrip terkenal
peninggalan !slam di Nusantara banyak di antaranya yang berasal dari Aceh, seperti Bustanussalatin
dan Tibyan fi Na'rifatil Adyan karangan Nuruddin arRaniri pada awal abad ke17, kitab Tarjuman al
Nustafid yang merupakan tafsir Al Quran Nelayu pertama karya Shaikh Abdurrauf Singkel tahun
1670an, dan Tajussalatin karya Hamzah Fansuri. Peninggalan manuskrip tersebut merupakan bukti
bahwa, Aceh sangat berperan dalam pembentukan tradisi intelektual !slam di Nusantara. Karya sastra
lainnya, seperti Hikayat Prang Sabi, Hikayat Nalem Diwa, Syair Hamzah Fansuri, Hikayat RajaRaja
Pasai, Sejarah Nelayu, merupakan bukti lain kuatnya pengaruh !slam dalam kehidupan masyarakat
Aceh.

b. Struktur sosial
Lapisan sosial masyarakat Aceh berbasis pada jabatan struktural, kualitas keagamaan dan
kepemilikan harta benda. Nereka yang menduduki jabatan struktural di kerajaan menduduki lapisan
sosial tersendiri, lapisan teratasnya adalah sultan, dibawahnya ada para penguasa daerah. Sedangkan
lapisan berbasis keagamaan merupakan lapisan yang merujuk pada status dan peran yang dimainkan
oleh seseorang dalam kehidupan keagamaan. Dalam lapisan ini, juga terdapat kelompok yang
mengaku sebagai keturunan Nabi Nuhammad. Nereka ini menempati posisi istimewa dalam
kehidupan seharihari, yang lakilaki bergelar Sayyed, dan yang perempuan bergelar Syarifah. Lapisan
sosial lainnya dan memegang peranan sangat penting adalah para orang kaya yang menguasai
perdagangan, saat itu komoditasnya adalah rempahrempah, dan yang terpenting adalah lada.

c. Kehidupan seharihari

Sebagai tempat tinggal seharihari, orang Aceh membangun rumah yang sering disebut juga dengan
rumoh Aceh. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka bercocok tanam di lahan yang memang
tersedia luas di Aceh. Bagi yang tinggal di kawasan kota pesisir, banyak juga yang berprofesi sebagai
pedagang. Senjata tradisional orang Aceh yang paling terkenal adalah rencong, bentuknya
menyerupai huruf L, dan bila dilihat dari dekat menyerupai tulisan kaligrafi bismillah. Senjata khas
lainnya adalah Sikin Panyang, Klewang dan Peudeung oon Teubee.


KERA]AAN DENAK
Berdirinya
Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya pemerintahan Kerajaan Najapahit
atas daerahdaerah pesisir utara ]awa. Daerahdaerah pesisir seperti Tuban dan Cirebon sudah
mendapat pengaruh !slam. Dukungan daerahdaerah yang juga merupakan jalur perdagangan yang
kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan !slam yang merdeka dari
Najapahit.
Raden Patah adalah raja pertama Kerajaan Demak. !a memerintah dari tahun
1S001S18. Pada masa pemerintahan agama !slam mengalami perkembangan pesat.
Raden Patah bergelar Senopati ]imbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin
Panatagama. Pengangkatan Raden Patah sebagai Raja Demak dipimpin oleh anggota
wali lainnya. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah
]epara, Tuban, Sedayu, Palembang, ]ambi, dan beberapa daerah di Kalimantan.
Pada masa pemerintahannya juga dibangun Nasjid Agung Demak yang dibantu oleh
para wali dan sunan sahabat Demak.
Pada masa Kerajaan Nalaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1S11, Raden Patah merasa berkewajiban
untuk membantu. ]atuhnya kerajaan Nalaka berarti putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu,
ia mengirimkan putrannya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Nalaka. Namun, usaha itu tidak
berhasil. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1S18, ia digantikan oleh putranya Pati Unus. Pati
Unus hanya memerintah tidak lebih dari
tiga tahun. !a wafat tahun 1S21 dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Nalaka.
Saudaranya, Sultan Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja
Demak terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1S211S46. Sultan
Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Cunung ]ati. !a memerintah Demak dengan gelar
Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai
puncak kejayaannya dan agama !slam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono mengirim
Fatahilallah ke Banten. Dalam perjalanannya ke Banten, Fatahillah singgah di Cirebon untuk menemui
Syarif Hidayatullah atau Sunan Cunung ]ati. Bersamasama dengan pasukan Kesultanan Cirebon,
Fatahillah kemudian dapat menaklukan Banten dan Pajajaran.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono pada tahun 1S46, Kerajaan Demak mulai mengalami
kemunduran karena terjadinya perebutan kekuasaan. Perebutan tahta Kerajaan Demak ini terjadi
antara Sunan Prawoto dengan Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah Bupati ]ipang (sekarang


Bojonegoro) yang merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan ini
berkembang menjadi konflik berdarah dengan terbunuhnya Sunan
Prawoto oleh Arya Penangsang. Arya Penangsang juga membunuh adik Sunan Prawoto,
yaitu Pangeran Hadiri. Usaha Arya Penangsang menjadi Sultan Demak di halangi oleh ]aka Tingkir,
menantu Sultan Trenggono. ]aka Tingkir mendapat dukungan dari para tetua Demak, yaitu Ki Cede
Pemanahan dan Ki Penjawi. Konflik berdarah ini akhirnya berkembang menjadi Perang Saudara.
Dalam pertempuran ini, Arya Penagsang terbunuh sehingga tahta Kerajaan Demak jatuh ke tangan
]akaTingkir.
]aka Tingkir menjadi raja Kerajaan Demak dengan gelar Sultan Hadiwijya. !a kemudian
memindahan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.Walaupun sebenarnya sudah menjadi kerajaan
baru, kerajaan Pajang masih mengklaim diri sebagai penerus Kerajaan Demak. Sebagai tanda terima
kasih kepada Ki Cede Pemanahan yang telah mendukungnya, Sultan Hadiwijaya memberikan sebuah
daerah Perdikan (otonom) yang disebut Nataram. Ki Cede Pemanahan kemudian menjadi penguasa
Nataram dan di sebut Ki Cede Nataram.
Sultan Hadiwijaya bukanlah digantikan oleh putranya, yakni Pangeran Benawa, melainkan putra
Sunan Prawoto, Aria Pangiri. Pangeran Benawa sendiri diangkat sebagai penguasa daerah ]ipang.
Pangeran Benawan kurang puas dengan keputusan ini. Apalagi, pemerintahan Aria Pangiri di Pajang
juga dikelilingi oleh para bekas pejabat Kerajaan Demak. Pangeran Benawa kemudian minta bantuan
kepada Sutawijaya, putra Ki Ageng Nataram, untuk merebut kembali tahta Kerajaan Pajang.
Pada Kesultanan Demak adalah kesultanan !slam pertama di ]awa yang didirikan oleh Raden
Patah pada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal dari
kerajaan Najapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama !slam di pulau ]awa dan
!ndonesia pada umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami
kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1S68,
kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang yang didirikan oleh ]aka Tingkir. Salah
satu peninggalan bersejarah Kesultanan Demak ialah Nesjid Agung Demak, yang diperkirakan
didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu masih dapat
dilayari dari laut dan dinamakan Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa ]awa), saat ini telah menjadi
kota Demak di ]awa Tengah. Periode ketika beribukota di sana kadangkadang dikenal sebagai
"Demak Bintara". Pada masa sultan ke4 ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto").
Sekitar tahun 1S00 seorang Bupati Najapahit bernama Raden Patah, yang berada di Demak dan
memeluk agama !slam terangterangan memutuskan hubungan dengan Najapahit. Dengan bantuan
daerahdaerah lainnya di ]awa Timur yang sudah !slam seperti Tuban, ia mendirikan Kerajaan !slam
dengan Demak sebagai pusatnya.


Dalam waktu singkat, lebihlebih karena jatuhnya Nalaka ketangan Portugis pada tahun 1S11.
Demak mencapai kejayaannya. Daerahdaerah pesisir di ]awa Tengah dan ]awa Timur mengakui
kedaulatannya dan mengibarkan panjipanjinya. Terutama putranya, Pati Unus, yang menjabat
adipati di ]epara, sangat giat membantu usaha ayahnya, yaitu memperluas dan memperkuat
kedudukan kerajaan Demak sebagai kerajaan !slam. Ketika Raden Patah wafat tahun 1S18, Pati Unus
menggantikannya menjadi Sultan, tetapi 3 tahun kemudian iapun meninggal. !a terkenal juga dengan
nama Pangeran Sebrang Lor.
Penggantinya adalah Pangeran Trenggono yang memerintah sampai tahun 1S46. Seorang
ulama terkemuka dari Pase bernama Fatahillah, yang sempat melarikan diri dari kepungan Portugis
diterima oleh Trenggono. Fatahillah ini, ia nikahkan dengan adiknya sendiri, dan ia ternyata adalah
orang yang dapat melaksanakan menghalangi kemajuan orang Portugis dengan merebut kuncikunci
perdagangan kerajaan Pajajaran di ]awa Barat, yaitu Banten dan Cirebon. Pada tahun 1S27 orang
orang Portugis berhasil dikalahkan oleh Sunda Kelapa/]ayakarta yang sudah mengakui kedaulatan
Fatahillah di Banten. Sementara itu, Trenggono berhasil menaklukkan Nataram dan Singhasari.
Dalam usahanya menaklukkan Pasuruan Pangeran Trenggono gugur.
Dengan wafatnya Pangeran Trenggono timbullah perebutan kekuasaan antara adik Trenggono
dan anak Trenggono. Adik Trenggono segera terbunuh di tepi sungai, maka itu terkenal dengan
nama Pangeran Sekar Seda ing Lepen, tetapi anak Trenggono, Pangeran Prawoto beserta
keluarganya kemudian dibinasakan oleh anak Sekar Seda ing Lepen tadi, yang bernama Arya
Penangsang.
Arya Penangsang ini sangat kejam sehingga tidak ada orang yang suka melihat ia diatas tahta
kerajaan Demak. Kekacauan memuncak ketika Adipati ]epara yang sangat besar pengaruhnya
dibunuh oleh Arya Penangsang. !stri Adipati tersebut yang terkenal sebagai Ratu Kalinyamat dan ia
berhasil menggerakkan adipatiadipati lainnya menentang Arya Penangsang.
Seorang diantara adipatiadipati ini adalah Adiwijoyo, yang terkenal dengan ]oko Tingkir. !a adalah
menantu Sultan Trenggono dan berkuasa di Pajang. Di dalam pertempuranpertempuran yang timbul
itu, ]oko Tingkir berhasil membinasakan Arya Penangsang dan Keraton Demak ia pindahkan ke
Pajang (1S68). Dengan tindakan ini maka habislah riwayat Kerajaan Demak.

Kehidupan Ekonomi
Sebagai kerajaan maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung dan transito antara
daerah penghasil rempahrempah di !ndonesia bagian timur dengan Nalaka sebagai pasaran
!ndonesia bagian barat. Karena itla timbul keinginan Demak untuk menggantikan kedudukan Nalaka
sebagai pusat perdagangan baik nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,


Demak bemaksud menduduki Nalaka terlebih dahulu dengan mengusir bangsa Portugis yang telah
berkuasa di sana.
Perekonomian kerajaan Demak berkembang dengan pesat dalam dunia maritim karena didukung oleh
penghasilan dalam bidang agraris yang cukup besar. Kerajaan Demak mengusahakan kerja sama
yang baik dengan daerahdaerah di pantai utara Pulau ]awa yang telah menganut agama !slam,
sehingga tercipta semacam federasi atau persemakmuran dengan Demak sebagai pemimpinnya.

Kehidupan Sosial
Kehidupan social Kerajaan Demak tidak jauh berbeda dengan kehidupan social masyarakat
sebelumnya. Hanya pada masa kekuasaan Demak kehidupan masyarakat telah diatur oleh aturan
aturan atau hukumhukum yang berlaku dalam ajaran !slam, tetapi tidak begitu saja meninggalkan
tradisi lama, sehingga muncullah system kehidupan social masyarakat yang telah mendapat pengaruh
!slam.

Kehidupan Budaya
Ketika Keerajaan Demak berkuasa, ajaran !slam di pulau ]awa berkembang dengan pesat karena
mendapat dukungan dari wali atau sunan. Salah satu bukti peninggalan kebudayaan Kerajaan Demak
adalah Nasjid Demak yang terkenal salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahanpecahan kayu
dan disebut Soko Tatal.


















KERA]AAN BANTEN
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat.
Pada tahun 1S24/1S2S, Sunan Cunung ]ati dari Cirebon dibantu pasukan Demak menduduki
pelabuhan Banten, salah satu dari pelabuhan kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten
yang berafiliasi ke Cirebon dan Demak. Nenurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan
salah satu pelabuhan utama Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara
(Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk.
Kerajaan Banten meliputi wilayah sebelah barat pantai ]awa sampai ke Lampung. Daerah ini
sebenarnya merupakan daerah tetangga Kerajaan Pajajaran, yang dalam Carita Parahyangan dikenal
dengan nama Wahanten Cirang. Peletak dasar Kerajaan Banten adalah Syarif Hidayutullah atau
Sunan Cunung ]ati. Tahun 1S26 N, Syarif Hidayatullah menguasai bagian barat pantai utara jawa
untuk menundukkan Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten dijadikan sebagai basis penyerangan ke
Karajaan Pajajaran dilakukan karena Kerajaan Pajajaran menolak usaha penyebaran agama !slam.
Akhirnya pelabuhan Sunda Kelapa merhasil dikuasai pada tahun1S27, tetapi Kerajaan Banten
masih tetap menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Demak, Ketika Sultan Hadiwijaya berkuasa di
Demak. Raja yang pertama adalah putra Syarif Hidayatullah, Naulana Hasanuddin. Penguasa
Kerajaan Banten selanjutnya adalah Naulana Yusuf (1S701S80). Selama sembilan tahun dibawah
pimpinan Naulana Yusuf kerajaan Banten berusaha menundukkan Pakuan ibukota kerajaan
Pajajaran, Namun pada tahun 1S73 Banten berhasil menaklukan Pakuan.
Setelah Naulana Yusuf meninggal dunia tahun1S80, tahta kerajaan Banten jatuh ke tanggan
Naulana Nuhammad yang masih berusia 3 tahun. Oleh karena masih sangat muda,
kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh sebuah badan perwalian yang terdiri dari Kali (]aksa Agung)
dan empat menteri. Badan perwalian ini berkuasa sampai Naulana Nuhammad cukup umur untuk
memerintah.
Tahun 1S36, Banten melancarkan serangan terhadap Kerajaan Palembang, serangan tersebut
dipimpin oleh Naulana Nuhammad, penyerangan ini bertujuan untuk melancarkan jalur perdagangan
hasil bumi dan rempahrempah dari daerah Sumatra. Namun penyerangan itu tidak berhasil dan
Naulana Nuhammad gugur. Wafatnya Naulana mengakibatkan kosongnya pemerintahan di Banten.
Sedangkan anaknya yang bernama Abu Nufakhir masih berusia S bulan.
Untuk sementara Kerajaan Banten di pimpin oleh badan perwalian yang di ketuai oleh
]ayanegara(wali kerajaan) dan Nyai Emban Rangkung (pengasuh pangeran). Pada masa ini armada
dagang Belanda tiba di Banten, Armada ini dipimpin oleh Cornelis de Houtman pada tahun 1S36.


Abu Nufakhir baru resmi menjadi pemimpin kerajaan Banten pada tahun 1S36. Tahun 1638,
khalifah Nekah memberikan gelar Sultan pada Abu Nufakhir. Beliau wafat pada tahun 16S1.
Kemudian putranya mengantikannya dengan gelar Sultan Abu NaS#33,ali Ahmad Rahmatullah, tetapi
tidak lama kemudian beliau wafat. Raja Banten berikutnya adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Di bawah
pemerintahannya kerajaan Banten berhasil mencapai kejayaannya. Beliau berusaha keras mengusir
kekuasaan armada Balanda (vOC) dari kerajaan Banten. Pada tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa
mengangkat putra mahkotanya yaitu Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji sebagai Raja Nuda.
Pemerintahan seharihari di jalankan oleh Sultan Haji namun Sultan Ageng Tirtayasa tetap
mengawasi. Selam pemerintahannya, Sultan Haji cenderung bersahabat dengan vOC. vOC
memanfaatkan kesempatan ini untuk mempengruhi kebijakan pemerintahan Sultan Haji. Sultan
Ageng Tirtayasa tidak menyetujui hubungan baik Sultan Haji dengan Belanda dan berencana
mencabut kembali kekuasaannya. Sultan Haji dengan dukungan Belanda tetap mempertahankan
tahta Kerajaan Banten sehingga timbul persengketaan dan perang saudara. Akibat penghianatan ini
pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda di
Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya wafat pada tahun 1632 dan kerajaan Banten menjadi
kerajaan boneka di bawah kendali Belanda.
Sejarah
Anak dari Sunan Cunung ]ati atau Fatahillah (Faletehan) yaitu Naulana Hasanudin menikah dengan
seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Anak yang pertama bernama
Naulana Yusuf. Sedangkan anak kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi
Penguasa ]epara. Terjadi perebutan kekuasaan setelah Naulana Yusuf wafat (1S70). Pangeran ]epara
merasa berkuasa atas Kesultanan Banten daripada anak Naulana Yusuf yang bernama Naulana
Nuhammad karena Naulana Nuhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan ]epara menyerang
Kesultanan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kesultanan Banten karena dibantu oleh para ulama.
Puncak kejayaan
Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fath Abdul Fatah
atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi
pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi
sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Nataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi
provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1S00 hingga 1800 Nasehi Lampung
dikuasai oleh kesultanan Banten.





Nasa kekuasaan Sultan Haji
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Naret 1682, wilayah Lampung diserahkan
kepada vOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Nayor !ssac de Saint Nartin, Admiral
kapal vOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat
perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat vOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada
di Lampung.

Penghapusan kesultanan
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial !nggris. Pada tahun itu, Sultan
Nuhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini
menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Cubernur]enderal Belanda, Herman William
Daendels tahun 1808

Kehidupan Ekonomi
Daerah Banten berhasil direbut dan diislamkan oleh Fatimallah dan berkembang sebagai Bandar
perdagangan dan pusat penyebaran !slam. Faktorfaktor pendukung berkembangnya Banten sebagai
pusat kerajaan dan pusat perdagangan antara lain sebagai berikut.
O Banten terletak di teluk Banten dan pelabuhannya memiliki syarat sebagai pelabuhan yang
baik.
O Kedudukan Banten yang sangat strategis di tepi Selat Sundah, karena aktifitas pelayaran
perdagangan dari pedagang !slam semakin ramai sejak Portugis berkuasa di Nalaka.
O Banten memiliki bahan eskport penting, yaitu lada sehingga menjadikan daya tarik yang kuat
bagi pedagangpedagang asing.
O ]atuhnya Nalaka ke tangan Portugis mendorong pedagangpedagang mencari jalan baru di
]awa Barat di samping Cirebon.
Pasar tempat orang jualbeli barang eksportimport terletak dekat pelabuhan sedangkan untuk
keperluan penduduk seharihari pasarnya terletak di tengah kota. Barangbarang yang
diperdagangkan menarik perhatian bangsabangsa Eropa.

Kehidupan Sosial.
Sejak daerah Banten diislamkan oleh Fatahillah, kehidupan social masyarakat secara perlahan mulai
berlandaskan ajaranajaran atau hokumhukum yang berlaku dalam agama !slam. Kehidupan social
kerajaan Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa meningkat pesat, karena ia sangat
memperhatikan kehidupan rakyat dan berusaha untuk memajukan kesejahteraan rakyat. Usaha yang


ditempuh Sultan Ageng Tirtayasa adalah penerapan system perdagangan yang bebas dan mengusir
Belanda dari Batavia walaupun gagal. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa berakhir,
kehidupan social Kerajaan Banten semakin merosot karena Belanda ikut campur dalam tata
pemerintahan Kerajaan Banten.

Kehidupan Budaya
Banten merupakan sebuah kerajaan dengan system kehidupan masyarakatnya yang berkecimpung
dalam dunia pelayaran dan perdagangan . tidak banyak dapat diketahui tentang hasil karya budaya
masyarakatnya. Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan seni bangunan masjid Agung
Banten, bangunan istana yang dibangun oleh ]an Lucas Cardeel dan bangunan gapuragapura di
Kaibon Banten.

























KERA]AAN NATARAN
Kesultanan Nataram adalah kerajaan !slam di ]awa yang didirikan oleh Sutawijaya, keturunan dari
Ki Ageng Pemanahan yang mendapat hadiah sebidang tanah dari raja Pajang, Hadiwijaya, atas
jasanya. Kerajaan Nataram pada masa keemasannya dapat menyatukan tanah ]awa dan sekitarnya
termasuk Nadura serta meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti
wilayah Natraman di ]akarta dan sistem persawahan di Karawang.
Nasa awal
Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar
Panembahan Senopati. Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar ]awa Tengah saat ini, mewarisi
wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Nentaok, wilayah yang terletak kirakira di
timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat
kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede. Sesudah
ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Nas ]olang yang setelah
naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.
Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena kecelakaan
saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau
Panembahan Seda Krapyak yang artinya Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Setelah itu tahta beralih
sebentar ke tangan putra keempat Nas ]olang yang bergelar Adipati Nartoputro. Ternyata Adipati
Nartoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Nas ]olang yang
bernama Nas Rangsang
Sultan Agung
Kerajaan Nataram !slam didirikan oleh Sutawijaya, ia memerintah dari tahun 1S7S1601. Penguasa
kerajaan Nataram !slam selanjutnya adalah Nasjolang atau Panembahan Sedo Krapyak. !a
memerintah dari tahun 16011613. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Nataram !slam terus
menaklukkan daerahdaerah pantai di sekitarnya. Namun, ia gugur dalam usahanya menyatukan
Kerajaan Nataram !slam.
Raja Nataram !slam berikutnya adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo. !a memerintah di Nataram
dari tahun 1613164S. !a merupakan raja terbesar Kerajaan Nataram !slam yang mempunyai citacita
menyatukan Pulau ]awa. Pada masa Sultan Agung perdagangan di Nataram !slam semakin melemah,
sehingga pelayaran dan perdagangan menjadi mundur. Pada tahun 16281623, Sultan Agung ingin
menguasai Batavia, ia pun mengirim pasukan yang dipimpin oleh Baureksa dan dibantu oleh Adipati
Ukur serta Suro AgulAgul, tapi usaha itu gagal. Sultan Agung wafat pada tahun 164S dan
dimakamkan di !mogiri.


Beliau digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat !. Amangkurat memerintah dari tahun
164S1677. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Nataram menjalin hubungan dengan Belanda,
orangorang Belanda diperkenankan untuk membangun Benteng di kerajaan Nataram. Namun,
pendirian benteng dan tindakan sewenangwenangan Belanda akhirnya menyulutkan rasa tidak puas
dari beberapa kalangan di Kerajaan Nataram terhadap pemerintahan Amangkurat !. Di antaranya dari
Pangeran Trunajaya dari Nadura dengan dibantu para bupati di daerah pesisir pantai, Pangeran
Trunajaya melakukan pemberontakan.
Dalam peperangan di ibu kota Kerajaan Nataram, Amangkurat ! menderita lukalula. !a dilarikan ke
Tegalwangi dan meninggal disana. Pemberontakantersebut akhirnya dapat di padamkan oleh
Belanda. Raja Amangkurat ! wafat dan digantikan oleh Amangkurat !!. !a memerintah dari tahun
16771703. Pada masa pemerintahannya, Belanda menguasai hamper sebagian besar wilayah
Kerajaan Nataram. Amangkurat !! sendiri menyingkir ke daerah pedesaan dan mendirikan ibu
kota Kerajaan Nataram baru di desa Wonokerto yang diberi nama Kartasura. Amangkurat !! wafat.
Setelah
Amangkurat !! wafat, berdasarkan perjanjian Ciyanti pada tahun 17SS, Kerajaan Nataram terbagi
menjad dua, yaitu daerah kesultanan Yogyakrta yang di perintah oleh Raja Nangkubumi yang
bergelar Hamengkubuwono !, dan kesultanan Surakarta diperintah oleh Susuhunan Pakubowono !!!.
Pada tahun 17S7, berdasarkan perjanjian Salatiga, Kerajaan Nataram dipecah lagi menjadi tiga
daerah, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, dan Nangkunegara. Daerah
Nangkunegara diperintah oleh Nas Said yang bergelar Pangeran Adipati Arya Nangkunegara.

Pada tahun 1813, Kesultanan Yogyakarta dibagi menjadi dua kerajaan, yaitu kesultanan Yogyakarta
dan kerajaan Pakualaman. Kerajaan Pakualaman diperintah oleh Paku Alam yang semula
adalah Adipati Kesultanan Yogyakarta. Dengan demikian kerajaan Nataram akhirnya
terbagi menjadi empat kerajaan kecil, yakni Kesultanan Yogyakarta, Kesuhunan
Surakarta, Kerajaan Nangkunegara dan kerajaan Pakualaman.
Sesudah naik tahta Nas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih dikenal
dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Nataram berekspansi untuk mencari pengaruh di ]awa.
Wilayah Nataram mencakup Pulau ]awa dan Nadura (kirakira gabungan ]awa Tengah, D!Y, dan
]awa Timur sekarang). !a memindahkan lokasi kraton ke Kerta (]w. "kert", maka muncul sebutan
pula "Nataram Kerta"). Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Nataram
dengan vOC yang berpusat di Batavia, Nataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan
Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Nataram melawan vOC. Setelah


wafat (dimakamkan di !mogiri), ia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat
!).
Raja terbesar kerajaan Nataram adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613164S N) dan ibu
kota kerajaan Nataram saat itu adalah Karto. Nasa pemerintahannya dibedakan atas dua periode,
yaitu:
a. Nasa penyatuan negara (16131623 N), merupakan masa peperangan ntuk mewujudkan cita
cita menyatukan Pulau ]awa. Sultan Agung memimpin pasukan menyerang Surabaya dan daerah
daerah pesisir pantai yang menjadi sekutunya.
b. Nasa pembangunan negara (1630164S N). Beberapa upaya Sultan Agung untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya adalah sebagai berikut:
1) Nemelihara Nataram sebagai negara agraris dengan hasil utamanya beras dan diekspor ke
Nalaka. Sultan Agung juga memindahkan petani ke Karawang yang subur.
2) Nenyusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Pejabat memperoleh imbalan berupa tanah
garapan atau pajak tanah.
Di bidang perekonomian, Nataram termasuk wilayah yang subur. Pertanian merupakan mata
pencaharian utama, dengan hasil utamanya beras. Dalam masyarakat yang agraris inilah berkembang
feodalisme, yaitu tata sosial ekonomi atas penguasaan tanah.
Sistem feodalisme pada masyarakat Nataram membagi masyarakat ke dalam beberapa golongan.
Adapun istilah yang digunakan adalah wong gede, artinya orang besar (kaum bangsawan), kaum
priyayi yaitu golongan menengah, dan wong cilik juga terdiri atas petani dan pedagang. Pelapisan
masyarakat tersebut juga diikuti dengan penggunaan bahasa yang berbeda untuk tiap tingkatan.

Terpecahnya Nataram
Amangkurat ! memindahkan lokasi keraton ke Pleret (1647), tidak jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak
lagi menggunakan gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan").
Pemerintahan Amangkurat ! kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada
masanya, terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat
bersekutu dengan vOC. !a wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan
Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat !! (Amangkurat Amral), sangat patuh pada vOC sehingga
kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton
dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar Skm sebelah barat Pajang karena kraton yang lama
dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat !! berturutturut adalah Amangkurat !!! (17031708), Pakubuwana ! (1704
1713), Amangkurat !v (17131726), Pakubuwana !! (17261743). vOC tidak menyukai Amangkurat


!!! karena menentang vOC sehingga vOC mengangkat Pakubuwana ! (Puger) sebagai raja. Akibatnya
Nataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat !!! memberontak
dan menjadi "king in exile" hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana !!! setelah pembagian wilayah
Nataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari
17SS. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Ciyanti (nama diambil dari lokasi
penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, ]awa Tengah). Berakhirlah era Nataram
sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat ]awa
beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari
Kesultanan Nataram.

Kehidupan ekonomi kerajaan

Nataram !slam adalah agraris yang banyak menghasilkan beras dan kemudian hasilnya diekspor ke
Kerajaan Nalaka, Untuk meningkatkan hasil produksi beras Sultan Agung memindahkan para petani
ke daerah Karawang yang subur hal ini dilakukan juga untuk persiapan menyerang Batavia.

Kehidupan Sosial

Pada masa Sultan Agung berkuasa, dilakuakan usahausaha untuk meningkatkan daerahdaerah
persawahan dan memindahkan banyak petani ke daerah Karawang yang subur. Atas dasar kehidupan
agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat memperoleh imbalan
berupa tanah garapan atau pajak tanah. System kehidupan ini menjadi dasar utama munculnya tuan
tuan tanah di ]awa.

Kehidupan Budaya

Pada masa kekuasaan Nataram, aspek kebudayaan berkembang dengan baik. Perkembangan
kebudayaan itu dapat diketahui dari seni tari, seni pahata, seni suara, seni sastra dan sebagainya.







KERA]AAN COWA DAN TALLO
Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya Cowa, Tallo, Bone,
Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Nasingmasing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai
dengan pilihan masingmasing.

Salah satunya adalah kerajaan Cowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1S28, sehingga
melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Nakasar. Nama Nakasar
sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Cowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota
propinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur
pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Nakasar menjadi pusat persinggahan para
pedagang baik yang berasal dari !ndonesia bagian Timur maupun yang berasal dari !ndonesia bagian
Barat.
Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Nakasar berkembang menjadi kerajaan besar dan
berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

Kehidupan Politik
Penyebaran !slam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato' Ri Bandang dari
Sumatera, sehingga pada abad 17 agama !slam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja
Nakasar pun memeluk agama !slam.
Raja Nakasar yang pertama memeluk agama !slam adalah Karaeng Na'towaya Tumamenanga
Ri Agamanna (Raja Cowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Nakasar tahun 1S31 -
1638 dan dibantu oleh Daeng Nanrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sejak
pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Nakasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan
berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Nuhammad Said (1633 - 16S3).
Selanjutnya kerajaan Nakasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasannudin (16S3 - 1663). Pada masa pemerintahannya Nakasar berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerahdaerah yang subur serta daerahdaerah yang dapat
menunjang keperluan perdagangan Nakasar. !a berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Nakasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Nakasar luas, seluruh jalur perdagangan di !ndonesia Timur dapat dikuasainya.
Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia
menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh vOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk


itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan vOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh
adanya kerajaan Nakasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan
Hasannudin dengan vOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi
di daerah Naluku.
Dalam peperangan melawan vOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk
memporakporandakan pasukan Belanda di Naluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak.
Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai
Ayam ]antan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Nakasar yaitu dengan
melakukan politik adudomba antara Nakasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Nakasar).
Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Nakasar mengadakan persetujuan kepada
vOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Nakasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan
vOC untuk menghancurkan Nakasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Nakasar. Dan
secara terpaksa kerajaan Nakasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian
Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Nakasar.

!si dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. vOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Nakasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng di Nakasar.
c. Nakasar harus melepaskan daerahdaerah jajahannya seperti Bone dan pulaupulau di luar
Nakasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Nakasar terhadap Belanda tetap berlangsung.
Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Napasomba (putra Hasannudin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Nakasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar
besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Nakasar, dan Nakasar mengalami
kehancurannya.

Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Nakasar merupakan kerajaan Naritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di
!ndonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
- letak yang strategis,


- memiliki pelabuhan yang baik
- jatuhnya Nalaka ke tangan Portugis tahun 1S11 yang menyebabkan banyak pedagangpedagang
yang pindah ke !ndonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Nakasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak
disinggahi oleh pedagangpedagang asing seperti Portugis, !nggris, Denmark dan sebagainya yang
datang untuk berdagang di Nakasar.

Pelayaran dan perdagangan di Nakasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE'
ALOP!NC LOP!NC B!CARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut,
maka perdagangan di Nakasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Nakasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Nakasar juga
menguasai daerahdaerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Naritim, maka sebagian besar masyarakat Nakasar adalah nelayan dan pedagang.
Nereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang
merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Nakasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan
hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap
sakral. Norma kehidupan masyarakat Nakasar diatur berdasarkan adat dan agama !slam yang disebut
PANCADAKKANC. Dan masyarakat Nakasar sangat percaya terhadap normanorma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Nakasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari
lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
Anakarung/Karaeng", sedangkan rakyat kebanyakan disebut to Naradeka" dan masyarakat
lapisan bawah yaitu para hambasahaya disebut dengan golongan Ata".
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Nakasar banyak menghasilkan bendabenda budaya yang
berkaitan dengan dunia pelayaran. Nereka terkenal sebagai pembuat kapal. ]enis kapal yang dibuat
oleh orang Nakasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.
Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Nakasar dan terkenal sampai mancanegara.






KERA]AAN TERNATE DAN T!DORE

LETAK KERA]AAN

Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Naluku, antara sulawesi dan irian
jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada
masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempahrempah terbesar sehingga di juluki
sebagai The Spicy !sland". Rempahrempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan
pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsabangsa yang datang dan bertujuan ke sana,
melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku, seperti Ambon, ternate, dan
tidore. Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspekaspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

KEH!DUPAN POL!T!K

Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli
Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara.
Ketika bangsa portugis masuk, portugis langsung memihak dan membantu ternate, hal ini
dikarenakan portugis mengira ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak tidore
akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan
menciptakan perjanjian saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan
maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku.
Sultan Hairun
Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama
Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para penjabat
kerajaan ternate. Oleh karena itu sultan hairun secara terangterangan menentang politik monopoli
dari bangsa portugis.
O Sultan Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1S7S N Portugis dapat
dikalahkan dan meninggalkan benteng.





KEH!DUPAN EKONON!

Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil
diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 N
permintaan rempahrempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting.
Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan.
Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

KEH!DUPAN SOS!AL
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Naluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan
mendapatkan rempahrempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam
1S34 N, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon,
berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya,
sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh
orangorang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila
pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya
orangorang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakanakan merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Naluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik
harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalahmasalah sosial yang sangat
besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Naluku kepada kompeni Belanda. Di
Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat
dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Naluku pada zaman kompeni Belanda sangat
memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

KEH!DUPAN BUDAYA

Rakyat Naluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak
mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karyakarya dalam bentuk kebudayaan. ]enisjenis
kebudayaan rakyat Naluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya
kerajaankerajaan !slam seperti Ternate dan Tidore.



Pada abad ke 12 N, Permintaan akan cengkeh dan Pala dari negara Eropa meningkat pesat. Hal ini
menyebabkan dibukannya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya
kepentingan atas penguasa perdagangan terjadilah persekutuan daerah antara kerajaan.
Persekutuanpersekutuan tersebut adalah Uli Lima (Persekutuan Lima). Yaitu persekutuan antara lima
saudara yang dipimpin oleh Ternate (yang meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon, serta Uli Siwa
(persekutuan Sembilan) yaitu persekutuan antara sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi
Pulau Tidore, Nakyan, ]ahilolo atau Halmahera dan pulaupulau di daerah itu sampai Papua.
Antara kedua persekutuan tersebut telah terjadi persaingan yang sangat tajam. Hal ini terjadi setelah
para pedagang Eropa datang ke Naluku. Pada tahun 1S12, bangsa Portugis dating ke Ternate,
sedangkan tahun 1S21 bansa Spanyol datang ke Tidore.
Setelah 10 tahun berada di Kerajaan Ternate, bangsa Portugis mendirikan Benteng yang diberi nama
Sao Paolo. Nenurut Portugis, benteng tersebut berguna untuk melindungi Ternate dari Kerajaan
Tidore. Namun hal tersebut hanyalah taktik Portugis agar mereka dapat tetap berdagang dan
menguasai Ternate. Pembangunan Benteng Soa Paolo mendapat perlawanan dan salah seorang yang
menantang kehadiran kekuasaan militer Portugis tersebut yaitu Sultan Hairun. Beliau berkuasa di
kerajaan Ternate sejak tahun 1SS3. Sultan tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaan di
kuasai oleh bangsa lain dan pendirian benteng tersebut dianggap menunjukkan niat buruk Portugis
atas Ternate.
Ketidaksetujuan Sultan Hairun terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan, sebaliknya Sultan Haitun
bersedia berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo. Ternyata niat baik Sultan Hairun
dimanfaatkan Portugis untuk menahannya di benteng tersebut. Keesokan harinya Sultan Hairun telah
terbunuh hal ini terjadi pada tahun 1S70.
Wafatnya Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Naluku semakin besar. Sultan Baabullah
yang menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin perang melawan Portugis. Usaha ini
menampakkan hasil pada tahun 1S7S, setelah Portugis berhasil dipukul mundur dan pergi
meninggalkan bentengnya di Ternate. Bangsa Portugis bergerak ke Selatan dan Nenaklukan Timor
pada tahun 1S78. Sultan Baabullah kemudian memperluas kekuasaannya hingga Naluku, Sulawesi,
Papua, Nindano dan Bima. Keberhasilan pemerintahannya membuat Sultan Baabullah mendapat
julukan Tuan dari Tujuh Pulau Dua Pulau.

Anda mungkin juga menyukai