Anda di halaman 1dari 11

Franki Pile

Mini Franki pile is a high quality triangular pre-cast pile, cast in 3m and 6m sections, jointed by
means oI welding together section end plates. The piles are cast in two sizes, the MF28 with
280mm sides & the MF32 with 320mm sides, and are driven by drop hammers with minimum
weights oI 1,5t and 2.0t. The nominal saIe working loads oI these piles are 25t. Ior the MF28 &
40t. Ior MF32.

Mini Franki pile adalah pile segitiga precast berkualitas tinggi , dicetak 3m dan 6m per bagian,
disambung dengan cara pengelasan pelat bersama-sama bagian akhir. mini pile produksi ke
dalam dua ukuran, yang MF28 dengan sisi 280mm & 320mm yang MF32 dan didorong oleh
pukulan palu dengan bobot minimal 1,5 t dan 2.0t. Nominal beban kerja yang aman tumpukan ini
adalah 25t. untuk MF28 & 40t. untuk MF32.

Franki maintains Iull quality control over the casting and installation oI this pile type by:
1. Designing and manuIacturing all driving rigs.
2. Designing, installing, and continuously updating the 'in-house' casting yard Iacilities, both in
Jakarta and Surabaya.
3. Controlling all aspects oI the design, manuIacture, and installation.

Mini Franki pile oIIers low cost, economic, and Iast piling solution to clients, which is
particularly suited to:
Industrial Iactories and warehouses.
Low rise buildings and shop-houses.
Residential developments.
Resort style hotels.
Retaining walls, etc.

Franki mempertahankan kualitas dengan kendali penuh atas pencetakan dan instalasi dari jenis
pile ini oleh:
Merancang dan manuIaktur semua peralatan hammer.
Merancang, menginstal, dan terus-menerus memperbarui sendiri Iasilitas pencetakan, baik di
Jakarta dan Surabaya.
Mengontrol semua aspek dari desain, manuIaktur, dan instalasi.

Mini Franki pile menawarkan biaya rendah, ekonomi, dan cepat kepada klien, yang sangat cocok
untuk:
Industri pabrik dan gudang.
Rendah toko bangunan dan rumah-rumah.
Perkembangan pemukiman.
Bergaya resor hotel.
Dinding penahan, dll












Kamis, 27 Agustus 2009
PONDASI BOR ( FRANKY)
PEKERJAAN TIANG BOR
Komentar http://zonabarangsuper.blogspot.com

Tentang perencanaan pondasi tiang bor, saya yakin banyak yang tahu. Khususnya bagi para
sarjana teknik sipil, karena telah diberikan pada mata kuliah teknik pondasi. Selain itu, cukup
banyak buku-buku yang menggambarkan secara jelas illustrasi tentang pondasi tersebut.

Tetapi jika dikaitkan dengan pelaksanaan sesungguhnya di lapangan, saya juga yakin, nggak
setiap yang punya gelar sarjana teknik sipil berkesempatan mengetahuinya secara detail. Bagi
yang tahu, biasanya itu karena pernah terjun langsung di proyek dan melihat dengan mata kepala
sendiri. Kenapa ? Karena literatur berkaitan dengan hal tersebut, tidak gampang diperoleh !
Apalagi yang berbahasa Indonesia. Kenapa itu bisa terjadi, padahal ahli-ahli pelaksana pondasi
tiang bor di Indonesia sudah banyak ?

Kenapa ya ?

Ya maklum, kita mayoritas khan budaya lesan. Jadi menceritakannya secara lesan sudah cukup,
ngapain harus dituliskan. Selain ngabisin waktu, juga nggak ada Iaedahnya.

Benarkah demikian ?



, tentu saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Menulis juga berarti merenung kembali apa
yang diterima hari ini. Bisa-bisa itu` dapat menjadi suatu kompetensi baru untuk modal
dikembangkan lebih lanjut. Dengan menuliskan pula, kita bisa mendapat koreksi dari orang lain,
apakah yang kita terima (pahami) sudah benar atau belum. Jadi ada Ieed-back gitu. Selain itu,
bagi pembaca yang belum tahu, tulisan tersebut dapat menjadi pencerahan. Jadi usaha menulis
dapat menjadi bantuan yang berharga untuk yang lain (sesamanya).

Sudah-sudah pak. Jangan cerita tentang tulis-menulis. Mana pondasi tiang bornya ?

Baiklah. Pagi tadi saya baru menguji mahasiswa peserta mata kuliah 'Kerja Praktek. Salah satu
kelompok telah menceritakan dengan baik hasil kerja-prakteknya yaitu pelaksanaan pondasi
tiang bor dan uji beban dari salah satu proyek di daerah Jawa Barat. Cukup menarik untuk
diceritakan disini.

Lho ternyata bukan pengalaman Bapak sendiri tho. Cuma hasil kerja praktek mahasiswanya aja.
Emangnya menarik pak ?

Eh, jangan cuma`. Meskipun ini hasil mahasiswa, tapi ini khan mahasiswa UPH, hasil
bimbingan saya dalam mengerjakannya. Jadi ini juga dapat menjadi Ieed-back gimana hasil
bimbingannya gitu. 'Pohon itu khan dilihat dari buahnya !'

Jika dosennya aja, berdasarkan data-data hasil pengumpulan mahasiswa-nya aja bisa bercerita
banyak tentang materi yang dilihat selama 15 menit presentasi kerja praktek. Apalagi
mahasiswanya sendiri yang telah minimal 130 jam menggeluti di proyek tersebut.

Kerja praktek adalah sarana mahasiswa bersangkutan menangkap Ienomena sehari-hari 'dunia
dimana dia akan bekerja nanti'. Jika pada waktu yang pendek tersebut, dia bisa ngeh (mengerti),
dan paham menceritakan pengalamannya. Maka diyakini nanti setelah lulus, mahasiswa yang
bersangkutan akan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan tempat kerjanya. Jadi intinya
hasil didikan saya nantinya bisa link-match dengan dunia kerja.

Jadi mata kuliah kerja praktek yang saya bimbing ini tidak sekedar mata kuliah biasa, itu dapat
menjadi sarana mahasiswa untuk aktualisasi diri dengan menuliskan apa-apa yang dilihat selama
kerja praktek tersebut. Terus terang sebagai guru, saya sangat bangga jika mahasiswa-mahasiswa
yang saya bimbing, bisa dengan mantap menjelaskan bahkan menjawab dengan tuntas setiap
pertanyaan yang berkaitan dengan proyek kerja prakteknya. Itu semua dapat menjadi sarana
mengevaluasi mahasiswa tentang kesiapan mereka menjadi engineer. Kalau hanya sekedar
melihat hasil ujian tertulis-nya saja, saya nggak puas. Engineer khan bukan sekedar saintis, ada
seninya juga. Jadi menurut saya, hasil ujian tertulis menunjukkan segi saintis-nya, sedang
presentasi oral di depan kelas tentang Iakta yang telah mereka terima via indera-nya merupakan
petunjuk bagi segi `seni`-nya tersebut.

Mahasiswa saya dalam kerja prakteknya tadi berkesempatan melihat dari awal pelaksanaan
pondasi tiang bor dan sampai pengujiannya juga.

Lho, koq hanya pondasi. Katanya proyek pak ? Kalau pondasi tiang itu khan baru sebagian kecil
dari proyek. Kayaknya kerja praktek mahasiswa Bapak kurang hebat. Kalau saya jadi dosen,
maka saya minta mereka (mahasiswa) untuk kerja praktek pada proyek yang besar, misalnya
bangunan tinggi, kalau bisa sih di atas 100 lantai. Itu baru yahud ! Gimana pak ?

O gitu ya.

Saya lain ! Terus terang, setiap mahasiswa yang kerja praktek pada saat awalnya akan bertanya
kepada saya. Pak, proyek ini boleh nggak ? Kalau yang gini boleh ? Kalau yang itu, gimana ?

Pada prinsipnya saya tidak memberi batasan, ini boleh , ini tidak, dan sebagainya. Saya memberi
kebebasan kepada mereka. Proyek apa saja prinsipnya boleh aja, hanya saja saya akan bertanya:
kenapa kamu memilih proyek seperti itu, apa sih menurut kamu keunggulannya, atau adakah
sesuatu yang menarik'. Jika mahasiswa yang bersangkutan langsung bisa bersemangat
menceritakan apa-apa yang dianggap menarik pada proyek tersebut maka pada prinsipnya saya
akan mendukung.

Jadi dari artikel ini saya juga akan menunjukkan bahwa meskipun itu hanya pelaksanaan pondasi
tiang bor, tetapi kalau dapat melihat dari sudut pandang yang tepat maka itupun merupakan suatu
pengalaman yang sangat berharga. Ingat bahwa ada engineer yang dapat hidup dari hanya
bekerja sebagai pembuat tiang bor saja. Jadi menguasai kompetensi seperti itu saja merupakan
bekal yang berharga.

Ok. Setuju ? Jadi saya bisa melanjutkan cerita tentang pelaksanaan pondasi tiang bor !

Ok pak. Saya memang nunggu Bapak bercerita, yang menarik ya Pak ! :mrgreen:

Pekerjaan pemetaan pada lokasi sebelum alat-alat proyek didirikan.



Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu yang
penting adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu. Ini adalah gunanya ilmu ukur tanah.
Umumnya yang ngerjain adalah alumni stm geodesi. Proses ini sebaiknya sebelum alat-alat
proyek masuk, karena kalau sesudahnya wah susah itu untuk nembak`-nya. Dari pemetaan ini
maka dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi
lapangan. Bayangin jika salah kerja di tempat orang lain. Bisa kacau itu.



Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk.


Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek tersebut. Disebut alat-alat
berat memang karena bobotnya itu yang berat, oleh karena itu manajer proyek harus dapat
memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk
ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut tercebur
kesungai misalnya.

Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat-pelat baja.

Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya
diragukan. Jika sampai ambles, untuk ngangkat` itu saja biayanya lebih besar dibanding biaya
yang diperlukan untuk mengadakan pelat-pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut tentu
didasarkan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, nggak ada itu di buku teks. Itu yang saya
maksud dengan `seni` agar pekerjaan lancar. Coba, di buku mana itu ada.

Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.

Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat
dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, eh ternyata tulangannya belum siap.
Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Bisa-
bisa perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting,
tidak boleh terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai
mengganggu manuver alat-alat berat itu sendiri. Gimana hayo.

Lho koq, tulangannya gitu sih pak ?

Lha iya. Emangnya kamu belum tahu gambar detailnya. Baik ini gambar detail strukturnya,
biasanya digambarkan seperti ini. Ini Iondasi Iranki yang terkenal itu, yang dibagian bawahnya
membesar. Itu khas-nya Franky.



Ada yang lebih gede lagi nggak pak, hanya diameter 800 mm ?

Ada, sampai diameter 1 m lebih, tapi prinsipnya hampir sama koq. O ya, kedalaman pondasi
adalah sampai tanah keras (SPT 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi di Bogor).

Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan-tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya
sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-alat bornya adalah.

Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk mengebor.
Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti
ini.

Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu.
Saat ini diIoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.

Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang
terintegrasi dan sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan
kedalamannya lebih terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek
tersebut ada beberap ukuran diameter tiang bor yang dipakai.

Jadi pada gambar-gambar nanti, Iotonya gabungan dari dua alat tersebut. Jangan bingung ya.
Pengeboran

Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter
tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material
dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan
yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh
mesin bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor (bukan inul lho).

Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi` untuk menghindari tanah di tepi lubang
berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam
kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.

Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat
dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah,
secukupnya. Kalau nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua. Lubang
tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger sudah
diganti dng Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.

Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi
kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang
bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor
khusus, Belling Tools sebagai berikut.

Belling Tools

Cleaning Bucket dan Belling Tools

Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka
perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui
pemeriksaan manual.

Check kedalaman lubang bor

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan data hasil
penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam
menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya
diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini
maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik
yang dibor.

Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah `siap`, maka selanjutnya adalah penempatan
tulangan rebar.

Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan.
Ngangkatnya bertahap.


Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.

Pengecoran beton :

Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini
merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berIungsi tidaknya suatu pondasi.
Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal
pula pondasi tersebut secara keseluruhan.

Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya
ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton
mengisi bagian yang tidak tepat.

Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa
tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang
yang dibor.

Cukup panjang khan. Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa
mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah agak
khusus lho, nggak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk
kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar. Mau tahu detailnya ?



Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi,
tempat memasukkan beton segar.

Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor
(warna kuning) yang diIungsikan crane-nya (mata bor nya nggak dipasang, mesin bor non-aktiI).

Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.


Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor.
Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan
tidak jatuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap.
Truk readymix siap mendekat.

Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong
pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor
menentukan.
Kenapa ?

Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak maka
jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa
tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa
terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di
dalam lobang, nggak kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang
mengangkat pipa tadi memegang peran sangat penting. Sarjana baru lulus pasti kesulitan
mengerjakan hal tersebut. Pada kasus ini, tidak hanya teori, lha itu seninya di lapangan. Perlu
Ieeling yang tepat. Ingat kalau salah, pondasi gagal, cost-nya besar lho.

Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru
lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu
pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah Iormil, perlu yang
lain yaitu pengalaman yang membentuk mental engineer. Jadi jangan sekedar kerja, misalnya
jualan MLM gitu, mana bisa jadi engineer yang baik, meskipun duitnya gede (katanya).

Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi
harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini
karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa
langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.



Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan
tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ
lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada
tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. Gambar
Ioto di atas menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan
beton segar tadi.

Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada
keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam lho
dibawah dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak
continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.

Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat
muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran
dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi
tersebut Iungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran
dengan lumpur.

Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai. Sebenarnya ada hal lain yang mahasiswa saya bisa
laporkan yaitu pelaksanaan pengujian beban atau Loading Test 150 kapasitas. Wah menarik
lho. Tapi nanti dulu ya pada artikel lain.

O ya ada pertanyaan, casingnya dicabut nggak ya. Mestinya iya ya, khan mahal.
Acknowledgment :


Urutan kerja pekerjaan tiang pancang
1. Pekerjaan persiapan awal meliputi :
Pengadaan tiang pancang
Pengukuran lokasi / posisi tiang pancang
- Memeriksa Bench Mark yang diberikan
- Menentukan Grid line serta pemberian label grid
Set up equipment
Pengiriman dan Penyimpanan Tiang Pancang
Pengaturan lokasi material pancang

2. Pekerjaan persiapan pemancangan :
Buat skala pada tiang pancang menurut kedalamannya
Check posisi titik / koordinat pancang
Pengangkatan tiang pancang
- Pengangkatan pile dilakukan dengan menggunakan sling baja yang diikatkan ke pile di dua
lokasi yang berjarak 0.6 panjang pile.
- Perlu dibuat penandaan oleh Iabrikan untuk menentukan dimana lokasi pengangkatan yang
diizinkan
Tiang pancang berada di dalam topi pancang
Check ketegakkan tiang pancang terhadap 2 sumbu yang saling tegak lurus
Pembuatan Cushion, berIungsi untuk menjaga agar kepala tiang tidak rusak akibat pemukulan,
bertempat di antara anvil dan kepala tiang

3. Pekerjaan Pemancangan :
Tiang pancang ini digunakan hanya untuk mendukung bangunan/konstruksi ringan dengan
kedalaman maksimal 12 m, penggunaan tiang pancang mini lebih dalam dari 12 m sebaiknya
tidak dilakukan dengan alasan menghindari terjadinya bahaya tekukan
Selama pemancangan pastikan posisi tiang pancang tetap tegak lurus terhadap 2 sumbu
horizontal yang saling tegak lurus
Catat jumlah pukulan hammer dari saat mulai sampai dengan berakhirnya pemancangan
Penghentian pemancangan hanya diijinkan setelah mendapat ijin dari pengawas
Membuat pile record data hasil kalendering
Membuat sambungan jika diperlukan

4. Catatan :
Bila diragukan tiang pancang mini pile belum menuju tanah keras walaupun seluruh tiang
sudah tertanam diusulkan adanya penambahan jumlah tiang pancang mini pile sebagai solusinya

Alat-alat yang digunakan :
1. Lier pancang : 1 unit
2. Tiang leader : 1 unit
3. Drop hammer : 1 unit
4. Mesin las : 2 unit

a. Pemotongan Tiang Pancang Beton Bulat Pretensioned, dia 50 cm
1) Untuk pemotongan tiang pancang digunakan tenaga manual, dan hasil potongan dikumpulkan
serta dibuang ke area yang telah ditentukan.
2) Untuk ikatan antara Tiang pancang dengan Lantai Konstruksi ditambahkan besi pada tiang
pancang.

Anda mungkin juga menyukai