Anda di halaman 1dari 19

Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf


Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
i

REFERAT
DEMENSIA VASKULAR

Diajukan untuk memenuhi syarat tugas kepanitraan
Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus




Disusun oleh :
Rizki Nurdiansyah (406102016)



RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUDUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
1AKARTA

Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Rizki Nurdiansyah
NIM : 406102016
Universitas : Tarumanagara, Jakarta
Fakultas : Kedokteran Umum
Tingkat : Program Pendidikan ProIesi Dokter
Bagian : Ilmu Penyakit SaraI
Periode Kepaniteraan : 19 September 2011 22 Oktober 2011
Judul : Demensia Vaskular
Diajukan : Oktober 2011
Pembimbing : dr. Slamet Trijono, Sp.S


Telah diperiksa dan disahkan tanggal :
..................




Mengetahui
Ketua SMF Ilmu Penyakit SaraI
RSUD Kota Kudus, Pembimbing,




Dr.Slamet Trijono, Sp.S dr.Susatyo, Sp. S

Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
reIerat yang berjudul ' Demensia Vaskular ' tepat waktu.
ReIerat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit SaraI di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 14 Februari
2011 19 Maret 2011. Selain itu diharapkan dengan adanya reIerat ini dapat
memberikan pengetahuan tambahan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Pada kesempatan ini, tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr.Slamet Trijono, Sp.S selaku Kepala SMF Ilmu Penyakit SaraI RSUD
Kota Semarang.
2. dr.Susatyo, Sp. S, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Penyakit SaraI RSUD Kota Kudus.
3. Rekan rekan anggota kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Penyakit SaraI
RSUD Kota Semarang.

Penulis menyadari bahwa reIerat ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya
ilmiah ini. Akhir kata, semoga reIerat ini bermanIaat bagi para pembaca.

Kudus, Oktober 2011



Penulis


Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
iv

DAFTAR ISI

ALAMAN PENGESAAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
BAB I .................................................................................................................. v
PENDAULUAN ........................................................................................... v
BAB II................................................................................................................. 1
DEFINISI ........................................................................................................ 1
EPIDEMIOLOGI ............................................................................................. 2
ETIOLOGI....................................................................................................... 2
PATOGENESIS ............................................................................................... 3
DIAGNOSIS .................................................................................................... 5
FAKTOR RESIKO .......................................................................................... 6
PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................... 6
DIFERENSIAL DIAGNOSIS .......................................................................... 7
PENATALAKSANAAN ............................................................................... 10
BAB III ............................................................................................................. 13
KESIMPULAN .............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14



Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
v
BAB I
PENDAHULUAN
Demensia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada
lanjut usia. Di negara barat, demensia vaskular (DVa) menduduki urutan kedua
terbanyak setelah penyakit Alzheimer. Tetapi karena DVa merupakan tipe
demensia yang terbanyak pada beberapa negara Asia dengan populasi penduduk
yang besar maka kemungkinan DVa ini merupakan tipe demensia yang terbanyak
di dunia. DVa juga merupakan bentuk demensia yang dapat dicegah sehingga
mempunyai peranan yang besar dalam menurunkan angka kejadian demensia dan
perbaikan kualitas hidup usia lanjut.
1

Dalam arti kata luas, semua demensia yang diakibatkan oleh penyakit
pembuluh darah serebral dapat disebut sebagai DVa.
2
Istilah DVa menggantikan
istilah demensia multi inIark karena inIark multipel bukan satu-satunya penyebab
demensia tipe ini. InIark tunggal di lokasi tertentu, episode hipotensi,
leukoaraiosis, inIark inkomplit dan perdarahan juga dapat menyebabkan kelainan
kognitiI. Saat ini istilah DVa digunakan untuk sindrom demensia yang terjadi
sebagai konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia atau perdarahan di otak.
1

Prevalensi DVa bervariasi antar negara, tetapi prevalensi terbesar
ditemukan di negara maju. Di Kanada insiden rate pada usia _ 65 tahun besarnya
2,52 per 1000 sedangkan di Jepang prevalensi DVa besarnya 4,8.
1
Prevalensi
DVa akan semakin meningkat dengan meningkatnya usia seseorang, dan lebih
sering dijumpai pada laki-laki. Sebuah penelitian di Swedia menunjukkan risiko
terjadinya DVa pada laki-laki besarnya 34,5 dan perempuan 19,4. The
European Community Concerted Action on Epidemiology and Prevention of
Dementia mendapatkan prevalensi berkisar dari 1,5/100 wanita usia 75-79 tahun
hingga 16,3/100 laki-laki usia di atas 80 tahun di Inggris.
3
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
1
BAB II
DEFINISI
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya
bersiIat kronik atau progresiI serta terdapat gangguan Iungsi luhur (Iungsi kortikal
yang multiple), termasuk daya ingat, daya pikir, daya orientasi, daya pemahaman,
berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya kemampuan menilai.
Kesadaran tidak berkabut. Biasanya disertai adanya gangguan Iungsi kognitiI dan
ada kalanya diawali oleh kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi,
perilaku sosial, atau motivasi.
4

Demensia vaskuler bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu
sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan Iungsi kognitiI, yang
disebabkan cedera otak karena penyakit serebrovaskular, baik iskemi ataupun
hemoragik. Timbulnya sindrom klinis ini menunjukkan adanya interaksi kompleks
antara etiologi vaskularisasi (penyakit serebrovaskular dan Iaktor resiko),
perubahan pada otak (inIark, lesi substansia putih, atroIi), Iaktor pasien (usia,
tingkat pendidikan), dan Iungsi kognitiI. Sindrom Iungsi kognitiI pada demensia
vascular lebih didominasi dengan adanya gangguan Iungsi eksekutiI daripada
gangguan memori dan bahasa. Sindrom Iungsi kognitiI terjadi secara bertingkat
(stepwise), biasanya progresiI, dan ada kalanya menunjukkan keadaan stabil atau
bahkan sedikit perbaikan.
5

Demensia vascular dahulu dinamakan demensia arteriosklerotik. Demensia
vascular dibedakan dari demensia pada penyakit Alzheimer dalam hal riwayat
onsetnya, gambaran klinis, dan perjalanan penyakitnya. Yang khas, adanya
riwayat serangan iskemia sepintas (transient ischemic attack) dengan gangguan
kesadaran sepintas, paresis yang sejenak atau hilangnya penglihatan. Demensia
juga dapat terjadi akibat serangkaian gangguan serebrovaskular atau, lebih jarang,
satu serangan stroke yang besar. endaya daya ingat dan daya pikir menjadi
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
2
nyata. Awal terjadinya dapat mendadak, biasanya pada usia agak lanjut, sesudah
satu episode iskemik yang jelas, atau mulainya lambat laun. Biasanya inIarknya
kecil tetapi eIeknya komulatiI.
4

Demensia vascular seringkali diidentikkan dengan demensia multiinIark.
Karena pada sebagian penyakit serebrovaskular yang mengakibatkan demensia,
terdapat lesi inIark yang multiple. Namun demikian, demensia vascular juga dapat
dihubungkan dengan lesi inIark tunggal yang strategis dan iskemia substansia
putih (leukoaraiosis).

EPIDEMIULUCI
Epidemiologi demensia vaskular dipengaruhi oleh deIinisi, maniIestasi
klinis, metode klinis yang digunakan. Demensia vaskular adalah jenis demensia
terbanyak kedua, yaitu sekitar 10-50 dari kasus demensia yang ada. Sekitar 10-
15 kasus, demensia vaskular didapatkan bersama dengan penyakit Alzheimer.
Frekuensi demensia vaskular dilaporkan meningkat dua kali lipat tiap lima
tahun. Prevalensi demensia vaskular yaitu 1,2-4,2 pada orang usia 65 tahun dan
lebih. Insiden demensia vaskular adalah 6-12 kasus per 1000 orang di atas usia 70
tahun tiap tahunnya. Prevalensi dan insiden dari demensia vaskular meningkat
dengan bertambahnya usia, dan laki-laki memiliki prevalensi demensia vaskular
yang lebih tinggi daripada perempuan.
5

ETIULUCI
Penyebab dari demensia vaskular adalah penyakit serebrovaskular.
Penyakit serebrovaskular yang dapat menyebabkan demensia vaskular, yaitu :
5

1. Emboli jantung
2. InIark lakunar, lesi iskemi
3. Emboli arteri, oklusi arteri ekstrakranial atau intracranial
4. Mekanisme hemodinamik
5. Arteriopati
6. Intracranial hemoragik, subarakhnoidal hemoragik
7. Faktor hematologi
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
3
8. Penyakit vena
9. Gangguan herediter
PATUCENESIS
,
Infark multipel
Demensia multi inIark merupakan akibat dari inIark multipel dan bilateral.
Terdapat riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala Iokal
seperti hemiparesis/hemiplegi, aIasia, hemianopsia. Pseudobulbar palsy sering
disertai disartria, gangguan berjalan (small step gait), forced laughing/crying,
reIleks Babinski dan inkontinensia. Computed tomography imaging (CT scan)
otak menunjukkan hipodensitas bilateral disertai atroIi kortikal, kadang-kadang
disertai dilatasi ventrikel.

Infark lakunar
Lakunar adalah inIark kecil, diameter 2-15 mm, disebabkan kelainan pada
small penetrating arteries di daerah diencephalon, batang otak dan sub kortikal
akibat dari hipertensi. Pada sepertiga kasus, inIark lakunar bersiIat asimptomatik.
Apabila menimbulkan gejala, dapat terjadi gangguan sensorik, transient ischaemic
attack, hemiparesis atau ataksia. Bila jumlah lakunar bertambah maka akan timbul
sindrom demensia, sering disertai pseudobulbar palsy. Pada derajat yang berat
terjadi lacunar state. CT scan otak menunjukkan hipodensitas multipel dengan
ukuran kecil, dapat juga tidak tampak pada CT scan otak karena ukurannya yang
kecil atau terletak di daerah batang otak. Magnetic resonance imaging (MRI) otak
merupakan pemeriksaan penunjang yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya
lakunar terutama di daerah batang otak (pons).

Infark tunggal di daerah strategis
Strategic single infarct dementia merupakan akibat lesi iskemik pada
daerah kortikal atau sub kortikal yang mempunyai Iungsi penting. InIark girus
angularis menimbulkan gejala aIasia sensorik, aleksia, agraIia, gangguan memori,
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
4
disorientasi spasial dan gangguan konstruksi. InIark daerah distribusi arteri serebri
posterior menimbulkan gejala amnesia disertai agitasi, halusinasi visual, gangguan
visual dan kebingungan. InIark daerah distribusi arteri serebri anterior
menimbulkan abulia, aIasia motorik dan apraksia. InIark lobus parietalis
menimbulkan gangguan kognitiI dan tingkah laku yang disebabkan gangguan
persepsi spasial. InIark pada daerah distribusi arteri paramedian thalamus
menghasilkan thalamic dementia.

Sindrom Binswanger
Gambaran klinis sindrom Binswanger menunjukkan demensia progresiI
dengan riwayat stroke, hipertensi dan kadang-kadang diabetes melitus. Sering
disertai gejala pseudobulbar palsy, kelainan piramidal, gangguan berjalan (gait)
dan inkontinensia. Terdapat atroIi white matter, pembesaran ventrikel dengan
korteks serebral yang normal. Faktor risikonya adalah small artery diseases
(hipertensi, angiopati amiloid), kegagalan autoregulasi aliran darah di otak pada
usia lanjut, hipoperIusi periventrikel karena kegagalan jantung, aritmia dan
hipotensi.

Angiopati amiloid serebral
Terdapat penimbunan amiloid pada tunika media dan adventisia arteriola
serebral. Insidensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Kadang-kadang
terjadi demensia dengan onset mendadak.

Hipoperfusi
Demensia dapat terjadi akibat iskemia otak global karena henti jantung,
hipotensi berat, hipoperIusi dengan/tanpa gejala oklusi karotis, kegagalan
autoregulasi arteri serebral, kegagalan Iungsi pernaIasan. Kondisi-kondisi tersebut
menyebabkan lesi vaskular di otak yang multiple terutama di daerah white matter.



Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
5
Perdarahan
Demensia dapat terjadi karena lesi perdarahan seperti hematoma subdural
kronik, gejala sisa dari perdarahan sub arachnoid dan hematoma serebral.
ematoma multipel berhubungan dengan angiopati amiloid serebral idiopatik atau
herediter.

Mekanisme lain
Mekanisme lain dapat mengakibatkan demensia termasuk kelainan
pembuluh darah inIlamasi atau non inIlamasi (poliartritis nodosa, limIomatoid
granulomatosis, giant-cell arteritis, dan sebagainya).
CAMBARAN KLINIK
8
Gambaran klinik penderita DVa menunjukkan kombinasi dari gejala Iokal
neurologik, kelainan neuropsikologik dan gejala neuropsikiatrik. Gejala Iokal
neurologik dapat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik dan hemianopsia.
Kelainan neuropsikologik berupa gangguan memori disertai dua atau lebih
kelainan kognitiI lain seperti atensi, bahasa, visuospasial dan Iungsi eksekutiI.
Gejala neuropsikiatrik sering terjadi pada DVa, dapat berupa perubahan
kepribadian (paling sering), depresi, mood labil, delusion, apati, abulia, tidak
adanya spontanitas. Depresi berat terjadi pada 25-50 pasien dan lebih dari 60
mengalami sindrom depresi dengan gejala paling sering yaitu kesedihan, ansietas,
retardasi psikomotor atau keluhan somatik. Psikosis dengan ide-ide seperti waham
terjadi pada 50, termasuk pikiran curiga, sindrom Capgras. Waham paling
sering terjadi pada lesi yang melibatkan struktur temporoparietal.

DIACNUSIS
Serangan terjadinya DVa terjadi secara mendadak, dengan didahului oleh
transient ischemic attack (TIA) atau stroke, risiko terjadinya DVa 9 kali pada
tahun pertama setelah serangan dan semakin menurun menjadi 2 kali selama 25
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
6
tahun kemudian.Adanya riwayat dari Iaktor risiko penyakit sebero vaskular harus
disadari tentang kemungkinan terjadinya DVa.
8
FAKTUR RESIKU
Secara umum Iaktor resiko DVa sama seperti Iaktor resiko stroke meliputi
: usia, hipertensi, diabetes mellitus, aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit
arteri periIer, plak pada arteri karotis interna, alkohol, merokok, ras dan
pendidikan rendah.
1

Berbagai studi prospektiI menunjukkan resiko vascular seperti hipertensi,
diabetes, hiperkolestrolemia merupakan Iaktor resiko terjadinya DVa. Studi
Kohort di Kanada menunjukkan penderita diabetes mengalami resiko DVa 2,15
kali lebih besar, penderita hipertensi 2,05kali lebih besar, penderita kelainan
jantung 2,52 kali lebih besar. Sedangkan mereka yang berolahraga secara teratur
merupakan Iaktor pencegah terjadinya DVa.
1
PEMERIKSAAN PENUN)ANC
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat
memberi nilai tambah dalam bidang pencegahan, diagnosis, terapi, prognosis dan
rehabilitasi.
2

1. Pencitraan
Dengan adanya Iasilitas pemeriksaan CT scan otak atau MRI dapat
dipastikan adanya perdarahan atau inIark (tunggal atau multipel), besar serta
lokasinya. Juga dapat disingkirkan kemungkinan gangguan struktur lain yang
dapat memberikan gambaran mirip dengan DVa, misalnya neoplasma.
2

2. Laboratorium
Digunakan untuk menentukan penyebab atau Iaktor risiko yang
mengakibatkan timbulnya stroke dan demensia. Pemeriksaan darah tepi, laju
endap darah (LED), kadar glukosa, glycosylated b, tes serologi untuk siIilis,
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
7
IV, kolesterol, trigliserida, Iungsi tiroid, proIil koagulasi, kadar asam urat, lupus
antikoagulan, antibodi antikardiolipin dan lain sebagainya yang dianggap perlu.
2

3. Lain-lain
Foto Rontgen dada, EKG, ekokardiograIi, EEG, pemeriksaan Doppler,
potensial cetusan atau angiograIi.
2
DIFERENSIAL DIACNUSIS
1. Penyakit Alzheimer
9

Penyakit Alzheimer adalah suatu keadaan yang meliputi perubahan
dari jumlah, struktur dan Iungsi neuron di daerah tertentu dari korteks
otak. Pada penyakit ini terjadi pula gangguan neurodegeneratiI yang
berlangsung progresiI lambat, disebabkan karena proses degeneratiI yang
menyebabkan kematian sel-sel otak yang masiI.
Awalnya pada penyakit ini ditemukan gejala mudah lupa
(IorgetIulness), MCI (Mild Cognitive Impairment). Gangguan Iungsi
kognitiI yang terjadi menyebabkan perubahan tingkah laku dan juga
timbul gejala neuropsikiatri. Secara Iisik umumnya pasien tidak
mengalami masalah kesehatan saat awal gangguan muncul. Penyakit ini
bisa berlangsung sampai 10 tahun. Biasanya penyakit baru diketahui
setelah 2 hingga 4 tahun menderita. Seringkali keluarga atau dokter tidak
menyadari bahwa pasien sudah dalam kondisi demensia, karena
merosotnya Iungsi kognitiI sebagai bagian dari proses penuaan wajar.
Penyebab pasti penyakit Alzheimer sampai dengan saat ini belum
diketahui pasti, namun penyakit ini merupakan interaksi antara Iaktor
keturunan dengan Iaktor lingkungan, seperti :
1. Bertambahnya usia
2. Kurangnya pendidikan
3. Penderita down sindrom
4. Cedera kepala
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
8
5. Tekanan darah tinggi
Pada penyakit Alzheimer ini gejala klinis biasanya dimulai dengan :
1. Kehilangan daya ingat perlahan-lahan
2. Kesulitan dalam mengikuti perintah dan melakukan kegiatan sehari-
hari
3. Gangguan penilaian, penalaran, konsentrasi dan orientasi
4. Kebingungan dan kegelisahan
5. Perubahan kepribadian
6. Kehilangan kemampuan untuk mengurus diri
Gangguan perilaku dan psikologis pada penyakit Alzheimer dapat
muncul setiap saat dalam perjalanan penyakit dan dipengaruhi oleh sikap
lingkungan terhadap pasien. Gangguan perilaku yang timbul pada penyakit
Alzheimer, yaitu :
1. Delusi
2. alusinasi
3. Depresi
4. Ansietas
5. Amarah dan kekerasan
6. Gangguan tidur
7. Deviasi perilaku seksual
8. Sundowning
9. Wandering

Skor Iskemik achinsky
Iskemik achinsky Skor
Mulai mendadak
Progresinya bertahap
Perjalanannya berIluktuasi
Malam hari bengong / kacau
Kepribadian terpelihara
2
1
2
1
1
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
9
Depresi
Keluhan somatic
Inkontinensia emosional
Riwayat hipertensi
Riwayat stroke
Ada bukti arterosklerosis
Keluhan neurologis Iokal
Tanda neurologis Iokal
1
1
1
1
2
1
2
2

Nilai ~ 7 : demensia vascular
Nilai 4 : penyakit Alzheimer

2. Pseudodemensia
Depresi dapat mempengaruhi status kognitiI pasien, oleh sebab itu
sebelum mencari etiologi demensia, perlu dipastikan apakah pasien
mengalami demensia atau pseudodemensia karena depresi.

Pseudodemensia
Demensia
Onset akut
Onset perlahan
Keluhan : ansietas, insomnia,
anoreksia
Keluhan : jarang, kadang insomnia
Durasi dapat berhenti spontan atau
setelah terapi
Durasi bulanan sampai tahunan
Alasan konsultasi : diri sendiri
cemas adanya demensia
Alasan konsultasi : keluarga
merasakan perubahan memori,
kepribadian dan tingkah laku
Ada riwayat psikiatri atau masalah
keluarga
Seringkali ada riwayat keluarga
dengan demensia


Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
10
3. Delirium
Delirium adalah keadaan akut dan serius, dapat mengancam jiwa,
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, gangguan metabolik dan reaksi
obat. Gambaran klinis berupa kesulitan dalam mempertahankan atensi
terhadap rangsangan luar, penurunan kesadaran, gangguan persepsi
(halusinasi, ilusi), gangguan pola tidur, disorientasi (waktu, tempat,
orang), dan gangguan memori (new learning ability) yang terjadi dalam
waktu yang singkat (beberapa jam sampai beberapa hari) dan berIluktuasi
dalam kurva harian.

Delirium
Demensia
Onset akut
Onset tidak jelas
Perjalanan klinis akut
Perjalanan klinis perlahan
Biasanya reversible
Biasanya irreversible
Disorientasi terjadi pada Iase awal
penyakit
Disorientasi terjadi pada Iase lanjut
Fluktuasi dari jam ke jam
Fluktuasi ringan dari hari ke hari
Perubahan Iisiologis yang nyata
Perubahan Iisiologis tidak terlalu
nyata
Tingkat kesadaran yang berIluktuasi
Kesadaran berkabut tahap akhir
Rentang waktu atensi pendek Rentang waktu atensi normal

PENATALAKSANAAN
PENCEGAHAN
Penderita hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia harus diberikan
pengobatan secara optimal dan dianjurkan untuk berhenti merokok serta
membatasi asupan alkohol. Mereka juga dianjurkan mengubah pola hidupnya
menjadi gaya hidup yang sehat. Faktor risiko non-aterogenik seperti atrium
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
11
Iibrilasi dan stenosis arteri carotis dapat diperbaiki. Pada stenosis yang berat (~
70) dapat dilakukan carotid endarterectomy.
WarIarin sangat bermanIaat untuk menurunkan risiko pada penderita
stroke dengan atrium Iibrilasi dibandingkan pemberian aspirin. Mereka yang
mengalami TIA atau stroke non-hemoragik dapat diberikan anti platelet untuk
menurunkan risiko. Dosis aspirin yang dianjurkan berkisar antara 75 mg sampai
325 mg. Mereka yang tidak berhasil dengan pemberian aspirin dapat diberikan
obat anti platelet lainnya seperti ticlopidine.
10

PENGOBATAN

Terapi untuk DVa ditujukan kepada penyebabnya, mengendalikan Iaktor
risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala neuropsikiatrik dengan
memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi multimodalitas sesuai
gangguan kognitiI dan gejala perilakunya.
1
Banyak obat sudah diteliti untuk
mengobati DVa, tetapi belum banyak yang berhasil dan tidak satupun obat dapat
direkomendasikan secara postiI. Vasodilator seperti hidergine mempunyai eIek
yang postiI dan pemberian secara oral active haemorheological agent seperti
pentoxiylline mampu memperbaik Iungsi kognitiI penderita. Pemberian
asetilkolinesterase inhibitor seperti donepezil, rivastigmine and galantiamin
mampu memperbaiki Iungsi kognitiI penderita.
1
Akhir-akhir ini sedang diteliti
memantine untuk pengobatan DVa. EIektiIitas dari memantine terhadap DVa
diteliti menggunakan rancangan randomised, double-blind, placebo controlled
yang mengikut sertakan 321 penderita di Perancis dan 579 penderita di Inggris.
asil penelitian menunjukkan perbaikan Iungsi kognitiI yang bermakna pada
kelompok yang diberikan memantine. Penelitian di Inggris yang meliputi 54 pusat
studi melakukan penelitian untuk menilai eIektiIitas dan keamanan dari
memantine terhadap penderita DVa ringan dan sedang. Rancangan penelitian
double-blind, parallel, randomized menggunakan control mengikut sertakan 579
penderita. Dosis memantine sebesar 20 mg diberikan setiap hari selama 28
minggu. asil penelitian menunjukkan penderita yang diberikan memantine
menunjukkan perbaikan Iungsi kognitiI. EIek samping yang ditemukan adalah
Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
12
pusing dan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua
kelompok pelakuan. Ternyata memantine aman dan dapat diterima oleh
penderita.
10

Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
13
BAB III
KESIMPULAN
Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi
pada lanjut usia. Di negara-negara Barat, demensia vaskular menduduki urutan
kedua terbanyak setelah penyakit Alzheimer tetapi di beberapa negara Asia,
demensia vaskular merupakan tipe demensia yang terbanyak. Semua demensia
yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah serebral dapat disebut sebagai
demensia vaskular. Saat ini istilah demensia vaskular digunakan untuk sindrom
demensia yang terjadi sebagai konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia, atau
pendarahan otak. Demensia vaskular dapat terjadi dengan mekanisme bermacam-
macam seperti inIark multipel lakunar, inIark tunggal di daerah strategis, sindrom
Binswanger, angiopati amiloid serebral, hipoperIusi, dan mekanisme lain
termasuk kelainan pembuluh darah inIlamasi maupun non inIlamasi. Gambaran
klinik demensia vaskular menunjukkan kombinasi dari gejala Iokal neurologik,
gangguang Iungsi luhur dan gejala neuropsikiatri. Demensia vaskular merupakan
bentuk demensia yang dapat dicegah.

Demensia Jaskular Ri:ki nurdiansyah( 406102016)


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universtitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Leys D, Parnetti L, Pasquier F. Vascular Dementia. Current review oI
cerebrovascular disease. 3th ed. Philadelphia; 1999.
2. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Balai Penerbit FKUI; Jakarta; 2001.
3. www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/demensia.pdI.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gangguan mental organic,
termasuk gangguan mental simtomatik. Pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Depkes RI. 1993; 53-67.
5. Erkijunti T. Vascular dementia. New oxIord textbook oI psychiatry.
OxIord University Press. 2003; 59.
6. Roman GC, TatemichiTK, Erkinjuntti T. Vascular dementia:diagnostic
criteria Ior research studies. Neurology 1993; 43: 250-60.
7. Forrete F, Rigaud AS, Morin M, Gissebrecht M, Bert P. Assesing vascular
dementia. Neth J Med 1995; 47 : 185-94.
8. Sachdev PS, Brodaty , Looi JCL. Vascular dementia : diagnosis,
management and possible prevention. Med J Aust 1999; 170: 81-5.
9. Setiabudhi T. Psikogeriatri buku kumpulan makalah geriatri, Sasana
Tresna Werdha Ria Pembangunan. 1999; 307-317.
10.Wilcock G, Mobius J, StoIIler A. A double-blind placebo-controlled
multicentre study oI memantine in mild and moderate vascular dementia.
Int Clin Psychopharmacol 2002; 17: 297-305.

Anda mungkin juga menyukai