Anda di halaman 1dari 5

0EMAR BAKRI

Oleh : Fatih Akbarul Irsan

Pagi hari hujan turun rintik-rintik. Pak Oemar Bakri menuntun motor bututnya. Motor tahun tujuh puluhan. Kakinya mengentakkan pedal slah berkali-kali. Motor tetap ngambek. Kalau bisa bicara motor merah itu minta pensiun. 30 tahun mengantar ke mana pun ia pergi. Ah, busi kotor, pikirnya seraya melepas busi dan membersihkan. Kemudian, jleeerrr...! Pak Oemart Bakri menghela napas lega. Pelanpelan motor itu mulai berbaur dengan kendaraan lain di jalan. Belum sampai tujuan, tiba-tiba pess...! Stang oleng, ban depan kempes. Sreettt...! He! Hati-hati, Pak! Berhenti mendadak di jalan! teriak supir bus marah. Pak Oemer Bakri menunjuk ban motornya yang kempes. Supir bus geleng-geleng kepala, namun berubah terkejut dan segera turun. Maaf...maaf,Pak Oemar Bakri ? supir bus bertanya sopan. Kok, tahu nama saya? Pak Oemar balik bertanya. Saya Ipan, murid Bapak di SD Priyang, lulus tujuh delapan. Maaf Pak. Tidak apa-apa. Untung busmu belum menabrak. Naik bus saja, Pak. Kebetulan lewat SD Priyang, Ipan menawari. Pak Oemar Bakri menolak karena harus menambalkan ban. Ipan kecewa tidak dapat menolong gurunya. Keringat Pak Oemar Bakri bercucuran menuntun motor kempes. Waktu terus berlalu, arloji

menunjukkan pukul 07.00. Hati pak guru itu berdesir, membayangkan murid-murid menunggu. Kebetulan ada tambal yang buka. Oooo... Pak Oemar Bakri, bannya kempes? tukang tambal ban mengenal. Siapa kamu? Bapak adalah guru saya di SD Priyang. Amang lulus delapan puluh. Oooo... murid , gumam Pak Oemar Bakri . Aduh, Pak ! Celaka, bocor tiga. Apalagi tambalan sudah sembilan. Ganti ban saja, lapornya setelah melihat ban dalam. Hemm... ganti ban? wajah Pak Oemar Bakri berkerut,tangannya meraba-raba saku kosong. Kalau begitu Bapak beli ban , katanya sambil beranjak pergi. Amang memanggil gurunya bermaksud mengantar, namun langkah Oemar Bakri cepat dan hilang di tikungan. Apalagi kemudian masuk wartel. Halo! Selamat pagi! Pak Jaka,saya Oemar Bakri terpaksa terlambat. Motor ngambek, kalimatnya singkat untuk izin pada pimpinan sekolah. Oo... ya, saya izinkan,Pak. Anak-anak sudah saya beri tugas, jawab Pak Jaka Kepala SD Priyang. Hati Pak Oemar Bakri tenang. Tanggal tua bagi Pak Oemar Bakri tidak ada uang untuk membeli ban, perlu mengambil tabungan di Bank. Bus kota penuh sesak Pak Oemar Bakri berdiri.

Uang bapak tidak laku , kata kondektur menolak uang Pak Oemar Bakri. Mendadak ia terkejut bercampur bingung muncul amarahnya. He ! Uangku palsu? Masak tega sama guru minta bayaran, seloroh kondektur. Muridku? Pak Oemar Bakri terkejut membuat amarahnya turun. Ipung, Pak. Lulusan SD Priyang tahun delapan dua. Ooo... terima kasih ! gumam Pak Oemar Bakri tersenyum. Balas budi, ni ye! celetuk seorang penumpang, membuat yang lainnya tertawa. Pak Oemar Bakri ikut tertawa kecil. Kondekturnya bersungut-sungut. Di depan Bank Sejahtera ia turun. Antrian di loket panjang, kira-kira satu jam baru selesai. Sambil berdiri, anganangannya melayang membayangkan murid-muridnya belajar. Baru sadar saat tangan halus memegang lengannya dan membawa masuk keruangan dalam. Pak Oemar akan menabung atau ambil uang ? tanya wanita cantik berseragam pegawai bank dengan nada sopan. Nanti dulu , siapa kamu? Bapak lupa, Farida, lulusan tujuh sembilan SD Priyang. Ooo... ya lupa, kau cantik, sanjungnya. Bapak ambil uang, katanya sambil sambil menyerahkan buku tabungan. Hanya lima menit proses yang diperlukan. Pak Oemar Bakri keluar bank. Bus Kota tetap penuh sesak. Terpaksa bergelantungan di pintu bus. Tangan kanan berpegangan, tangan kiri menjinjing tas. Tiba-tiba tanpa disadari, wuss...! Tas lepas diserobot orang berkendaraan roda dua. Pak Oemar Bakri berteriak-teriak. Supir bus tanggap berusaha mengejar penjambret. Sial bus kalah cepat. Pak
3

Oemar Bakri turun di kantor polisi. Ia sedih kehilangan tas bukan karena uang tetapi catatan penting. Selamat pagi, Pak Guru! sapa petugas piket yang menghormat. Siapa kau? Murid Bapak di SD priyang, dua puluh tahun yang lalu. Teguh, lengkapnya sersan teguh santosa. Hebat! Kau muridku juga, puji Oemar Bakri sambil menepuk pundak polisi muda . Setelah itu melaporkan kejadian yang baru saja dialami. Baik, Pak. Laporan saya terima dan segera ditindaklanjuti. Pak Oemar Bakri meninggalkan kantor polisi menuju sekolah. Sebagai guru, ia bangga, murid-muridnya banyak yang menjadi orang berguna. Entah berkedudukan tinggi atau rendah. Siang hari saat mengajar, tiba-tiba datang berita dari kantor polisi. Seseorang memegang kakinya menangis penuh penyesalan. Pak Oemar Bakri terkejut di buatnya. Maafkan saya, Pak. Saya khilaf. Sungguh tak tahu kalau yang saya jambret, guru saya sendiri. Ampunilah, Pak. Saya Galang benarbenar kapok , katanya mengiba minta belas kasihan. Pak Oemar Bakri terdiam bagai patung. Bayangan murid-muridnya menjadi orang baik sirna. Isi dunia ada baik ada buruk. Ada senang ada susah. Hati Pak Oemar Bakri bagai tersayat belati. Hemm... Pak Oemar Bakri menarik napas panjang karena dada sesak. Tak terasa tetes air mata jatuh di kepala Galang si penjambret. Ia memaafkan, tetapi hukum tetap berlaku bagi siapa saja.walau itu muridnya.

Hari itu hari terakhir Pak Oemar Bakri menjadi guru di SD Priyang. Empat puluh tahun mengabdi di bidang pendidikan. Secarik kertas surat pensiun di tangannya. Di aula sekolah banyak orang menunggu. Entah dari mana orang-orang itu tahu guru idolanya akan istirahat dari tugas. Sebagian besar siswa-siswa lulusan SD priyang. Satu demi satu mereka menyalami sambil menyebut nama. Pak Oemar Bakri tak henti-hentinya mendapat ucapan selamat dari murid-muridnya.Boleh dikata mereka ada diberbagai lapisan. Keluar dari aula, di halaman masih ada acara,membuat Pak Oemar Bakri terkejut. Ia melihat sebuah mobil kijang biru mulus dihiasi aksesoris. Mobil itu hasil patungan murid-muridnya yang sukses menjadi orang. Saat penyerahan semua orang tegang bercampur haru. Namun ucapan Pak Oemar Bakri sangat mengejutkan. Kuterima pemeberian anak-anakku. Terima kasih sekali. Semoga kalian mendapat pahala dari Tuhan. Saya sudah untuk itu, lebih baik mobil ini kuserahkan kepada SD Priyang, semoga lebih bermanfaat. Semua orang terpana atas ucapan itu. Kemudian guru idola itu menuntun motor bututnya, meninggalkan halam SD Priyang menuju rumah mungil sederhana.Titik air mata haru tumpah di halaman SD Priyang.

Anda mungkin juga menyukai