Anda di halaman 1dari 13

Tugas Individu

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MATEMATIKA


PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL GEBOK DALAM MENGAJARKAN KONSEP MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai tauladan bagi ummatnya, yang senantiasa diharapkan syafaatnya di akhirat kelak. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Problemetika Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, sepantasnyalah pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ayahanda Sulaiman Sinaja dan Ibunda Bunaiya, selaku orang tua yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat untuk terus berkarya dan berprestasi. 2. Kakanda Nasrullah, S.Pd, M.Pd., selaku Dosen Mata Kuliah Problematika Pendidikan Matematika. 3. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini. Semoga bantuan Ayahanda, Ibunda, Kakanda dan Saudara(i) memperoleh imbalan yang berlipat ganda dan bernilai ibadah disisi Allah SWT, Amin. Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritikan dan saran agar makalah ini lebih terarah kepada kesempurnaan. Akhirnya, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi sebagai seorang calon guru dan bagi para pembaca. Makassar, April 2011 Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Perkembangan matematika, teknologi dan sistem informasi saling terkait satu sama lain. ketiga hal tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu dan daya nalar manusia saat ini. Penguasaan dan penciptaan teknologi yang terjadi saat ini didasari oleh pemahaman terhadap matematika yang baik. Oleh karena itu, pelajaran matematika mulai diajarkan pada tingkatan pendidikan dasar (SD). Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerja sama. Dalam mengajarkan matematika kepada siswa, seorang pendidik

membutuhkan jurus-jurus tersendiri agar matematika dapat menjadi sesuatu yang menarik bagi siswa sehingga pelajaran matematika menjadi sesuatu yang ditunggu dan dibutuhkan siswa. Diperlukan adanya inovasi pembelajaran matematika dengan melihat materi, kondisi, dan situasi di mana proses belajar mengajar itu berlangsung. Penggunaan pendekatan, metode ataupun media canggih yang sebelumnya dianggap cocok kadang menjadi bumerang. Pembelajaran terkadang justru menjadi tidak efektif dan efisien. Padahal guru dapat menggunakan pendekatan, metode dan media permainan yang sederhana yang dapat dilaksanakan di dalam ataupun di luar kelas. Dengan permainan yang dilaksanakan di luar kelas, anak tidak terkungkung lagi belajar dalam situasi kelas yang kaku dan monoton, sehingga anak dapat berinteraksi secara bebas dengan sesama teman. Aktivitas bermain akan membuat anak dapat mengekspresikan gagasan dan perasaan serta membuat anak menjadi lebih kreatif. Dengan bermain juga akan melatih kognisi atau kemampuan belajar anak berdasarkan apa yang dialami dan diamati dari sekelilingnya sehingga pembelajaran yang dilakukan siswa dengan cara melakukan permainan dapat menjadi lebih bermakna bagi siswa sendiri.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran matematika yaitu dengan melibatkan budaya lokal/daerah dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan. Penggunaan budaya lokal/daerah melalui permainan tradisional anakanak juga dapat digunakan sebagai cara yang efektif untuk melestarikan seni dan budaya nasional dengan petuah dan nilai-nilai filosofi yang terkandung didalamnya. Salah satu permainan daerah misalnya Permainan Gebok dapat digunakan untuk mendidik siswa untuk bermain secara adil (fair play), bekerja sama, bekerja keras, adil dan menumbuhkaan semangat tidak mudah menyerah. Permainan gebok juga dapat digunakan untuk menyampaikan kepada siswa konsep membilang secara berurutan angka-angka yang terdapat pada kaleng sebagai sarana pembelajaran sambil bermain. Belajar dengan menghubungkan permainan tradisional dengan konsep matematika dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan, rekreatif dan bermakna dapat membantu siswa dapat memahami konsep yang diajarkan. Selain itu, perlu juga diperhatikan bahwa dalam permainan ini guru juga dapat mengajarkan keseriusan, antusias, sikap dan ketaatan kepada siswa dalam mematuhi aturan. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menjelaskan mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan tradisional Permainan Gebok dalam menjelaskan konsep membilang secara berurutan di kelas III SD sebagai titik awal pembelajaran. Manfaat yang dapat diperoleh dari penggunan metode permaianan gebok ini diantaranya meningkatkan pemahaman konsep matematika, sebagai alternatif bagi guru dalam pembelajaran matematika, memotivasi siswa dalam belajar, dan siswa lebih menikmati dalam belajar matematika B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu Bagaimana permainan tradisional Gebok dapat digunakan sebagai konteks pada

pembelajaran matematika untuk memahami konsep membilang secara berurutan di kelas III SD ? C. TUJUAN Dari permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan permainan tradisional Gebok dalam menjelaskan konsep membilang secara berurutan pada kelas III SD.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Anak-anak yang masih dalam taraf perkembangan, memerlukan hal-hal konkrit dalam pembelajaran di sekolah. Pada dasarnya konsep matematika sebagai aktivitas manusia (human activity) (Van den Heuvel-Panhuizen, 1996). Kegiatan yang dilakukan setiap manusia berhubungan dengan kehidupan nyata, istilah nyata tidak hanya berarti harus sesuai fakta yang terjadi tetapi juga dapat berarti sebagai suatu keadaan pada saat permasalahan yang dihadapi siswa dapat menjadi lebih bermakna bagi siswa sendiri . oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menghubungkan situasi atau konteks dengan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran matematika. Kegiatan pembelajaran yang memahamkan kepada siswa suatu konsep yang abstrak dapat berimbas kepada motivasi belajar matematika siswa. Menurut Mc. Donald (http://bagusardisaputro.blogspot.com), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Motivasi yang tinggi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar. Seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar, akan kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar. Diperlukan adanya pendekatan dan metode yang tepat dalam mentransfer pengetahuan, khususnya dalam proses belajar mengajar matematika yang pada umumnya menjadi pelajaran yang sangat dibenci oleh siswa. Pendekatan dan metode yang tidak sesuai akan mengakibatkan kegagalan dalam mentransfer pengetahuan sehingga kemungkinannya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Menurut Dienes (http://mathakim.blogspot.com), dalam pembelajaran matematika diperlukan pendekatan-pendekatan dengan mengingat bahwa matematika sebagai ilmu kreatif, maka sebaiknya matematika dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Pernyataan Dienes diatas memberikan gambaran kepada guru matematika agar mata pelajaran matematika sebagai ilmu eksakta tidak disampaikan/diajarkan secara kaku dan monoton agar pembelajaran matematika menarik perhatian siswa dan dengan sendirinya akan menumbuhkan motivasi belajar matematika siswa.

Pada awal materi pembelajaran matematika, guru perlu menanamkan konsep kepada siswa sedangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep berbeda-beda. Apabila konsep yang diajarkan tersebut tidak dapat dipahami oleh siswa dengan baik, maka dapat dipastikan siswa akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran matematika pada tahap selanjutnya. Dienes (http://mathakim.blogspot.com), menyampaikan 6 tahap dalam belajar dan mengajarkan konsep matematika yaitu bermain bebas, permainan, penelaahan sifat bersama, representasi, penyimbulan, dan pemformalan. Disamping juga memperhatikan prinsip-prinsip belajar konsep antara lain yaitu prinsip konstruktivitis. Pembelajaran matematika yang menggunakan prinsip konstruktivis adalah pembelajaran matematika yang pembelajarannya berpusat pada siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efisien dan menyenangkan. Guru dapat menerapkan berbagai metode yang menurutnya sesuai dengan bahasan materi matematika yang akan diajarkan pada siswa. Prinsip konstruktivis dalam pembelajaran matematika yaitu melibatkan siswa secara langsung dalam membangun ide-ide, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan struktur-struktur matematika berdasar pengalaman siswa sendiri. A. PERMAINAN GEBOK Gebok adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga di daerah Penajam Paser Utara (PPU), permainan ini dikenal dengan nama permainan Gebok Permainan Gebok sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Permainan ini terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda dengan alat yang berbeda namun pada prinsipnya aturan permainannya sama. Di daerah Sunda misalnya, permainan ini dikenal dengan nama bebencaran. Permainan bebencaran menggunakan tumpukan pecahan genting sebagai targetnya. Bencar artinya terurai atau terpecah, sehingga bebencaran menunjuk pada upaya pemain untuk selalu memencarkan potongan genteng yang semula ditumpuk rapih di atas tanah (http://bagusardisaputro.blogspot.com). Di daerah Sulawesi Selatan permainan ini

dikenal dengan nama boy-boyan dan menggunakan tumpukan batu yang disusun sebagai targetnya. Sedangkan di daerah Pati Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan dan jumlah pemain tidak ditentukan. Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak-anak berumur 6 sampai 12 tahun. Dalam permainan ini tidak diperlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya 15 buah buah kaleng susu bekas yang disusun bertingkat dan sebuah bola karet. Permainan ini juga membutuhkan halaman yang cukup luas, biasanya anak-anak menggunakan halaman rumah sebagai tempat bermain. Secara selintas dapat diperoleh gambarkan bahwa permainan ini adalah permainan beregu, dimana dalam satu regu minimal berjumlah 2 orang. Kelompok bermain dibagi menjadi dua yaitu regu penyusun dan regu penjaga. Setiap anggota regu penyusun akan bekerja sama dalam menyusun tumpukan kaleng secara bertingkat sedangkan regu penjaga akan bekerja sama dalam melempar bola ( bola akan dinyatakan mati apabila terlalu lama berada ditangan salah satu anggota regu penjaga ) Aturan Permainan : Siswa dibagi ke dalam dua kelompok bermain, misal regu A dan regu B. Kemudian buat lingkaran kurang lebih bergaris tengah 50 cm untuk menempatkan tumpukan kaleng susu bekas atau sesuai dengan jumlah kaleng yang digunakan, dan buatlah garis batas yang berjarak 20-25 meter (sesuai kesepakatan) dari tumpukan kaleng susu bekas. Sebelum permainan dimulai, kaleng susu bekas sudah disusun dalam bentuk tumpukan, seperti tampak pada gambar berikut:

20-25 M

Lakukan undian antara regu A dan regu B, misal regu B menang, maka secara bergantian setiap anggota dari regu B berusaha melempar tumpukan kaleng dengan bola tenis dari luar garis batas yang ditentukan. Setiap anggota berkesempatan melakukan 1 kali lemparan. Bila semua anggota regu B tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu A yang bermain. Bila semua anggota regu A juga tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu B yang bermain, demikian seterusnya hingga ada salah satu regu yang dapat mengenai tumpukan kaleng (target). Bila ada lemparan yang mengenai tumpukan kaleng, misalkan lemparan dari salah satu anggota regu A dapat mengenai tumpukan kaleng, maka dengan cepat anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar, berusaha agar tidak terkena lemparan bola dari regu B, bila lemparan regu B tidak mengenai anggota badan dari regu A, maka regu Aakan terus menumpuk target sampai selesai. Jika anggota regu A selesai menumpuk target tanpa terkena lemparan dari anggota regu B, maka regu B dinyatakan kalah. Sebagai hukuman, setiap anggota kelompok B berdiri di dalam lingkaran menggantikan targetnya, kemudian secara bergantian setiap anggota dari regu A melempar anggota regu B dengan bola tenis dari luar garis batas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya bergantian regu A yang memegang bola dan regu B yang akan menata tumpukan kalengnya. Pada dasarnya prinsip dari permainan ini adalah salah satu regu menumpuk target, sedangkan regu yang memegang bola berusaha untuk mengganggu dengan melempar bola tenis ke salah satu regu yang menyusun kaleng (target).

B. PENERAPAN PERMAINAN GEBOK DALAM KONSEP MEMBILANG SECARA BERURUTAN Permainan Gebok adalah salah satu permainan tradisional yang dapat digunakan dalam menjelaskan konsep membilang secara berurutan pada siswa kelas III SD. Pada pembelajaran matematika siswa kelas III SD/MI semester ganjil, terdapat materi Letak Bilangan Pada Garis Bilangan. Pada meteri pembelajaran tersebut salah satu tujuan yang akan dicapai adalah siswa diharapkan dapat membilang secara berurutan. Permainan Gebok dapat digunakan untuk melatih siswa menentukan letak bilangan pada garis bilangan pada siswa SD/MI kelas III sebagai berikut :

13 14 15 3 Urutan bilangan pada garis bilangan di atas menunjukkan makin ke kanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 bilangannya makin besar. Bilangan yang terletak di sebelah kanan lebih besar daripada bilangan yang terletak di sebelah kiri, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi angka pada setiap kaleng susu bekas yang digunakan dalam permainan Gebok. Perhatikan gambar dibawah ini: 15 14 10 9 1 2 8 3 11 7 4 13 12 6 5

Contoh kasus: Misalkan dalam satu kelas terdapat 20 0rang siswa, maka siswa tersebut dibagi menjadi 4 regu, dimana masing-masing regu beranggotakan 5 orang siswa. Sehingga terdapat 2 kelompok pemain. Sebelum permainan dimulai, kaleng susu

bekas yang sudah diberi label angka disusun dalam bentuk tumpukan seperti gambar diatas. Kemudian kedua regu di undi, anggota regu yang menang berdiri pada garis pelempar sedangkan anggota regu yang kalah berjaga di sekitar tumpukan kaleng. Misalkan regu A memenangkan undian maka anggota regu A berdiri pada garis pelempar untuk melempar tumpukan kaleng yang sudah disusun tadi dengan bola karet yang sudah disiapkan. Misalkan lemparan bola karet dari anggota regu A berhasil mengenai sebagian tumpukan kaleng, sehingga tumpukan kaleng yang tersisa nampak seperti gambar berikut : 10 9 1 2 8 3 14 11 7 4

Maka anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar agar tidak terkena lemparan bola dari regu B. Dalam menyusun kaleng yang terjatuh, siswa membutuhkan konsep membilang secara berurutan. Kaleng-kaleng yang berjatuhan harus disusun sesuai dengan angka yang tertera pada kaleng seperti pada susunan awal. Siswa dari anggota regu A, memilih angka antara 4 dan 7 yaitu angka 5 dan 6. Kemudian memilih angka antara 11 dan 14 yaitu angka 12 dan 13, begitu seterusnya hingga susunan kaleng selesai. Kegiatan psikomotorik permainan ini tetap mengarah pada aspek kognitif siswa, tetapi dibarengi pula oleh aspek afektif yang harus ditanamkan pada siswa antara lain yaitu menanamkan sikap berani bertindak dan membuat keputusan, ulet, mengembangkan sikap bersosialisasi, menanamkan sikap jujur, menanamkan kemampuan berkomunikasi, menanamkan sikap toleransi dan demokrasi.

BAB III KESIMPULAN

Gebok adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga di daerah Penajam Paser Utara (PPU), permainan ini dikenal dengan nama permainan Gebok. Prinsip dari permainan ini adalah saat salah satu regu bertugas menyusun kembali kaleng susu (target), maka regu yang memegang bola berusaha untuk mengganggu dengan melempar bola tenis ke salah satu regu yang berusaha menata kaleng sebagai targetnya. Dalam menyusun kaleng, siswa membutuhkan konsep membilang secara berurutan. Kaleng-kaleng yang berjatuhan harus disusun sesuai dengan angka yang tertera pada kaleng seperti pada susunan awal. Siswa dari anggota regu A, memilih angka antara 4 dan 7 yaitu angka 5 dan 6. Kemudian memilih angka antara 11 dan 14 yaitu angka 12 dan 13, begitu seterusnya hingga susunan kaleng selesai. Kegiatan psikomotorik permainan ini tetap mengarah pada aspek kognitif siswa, tetapi dibarengi pula oleh aspek afektif yang harus ditanamkan pada siswa antara lain yaitu menanamkan sikap berani bertindak dan membuat keputusan, ulet, mengembangkan sikap bersosialisasi, menanamkan sikap jujur, menanamkan kemampuan berkomunikasi, menanamkan sikap toleransi dan demokrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Nobel & Pendidikan Matematika Bagi Usia Dini. http://pontianakpost.com. Diakses pada tanggal 6 maret 2010 Saputro, Bagus Ardi. 2010. Konsep Matematika Dalam Permainan Tradisional. http://bagusardisaputro.blogspot.com. Diakses pada tanggal 6 maret 2011. Fajariyah, Nur. 2008. Cerdas Berhitung Matematika untuk SD/MI kelas 3. Depdiknas : Jakarta. Hakim, Abdul.2009.Permainan Bentengan Matematika. http://mathakim.blogspot.com. Diakses pada tanggal 6 maret 2011.

Anda mungkin juga menyukai