Anda di halaman 1dari 63

PRAKTIKUM I

PENGAMBILAN CONTOH TANAH (BIASA)


Tujuan :
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah pengambilan contoh tanah
biasa atau tanah terganggu untuk analisa kimia dan kestabilan agregat tanah
(agregat stability).
Teori Dasar
Tanah tidaklah merupakan tumpukan bahan yang padat dan bahan organik
sebagai suatu sistem yang mati atau statis, tetapi lebih merupakan suatu sistem
yang hidup dan dinamis dimana tanah memiliki produktivitas tanah yang diartikan
sebagai kemampuan tanah untuk menghasilkan produksi tanaman yang optimum
dengan tidak mengurangi kesuburan tanah yang sangat dipengaruhi oleh ketebalan
solum tanah tersebut. Bahan organic tersusun dari bahan-bahan sisa tumbuhan dan
hewan, jasad-jasad hidup mikro maupun makro organisme dan humus. Pori-pori
tanah yang berupa ruangan berisi udara dan air tanah sangat penting perananya
bagi tanaman.
Tanah dengan nilai produktivitas tanah yang tinggi, tidak hanya terdiri dari
komponen-komponen padat, cair, dan udara (gas) saja, akan tetapi harus
mengandung jasad hidup tanah yang cukup banyak. Dengan adanya jasad hidup
tanah ini maka tingkat kesuburan tanah akan dipengaruhinya, karena jasad hidup
memegang peranan penting dalam proses-proses pelapukan bahan oerganik dalam
tanah sehingga nsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman.
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan
medium pertumbuha tanaman dengan sifat-sifat tertentu , baik itu sifat fisik,
kimiawi juga sifat biologis. Dilihat dari sudut pertanian, tanah adalah alat atau
faktor produksi yang dapat menghasilkan berbagai produk pertanian. Peranan
tanah sebagi alat produks pertanian adalah sebagai berikut :
Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.
Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang
diperlukan tanaman.
Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.
Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan
yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Pengambilan contoh tanah biasa atau tanah terganggu (disturbed soil)
dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya, tempat
pengambilan berdekatan atau sama dengan pengambilan contoh tanah utuh dan
pelaksanaannya mudah sekali. Contoh tanah ini untuk kepentingan analisa kimia
dan kestabilan agregat (agregat stability) dan untuk keperluan membuat contoh
tanah utuh secara simulasi atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinya
disesuaikan dengan keadaan lalmi tanah utuh dilapangan.
Tanah yang berada di atas permukaan bumi ini merupakan suatu benda
alam yang bersifat kompleks atau memiliki sistem yang heterogen karena tersusun
dari tiga fase, yaitu fase padat yang terdiri dari bahan-bahan organik dan organik,
fase gas yang terdiri dari udara tanah, fase yang terakhir yaitu fase cairan yang
merupakan air tanah yang mengandung bahan-bahan terlarut di dalamnya. Bahan
organik terdiri dari sisa-sisa tanaman dan hewan dan jasad-jasad hidup lainnya
yang bersifat makro atau mikro, yang hidup dalam tanah. Tanah merupakan media
yang baik bagi perakaran tanaman sebagai gudang unsur hara, dan sanggup
menyediakan air serta udara bagi keperluan tanaman. Jumlah dan macamnya
bahan penyususun tanah tadi bisa bervariasi dari satu tempat ke tempat lain di
permukaan bumi sehingga dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah lainya
Alat-alat
1 Cangkul atau skop dan pisau
2 Kantong plastik
3 Label, spidol dan karet gelang
2
Cara Kerja
1 Pertama-tama permukaan tanah dibersihkan dulu dan rerumputan dan
sampah-sampah lainnya.
2 Kemudian tanah dicangkul sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.
3 Tanah dimasukkan ke dalam plastik kantong sebanyak 1,0 kg
(diusahakan agar agregat-agregat tanah jangan rusak atau hancur)
4 Contoh tanah diberi label dibagian luar dan dalam dari kantong plastik
tersebut.
Hasil Pengamatan
Hasil dari praktikum ke lapangan yaitu diadakannya pencangkulan pada
tanah di lapang dengan kedalaman sekitar 20 cm, dimana pencangkulan ini di
usahakan agar agregat-agregat tanah yang memiliki kemantapan bisa terambil dan
hasilnya sekitar 1,0 kg baik dari tanah biasa maupun dari tanah terganggu.
Agregat yang diambil diusahakan yang berukuran besar atau bongkahan yang
besar. Agregat tanah yang diperoleh dari agregat tanah top soil dan agregat tanah
sub soil.
Pembahasan
Agregat tanah yang terambil berupa bongkahan-bongkahan tanah yang
berukuran besar terhitung sekitar 1.0 kg. yang sebelumnya dilakukan pembersihan
terhadap permukaan tanah dari rumput-rumputan atau bahan lainnya sebelum
dilakuakan pencangkualan untuk memperoleh agregat tanah Hal ini dilakukan
agar tanah yang diperoleh benar-benar tanah (biasa) tanpa tercampur dengan yang
lainnya. Selain itu juga untuk memperoleh keakuratan dalam percobaan
selanjutnya. Pengambilan tanah (biasa) dilapangan ini membutuhkan ketelitian
dan kehati-hatian agar tanah atau agregat-agregat tanah tidak rusak atau hancur.
Hal ini karena yang diambil adalah agregat-agregat tanah bukan partikel-partikel
tanahnya. Yang untuk percobaan selanjutnya digunakan untuk menentukan
3
kestabilan agregat tanah. Agregat tanah antara tanah top soil dan sub soil berbeda
mulai dari warnanya, kandungannya, serta sifat fisiknya. Agegat tanah pada tanah
top soil umumnya mempunyai warna yang lebih gelap dan lebih berat apabila
ditimbang. Sedangkan pada tanah sub soil warnanya lebih terang dan umumnya
lebih ringan daripada tanah top soil.
Kesimpulan :
Tanah yang diambil merupakan tanah yang terganggu, karena kestabilan
agregat-agregat tanah tersebut sudah berkurang. Kestabilan agregat terganggu
antara lain akibat pencangkulan atau pengambilannya yang menyebabkan tanah
sebagian pecah menjadi serpihan-serpihan kecil. Sehingga proses pengambilan
harus dilakukan sehati-hati mungkin agar diperoleh agregat-agregat tanah yang
utuh.
4
PRAKTIKUM II
PENGAMBILAN CONTOH TANAH UTUH (UNDISTURBED
SOIL SAMPLE)
DI LAPANGAN
Tujuan :
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah pengambilan contoh tanah utuh
dilapangan untuk analisa sifat fisik tanah, seperti penentuan bobot isi tanah (bulk
density), total porositas tanah, permeabilitas, penentuan pF, penentuan distribusi
pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi tanaman.
Teori Dasar
Pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan tanah dapat berbeda-
beda, tergantung dari segi mana tanah itu dilihat. Batasan atau definisi tanah yang
dilihat dari segi ahli bangunan sudah tentu akan berbeda dengan definisi yang
dilihat dari segi ahli pertanian, dan sebagainya. Berhubung kenyataannya bahwa
bagian terbesar dari tanah di atas kulit bumi ini digunakan bagi usaha pertanian
secara luas, maka sebaiknya pengertian tanah ini dibatasi dari segi pertanian.
Mempelajari tanah, baik sebagai suatu alat produksi maupun sebagai suatu benda
alamiah yang bermanfaat bagi manusia, dapat ditujukan ke arah pemanfaatan
dalam bidang pertanian ( agronomi, holtikultura, perkebunan, dan kehutanan ) dan
bidang civil engineering ( bangunan jalan raya, gedung, irigasi, dll ).
Tanah di lapangan diambil untuk dilakukan uji analisa kimia dan
kestabilan agregat tanah. Pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil
sample) adalah penting sekali, oleh karena banyak dipakai/diperlukan untuk
berbagai analisa sifat fisik tanah, seperti penentuan bobot isi tanah (bulk density),
total porositas tanah, permeabilitas, penentuan pF, penentuan distribusi pori,
kandungan/kadar air yang tersedia bagi tanaman dll.
5
Tanah utuh atau tanah tidak terganggu di lapangan adalah tanah yang
benar-benar utuh tidak terganggu oleh faktor luar seperti tumbukan air hujan,
sehingga dalam pengambilannya benar-benar diperlukan kehati-hatian agar tanah
yang diperoleh benar-benar utuh atau tidak terganggu.
Alat-alat
1 Ring sample (Core sampler) terbuat dari baja atau besi
2 Tangkai penekan ring sample, terbuat drai besi
3 Cangkul atau skop
4 Pisau yang tipis dan tajam atau benang nilon halus
5 Palu drai kayu atau papan
Cara Kerja
1 Pertama-tama permukaan tanah dibersihkan dulu dari rerumputan dan
sampah-sampah.
2 Ring sample diletakkan pada tanah dengan bagian yang runcingnya di
bawah, kemudian buat lingkaran dengan pusat yang sama dengan ring
sample dengan garis tengah 2 kali lebih besar. Terlebih dahlu ring dan
tutupnya ditimbang beratnya dan dicatat.
3 Lingkaran diluar ring sample ini kemudian digali sehingga terbentuk
lubang lingkaran sedalam 30 cm, hal ini dimaksudkan agar ring sample
dapat dengan mudah ditekan dan masuk ke dalam tanah.
4 Dengan menggunakan tangkai penekan ring sample yang terbuat dari besi,
maka ring sample ini ditekan dengan hati-hati secara vertikal, kalau
ternyata sudah keras sedangkan ring masih harus dimasukkan terus maka
bisa dipukul-pukul dengan palu kayu perlahan-;ahan.
5 Setelah tanah yang berada di dalam ring sample kira-kira sudah muncul di
atas bibir ring bagian atas maka penekanan dihentikan, kemudian
bawahnya dipotong dengan pisau atau dengan skop atau dengan benang
nilon halus.
6
6 Ring yang sudah berisi tanah tersebut kemudian diratakan dengan pisau
tajam dan tipis sehingga kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua
bibir ring sample tadi dan setelah itu kedua bagian muka tanah tersebut
ditutup dengan tutup ring yang terbuat dari plastik.
7 Ring sample yang sudah berisi tanah utuh ini kemudian dimasukkan ke
dalam kotak agar aman dal;am pengangkutan dan sedapat mungkin segera
dianalisa.
8 Pengambilan contoh tanah pada kedalaman 0 25 cm(2x) dan 25-50 cm
(2x).
Data Pengamatan
Tabel 1. Pengambilan tanah utuh
RING JARI-
JARI
TINGGI VOLUME BERAT
RING +
KAP
BERAT
RING + KAP
+TANAH
1 3.75 cm 3.95 cm 174.58 cm
3
177.8 gr 470.0 gr
2 3.75 cm 3.9 cm 172.37 cm
3
186.1 gr 471.5 gr
3 3.75 cm 4.1 cm 181.21 cm
3
155.4 gr 462.9 gr
4 3.75 cm 3.9 cm 172.37 cm
3
182.1 gr 475.0 gr
Dimana volume ring V = r
2
.t
Diketahui : Berat ring + tutupnya
Ring 1: W =177.8 g
D = 7.5 cm
T = 3.95 cm
V = r
2
t
= 22 x (3.75)
2
x 3.95
7
= 1222.03125 = 174.5759 cm
3
7
Ring 2 : W = 186.1 g
D = 7.5 cm
T = 3.9 cm
7
V = 22 x (3.75)2 x 3.9
7
= 172.3661 cm
3
Ring 3 : W = 155.4 g (Top Soil)
D = 7.5 cm
T = 4.1 cm
V = 22 x (3.75)2 x 4.1
7
= 1268.4375 = 181.2054 cm
3
7
Ring 4 : W = 182.1 g (Sub Soil)
D = 7.5 cm
T = 3.9 cm
V = 22 x (3.75)2 x 3.9
7
= 1206.5625 = 172.3661 cm
3
7
Pembahasan
Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, ring dan tutupnya harus
ditimbang terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengetahui berat tanah yang kita
ambil sebagai sampel. Ring yang telah diratakan bagian atasnya kemudian ditutup
dengan penutup ring sehingga tanah yang terdapat di dalam ring merupakan
contoh tanah yang benar-benar utuh tidak terganggu sifat-sifat fisiknya. Pada ring
tersebut tanah yang diambil merupakan tanah bagian atas (top soil) yang
ditempatkan di dua ring dan untuk ring yang lain diisi dengan tanah pada bagian
tengah tanah (sub soil) yang ada pada kedalaman sekitar 30 cm dari permukaan
tanah, sehingga tanah benar-benar tanah utuh. Setelah ditutup kemudian masing-
masing ring diberi label. Ini bertujuan agar ring tersebut tidak tertukar antara
tanah top soil dengan tanah sub soil. Ring sampel yang sudah berisi tahah tersebut
8
sebaiknya juga diletakkan di dalam sebuah kotak agar aman dalam pengangkutan
dan sedapat mungkin untuk segera dianalisis.
Kesimpulan :
Pengambilan tanah dengan menggunakan ring merupakan tanah utuh atau
tanah tidak terganggu (Undisturbed soil) dimana dalam pengambilannya
diperlukan ketelitian dan kehati-hatian sehingga tanah yang diambil merupakan
tanah yang benar-benar utuh. Dengan contoh tanah ini kita bisa mengetahui bobot
isi, porositas, permeabilitas, pH, distribusi pori, kandungan air tanah yang tersedia
bagi tanaman pada lahan yang kita amati atau kita analisis.
9
PRAKTIKUM III
PENENTUAN KANDUNGAN AIR TANAH
Tujuan :
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan
kelembaban (kadar air ) tanah dengan cara gravimetric water content dan
volumetric water content.
Teori Dasar
Air di dalam tanah menurut jumlahnya dan keadaannya dibagi ke dalam
tiga keadaan air tanah, yaitu :
Air adhesi
Air higroskopis
Air kapiler
Air tanah seperti fase cairan mengisi sebagian atau seluruh rongga pori-
pori yang terdapat di antara butir-butir tanah atau dalam agregat tanah, yaitu
merupakan larutan dari berbagai senyawa-senyawa dan garam yang biasa larut
dalam air. Air tanah penting bagi pertumbuhan tanaman, karena sebagian terbesar
dari tanaman adalah air yaitu sekitar 90 %. Dalam air tanah terlarut unsure hara
yang masuk (terhisap) bersama-sama air melalui akar ke tanaman. Kadar air
tanah dapat diketahui berapa jumlah air tersedia bagi tanaman.
Air dalam tanah berasal seluruhnya dari udara atau atmosfer. Terutama di
daerah trofis air hujan merupakan sumber yang terbanyak yang jatuh di
permukaan bumi. Penentuan kadar air tanah dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
(1) Cara gravimetric water content yaitu perbandingan berat air tanah terhadap
berat tanah kering udara (lembab), atau perbandingan berat air tanah terhadap
berat tanah kering mutlak (U)
(U) =
% 100 x
Bp
Ba

,
_

10
Nilai U ini pada umumnya disebut persentase kandungan air berdasarkan berat
tanah kering. Nilai U pada tanah mineral pada keadaan jenuh air biasanya berkisar
antara 0,25- 0,60 atau 25 %- 60%, bergantung pada bobot isinya. Pada tanah-
tanah organik seperti tanah gambut, kadar airnya bisa mencapai lebih dari 100 %.
Yang disebut tanah kering di atas dapat diartikan sebagai tanah yang telah
dipanaskan dengan jalan disimpan ke dalam oven pada suhu 105
0
C pada tekanan
atmosfer sampai mencapai berat tetap. Tanah yang kandungan liatnya tinggi
sekali pada keadaan tersebut masih mengandung air.
(2) Cara volumetric water content, yaitu perbandingan volume air tanah
terhadap volume tanah. Dirumuskan sebagai berikut:
Kandungan air tanah (% isi) =
% 100 x
It
Ia

,
_

Kelembaban (kadar air) tanah dinyatakan dengan persen (%) dan bisa
mencapai lebih dari 100 %. Untuk masing-masing cara penentuan kadar iar tanah
dapat diuraikan sebagai berikut :
Perbandingan berat air terhadap berat tanah basah(X)
Ba
X = ( ) X 100 %
Ba + Bp
Nilai x ini merupakan perbandingan antara berat air terhadap berat tanah
keseluruhan yaitu Bp + Ba + Bu, disini berat udara dianggap hampir sama dengan
0 oleh sebab itu dapat diabaikan.
Alat-alat
1 Alat pengukur kelembaban tanah Brabender atau lainnya (oven)
2 Timbangan analitik dan pemanas oven
3 Alat eksikator
4 Tangkai capitan
5 Botol timbang 20 ml
11
Cara Kerja
Untuk menentukan kadar air tanah dipergunakan alat yang disebut
Brabender, kelembaban tanah dapat langsung diketahui setelah 24 jam
sebelumnya tanah seberat 10 g dimasukkan kedalamnya. Akan tetapi, apabila
alat brabender tidak ada, maka dipergunakan oven dengan prosedur sebagai
berikut :
1 Timbangan berat cawan (g), masukkan tanah seberat 10 g kedalamnya,
kemudian masukkan ke dalam oven dengan pemanasan 105 C (sebaiknya
dua kali/duplo) namun dalam praktikum kali ini hanya dilakukan satu kali.
2 Setelah > 24 jam tanah dalam cawan dikeluarkan dari oven kemudian
disimpan di eksikator, setelah beberapa saat dan cawan dingin kemudian
ditimbang, angka dicatat.
3 Keesokan harinya ditimbang lagi dengan cara yang sama, angka dicatat,
penimbangan ini dilakukan beberapa kali sekurang-kurangnya 3 kali
penimbangan terakhir diperoleh berat contoh tanah tetap atau konstan.
Berat tanah terakhir ini disebut berat tanah kering mutlak dan dianggap
airnya sudah menguap semua.
Hasil Pengamatan
Dari praktikum penentuan kadar air tanah sebelum dioven diperoleh
bahwa :
Berat cawan : - Top soil = 4.5901 g
- Sub soil = 4.2571 g
Berat tanah : - Top soil = 10 g
- Sub soil = 10 g
Berat ring + tutup + tanah : Ring 1 = 470.0
Ring 2 = 471.5
Ring 3 = 462.9
Ring 4 = 450.0
12
Data pengamatan :
Table 2. berat kering tanah
PERLAKUAN TOP SOIL SUB SOIL
Sebelum dioven 10.0000 gr 10.0000 gr
Setelah dioven 8.2489 gr 7.2987 gr
Dari table diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Hasil penimbangan tanah + cawan (sebelum dioven) :
Berat cawan 1 = 4.5901 gram
Berat cawan 2 = 4.2571 gram
Berat cawan 1 + tanah (top soil 1 ) = 14.5901 gram
Berat cawan 2 + tanh (sub soil 1) = 14.2571 gram
B. Berat cawan + tanah (setelah dioven) =
Berat cawan 1 + tanah (top soil 1 ) = 12.8390 gram
Berat cawan 2 + tanh (sub soil 1) = 11.5558 gram
C. Berat tanah setelah pengovenan :
(Berat cawan 1 + tanah (top soil 1 )) cawan
= 12.8390 gram - 4.5901gram
= 8.2489 gram
(Berat cawan 2 + tanah (sub soil 1)) cawan
= 11.5558 gram 4.2571 gram
= 7.2987 gram
D. Berat kandungan air tanah
1. Top soil
= (berat tanah + cawan sebelum dioven berat tanah + cawan setelah
dioven)
= 14.5901 12.8390
= 1.7511 gr
13
2. Sub soil
= (berat tanah + cawan sebelum dioven berat tanah + cawan setelah
dioven)
= 14.2571 11.5558
= 2.7013 gr
Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa kandungan air
tanah untuk tanah top soil lebih kecil dari tanah sub soil. Hal ini disebabkan
karena pada lapisan tanah top soil lebih banyak mengandung bahan organik.
Sedangkan pada lapisan tanah sub soil pori-pori tanah baik makro maupun mikro
dalam keadaan terisi oleh air sehingga tanah jenuh air. Jika terjadi penambahan air
lebih lanjut, akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak terus ke bawah.
Pada keadaan ini air ditahan oleh tanah dengan kekuatan pF = 0 atau 0 atm.
Kesimpulan :
1. Kandungan air sub soil lebih besar dibandingkan top soil
2. Pori-pori makro lebih banyak terdapat di top soil
3. Pori-pori makro yang telah ditinggalkan air akan di isi oleh udara
14
PRAKTIKUM IV
PENENTUAN BOBOT ISI TANAH (BULK DENSITY)
Tujuan :
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bobot isi tanah (Bulk density).
Teori Dasar
Bobot isi (B.I) tanah yang biasa juga disebut sebagai apparent density,
adalah perbandingan antara berat suatu masa tanah dengan keadaan kering mutlak
dengan volumenya. Tanah tersebut harus dalam keadaan tidak terganggu (utuh).
Satuan bobot isi tanah dinyatakan dalam g/cm3. Tanah-tanah mineral nilainya
berkisar antara 0,7 1,5 g/cm3.
Metode penentuan bulk density yang paling sering dilakukan adalah
dengan ring sample atau dengan metode clod. Pada metode clod, gumpalan tanah
dicelupkan ke dalam cairan plastic kemudian ditimbang biasa (di udara) dan di
dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod tersebut.
Gunanya menentukan bulk density adalah untuk :
1. Deteksi adanya lapisan padas dan tingkat perkembanganya. Makin
berkembang makin tinggi bulk densitynya
2. Menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang
cukup tinggi
3. Menunjukkan tingkat pelapukan batuan
4. Evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah
5. Evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan
tanah, akibat penambahan pencucian dari horisan-horisan tertentu
Contoh tanah yang dikirim ke laboratorium harus dalam keadaan alami
dan struktur tanah tidak terganggu. Contoh tanah yang diambil dengan Core
Sampler akan memudahkan perhitungan volume dan bobot isi tanah tersebut. Bila
contoh tanah hanya merupakan bongkahan (clod) yang bentuknya tidak beraturan,
maka penentuan volumenya dilakukan dengan cara menimbang berat bongkah
15
tanah tersebut di dalam air, yang sebelumnya dilapisi tanah dulu dengan
lilin/paraffin untuk menghindarkan penyerapan.
Bobot isi kering (dry bulk density) : b,
Bp Bp
Yaitu : b = = g/cm3
It Ip + Iu + Ia
Untuk tanah-tanah yang isi ruang porinya sama dengan setengah isi total
tanah, maka b sama dengan setengah p, yaitu sekitar 1,3 1,35 g/cm3. Tanah
berpasir b-nya dapat mencapai nilai 1,6, sedangkan tanah lampung dan liat
nilainya dapat mencapai 1,1 g/cm3. Struktur tanah mempunyai pengaruh penting
terhadap bobot isi ini.
Bobot isi basah (wet bulk density) ; t
Bt Bp + Ba
Yaitu : t = = g/cm3
It Ip + Iu + Ia
Besaran ini menyatakan bobot total tanah, yaitu padat dan air per satuan
isi. Yang paling sering dipakai adalah bobot isi kering yang umumnya disebut
bobot isi saja. Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
pengolahan tanah, bahan organic, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur,
struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam
perhitungan-perhitungan seperti dalam penentuan kebutuhan air irigasi,
pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-lain.
Jenis tanah Bobot isi (gr/cm
3
)
Podsolik merah kuning (ultisol) 1.10 1.35
Regosol (entisol) 1.07 1.48
Aluvial (entisol/inseptisol) 1.02 1.42
Grumusol (vertisol) 0.98 1.37
Mediteran (alfisol/inseptisol) 0.97 1.48
Latosol (inseptisol) 0.93 1.11
Gley humus rendah (gleisol) 0.90 0.22
Andosil (inseptisol) 0.68 - 0.86
Organosol (histosol) 0.14 - 0.21
Alat-alat
16
1 Timbangan listrik dengan ketelitian dua desimal.
2 Core sampler atau ring sampler.
3 Cangkul/skop.
4 Pisau tipis tajam dan Moistur tin.
5 Oven pengering sampai 105
o
C.
6 Dessicator.
Cara Kerja
1 Contoh tanah utuh yang diambil dilapangan dengan cara praktikum no.2 di
atas kemudian ditimbang keseluruhan (tanah+ring+tutup) dengan
timbangan duduk, kemudian dikurangi oleh berat ring dan tutup maka
akan diperoleh berat tanah kering udara.
2 Dengan mengetahui kandungan air tanah (% berat) maka dapat dihitung
berat tanah kering mutlak.
Contoh:
Berat tanah kering udara = 250 gram; kandungan air tanah = 33 %, maka
berat tanah kering mutlak adalah sebagai berikut:
=
0 , 188 250
% 33 % 100
% 100

+
gram x
Garis tengah ring sampler 7,4 cm, tinggi ring = 3,8 cm.
Jadi isi ring =
( )

,
_


,
_

3 2
5 , 163 8 , 3 7 , 3
7
22
cm x x

Jadi B.I =

,
_

3
3
/ 15 , 1
5 , 163
0 , 188
cm g
cm
g
Data Pengamatan dan perhitungan
17
Tabel 5. Berat tanah dan Ukuran Ring
Tanah Diameter
(cm)
Tinggi
(cm)
Berat ring
+ kap (gr)
Berat ring
+ kap +
tanah (gr)
Volume
Ring (cm
3
)
Top soil 7.5 4.1 155.4 462.9 181.2
Sub soil 7.5 3.9 182.1 450.0 172.4
Perhitungan
TOP SOIL
Diketahui : Berat cawan = 4.5901 gram
Berat tanah setelah di oven + cawan = 12.8390 gram
Berat tanah sebelum di oven = 14.5901 gram
Ditanyakan : Berat Bobot Isi ?
Isi/Volume Ring
V = r
2
t
= 22 x (3.75)2 x 4.1
7
= 1268.4375 = 181.2054 cm
3
7
Berat kering udara (BKU) = Berat ring total berat ring
= 462.9 155.4
= 307.5 gram
Berat air = Berat tanah Berat tanah setelah di oven
= 14.5901 12.8390
= 1.7511 g
Kadar air Top soil
= 1.7511 x 100% = 21.23 %
8.2489
Berat tanah kering mutlak (BKM)) :
18
= 100% x 307.5 = 253.65 g
100% + 21.23%
Jadi Bobot Isi tanah tersebut = Berat tanah kering mutlak
Volume
= 253,65 = 1.40 g/cm
3

181.21
SUB SOIL
Diketahui : Berat cawan = 4.2571 gram
Berat tanah setelah di oven = 11.5558 gram
Berat tanah sebelum di oven= 14.2571 gram
Ditanyakan : Bobot isi tanah ?
Jawab:
Isi/Volume ring
V = r
2
t
V = 22 x (3.75)2 x 3.9
7
= 1206.5625 = 172.3661 cm
3
7
Berat air = 14.2571 11.5558 = 2.7013 g
Kadar air Sub soil :
= 2.7013 x 100 % = 37.01 %
7.2987
Berat tanah kering mutlak (BKM) :
= 100% x 267.9 = 195. 53 g
100% + 37.01%
Jadi Bobot Isi Tanah tersebut =195.53 = 1.13 g/cm
3
172.37
19
Tabel 6. Data kelas (bobot isi)
Kelompok Top soil (gr/cm
3
) Sub soil (gr/cm
3
)
1 1.38 1.18
2
3
4 1.40 1.13
5
6
7
8
9
Rata rata
Pembahasan :
Perbandingan antara bobot isi lapisan tanah top soil dan lapisan tanah sub
soil menunjukan bahwa lapisan top soil memiliki bobot isi lebih besar
dibandingkan dengan lapisan sub soil. Nilai bobot isi biasanya dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, tekstur, struktur,
dan kandungasn air tanah. Bobot isi yang dimaksud disini adalah nilai bobot isi
kering (Dry bulk density). Bobot isi tanah dapt dihitung bila diketahui berat
kering mutlak dan volume ring yang digunakan. Dimana untuk mengetahui berat
kering mutlak harus diketahui nilai kandungan air tanah (spesifik gravity) terlebih
dahulu. Perhitungan kandungan air tanah ini telah dilakukan pada percobaan
sebelumnya. Pada pengamatan, tanah yang diambil harus dalam keadaan
utuh/tidak terganggu agar hasil pengamatan yang diperoleh tidak menyimpang
dari nilai bobot isi yang berkisar antara 0.7 1.5 gr/cm
3
( sebagai nilai
perbandingan).
20
Kesimpulan :
Nilai bobot isi yang diperoleh, 1.40 gr/cm
3
untuk top soil dan 1.13 gr/cm
3
untuk sub soil. Dari hasil perbandingan dengan kelompok lain dapat disimpulkan
bahwa nilai bobot isi berada pada nilai 0.72 1.19 gr/cm
3
(top soil) dan 0.95
1.46 gr/cm
3
(sub soil).
21
PRAKTIKUM V
PENENTUAN TOTAL POROSITAS DAN
PENYEBARAN PORI TANAH
Tujuan :
Menentukan total porositas dan distribusi dari pori tanah
Teori Dasar
Dalam pemantauan total porositas tanah ini sebaiknya ditentukan dahulu
nilai kepadatan partikel tanah (particle density). Kepadatan partikel tanah ini
adalah masa tanah kering persatuan volume tanah bebas udara, satuannya adalah
g/cm
3
. Kepadatan partilel tanah-tanah mineral banyak diteliti dan hasilnya hampir
sama yaitu berkisar antara 2.6 2.7 g/cm
3
. Kepadatan partikel tanah yang tidak
atau sedikit kandungan bahan organiknya mendekati atau sama dengan 2.7 g/cm
3
,
tanah dengan kandungan bahan organiknya sedang 2.65 g/cm
3
, dan untuk tanah
dengan kandungan bahan organiknya tinggi nilai ini akan lebih rendah lagi yaitu
2.6 g/cm
3
.
Total porositas tanah (soil porosity) daalm keadaan alami dinyatakan sebagi
persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara dan air diantara
partikel tanh berdasarkan nilai bobot isi dan kepadatan partikel (particle density).
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar
dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori
halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar
lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar kulit
menahan air sehingga tanaman mudsah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai
pori total, lebih tinggi dari pada pasir.
Porositas tanah dipengaruhi oleh :
Kandungan bahan organic
Struktur tanah
Tekstur tanah
22
Porositas tanah tinggi kalau bahan organic tinggi. Tanah-tanah dengan
struktur granuler atau remah, mempunyai porisitas yang lebih tinggi dari pada
tanah-tanah dengan struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak
mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air.
Dalam mengamati pori-pori tanah ada beberapa hal yang harus dicatat yaitu :
ukuran, jumlah, kesinambungan, bentuk, orientasi, dan letak.
Ukuran dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu :
Sangat halus 0.1-0.5 mm
Halus 0.5-2.0 mm
Sedang 2.0-5.0 mm
Kasar > 5.0 mm
Pori-pori kasar yang ukuranya lebih dari 10 mm harus disebut kisaran
ukuranya. Rongga-rongga yang terbentuk karena tanah yang retak bila tanah
kering harus disebutkan pula ukuranya. Jumlah pori taanh dibedakan sesuai
dengan ukuran dan jumlah pori-pori per dm2. Klasifikasinya dalah sebagai berikut
:
Tabel 7. Ukuran pori tanah
Sedikit Sedang Banyak
Sangat halus
(0.1-0.5 mm)
<25 25-200 >200
Halus
(0.5-2.0)
<10 10-50 >50
Sedang
(2.0-5.0)
<1 1-5 >5
Kasar
(5.0-10.0)
<1 1-2.5 >2.5
Kesinambungan pori-pori tanah sangat penting karena menentukan apakah
air atau udara dapat bergerak dengan baik di dalam tanah atau tidak. Dibdakan
menjadi beberapa kelas yaitu :
Tidak menyambung
23
Masing-masing pori tanah tidak dihubungkan satu sama lain oleh rongga yang
berukuran lebih dari 0.1 mm
Agak menyambung
Masing-masing pori tanah dihubungkan oleh rongga yang berukuran lebih dari
0.1 mm, tetapi ukuran rongga penghubung tersebut paling besar dua tingkat
lebih kecil dari ukuran pori-porinya sendiri. Karena itu istilah ini hanya
berlaku untuk pori-pori sedang dan kasar.
Menyambung
Masing-masing pori tanah
Bentuk pori-pori tanah dibedakan sebagai berikut :
Vesikular
Tidak teratur
Tubular
Alat-alat
1 Ring Sampler atau
2 Cangkul/skop.
3 Oven pengering, 105
o
C
4 Dessicator
5 pF meter
6 Timbangan analitik
7 Pisau tipis tajam
Cara Kerja
1 Tentukan bobot isi tanah (bulk density) dengan cara seperti pada
praktikum No. VI di atas.
2 Untuk nilai kepadatan patikel (particle density) dipakai angka 2.65 (nilai
real density).
3 Untuk perhitungan dipakai rumus di bawah ini :
24
Total porositas tanah (f) =
) (
) (
% 55 % 100
/
/
0 , 1
3
3

,
_

1
]
1

x
cm g density Particle
cm g density Bulk

Penentuan Penyebaran Pori Tanah :
Pembagian ukuran pori tanah yang terpenting adalah < 0.2 mikron =
pori tidak berguna.
Pori air berguna bagi tanaman :
0.2 s/d 8.5 mikron = pori air tersedia bagi tanaman
8.5 s/d 29.6 mikron = pori drainase terlambat
29.6 mikron = pori drainase cepat.
Total porositas berarti sama dengan jumlah air yang dapat mengisi
pori-pori tanah apabila tanah dalam keadaan jenuh air. Jumlah pori dari 0 s/d
8.6 mikron menunjukkan jumlah air dalam keadaan kapasitas lapang.
Jumlah pori dari 0.2 s/d 8.6 mikron menunjukkan jumlah air tersedia bagi
tanaman.
Contoh perhitungan :
Umpama total porositas tanah 55% isi, berarti jumlah kandungan air dalam
keadaan jenuh air = 55% isi.
Umpama kandungan air pada kapasitas lapang (pF 2.54) = 45% isi
(berarti 45% pori antara 0 s/d 8.6 mikron), pada titik layu permanen 25% vol
(berarti 25% pori antara 0.2 mikron). Jadi jumlah air tersedia 45% - 25%
=20% isi (berarti 20 % pori antara 0.2 s/d 8.6 mikron), sedang kandungan air
drainase seluruhnya = 55% -45% = 10% isi (berarti 10 % pori di atas 8.6
mikron).
Secara rinci, kandungan air dihubungkan dengan perbandingan pori
(BI = 0.8 g/m3).
25
No Jenis pori tanah Ukuran
pori
(mikron)
Kadar
air
(% isi)
Perbandingan
penyebaran pori (%
Isi)
1
2
3
4
5
6
7
8
Kandungan air maksimal
(jenuh) atau ruang pori total
Pori drainase cepat (pori
aerasi)
Kandungan air (pF 2.0)
Pori drainase lambat (pF 2.0)
Kapasitas lapang (pF 2.54)
Pori air tersedia
Titik layu permanen (pF 4.2)
Pori air tidak tersedia
Seluruh
pori
> 29.7
0 29.7
8.7 29.7
0 -8.7
0.2 8.7
0 0.2
< 0.2
69.8
50.0
42.0
24.0
69.850.0=19.8 tinggi)
50.0 42.0 = 8.0
42.024.0=18.0 tinggi)
24.0 0 = 24.0

Hasil Pengamatan
Menghitung porositas tanah
TOP SOIL
f =
) (
) (

,
_

1
]
1

% 100
/
/
0 , 1
3
3
x
cm g density Particle
cm g density Bulk
= [1,0 - BI/BJP] x 100 %
= [1,0 1,35/2.65] x 100 %
= [1,0 0,51] x 100 %
= [0,49] x 100 %
= 49 %
SUB SOIL
f =
) (
) (

,
_

1
]
1

% 100
/
/
0 , 1
3
3
x
cm g density Particle
cm g density Bulk
= [1,0 - BI/BJP] x 100 %
= [1,0 1,26/2.65] x 100 %
26
= [1,0 0,47] x 100 %
= [0,53] x 100 %
= 53 %
Tabel 8. Data kelas (total porositas tanah)
Kelompok Top soil (%) Sub soil (%)
1 61,5 56,3
2 54,3 49,1
3 51,7 53,2
4 59,3 55,9
5 60,0 64,5
6 49,0 53,0
7 58,1 42,6
8 67,9 58,4
Rata-rata 57,73 54,13
Pembahasan
Perbandingan nilai porositas tanah antara lapisan top soil dan sub soil dari
hasil percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa nilai porositas tanah lapisan
sub soil lebih besar dibandingkan top soil. Tanah bertekstur halus akan
mempunyai persentase ruang pori total lebih tinggi daripada tanah bertekstur
kasar walaupun ukuran pori tanah bertekstur halus pada umumnya berukuran pori
mikro. Total porositas tanah adalah jumlah total pori yang dapat diisi oleh air atau
udara yang dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan total porositas tanah
harus diketahui dulu nilai partikel density yang merupakan nilai rata-rata dari
kepadatan partikel tanah mineral (2,6-2.7 g/cm
3
) secara umum yaitu 2.65 gr/cm
3
dengan kandungan bahan organic sedang (tidak terlalu rendah dan tidak terlalu
tinggi). Total pori yang kami peroleh pada sub soil lebih besar (53 %) bila
dibanding denagn top soil (49 %). Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya dilapangan.
27
Kesimpulan :
1. Ukuran dan total porositas tanah yang tinggi ditentukan pada
bagian mana tanah tersebut diamati (top soil dan sub soil)
2. Total pori pada tanah sub soil lebih besar bila dibandingkan pada
tanah top soil.
PRAKTIKUM VI
PENENTUAN KESETABILAN AGREGAT TANAH
28
1 Metode Pengayakan Kering dan Basah
Tujuan :
Menentukan kesetabilan agregat tanah dengan metode pengayakan kering
dan basa juga metode Loveday.
Teori Dasar
Agregat tanah terdiri dari pengelompokkan erat sejumlah butir-butir
primer tanah. Mekanisme pembentukkan agregat-agregat ini merupakan fase
penting dalam masalah struktur tanah, karena tipe struktur tanah ditentukan oleh
jumlah dan sifst agregat.
Pembentukan agregat tergantung pada terdapatnya butir-butir primer yang
dapat beragregasi, penggumpalan dan penjonjotan butir-butir tanah, serta
sementasi dari bahan-bahan yang menggumpal menjadi agregat yang stabil.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangna agregat adalah
tekstur, bahan organik, kation-kation pada kompleks jerapan, kelembaban, faktor
biotik dan pengolahan tanah.
Analis agregat dapat dilakukan terhadap distribusi dan kemantapan
agregat, yang dapat dipakai dalam penilaian struktur tanah. Pada umumnya
penyelidikan dilakukan di laboratorium. Agar dapat dipakai dalam penilaian di
lapangan, maka prinsip analisis agregat didasarkan pada kemungkinan kerusakan
agregat di lapangan, antara lain oleh pukulan butir hujan, daya aliran permukaan
(erosi) atau akibat penggunaan alat-alat mekanik berat.
Analisis agregat dapat dilakukan terhadap distribusi dan kemantapan
agregat, yang dapat dipakai dalam penilaian struktur tanah. Pada umumnya
penyelidikan dilakukan di laboratorium. Agar dapat dipakai dalam penilaian di
lapangan, maka prinsip analisis agregat didasarkan pada kemungkinan agregat di
lapangan, antara lain oleh pukulan butir hujan, daya aliran permukaan atau akibat
penggunaan alat-alat mekanik berat.
Pada uraian selanjutnya dibatasi pada kemantapan agregat dan cara
penetapannya. Kemantapan agregat tanah adalah ketahanan agregat tanah
terhadap daya penghancuran agregat tersebut. Penetapan kemantapan agregat
29
secara kuantitatif di laboratorium dilakukan dengan metode pengayakan kering
dan basah.
Cara Kerja
a. Pengayakan kering.
1. Contoh tanah dengan agregat utuh (contoh bongkah) dikering-udarakan
(jangan ditumbuk).
2. Tanah kira-kira 500 g tanah kering udara di atas ayakan 8 mm. di bawah
ayakan ini berturut-turut terdapat ayakan-ayakan 4.76 mm, 2.83 mm, 2 mm,
dan 0 mm.
3. Tumbuk tanah (ad 2) dengan anak lumpang (alu kecil) sampai semua tanah
turun melalui ayakan 8 mm.
4. Gerak-gerakan ayakan ini dengan tangan 5 kali.
5. Masing-masing fraksi agregat di timbang, kemudian nyatakan dalam %.
Persentase agregasi = 100% dikurangi dengan % agregasi lebih kecil dari 2
mm.
6. Ulangi pekerjaan ini sebanyak 4 kali.
b. Pengayakan Basah :
1. Agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering (pekerjaan 5),
kecuali agregat lebihkecil dari 2 mm, ditimbang dan masing-masing
dimasukkan ke daalm cawan nikel (diameter 7.5 cm, tinggi 2.5 cm).
banyaknya disesuaikan dengan perbandingan ketiga agregat tersebut dan
totalnya harus 100 gram.
Misalnya :
Pengayakan 500 gram tanah diperoleh :
Agregat antara 8 dan 4.76 mm = 200 g
Agregat antara 4.76 dan 2,83 mm = 100 g
Agregat antara 2.83 dan 2 mm = 75 g
Maka perbandingannya adalah 8 : 4 : 3
30
Jadi :
Agregat antara 8 dan 4.76 mm = 53 g
Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm = 27 g
Agregat antara 2.83 dan 2 mm = 20 g
Total = 100 g
Pekerjaan ini dilakukan sebanyak 4 ulangan.
2. Teteskan air pada tanah dalam cawan nikel sampai kapasitas lapang dari buret
setinggi 30 cm dari cawan sampai ujung penetes buret.
3. Simpan dalam inkubator pada temperatur 20
o
C denagn kelembaban relatif 98
100% selama 1 malam.
4. Pindahkan tiap agregat dari cawan ke ayakan sebagai berikut :
Agregat antara 8 dan 7.46 mm di atas ayakan 4.76 mm.
Agregat antar 4.76 dan 2.83 mm di atas ayakan 2.83 mm.
Agregat antara 2.83 dan 2 mm di atas ayakan 2 mm.
Di samping ayakan-ayakan tersebut digunakan berturut-turut ayakan 1 mm,
0.5 mm, dan 0.279 mm.
5. Pasang susunan ayakan-ayakan ini pada alat pengayak basah (Gambar 2) di
mana bejana yang disediakan telah diisi air lebih dahulu samapai setinggi 25
cm dari dasar bejana. Air yang digunakan harus mengandung ion Ca
++
sekurang-kurangnya 2 x 10
-3
M, untuk mencegah dispersi yang terlalu cepat
daripada partikel koloid, jika tidak maka stabilitas yang diamati di lapangan
akan kurang sesuai, sebab air tanah juga menagndung elektrolit sekitar
konsentrasi tersebut.
6. Pengayakan dilakukan selama 5 menit (35 ayunan tiap menit dengan
amplitudo 3.75 cm).
7. Setelah selesai pengayakan agregat-agregat dari tiap ayakan ke cawan nikel
(diameter 9 cm, tinggi 5 cm) yang beratnya telah diketahui. Pemindahan ini
dibantu dengan corong terbuat dari seng yang mulut atasnya lebih besar dari
mulut ayakan (Gambar 3). Untuk memudahkan agregat-agregat lepas dari
31
adsar ayakan, harus dibantu denagn semprotan air ledeng yang dilakuakn pada
selang berdiameter kecil supaya alirannya deras.
8. Buang kelebihan air dari cawan, lalu keringkan di atas pemanas terbuka pada
suhu 130
o
C.
9. Setelah kering lalu diangkat dan dibiarkan sampai kering udara, kemudian
timbang.
Gambar 2. Alat pengayak basah.
Gambar 3. Cara pemindahan agregat setelah pengayakan basah.
Perhitungan :
a). Rata-rata diameter dari pengayakan kering :
Agregat antara 8 dan 4.76 mm : 8 + 4.76 = 6.4 mm
2
Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm : 4.76 + 2.83 = 3.8 mm
2
Agregat antara 2.83 dan 2 mm : 2.83 + 2 = 2.4 mm
2
Rata-rata berat diameter (lihat angka-angka berat pada contoh yang
dikemukakan pada pekerjaan b1)
(53 x 6.4) + (27 x 3.8) + (20 x 2.4) = 498.9 = 5.0
100 100
b). Rata-rata diameter dari agregat pengayakan basah :
Agregat antara 8 dan 4.76 mm : 8 + 4.76 = 6.4 mm
2
Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm : 4.76 + 2.83 = 3.8 mm
2
Agregat antara 2.83 dan 2 mm : 2.83 + 2 = 2.4 mm
2
Agregat antara 2 dan 1 mm : 2 + 1 = 1.5 mm
32
2
Agregat antara 1 dan 0.5 mm : 1 + 0.5 = 0.75 mm
2
Agregat antara 0.5 dan 0.297 mm : 0.5 + 0.297 = 0.40 mm
2
Agregat antara 0.297 dan 0 mm : 0.297 + 0 = 0.297 mm
2
Rata-rata berat diameter :
Misalnya berat agregat yang diperoleh pada butir b-9 sebagai berikut :
Ayakan 4.76 mm menghasilkan 5 g
Ayakan 2.83 mm menghasilkan 20 g
Ayakan 2 mm menghasilkan 17 g
Ayakan 1mm menghasilkan 19 g
Ayakan 0.5 mm menghasilkan 15 g
Ayakan 0.297 mm menghasilkan 19 g
jumlah 95 g
Agregat 0.15 adalah agregat yang tidak tertampung pada ayakan tetapi jatuh ke
dasar bejana. Berat agregat ini = 100 95 gram = 5 gram. Jadi, rata-rata berat
diameter :
(5 x 6.4) + (20 x 3.8) + (17 x 2.4) + (19 x 1.5) + (15 x 0.75) + (19 x 0.40) + (5 x
0.15)
100
= 196.9 = 1.97, bulatkan jadi 2.0
200
selisih antara rata-rata berat diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan
pengayakan basah merupakan indeks instabilitas, yang berarti makin besar
selisihnya makin tidak stabil tanah tersebut. untuk mendapatkan indeks stabilitas
dipergunakan rumus :
1 x 100
33
Indeks instabilitas
Pada contoh di atas indeks instabilitas = 5.0 2.0 = 3.0.
Indeks instabilitas = 1 x 100 = 33
3.0
Tabel 2. Klasifikasi indeks stabilitas agregat adaalh sebagai berikut :
Kelas Indeks stabilitas
Sangat stabil sekali > 200
Sangat stabil 80 200
Stabil 66 80
Agak stabil 50 66
Kurang stabil 40 50
Tidak stabil < 40
2. Metode Loveday
Tujuan :
Praktikum ini dilakukan unruk menentukan kestabilan agregat tanah
dengan menggunakan metode Loveday.
Teori Dasar
Kestabilan agregat tanah (agregat density) penting diketahui daalam dunia
pertanian, terutama paad tanah-tanah yang sering diolah. Tanah yang tidak stabil
mudah terurai akibat pengaruh air hujan sehingga sering menutupi pori-pori tanah
di permukaan. Hal ini dapat menimbulkan bahaya erosi.
Suatu percobaan tentang dispersi yang sederhana dikemukakan oleh
Emerson dan Loveday, yaitu dengan cara memasukkan agregat kering ke dalam
air dan lebih baik lagi ke dalam larutan calsium chlorida 0.01 M. Tanah/agregat
tanah yang dicelupkan tadi akan terurai sesuai denagn kestabilannya bahkan akan
mungkin tetap untuk waktu yang lama. Dasar dari teknik Emerson ini adalah
menentukan tingkat dispersi tanah yang dinyatakan dalam Indeks dispersi.
Alat-alat
1. Beaker 100 ml
2. Air destilasi
34
3. Alat penghisap air untuk pengukur pF
4. Calcium chlorida CaCl
2
, 2H
2
O
5. Spatula
6. Tabel Indeks dispersi, latex, gypsum.
Cara Kerja
1.Agregat dari contoh tanah yang digunakan, dikering-udarakan
selama 3 -5 hari. Diameter agregat kira-kira 15 cm
2.Agregat yang sudah kering udara tersebut, masukkan dalam beaker
100 ml yang telah diisi air destilasi 50 ml.
3.untuk setiap contoh tanah dibuat 3 buah agregat tanah serupa,
selama percobaan beaker jangan sampai terganggu.
Perhitungan/ pengamatan :
Penagmatan dilakukan pada saat setelah 2 dan 20 jam pencelupan agregat,
dinyatakan dengan indeks dispersi. Untuk agregat yang tidak terdispersi setelah
20 jam atau incex dispersinya 0, maka pendugaan tingkat dispersi dilanjutkan
denagn cara berikut :
Agregat dihancurkan atau dilunakkan (dengan penambahan beberapa tetes
air) selama 30 detik. Hal ini dikerjakan dengan mengaduk memakai spatula.
Contoh tanah itu kemudian disimpan pada alat penghisap (mempergunakan
penghisap dengan tinggi air 100 cm (pF 2) selama 4 -5 hari. Contoh tanah
sekarang sudah terisap, dibentuk bola kecil dan di masukkan ke dalam beaker
seperti semula berisi larutan calcium chlorida 0.01 M.
Untuk tanah yang tidak terdispersi pada saat pengujian pertama tadi, maka
nilai indeks dispersi pengamtan setelah 2 jam dan 20 jam kedua yaitu setelah
disuspensikan/ diaduk, dijumlahkan, dan nilai index yang dipakai antara 0 8.
Untuk tanah yang terdispersi pada pengujian pertama, nilai index setelah 2 jam
dan 20 jam pengamatan pertama kemudian ditambah niali 8. lakukan percobaan
dengan contoh tanah yang diberi perlakuan pemantap tanah (soil Conditioner)
seperti latex, Lignosulfonat, PAM, Bitumen, dll.
35
Bila dispersi sanagt kecil, biasanya suakr terlihat, maka perlu percobaan
pembanding yaitu dengan memasukkan agregat tanah baru ke dalam beaker glass
yang berisi air tersebut, hal ini akan menolong. Pengamatan sebaiknya dilakuakn
3 orang pengamat, agar hasilnya obyektif.
Tabel 3. Index Tingkat Dispersi Agregat Tanah.
Index/klas/skor Tingkat dispersi
0 Tanah tidak terdispersi
1 Sedikit terdispersi, sedikit keruh air di sekitar agreagt
2 Terdispersi sedang dan jelas terlihat
3 Terdispersi kuat + 2 bagian agregat terlarut
4 Terdispersi sempurna, yang tersisa hanya butir pasir
dalam suspensi liat.

Tabel 4. Penilaian Kemantapan/Kestabilan Agregat Tanah
Nilai Indeks Penilaian Kemantapan/Stabilitas Agregat
0 3 Sangat tinggi (sangat mantap)
4 6 Tinggi (mantap)
7 9 Sedang (agak mantap)
10 13 Rendah (tidak mantap)
14 16 Sangat rendah (sangat tidak mantap)
HASIL PENGAMATAN
Tabel keremahan / Terdispersi Tanah
Waktu (jam) Top soil Sub soil
2 2 1
20 1 2
TOP SOIL
Setelah 1 jam (pertama) 2 agregat tanah Top soil tidak terdispersi
keduanya, Nilai index = 0
Setelah 20 jam (kedua), 1 dari 2 agregat tanah Top soil terdispersi
sempurna, maka
36
- nilai indexnya 8 + 2 = 10 (kemantapan agregat rendah).
- Index dispersi = 8 + 2 = 10 (stabilitas agregat rendah).
SUB SOIL
Setelah 1 jam (pertama), 1 dari 2 agregat
tanah sub soil terdispersi sempurna, angka index = 1
Setelah 20 jam (kedua), kedua agregat tanah
sub soil terdispersi sempurna, angka index = 2 maka :
- Angka index dispersi = 8 + 3 + 1 =10, (kemantapan agregat rendah).
- Index dispersi = 8 + 3 + 1 = 12 (stabilitas agregat rendah).
Pembahasan :
Untuk mengetahui kestabilan agregat tanah pada suatu lahan perlu
dilakukan pengamatan di laboraturium dengan mengambil contoh tanah terganggu
yang telah dikering udarakan selama 3 sampai 5 hari. Metode yang di gunakan
adalah metode loveday. Masing masing kelompok mengambil dua agregat top
soil dan satu agregat sub soil dengan diameter kurang lebih 1.5 cm untuk diamati.
Agregat tanah tersebut dimasukan kedalam bekker glass 100 ml berisi air destilasi
50 ml dan pengamatan dilakukan setelah dua jam dan dua puluh jam. Dalam
proses awal harus di perhatikan cara pemasukan agregat (perlahan) agar tidak
mempengaruhi hasil pengamatan. Sebelum pengamatan dilakukan (saat
pemasukan agregat) agregat tanah harus memperlihatkan terjadinya disperse,
yaitu dispersi sempurna untuk sub soil dan salah satu dari top soil. Setelah dua
jam, dilakukan pengamatan dan diketahui tingkat disperse dari agregat tanah tidak
mengalami perubahan begitu juga pada pengamatan setelah dua puluh jam. Untuk
agregat tanah yang tidak mengalami disperse (indeks disperse 0) perlu dilakukan
perlakuan tertentu dengan menggunakan kalsium klorida 0.01 molar dan dengan
metode tertentu pula (menggunakan alat penghisap dengan tinggi air 100 cm (pF
2) selama 4 sampai 5 hari). Untuk agregat tanah dengan indeks disperse 4 dalam
penghitungan untuk menentukan kestabilan agregatnya perlu ditambahkan nilai
indeks 8 karena merupakan batas atas nilai indeks untuk agregat yang
37
kemantapannya kurang. Terdispersinya agregat tanah saat dimasukan ke dalam
bekker glass sudah cukup membuktikan bahwa tanah yang diamati mempunyai
kesetabilan agregat yang rendah. Yang diperkuat dengan hasil perbandingan
kelompok yang menunjukan kesetabilan agregat dari rendah sampai sangat
rendah.
Kesimpulan :
1. Berdasarkan perbandingan indeks disperse tiap kelompok dapat
di simpulkan bahwa tingkat kesetabilan agregat tanah yang kami
teliti berkisar dari rendah sampai dengan sangat rendah
2. Dapat dikatakan bahwa tanah yang diteliti ialah jenis yang peka
terhadap erosi sehingga perlu di berikan perlakuan untuk
meningkatkan kesetabilan tanah baik dengan bahan pemantap
tanah maupun dengan pengolahan yang intensif.
PRAKTIKUM VII
PENENTUAN BANYAKNYA AIR DALAM TANAH YANG TERSEDIA
BAGI TANAMAN
Tujuan :
Untuk mengetahui banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman
Untuk mengetahui penentuan kandungan air pada keadaan titik layu
permanent
Untuk mengetahui perbedaan nilai-nilai berdasarkan tekstur tanah
Teori Dasar
38
Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir
seluruhnya berasal dari udara atau atmosfera. Terutama di daerah topis air hujan
merupakan sumber yang terbanyak yang jatuh di permukaan bumi. Sebagian dari
air itu dapat merembes ke dalam tanah yang disebut air infiltrasi. Sedangkan
sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran air permukaan (run off). Air
infiltrasi tadi, bila dalam jumlah banyak dan terus merembes ke dalam tanah
secara vertikal dan meninggalkan daerah perakaranya disebut air perkolasi, yang
akhirnya sampai di lapisan yang kedap air, kemudian berkumpul disitu menjadi
air tanah (ground water). Mengetahui banyaknya air di dalam tanah yang tersedia
bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air
(pengairan) pada tanaman agar supaya tidak berlebihan atau kekurangan.
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan
kandungan air pada keadaan kapasitas lapang (pF 2,53)dikurangi dengan %
kandungan air pada keadaan itik layu permanen (pF 4,2). Dalam hal ini nilai-
nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur yang lebih halus
maka nilai ini akan lebih tinggi, sebaliknya tanah dengan tekstur lebih kasar nilai-
nilainya akan lebih rendah lagi.
Air di dalam tanah menurut jumlah dan keadaanya di bagi menjadi empat
keadaan air tanah, yaitu:
1. Air adesi
Merupakan lapisan yang mengelilingi butir tanah, tetapi bukan berupa cairan
karena jumlahnya paling sedikit, jadi paling tidak tersedia bagi tanaman. Nilai
pF-nya hampir 7
2. Air higroskopis
Juga bukan berupa cairan, jadi sebagian besar sudah berupa uap air
3. Air kapiler
Dibagi dalam dua keadaan, yaitu keadaan titik layu permanen dan keadaan
kapasitas lapang
Mengetahui banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah
penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air (pengairan) pada
tanaman agar supaya tidak berlebihan atau kekurangan.
39
Banyaknya air yang teersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan
kandungan air pada keadaan kapasitas lapang (pF 2.54) dikurangi dengan %
kandungan air pada keadaan titik layu permanen (pF 4.2). dalam hal ini nilai-
nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur yang lebih halus
maka nilai ini akan lebih tinggi, sebaliknya tanah dengan tekstur lebih kasar nilai-
nilainya akan lebih rendah lagi.
Alat-alat
1 Core sampler/ring sample lengkap dengan pegangan penekannya.
2 Cangkul atau skop dan pisau tajam tipis.
3 Bak perendam terbuat dari logam (moisture tin).
4 Pot tempat tanaman percobaan.
5 Pressure membrane appratus atau tabung gelas dengan skat dari keramik
untuk penentuan pF.
6 Oven pengeringan (105oC) lengkap dengan gelas timbangan.
7 Alat pendingin eksikator.
8 Timbangan analitik.
Cara Kerja
1. Contoh tanah utuh (Undistrube soil) yang diambil pada praktikum No.II di
atas kemudian direndam setengah bagiannya dengan air pada bak perendam
selama 24 jam. Hal ini dengan maksud agar seluruh pori tanah baik mikro
maupun makro seluruhnya diisi dengan air sehingga dikatakan jenuh.
2. Setelah 24 jam direndam maka contoh taanh ini kemudian dipindahkan ke
dalam tabung glass dengan skat dari keramik untuk diisap dengan kekuatan
1/3 atm, atau dengan daya isap 346 cm kolom air. Dalam hal ini tidak dapat
dilaksanakan, maka cukup dengan mengangkat contoh utuh tanah ini dari
rendaman air kemudian membiarkan air merembes turun karena adanya gaya
40
gravitasi sampai air tidak menetes lagi, hal ini biasanya dicapai setelah 46 jam
atau lebih.
3. Setelah tercapai keadaan kapasitas lapang, maka contoh tanah ini ditimbang
10-20 gram kemudian ditentukan kandungan airnya dalam oven pengeruing.
4. Untuk penentuan kandungan air pada keadaan titik layu permanen, yaitu
dengan jalan contoh tanah yang mudah jenuh tadi di masukkan ke dalam alat
penetapan pF (pressure membrane apparatus), yang bertekanan tinggi sampai
15 atm atau pF 4.2. Kalau cara ini tidak dapat dilakukan maka dengan
percobaan tanaman pada pot sampai tanaman itu mulai layu secara permanen,
kemudian tanahnya ditentukan kandungan airnya, selain dari itu secara kasar
juga ditentukan dengan jalan menggunakan kurva pF asal teksturnya dapat
diketahui dengan pasti, maka % kanungan air pada keadaan titik layu
permanen secara kasar dapat ditentukan.
5. Banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman ditentukan dengan
jalan % kandungan air pada kepastian lapang dikurangi dengan % kandungan
air pada keadaan titik layu permanen.
Data pengamatan dan perhitungan :
Tabel 11. Nilai pF hasil pengamatan
pF
0
pF
1
pF
2
pF
2.54
2982.9 % 2969.4 % 2937.4 % 2295.9 %
pF
0
> pF
1
> pF
2
>pF
2.54
Perhitungan penyebaran pori tanah (pF) :
Berat ring + Tanah (BT) : - pF
0
= 453.2 gr
- pF
1
= 451.2 gr
- pF
2
= 446.5 gr
- pF
2.54
= 352.2 gr
41
Berat kering mutlak (BKM) = 14.7 gr
KA pada pF = BT pF BKM x 100 %
BKM
KA pada pF
0
= 453.2 14.7 gr x 100 %
14.7 gr
= 2982.9 %
KA pada pF
1
= 451.2 14.7 gr x 100 %
14.7 gr
= 2969.4 %
KA pada pF
2
= 446.5 -14.7 gr x 100 %
14.7 gr
= 2937.4 %
KA pada pF
2.54
= 352.2 -14.7 gr x 100 %
14.7 gr
= 2937.4 %
penyebaran pori :
pF
0
tanah jenuh air (2982.9 %)
pori drainase cepat (> 29,6) = pF
0
pF
2
= 2982.9 % - 2937.4 %
= 45.5 %
pori drainase lambat (8,6- < 29.6) = pF
2
-
pF 2.54
= 2937.4 % - 2295.9 %
= 641.5 %

42
Pembahasan :
Kapasitas kandungan air maksimum adalah jumlah air maksimal yang
dapat ditampung oleh tanah setelah hujan besar turun. Semua pori-pori tanah baik
makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh air sehingga tanah jenuh air.
Kalau terjadi penambahan air lebih lanjut, akan terjadi penurunan air gravitasi
yang bergerak terus kebawah. Pada keadaan ini air ditahan oleh tanah dengan
kekuatan pF=0 atau 0 atm.
Pada perhitungan hasil pengamatan, berat tanah (BT) kurang efisien, hal
ini disebabkan karena tidak diambilnya data berat ring sehingga BT pada
perhitungan hanya berat + tanah tidak dikurangi berat ring.
Dari hasil perhitngan yang ada maka penyebaran pori dapat dibagi dalam
pori drainase cepat, lambat, tersedia dan tidak tersedia. Dalam penyebaran pori
pada pori drainase lambat, tersedia dan tidak tersedia nilainya dapat diketahui dari
hasil data yang diperoleh.
Kesimpulan :
Pada setiap pF dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana makin tinggi
kandungan liatnya maka makin tinggi pula kandungan airnya. Sebaliknya,
makin tinggi kandungan pasirnya makin rendah kandungan airnya.
Mengetahui banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah
penting sekali terutama dalam hal penentuan pembelian air (pengairan) pada
tanaman agar supaya tidak berlebihan atau kekeurangan
Nilai-nilai pF yang penting bagi pertumbuhan tanaman berkisar antara 2 4
43
PRAKTIKUM VIII
DAYA PEGANG TANAH TERHADAP AIR DAN KECEPATAN
PERGERAKAN
Tujuan :
o Untuk mengetahui kecepatan gerakan air dalam tanah
o Untuk menentukan besarnya daya pegang tanah terhadap air
Teori Dasar
44
Tanah mempunyai kapasitas yang berbeda-beda untuk menyerap dan
mempertahankan kelembabanya tergantung kepada tekstur, struktur dan
kandungan bahan organic.
Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperlukan
suatu keadaan tata air dan udara yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman
dengan mudah dapat menghisap unsure hara. Tata air dan udara yang baik ini
adalah bila pori yang terisi air minimum 10 % dan pori terisi udara minimum 10
% atau lebih. Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah
hampir seluruhnya berasal dari udara atau atmosphere. Sebagian dari air hujan
yang merembes ke dalam tanah di sebut air infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir
di permukaan sebagai aliran air permukaan (run off). Air infiltrasi ini, bila dalam
jumlah banyak dan terus merembes ke bawah secara vertical dan meninggalkan
daerah perakaran, disebut air perkolasi, yang akhirnya sampai di pelapisan yang
kedap air, kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah (ground water).
Pergerakan air yang merupakan peredaran yang berjalan terus menerus sepanjang
waktu.
Pembahasan tata air dan udara tanah erat hubunganya dengan pembahasan
penyebaran pori pori didalam tanah. Terdapat bermacam macam ukuran pori
pori tanah yang fungsinya bagi tumbuhan tanaman dapat berbeda-beda.
Bermacam macam ukuran pori tanah itu dapat di bagi ke dalam pori berguna dan
tidak berguna bagi tanaman. Untuk mengeluarkan air yang sangat sedikit dalam
pori ini (kurang dari 0.2 mikron) diperlukan gaya sebesar 15 atmosphere (pF 4,2)
yang merupakan kekuatan maksimum akar tanaman secara umum. Sedangkan
pori pori berukuran lebih dari 0.2 mikron adalah pori yang berguna, terdiri dari
pori yang diisi oleh air yang tersedia dan oleh udara tanah dalam keadaan jenuh
seluruhnya diisi air termasuk air drainase untuk pembuangan. Air yang tersedia
menempati pori berukuran antara 0.2 sampai 8.6 mikron sedangkan gaya yang
diperlukan untuk mengeluarkan air ini cukup dengan 1/3 atm (pF 2.54). pori
pori berukuran antara 8.6 sampai 30 mikron disebut pori drainase lambat karena
gerakan airnya lambat.
45
Tanah mempunyai kapasitas yang berbeda beda untuk menyerap dan
mempertahankan kelembabannya tergantung kepada struktur, tekstur dan
kandungan bahan organik.

Alat- alat:
1. 4 buah tube gelas 20 cm dengan diameter 5 cm
2. 4 buah gabus berlubang untuk sumbat tube gelas
3. Jepitan
4. Silinder 50 cm
5. Karton standar
6. 4 buah standar
7. 4 buah beaker 400 ml
Cara kerja:
Sumbatan setiap gabus berpipa gelas kecil, pada mulut tabung/tube glass,
sebelum disi tanah terlebih dahulu tube diberi kation wool basah bagian bawahnya
setebal 1 cm. setelah diisi contoh tanah sampai 5 cm di bawah bibir atas, tube
diletakkan vertical pada pada jepitan standar. Melalui tabung kecil pada sumbat
gabus masukkan 100 ml air ke dalam tube, maka terjadilah gerakan air secara
vertikal, di bawah tube tersebut, disimpan beaker gelas untuk menampung air
jatuh, kemudian lakukan sebagai berikut:
2. Setelah air tidak menetes lagi ke dalam tube, hitung
selisih air dimasukkan (100 ml) dan air yang tertampung dalam beaker.
Nyatakan dalam %, volume air yang diikat tanah dan volume tanah yang
mengikatnya.
3. Sebelum itu diamati dahulu lamanya pergerakan air
secara vertical (infiltrasi) sejak dari permukaan tanah sampai dasar, catat
kecepatan gerakan air dalam mm/jam
4. Hitung bobot isi tanah dalam tabung itu
46
5. Bandingkan hasil pengamatan ini antara beberapa jenis
tanah biasa dengan tanah pasir, untuk ini maka percobaan dilakukan dengan
memakai beberpa jenis tanah biasa dan tanah pasir
Data pengamatan :
Diketahui : tabung dengan
d = 26.04 mm
t = 16.8 cm = 168 mm
berat = 89.5 g
Volume air awal = 100 ml
Volume tabung = r
2
t
= 3.14 x (13.02)
2
x 168
= 89506.77 mm
3
= 89.51 cm
3
Bulk Density (BD) = 1 g/cm
3
Berat tanah = BD x volume
= 1 g/cm
3
x 89.51 cm
3
= 89.51 gram
Kecepatan pergerakan air = 16,8 x 100 = 168 = 77.96 mm/menit
129.3/60 2.155
Volume air yang dipegang = 100 ml
Volume air yang tertahan = 100 75 = 25 cm
3
Persen volume daya pegang air:
v. air yang dipegang 100 ml v. yang ditampung
=
v. tanah 79,78
100 ml 60 ml
=
79,78
47

= 40/79,78
= 0,5014
= 50,14 %
Perhitungan BKU:
Dik = volume: 79,78, BI : 0,85
Dit = BKU.?
Jawab = BI = BKM/volume
0,85 = BKM/0,85
BKM= 67,813
BKU = 67,813/0,95
BKU = 71,38
Total + daya pegang tanah = 97 menit
Pembahasan :
Pergerakan air yang terjadi dalam tanah pada waktu pengamatan adalah
lambat. Ini menandakan bahwa pori-pori berukuran 30 dan termasuk tidak jenuh
atau disebut juga pori aerasi yang disebabkan karena berisi udara tanah pada tanah
ini terjadi pemadatan.
Untuk menentukan besarnya daya pegang tanah terhadap air (% volume),
mak harus diketahui terlebih dahulu volume air yang diikat dibagi dengan volume
tanah dikali 100 %. Volume air yang diikat didapat dari volume air dikurang
volume air yang keluar. Air yang keluar dari dalam tabung merupakan air yang
tidak tertahan dalam tanah karena semua pori-pori dalam tanah sudah jenuh air.
Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan, didapat bahwa pergerakan air dalam tanah secara
vertical (infiltrasi) adalah lambat.
Pergerakan air termasuk pori drainase cepat atau tidak jenuh air disebut
pori aerasi yang berisi udara tanah.
48
Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro dalam keadaan terisi
oleh air sehingga jenuh air. Hal ini menunjukan besarnya daya pegang
tanah terhadap air.
Kapasitas menahan air berhubungan dengan luas permukaan adsorpsi dan
volume ruang pori sehingga ditentukan oleh tekstur maupun struktur tanah
PRAKTIKUM IX
PENENTUAN WARNA TANAH DI LAPANGAN
Pendahuluan
49
Warna tanah merupakan kesan pertama dalam hal menilai keadaan tanah
serta pada umumnya. Warna adalah sifat fisik tanah yang penting mudah
ditentukan di lapang. Kadang-kadang warna tanah dijadikan petunjuk mengenal
sifat-sifat khususnya dari tanah yang kita teliti, misalnya.
o warna gelap menunjukan kandungan bahan organik tanah cukup
tinggi sampai sangat tinggi, yang berarti juga tingkat kesuburan
lebih baik.
o Warna merah menunjukan bahwa tanah tersebut sudah mengalami
pelapukan yang lebih lanjut, dsb.
Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat
pada buku Munsell Soil Color Chart, warna dinyatakan dalam tiga
satuan/kriteria, yaitu : kilapan (hue), nilai (value) dan korma (chorme), merupakan
nama yang tercantum dalam lajur buku tersebut, kilap berhubungan erat dengan
panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan erat dengan kebersihan suatu
warna dari pengaruh warna lain dan kroma yang kadang-kadang disebut juga
dengan kejernihan yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.
Alat-alat :
1. Buku Munsell Soil Color Chart
2. Pisau besar
3. Botol semprotan berisi air, dll.
Prosedur/ Cara kerja
1. Dari segumpal tanah asli, diambil agregat yang mewakili (pakai pisau)
sebesar 2-3 cm diameter.
2. Kemudian warna tanah tersebut dibandingkan dengan warna-warna yang
terdapat dalam lembaran buku Munsell Soil Color Chart tadi.
3. Catat satuan/kode yang terdapat dalam lembaran buku ini yaitu kilapaan
(hue) contoh 5 YR, nilai (value) contoh 5 dan kroma (chrome) contoh/6.
4. Sebagai contoh kode warna yang lengkap pada no.3 adalah 5 YR 5/6 yang
berarti yellowish red (merah kekuning-kuningan).
5. Biasanya warna ini dicatat pada dua keadaan yaitu pada keadaan lembab
(wet) dan kering (dry), oleh sebab itu yang kering, agar ditentukan juga
warna lembabnya dengan cara membasahi contoh tanah sedikit.
Catatan :
1. Pengamatan warna tanah ini harus dilakukan di palang terbuka jangan
langsung kena sinar matahari atau dilakukan di tempat yang teduh.
2. Umumnya pengamatan warna ini dilakukan setelah jam 09.00 sampai
sebelum jam 16.00.
3. Para peneliti seharusnya tidak buta warna.
50
Hasil pengamatan
Penentuan Warna Tanah Di Lapangan
Jenis tanah
Keadaan tanah
Kering Lembab
Top soil 5 YR 3/6 5 YR 3/6
Subsoil 5 YR 3/6 5 YR 4/8
Table hasil penetapan agregat:
Klmp
Stabilitas agregat Warna tanah
Topsoil Subsoil Topsoil Subsoil
Indeks Kelas Indeks Kelas Kering Lembab Kering
Lem
bab
1 12 TM 12 TM
5 YR
3/3
7,5 YR

5 YR
3/6
5
YR
3/4
2 11 TM 13 TM
2,5
YR
2,5 YR
2,5/4
5 YR
4/6
10
YR
4/8
3 10 TM 11 TM
2,5
YR
3/3
5 YR
2,5
YR
3/4
5
YR
2/4
4 13 TM 14 STM
5 YR
3/3
5 YR
5 YR
3/4
5
YR
4/4
5 10 TM 12 TM
7,5
YR
5 YR
3/3
2,5
YR
3/4
2,5
YR
2,5/
4
6 10
RENDAH
12
RENDAH
5 YR

5 YR
3/6
5 YR
3/6
5
YR
4/8
7 11 TM 13 TM
2,5
YR
2,5/4
2,5 YR
3/6
10,5
YR
3/4
2,5
YR
2/4
8 10 TM 14 STM
5 YR
3/4
5 YR
3/3
5 YR
2/5
5
YR
3/4
Pembahasan
Warna tanah dapat mempengaruhi kondisi atau sifat tanah lainnya melalui
pengaruhnya terhadap radiasi energi. Warna-warna hitam atau gelap akan
menyerap lebih lebih banyak panas daripada warna-warna terang atau muda. Oleh
51
sebab itu, tanah berwarna gelap cenderung lebih panas dibandingkan tanah
berwarna muda apabila langsung kena cahaya matahari atau kalau udara menjadi
panas. Begitu pula energi yang diserap itu akan berbeda pada tiap warna tanah.
Sejumlah energi panas yang terdapat di dalam tanah ini mengakibatkan tingkat
evaporasi yang lebih tinggi.
Dari data kestabilan agregat, umumnya tanah yang kami gunakan tidak
mantap. Hal ini dapat diukur dari indeks tanah yang kami ukur. Tidak mantapnya
tanah ini mungkin disebabkan karena tanah yang kami gunakan telah mengalami
pengolahan dimana adanya pengolahan ini menyebabkan struktur tanah juga
mengalami perubahan. Dari praktikum sebelumnya juga dapat kami ketahui
bahwa tanah ini mengandung banyak atau didominasi oleh tipe mineral liat 1:1
atau podzolik merah kuning. Artinya bahwa tanah ini umumnya memiliki tingakat
stabilitas agregat yang lebih tinggi.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini terlihat jelas bahwa tanah-tanah yang didominasi
oleh mineral liat kaolinit (tipe 1:1) seperti tanah podzolik merah kuning ternyata
menunjukkan kemantapan agregat yang rendah sekali dibandingkan dengan tanah
yang terdiri dari mineral liat montmorilonit atau ilit (tipe 2:1). Dengan demikian
tanah-tanah podzolik merah kuning dapat dikatakan paling peka terhadap erosi
akibat tumbukan hujan.
PRAKTIKUM X
I. Penentuan Tekstur di Laboratorium
Pendahuluan
Metode ini memberikan angka yang sangat baik untuk tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik yang rendah. Untuk tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik tinggi, maka perlu dilakukan oksidasi dengan menambahkan H
2
O
2
30 % sebelum pekerjaan penetapan tekstur dilakukan.
52
Penentuan tekstur cara ini didasarkan pada hukum stokes yang
menyatakan bahwa kecepatan jatuh atau pengendapan dari butiran berbentuk bola
merupakan fungsi dari besar atau diameter butir. Pada tahun 1851 Stokes
mengemukakan formula yang menghubungkan kedua variabel ini sebagai berikut
:
V = 2/9 (d
p
- d)gr
2

n
dimana V = kecepatan jatuh partikel dalam cm/detik, g = percepatan karena
gravitasi, dp = kerapatan partikel, d = kerapatan cairan, r = radius partikel dalam
cm, dan n = viskositas mutlak cairan.
Alat-alat :
1. Gelas piala 400 ml.
2. Alat pengaduk batang gelas atau milk shake.
3. Hidrometer ASTM 152 H.
4. Tabung sedimentasi 1000 ml dan alat penyumbat.
5. Termometer.
6. Bak air pengatur suhu.
Bahan-bahan :
1. I N(NaPO
3
)
6
(Calgon) atau pirofosfat (0,1 N Na
4
P
2
O
7
.10 H
2
O).
2. Amil alkohol (khusus dilarutkan kalau suspensi berbuih).
Cara Kerja :
1. Timbang 50 g tanah kering udara (untuk tanah bertekstur kasar gunakan
100 g), masukkan ke dalam gelas piala 400 ml.
2. Tambahkan air destilat sebanyak 200 ml.
3. Tambahkan 5 ml 1 N larutan Calgon atau 30 ml 0,1 N Natrium pirofosfat.
4. Kocok dan aduk sampai merata, tutup dan kemudian simpan selama 15-20
jam.
5. Tuangkan ke dalam mangkuk dispersi dengan bantuan botol semprot.
6. Isi mangkok dengan air destilasi sampai 7,5 cm dari permukaan.
7. Aduk dengan shaker selama 5 menit.
8. Tuangkan seluruh isi mangkok ke dalam tabung sedimentasi, lalu
bersihkan mangkok dengan botol semprot.
9. Isi tabung sampai tepat 1000 ml dengan air bebas ion.
10. Rendam silinder dalam bak air selama beberapa waktu (10 menit) dan
catat suhunya.
11. Angkat tabung dari dalam bak air dan catat waktu.
12. Segera tuangkan lebih kurang 3 tetes larutan amil-alkohol ke permukaan
suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang timbul.
13. Setelah 15 detik masukan hidrometer ke dalam suspensi secara hati-hati
sekali.
53
14. Baca setelah 40 detik (atau 25 detik setelah hidrometer diamsukkan) dan
catat.
15. Keluarkan hidrometer dan bilas dengan air hingga bersih.
16. Koreksi angka pembacaan dengan cara: untuk tiap derajat (
0
F) di atas 68
0
F (20
0
C) angka pembacaan dikurangi 0,2.
17. Setelah menjelang 2 jam, hidrometer dimasukkan lagi dan pembacaan
dilakukan tepat pada waktu 2 jam.
18. Ambil hidrometer dan bilas bersih.
19. Tentukan persentase (%) pasir, debu dan liat.
Hasil pengamatan
Data pengamatan
BKM = 5,382
BERAT DEBU LIAT = 31,508
BERAT LIAT = 33,304
PASIR = 7,771
Pembahasan
Secara kuantitatif, tekstur tanah menggambarkan susunan relatif berat fraksi-
fraksi tanah, yaitu pasir, debu, liat. Dari hasil praktikum ini, kami mendapatkan
II. Penetuan Tekstur di Lapang
Pendahuluan
Tekstur tanah secara langsung dapat diduga di lapang, walaupun cara ini
tidak teliti seperti analisis di laboratorium, akan tetapi cukup dapat membantu
untuk mengetahui kelas tekstur tanah paling tidak dapat mendekati yang
sebenarnya. Apalagi bila dilakukan oleh yang telah berpengalaman dalam survei
tanah, biasanya dapat menentukan dengan tepat dan dapat memberikan hasil yang
sama dengan hasil laboratorium.
Dalam hal ini selain pengalaman sangat diperlukan juga perasaan yang
tajam.
Alat-alat
1. Bor tanah (apabila dilakukan pengujian tanah >20 cm).
2. Botol semprot plastik berisi air.
3. Serbet/lap tangan.
Prosedur/cara kerja
54
1. Letakkan sedikit tanah di atas tangan atau diantara jari-jari, basahi sedikit
demi sedikit sampai dicapai keadaan plastik maksimum. Keadaan ini akan
menunjukan saat yang tepat dalam pendugaan tekstur tanah. Rasakan
adanya kekasaran, kelicinan kelengketan dan kekenyalan serta derajat
kemengkilatan tanah dengan ibu jari telunjuk. Perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Kekasaran
Kekasaran dapat menunjukan tingkat untuk menentukan jumlah
pasir yang terdapat dalam tanah.
Kelicinan
Kelicinan dapat menunjukan keadaan tingkat dalam menentukan
jumlah-jumlah debu, kadang-kadang karena debu yang banyak dan
bergesekan maka akan terasa seperti sabun.
Kelengketan
Kelengketan dan plastisitas adalah penduga kandungan liat dalam
tanah. Bila tanah lebih kenyal maka akan lebih mudah tanah
tersebut dibentuk bola. Permukaan tanah yang mengandung liat
akan tampak mengkilat.
Pengamatan-pengamatan
Setelah merasakan tingkat kekasaran, kelicinan, kelengketan dan
kemengkilapan serta perlakuan-perlakuan terhadap tanah maka
bandingkan hasil perasaan tadi dengan tabel 5, kemudian tentukan
teksturnya.
PRAKTIKUM XI
55
1. Pengukuran Laju Infiltrasi di Laboratorium
Pendahuluan
Pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan di lapangan dapat pula di
laboratorium. Pengukua di laboratorium dilakukan pada tanah yang disimpan
di dalam tabung denga bobot isi (B.I) tanah yang dikehendaki. Laju infiltrasi
dapat diukur pada berbagai jenis tanah atau media tanam dengan kepadatan
atau obot isi yang dibuat sesuai dengan di lapangan dalam keadaan alami atau
setelah diolah atau setelah mengalami proses pemadatan.

(1). Cara Tabung Transparan
Alat-alat :
1. Infiltrasi lengkap dengan tabung-tabung infiltrasi yang
trasnparan;
2. Stop watch;
3. Backer glass;
4. Buku catatan;
Prosedur/ Cara Kerja :
1. tanah yang akan diukur laju infiltrasinya diayak degan ayakan
berdiameter 2 mm.
2. Ukerlah isi tabung infiltrasi, dengan mengukur garis tengah dan
panjang tabung yang akan di isi tanah.
3. Tanah yang sudah di ayak tadi di masukan kedalam tabung infiltrasi
yang transparan.
4. Kering udarakan untuk dimasukan kedalam tabung yang kering
udaranya untuk di masukan kedalam tabung yang sudah diketahui
isinya(cm
3
), sesuai dengan bobot isi (g/cm
3
) yang dikehendaki.
Sebagai contoh : Setelah diameter dan tingi diukur maka diketahui
umpama isi tabung infiltrasi = 1500 cm
3
bobot isi yang dikehendaki =
0,9 g/cm
3
; maka berat tanah kering mutlak yang harus dimasukkan
adalah =
Sebelumnya tanah kering udara itu ditentukan kandungan airnya,
umpamanya 15 % berat, jadi berat tanah kering udara harus
dimasukkan kedalam tabaung untuk mencapai bobot isi 0,9 g/cm3
adalah=
5. Tanah yang sudah ditentukan berat kering udaranya tersebut,
kemudian dimasukkan kedalam tabung yang dasarnya diberi kertas
saring dengan cara sedikit demi sedikit sambil diketuk-ketuk atau
dimanfaatkan agar tepat masuk semua dan kepadatannya merata
keseluruh bagian.
6. Setelah selesai,tabung di isi tanah terus ditampatkan infiltrometer
(gambar 9) sebelum dimulai dengan meneteskan air yang berasal dari
tabung reservoir air di atas, terlebih dulu tanah dalam tabung ditutup
lembaran plastik agar infiltrasi tidak terjadi sebelum air di permukaan
tanah mencapai tepat bibir atas tabung.
56
7. Apabila air mulai melimpah dari atas bibir tabung, maka infiltrasi
dimulai dengan cara mengangkat lembaran plastik penutup tanah dan
memijit sropwatch. Usahakan agar air diatas tanah tetap.
8. Selanjutnya pengukuran laju infiltrasi air dan perhitungannya sama
dengan dilapangan. Gerakan air vertikal dapat dilihat dengan jelas dan
dapat diukur pada skala.
9. Apabila gerakan air sudah sampai ke dasar tabung dan sudah mulai
menetes (ditampung) maka pemberian (tetesan) air dalam tabung
reservoir dihentikan.
10. Catat pula waktu sejak tetesan pertama keluar sampai tetesan terakhir,
hitung kecepatan ergerakan airnya.
11. Gerakan infiltrasi air sejak air mencapai dasar tabung disebut juga
sebagai gerakan air pada tanah tidak jenuh.
(2) Cara Tabung Besar (Paralon)
Alat-alat :
1. Tabung paralon tebal 4 mm dan berdiameter dalam 20 cm, tinggi 22
cm, dan bagian bawah pakai tutup.
2. Karet ban penghubung dua tabung paralon.
Prosedur/ Cara Kerja :
1. Caranya sama pada pelaksanaan pada cara (1) butir 1 s/d 5 di atas,
hanya ukuran berbeda dan biasasnya dipake untuk berbagai bobot isi
(kepadatan tanah).
2. Tabung paralon yang sudah di isi tanah dengan bobot isi tertentu
disambung dengan paralon lain yang kpsong dengan bantuan karet ban
supaya bersatu.
3. sebelum air dituangkan kedalam tabung 20 cm di pasang meteran
kecil.
4. Pelaksanaannya sama seperti cara di lapangan.
2. Pengukuran Laju Infiltrasi di Lapangan
Pendahuluan
Infiltrasi adalah proses masuknya air karena vertikal kedalaman
tanah melalui permukaan tanah. Kecepatan infiltrasi
dinyatakan/dimaksudkan dengan sejumlah air yang masuk ke dalam tanah
melalui permukaan tanah per satuan waktu (jam) per satuan luas
permukaan. Data kecepatan infiltrasi dapat dipergunakan untuk
menentukan jumlah air aliran-aliran permukaan, dan air yang hilang
lainnya bagi perhitungan-perhitungan sehubungan dengan keprluan air
infiltrasi bagi pertanian.
Alat-alat :
1. Double ring infiltrometer :
Ring luar berdiameter 45 cm, tinggi 50 cm (ring besar)
Ring dalam berdiameter 30 cm, tinggi 50 cm (ring kecil)
2. Balok kayu 100 cm panjang
3. Palu besi besar atau pali kayu.
4. Penggaris logam/ penggaris plastik 50 cm.
57
5. Stop watch.
6. Plastik sheet.
7. Double rogarithmic paper.
8. Milimeter paper.
9. Karung goni.
10. Buku catatan.
11. Jerigen plastik 20 liter.
Prosedur/ Cara Kerja ;
Pilih tempat-tempat yang mewakili bagi suatu jenis atau areal tertentu,
pasang ring kecil (ring dalam) tanah berdiameter 30 cm. Letakkan balok kayu
melintang dipermukaan ring dengan bantuan palu, ring secara vertikal dan hati-
hati di masukkan ke dalam tanah sedalam = 10 cm. Setelah terpasang tegak dan
tidak longgar, kenudian bertitik pusat sama, jarak antara tepi ring besar (ring liar)
dengan ring dalam adalah= 7.5 cm. Cara pemasangan dilakukan seperti
sebelumnya. Letakkan plastik sheet di antara bibir ring besar dan kecil dan di
dalam ring kecil, yang diisikan hingga = 5 cm dibawah bibir ring besar. Air yang
diisikan dari jerigen harus jatuh pada plstik sheet secara parlahan-lahan sehingga
struktur permukaan tanah tidak rusak. Lakukan dengancara yang sama untuk
pengisian ring dalam (kecil). Pada saat akan dimulainya pengamatan, permukaan
air bagian dalam harus pada skala nol dari penggaris tadi dan stopwatch, maka
dapat dimulai penurunan dipergunakan. Air dalam ring besar diuap supaya
permukaannya lebih sama dengan permukaan air di ring dalam (ring kecil).
Pengamatan dan perhitungan-perhitungan :
Untuk 2 jam yang pertama sejak percobaan, interval pengamatan harus sependek
mungkin (umpama setiap satu menit atau kalau perlu tiap 15 ; 30) tergantung
keadaan tempat atau waktunya.
Pengukuran ini berakhir apabila telah dicapai selisih tiap penurunan air selama
kira-kira 2 jam itu tetap konstan, tapi biasanya dicapai setalah 6 jam pengamatan.
Lamanya pengamatan ini biasanya sangat dipengaruhi / ditentukan oleh tinggi
rendahnya anah dan tekstur tanah.
Waktu
pengamatan
(ump.jam)
Interval
(menit)
Total waktu Penurunan
permukaan air
(mm)
Selisih tiap
penurunan
(mm)
9.00 15 0
9.15 15 15 a a-0
9.30 15 30 b b-a
9.45 15 45 c c-b
10.00 15 60 d d-c
dst
Apabila pengamatan ini dilakukan di tempat yang sangat terik matahari, maka
pelru dihindari adanya penguapan (evapotrasnpirasi) yang mengacauka data
pengamatan. Untuk mengatasi hal ini maka ring dalam (kecil) sebaiknya ditutup
dengan karung goni yang dibasahi, biarkan sisi-sisi karung terendam air di antara
ring dalam dan luar, tetapi sekali-kali kena pada air di ring dalam.
58
Penyalinan Data Pengamatan Dalam Grafik :
a. Grafik biasa, berdasarkan hubungan antara selisih tiap
penurunan yang dinyatakan dalam mm/jam dengan lama percobaan. Titik-titik
selisih tiap penurunan total waktu percobaan diplotkan.
b. Penyajian data dengan grafik logaritma ganda.
Kertas yang dipergunakan adalah kertas grafik log-log atau log ganda-ganda
yang menyajikan hubungan antara kecepatan infiltrasi dengan waktu pada
setiap saat pengamatan. Formula yang dipergunakan adalah yang telah
diperkenalkan oleh kostiakov, sebagai berikut :
- Infiltrasi kumulatif (1 kum) = k.t
n
-
Averege infiltration (inf. Rata-rata)
- Instantaneous Infiltrasi (kecepatan infiltrasi pada saat-saat permulaan terjadi =1
lns) =k.n.t
n+1
k = kosntanta nilai k didapat dari/ samadengan laju infiltrasi setelah 1 menit
pertama pecobaan;
n = tg(a)
a = sudut yang dibentuk oleh garis lurus dari fungsi (dalam grafik log-log)
dengan sumbu x.
PRAKTIKUM XII
Penentuan Beberapa Bobot Isi (B.I) Pada Pot Dan Pengaruhnya Terhadap
Tanaman
Pendahuluan :
Meningkatnya bobot isi (bulk density) suatu tanah dapat disebabkan oleh
pengaruh pemadatan sedangkan penurunannya karena pengaruh pengolahan
tanah(penggemburan). Terjadinya pemadatan dapat karena pengaruh injakan
manusia, penggunaan alat-alat berat atau akibat pelumpuran, hal ini terjadi
terutama apabila tanah menjadi kering.
Media perakaran tanaman merupakan faktor yang penting artinya untuk
perkembangan akar tanaman dan akan menentukan hasil suatu tanaman. Keadaan
fisik tanah yang baik dapat memperbaiki lingkungan penyerapah hara, sehingga
relatif menguntungkan pertumbuhan tanaman.
Apabila terjadi pemadatan pada tanah disamping sulit di tembus akar maka
akan memiliki volume pori aerasi yang lebih sedikit, jumlah pori-pori aerasi
relatif rendah dan dapat menghambat petumbuhan akar, sehingga pertumbuhan
dan hasil tanama mungkin kurang memuaskan.
Alat-alat :
1. Tabung-tabung pot paralon (ukuran besar dan sedang)
2. Ayakan tanah, tongkat dan alat penentuan BI tanah dalam pot
paralon.
3. Benih tanaman : jagung, kedelai, dll.
59
Prosedur/ Cara Kerja :
1. Siapkan tanah yang sudah di ayak dengan ayakan 2 mm;
2. Ukur garis tengah dan tinggi pot paralon sehingga dapat dihitung
isinya.
3. Setelah isi (volume) por paralon diketahui kemudian ditimbang
berat tanah kering mutlak atau berat tanah kering udara yang harus
dimasukkan untuk mencapai bobot isi (B.I) tertentu secara merata.
4. Setelah setiap pot-pot paralon seluruhnya dipindahkan ke rumah
kaca/plastik dengan hasil-hasil (alat dorong), kemudian disiram air sampai
kafasitas lapang. Untuk mengetahui berapa banyak air untuk menyiram
terlebih dahulu harus ditentukan jumlah air pada kapasitas lapang(lihat
praktek pf) kemudian dikurangi dengan kandungan air yang telah ada dalam
tanah .
5. Pot pada no4 yang tanahnya sudah disiram, sekuruhnya ditimbang,
tiap pot dicatat beratnya. Setelah2-3 hari salah satu ulangan contoh pot di
ulang lagi, tentu saja akan berkurang beratnya dari semula karena penguapan
(evapotranpirasi), kemudian disiram air sampai timbangan menunjukkan
timbangan semula (pada keadaan kapasitas lapang), catat jumalah air yang
dipakai untuk menyiram tersebut. Jumlah air yang sudah diketahui itu dipakai
pula untuk menyiram pot-pot lainnya yang perlakuaannya sama.
6. Setelah semua pot paralon disiram air dan segera ditanami biji
jagung atau biji tanaman lainya, pertama ditanam 2 atau3 biji, setelah berumur
hampir dua minggu tanaman muda dimatikan kecuali tanaman yang
pertumbuhannya paling baik. Sebaiknya ada tanaman cadangan untuk
penyulaman.
7. Setiap sebulan atau setiap dua minggu sekali dilakukan pengukuran
ketinggian tanaman. Se3telah tanaman sudah waktu untuk di panen maka
dilakuka pemanenan, kemudian pot paralon dibuka atau kalau memungkinkan
tanah dalam pot didorong keluar untuk mempelajari/ mengamati pertumbuhan
perakaran tanaman sebagai pengaruh dari perbedaan kepadatan tanah atau
perbedaan bobot isi tanah.
8. Semua data yang diperoleh dicatat untuk di telaah dan dibuat
laporan kelompok maupum laporan keseluruhan..

PRAKTIKUM XIV
PENETAPAN NILAI COLE TANAH
Dik : BKM = 203,3
BKM + parafin = 260,7
BKU = 116,1
BKU + parafin = 150,2
V.parafin = Massa parafin x konstanta
V.tanah = V.total V.parafin
60
BKM (M.parafin) = 260,7 203,3
M. BKU parafin = 34,1
V.parafin BKM = 57,4 x 0,8 = 45,92
V. parafin BKU = 34,1 x 0,18 = 27,28
V. BKM = 180 45,92 = 134,08
V. BKU = 125 27,28 = 97,72

203,3
Bd 150
0
=
134,08
M.cawan = 5,1
M.total sblm dikeringkan = 21,2
M. sblm dikeringkan = 21,2 5,1 = 16,1
M. stlh dikeringkan = 16,2 5,1 = 11,1
KA = 5/11,1 x 100 % = 45,05 %
100
BI =
100 + 45,05
= 80,04/97,72
= 0,82
1,52
Cole =
3
- 1
0,82
= 0,2
PENGUKURAN PERMEABILITAS TANAH
Untuk 1 jam I:
Dik : Q = 650
t = 1 jam
l = 3,9
h = 6,5 cm
A = r
2
Dit : K top soil dan subsoil...............?
Jawab :
a. top soil
Q x l x 1
K =
61
t x h x A


650 x 3,9 x 1
K =
1 x 6,5 x 45,34

= 650 x 0,6 x 0,02 cm/jam
= 7,8 cm/jam
b. subsoil
Q x l x 1
K =
t x h x A


650 x 3,8 x 1
K =
1 x 6,5 x 48,99

= 2470/318,44 cm/jam
= 7,76 cm/jam
Laju permeabilitas
Klmp
Topsoil Subsoil
Nilai Kelas Nilai Kelas
1 0,635 Agak lambat 4,175 Sedang
2 13,822 Cepat 0,066 Sangat lambat
3 0,005 Sangat lambat 110,46 Sangat cepat
4 11,23 Agak cepat 0,15 Lambat
5 58,43 Sangat cepat 27,805 Sangat cepat
6 8,19 Agak cepat 0,0044 Sangat lambat
7 0,001 Sangat lambat 5,28 Sedang
8 33,23 Sangat cepat 24,24 Cepat
No.lapisan
1 2 3 4 5 6
0-12
12-40
Simbol lapisan
AP I AP II AP III AP IV AP V AP VI
Dalam lapisan
14 14 26 56 41 38
Batas lapisan
a g c d a g c d a g c d a g c d a g c d a g c d
40-90
Batas topografi
s w i t s w i t s w i t s w i t s w i t s w i t
62
Warna
(Munsell)
jepang
amerika
Matrix
7,55 YR
3/4
7,55 YR
3/4
7,55 YR
4/4
7,55 YR
4/6
7,55 YR
3/4
5 YR 5/6
96-137
137-
175 karatan
Tekstur
gr gr gr gr gr gr
>175
s cl l s cl l s cl l s cl l s cl l s cl l
si si si si si si
63

Anda mungkin juga menyukai