Anda di halaman 1dari 6

Kasus Pertanahan Mesuji

KELOMPOK IV

Penyebab timbulnya kasus pertanahan mesuji


Tim Komisi III DPR RI menemukan bukti kasus ini antara lain disebabkan Badan Pertanahan Negara (BPN) Kabupaten Tulangbawang dan BPN Provinsi Lampung menolak mengukur ulang 7 ribu hektar tanah yang dikelola ribuan petani plasma. Area inilah yang jadi masalah. Pihak KAPOLRES sebetulnya telah meminta BPN untuk mengukur ulang. "Tetapi BPN tidak bersedia dengan alasan tidak mendapat izin dari BPN Pusat dan tidak sanggup karena area yang diukur sangat luas. Perusahaan itu berargumen bahwa segala hasil perkebunan sawitnya bukan hanya mendatangkan keuntungan usahanya tetapi juga menghidupi tenaga kerjanya sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara di sisi lain para petani yang mencari mendapatkan dan menggantungkan kehidupannya dari tanah pertaniannya dan mereka beranggapan bahwa mereka berhak untuk mendapatkan pendapatan dari tanah pertaniannya.

Mencuatnya persoalan yang menjadi peristiwa tragedi mesuji adalah bersumber dari sengketa lahan tanah pertanian antara pihak swasta selaku investor yang mendapatkan hak guna usaha untuk perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat petani setempat yang kemudian berkembang menjadi perebutan wilayah. Kedua kelompok yang bersengketa baik perusahaan maupun petani mempunyai motiv yang sama yang melandasi konflik yaitu motif ekonomi.

Solusi dari permasalahan kasus mesuji


Lindungi pertanian kecil berbasis keluarga dan tolak korporatisasi pertanian terutama proyek food estate; Hentikan kekerasan dan kriminalisasi terhadap petani. Segera dibuat Undang-Undang tentang Perlindungan Hak Asasi Petani; Cabut Undang-Undang Perkebunan, Kehutanan, Sumber Daya Air, Pangan, Pertambangan, Penanaman Modal, Minerba, Konservasi Sumber Daya Alam, Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan, Sistem Budidaya Tanaman, Perlindungan Varietas Tanaman, Perikanan, dan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil karena bertentangan dengan Pancasila dan mandat UUD 1945, serta UUPA 1960;

Tolak Rancangan Undang Undang yang berpotensi merugikan kaum tani, seperti Rancangan UndangUndang Pengadaan Tanah, Pertanahan, Hortikultura; Segera bentuk Komisi Ad hoc Penyelesaian Konflik Agraria dan Pelaksana Reforma Agraria; Lindungi dan penuhi hak mendasar petani serta akses terhadap sumber-sumber agraria, benih, pupuk, tekhnologi, modal dan harga produksi pertanian

KESIMPULAN
Yang menjadi inti dari kasus pertanahan mesuji ini adalah Ratusan petani kembali menduduki lahan di Register 45 Mesuji pada Minggu, 18 Desember 2011. Pada awal September lalu, areal ini sempat digusur oleh tim terpadu yang beranggotakan aparat Polda Lampung, Dinas Kehutanan, dan pasukan pengamanan sipil yang dibentuk PT Silva Inhutani. Gara-gara itu, PT Silva bersengketa dengan ratusan petani setempat. Lahan yang jadi soal itu seluas 3.600 hektare. Jumlah petani yang menempati kawasan tersebut sebelumnya sekitar 800 orang. Sebanyak 300-an orang di antaranya terlibat dalam aksi pendudukan tersebut. Para petani menempati lahan tersebut karena mendapat izin dari pemangku adat Megou Pak yang mengklaim wilayah tersebut sebagai tanah adat. Akibat sengketa tanah antara warga dan perusahaan perkebunan di Mesuji, Provinsi Lampung, memicu adanya dugaan pelanggaran HAM terhadap warga Mesuji oleh aparat keamanan karena dalam kasus ini aparat keamanan merebut secara paksa dan melakukan tindak kekerasan sehingga menimbulkan adanya korban jiwa.

Anda mungkin juga menyukai