KELOMPOK IV
Mencuatnya persoalan yang menjadi peristiwa tragedi mesuji adalah bersumber dari sengketa lahan tanah pertanian antara pihak swasta selaku investor yang mendapatkan hak guna usaha untuk perkebunan kelapa sawit dengan masyarakat petani setempat yang kemudian berkembang menjadi perebutan wilayah. Kedua kelompok yang bersengketa baik perusahaan maupun petani mempunyai motiv yang sama yang melandasi konflik yaitu motif ekonomi.
Tolak Rancangan Undang Undang yang berpotensi merugikan kaum tani, seperti Rancangan UndangUndang Pengadaan Tanah, Pertanahan, Hortikultura; Segera bentuk Komisi Ad hoc Penyelesaian Konflik Agraria dan Pelaksana Reforma Agraria; Lindungi dan penuhi hak mendasar petani serta akses terhadap sumber-sumber agraria, benih, pupuk, tekhnologi, modal dan harga produksi pertanian
KESIMPULAN
Yang menjadi inti dari kasus pertanahan mesuji ini adalah Ratusan petani kembali menduduki lahan di Register 45 Mesuji pada Minggu, 18 Desember 2011. Pada awal September lalu, areal ini sempat digusur oleh tim terpadu yang beranggotakan aparat Polda Lampung, Dinas Kehutanan, dan pasukan pengamanan sipil yang dibentuk PT Silva Inhutani. Gara-gara itu, PT Silva bersengketa dengan ratusan petani setempat. Lahan yang jadi soal itu seluas 3.600 hektare. Jumlah petani yang menempati kawasan tersebut sebelumnya sekitar 800 orang. Sebanyak 300-an orang di antaranya terlibat dalam aksi pendudukan tersebut. Para petani menempati lahan tersebut karena mendapat izin dari pemangku adat Megou Pak yang mengklaim wilayah tersebut sebagai tanah adat. Akibat sengketa tanah antara warga dan perusahaan perkebunan di Mesuji, Provinsi Lampung, memicu adanya dugaan pelanggaran HAM terhadap warga Mesuji oleh aparat keamanan karena dalam kasus ini aparat keamanan merebut secara paksa dan melakukan tindak kekerasan sehingga menimbulkan adanya korban jiwa.