Anda di halaman 1dari 34

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum metode manufaktur adalah praktek dasar yang sangat penting di jurusan Teknik Penerbangan terutama pada bagian produksi. Tujuan dari praktikum metode manufaktur adalah membuat suatu produk dengan menggunakan mesin - mesin yang ada di laboratorium Nurtanio Pringgoadisurjo, sehingga praktikan mampu mengoprasikan mesin - mesin yang ada, mengetahui dan menerapkan teori dalam proses manufaktur, serta mampu membaca gambar dan mengimplementasikan gambar tersebut kedalam sebuah produk jadi. Produksi itu sendiri adalah suatu kegiatan atau pengubahan material menjadi produk yang lebih tinggi nilainya ( Kegunaannya ) melalui serangkaian proses yang memerlukan energy dan setiap tahap proses akan terjadi perubahan karakteristik geometri, struktur, atau kimiawi. Produksi dilakukan hanya pada material saja. Produksi sendiri terbagi atas : 1. Faktor Produksi ( Obyek produksi, tenaga kerja, alat produksi, informasi produksi). 2. Proses produksi 3. Produksi ( Benda dan jasa ). Pada dasarnya manufacturing dapat digolongkan menjadi : 1. Proses pengecoran ( Casting ) 2. Proses pembentukan ( Forming ) 3. Proses permesinan ( Machining ) 4. Proses pengelasan ( Welding ) 5. Proses perlakuan panas ( Heat treatment ) 6. Proses perlakuan permukaan ( suface treatment ) Dalam praktikum kali ini, yang akan di bahas adalah praktikum kerja bangku. Praktikum kerja bangku adalah suatu praktek yang menggunakan peralatan dasar produksi untuk Tekhnik Penerbangan. Peralatan dasar tersebut meliputi: 1. Peralatan las listrik 2. Peralatan kerja bangku Dimana peralatan peralatan ini akan di bahas lebih jauh Bab. II dan Bab. III.

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

1.2

Maksud dan Tujuan Praktikum Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan praktikum metode manufaktur

ini adalah : 1. Melatih praktikan menggunakan peralatan dasar produksi. 2. Meltih praktikan untuk bekerja dengan sikap yang baik, teliti, tekun, dan sabar dalam membuat suatu benda kerja. 3. Melatih praktikan untuk mempersiapkan bahan serta peralatan yang di pakai dalam menelaah gambar kerja dengan baik. 4. Melatih membuat laporan kerja dan menarik kesimpulan.

1.3

Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum Manufaktur yang dilaksanakan sejak tanggal 12 Desember

2011 sampai dengan tanggal 17 Desember 2011 di Gedung Nurtanio Pringgoadisurjo STTA Yogyakarta. 1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan praktikum manufaktur adalah sebagai berikut: A. Bagian awal 1. Halaman Cover Merupakan halaman depan yang tercantum logo almamater, nama peserta praktikum (praktikan), NIM, judul laporan praktikum, dan nama tempat pelaksanaan praktikum. 2. Kata Pengantar Berisi tentang pesan dan kesan, ucapan terima kasih, dan sekilas tentang pengalaman dan harapan yang ingin di capai oleh mahasiswa setelah menulis Laporan Praktikum. 3. Daftar Isi Urutan Bab-bab dan sub bab yang terkandung dalam isi laporan berdasarkan nomor halaman.

B. Bagian Pokok
2

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

1. Bab I Pendahuluan Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, waktu dan tempat pelaksanaan, serta bidang atau materi yang disampaikan. 2. Bab II Bahan dan Alat yang digunakan Berisi tentang bahan yang akan digunakan dan alat pada saat praktikum berlangsung beserta fungsi dan kegunaanya. 3. Bab III Pengantar Berisi mengenai teori dan keselamatan kerja pada saat praktikan melakukan praktek. 4. Bab IV Pembahasan Berisi penjelasan dan proses pelaksanaan praktikum serta kendala-kendala yang dialami selama melaksanakan praktiku. 5. Bab V kesimpulan Berisi mengenai hasil pengamatan materi atau topik yang dibahas, ditinjau dari obyektifitas pelaksanaannya. C. Bagian Akhir Gambar Produksi

BAB II
3

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

ALAT DAN BAHAN


2.1 Bahan Yang Digunakan

1. Polyster Putty

2. Besi Silinder 4 x 2 / 3 M dan Besi Siku 4 x 4 x 2

2.2

Alat Yang Digunakan

1. File Besar dan File Kecil

Berfungsi untuk meratakan permukaan dari sebuah benda kerja. 2. File dan File

File : Berfungsi untuk menghaluskan hasil las, File : Berfungsi untuk menghaluskan hasil pengeboran. 3. Roll Meter dan Hacksaw Frame
4

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Roll meter : Berfungi untuk mengukur benda sebelum dipotong atau memberikan ukuran yang akurat pada suatu benda kerja. Hacksaw : Berfungsi memotong besi atau benda kerja yang akan digunakan, 4. Caliper dan Elbow

Caliper : Berfungsi untuk mengukur diameter luar dan diameter dalam pada suatu benda kerja yang berbentuk bulat, Elbow : Berfungsi untuk mengukur dan mencari sudut siku dari suatu benda kerja. 5. Bench Vie dan Wire Brush

Bench Vie : Berfungsi menjepi benda kerja pada saat akan dilakukan proses pemotongan, file, dan lain-lain, Wire Brush : Berfungsi untuk menghilangkan kerak pada benda kerja, sehingga benda kerja menjadi tampak halus.

6. Hammer dan Drilling Machine


5

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Hammer

: Berfungsi untuk memukul benda kerja, Drilling Machine : Berfungsi

mengebor benda kerja, yang dilengkapi dengan beberapa pahat potong, seperti pada gambar dibawah ini:

6. Ac Arc Welding Machine B1 Serie dan Chiping

Ac Arc Welding Machine B1 Serie : Berfungsi untuk mengelas atau menyambungkan benda kerja, Chiping : Berfungsi untuk menghilangkan karbon pada benda kerja setelah proses welding.

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

7. Angle Grinder and Key dan Turning Machine

Angle Grinder : Berfungsi untuk menghalukan atau meratakan permukaan dan memperkecil benda kerja, Turning Machine : Berfungsi membuat baut dan mur. 8. Sandpaper dan Scriber

` Sandpaper : Berfungsi untuk meratakan atau menghaluskan permukaan benda kerja, Scriber : Berfungsi untuk menentukan garis atau titik pengeboran ataupun untuk pemotongan. 9. Needle File Set dan Combination Plier

Combination Plier : Berfungsi memegang benda kerja pada proses turning atau welding. 2.3 Alat Keselamatan Kerja 1. Turning Google/Impact Google dan Glove

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

2. Welding Helmet dan Ear plug

3. Welding Glove

4. Welding Google dan Oil

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

BAB III TEORI DAN TINDAKAN KESELAMATAN KERJA


3.1 Dasar Teori 3.1.1 Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin perkakas pengerjaan logam yang berfungsi untuk mengerjakan lobang. 3.1.1.1 Jenis Jenis Mesin Bor 1. Mesin Bor Meja Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja. Mesin ini digunakan untuk membuat lobang benda kerja dengan diameter kecil (terbatas sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor meja adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya poros berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur tekanan pemakanan saat pengeboran.

Gambar 1. Mesin Bor Meja

2. Mesin Bor Lantai Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai. Mesin bor lantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini adalah mesin bor yang mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin bor jenis ini biasanya dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.
9

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

3. Mesin Bor Radial Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan meja mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin. 4. Mesin Bor Koordinat Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin bor sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi pengeboran. Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan lobang dengan jarak titik pusat dan diameter lobang antara masing-masingnya memiliki ukuran dan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan ukuran ketelitian yang tinggi tersebut digunakan meja kombinasi yang dapat diatur dalam arah memanjang dan arah melintang dengan bantuan sistem optik. Ketelitian dan ketepatan ukuran dengan sisitem optik dapat diatur sampai mencapai toleransi 0,001 mm.

3.1.1.2 Pemegang Mata Bor 1. Cekam Bor Cekam bor digunakan untuk memegang mata bor bertangkai silindris. Biasanya cekam ini mempunyai 2 atau 3 rahang penjepit. Ukuran cekam bor ditunjukkan oleh diameter terbesar dari mata bor yang dapat dijepit.. 2. Sarung Pengurung/Sarung Tirus Mata bor yang bertangkai tirus dapat dipegang oleh sarung pengurung yang berlobang tirus. Oleh karena tangkai dan sarung berbentuk tirus, maka pada saat mata bor ditekan, ia akan saling mengunci.Lobang dan tangkai tirus dibuat menurut tirus morse, yaitu ketrirusan menurut standar internasional.

MORSE Morse 1 Morse 2 Morse 3 Morse 4

DIAMETER TIRUS TERBESAR 12,20 mm 18,00 mm 24,10 mm 31,60 mm Tabel 1. Ukuran Tirus

10

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

3.1.1.3 Pemegang dan Penjepit Benda Kerja 1. Ragum Tangan Ragum tangan dapat dibuka dan dikunci dengan kekuatan tangan. Benda kerja yang dapat dijepit oleh ragum tangan harus berukuran kecil dan terbatas sampai pada diameter 6 mm. 2. Ragum Mesin Benda kerja yang besar tidak dapat dipegang oleh tangan karena gaya pemotongannya semakin besar, maka digunakan ragum mesin. 3. Meja Mesin Penjepitan benda kerja pada meja mesin umumnya dilakukan apabila benda kerja tidak mungkin di jepit oleh ragum. Teknik penjepitan benda kerja menggunakan baut pengunci T yang mana baut ini dimasukkan ke dalam alur meja mesin bor. 4. Tangan Pemegangan benda kerja dengan tangan dapat dilakukan untuk benda kerja yang kecil dan panjang serta lobang yang dibuat tidak dalam dan berdiameter kecil.

3.1.1.4 Mata Bor Mata Bor Spiral Disebut mata bor spiral karena mata bor ini mempunyai alur potong melingkar yang berbentuk spiral sepanjang badan. Mata bor spiral mempunyai dua bagian utama yaitu mata potong dan sudut pemotong. Mata bor spiral dibuat dari bahan baja karbon, baja campuran, baja kecepatan tinggi dan karbida. Bentuk badan mata bor ini tidak silindris tetapi berbentuk tirus dari ujung sampai batas tangkai dengan kenaikan 0,05 mmsetiap kenaikan panjang 100 mm. Mata bor spiral terdapat dua macam bentuk tangkai, yaitu tangkai berbentuk silindris dan tangkai yang berbentuk tirus. Alur spiral mempunyai sudut tatal dan dapat mempercepat keluarnya bram selama pengeboran. Mata potong terdiri dari dua buah bibir pemotong. Tebal bor merupakan tulang/punggung yang berbentuk spiral , bagian ini terdapat di kedua alur pemotong. Sisi pemotong terdapat sepanjang alur pemotong dan ini dapat menentukan ukuran bor.

11

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Mata Pemotong Mata potong terdiri dari dua bagian, yaitu bibir pemotong dan sisi pemotong. Bibir pemotong mata bor terdapat dua buah yang terletak antara dua sisi pemotong yang saling berhadapan. Kedua sisi pemotongan ini diasah hingga membentuk sudut yang bervariasi sesuai dengan bahan yang di bor. BESAR SUDUT 500-800 1180 1400 BAHAN Kuningan, Perunggu Baja, Besi Tuang, Baja Lunak, Baja Tuang Baja Keras

Sudut Potong Sudut potong mata bor terdapat empat macam, yaitu: Sudut Bebas (a) Sudut Mata Potong (b) Sudut Tatal () Sudut Pemotongan ()

Ujung mata pemotong harus selalu tajam. Pusat/ujung bibir pemotong yang tidak sentris saat pengasahan mata bor menghasilkan beban yang tidak sama terhadap bor. Akibatnya lobang yang terbentuk tidak tepat, bergeser/menyimpang posisinya dari senter yang ditentukan.

3.1.1.5 Prinsip Pengeboran Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, maka mesin bor dapat berfungsi untuk membuat lobang silindris dan bertingkat, membesarkan lobang, memcemper lobang dan mengetap.Pekerjaan yang banyak menuntut ketelitian yang tinggi pada pengeboran adalah pada saat menempatkan mata bor pada posisi yang tepat di titik senter.

3.1.1.6 Kecepatan Potong Pengeboran Kecepatan potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitung berdasarkan putaran mesin per menit. Atau secara defenitif dapat dikatakan bahwa kecepatan potong adalah panjangnya bram yang terpotong per satuan waktu.Setiap
12

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

jenis logam mempunyai harga kecepatan potong tertentu dan berbeda-beda. Dalam pengeboran putaran mesin perlu disesuaikan dengan kecepatan potong logam. Bila kecepatan potongnya tidak tepat, mata bor cepat panas dan akibatnya mata bor cepat tumpul atau bisa patah. Kecepatan potong ditentukan oleh: Jenis bahan yang akan dibor Jenis bahan mata bor Kualitas lobang yang diinginkan Efesiensi pendinginan Cara/teknik pengeboran Kapasitas mesin bor

Tabel 3. Harga Kecepatan Mata Bor Dari Bahan HSS BAHAN Alumunium Campuran Kuningan Campuran Perunggu Tegangan Tinggi Besi Tuang Lunak Besi Tuang Menengah Besi Tuang Keras Tembaga Baja Karbon Rendah Baja Karbon Sedang Baja Karbon Tinggi Baja Perkakas Baja Campuran KECEPATAN POTONG (m/menit) 60 100 30 100 25 30 30 50 25 30 10 20 20 30 30 50 20 30 15 20 10 30 15 25

Untuk mendapatkan putara mesin bor per menit ditentukan berdasarkan keliling mata bor dalam satuan panjang . Kemudian kecepatan potong dalam meter per menit dirubah menjadi milimeter per menit dengan perkalian 1000. akhirnya akan diperoleh kecepatan potong pengeboran dalam harga milimeter per menit. Dalam satu putaran penuh, bibir mata bor (Pe) akan menjalani jarak sepanjang garis lingkaran (U). Oleh karena itu, maka
13

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Dimana: U D p = Keliling bibir mata potong bor = Diameter mata bor = 3.14

Jarak keliling pemotongan mata bor tergantung pada diameter mata bor. Waktu pemotongan juga menentukan kecepatan pemotongan. Oleh karena itu jarak yang ditempuh oleh bibir pemotong mata bor harus sesuai dengan kecepatan putar mata bor. Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling bibir pemotongan mata bor (U) selama n putaran per menit dapat dihitung dengan rumus: U=pxdxn Dimana: U D N = keliling bibir potong mata bor = Diameter mata bor = putaran mata bor per menit

Biasanya kecepatan potong dilambangkan dengan huruf V dalam satuan meter per menit. Jarak keliling yang ditempuh mata bor adalah sama dengan jarak atau panjangnya bram yang terpotong dalam satuan panjang per satuan waktu.Berdasarkan hal tersebut maka jarak keliling yang ditempuh mata potong bor (U) sama dengan panjangnya bram terpotong dalam satuan meter per menit. Berarti kecepatan potong sama dengan jarak keliling pemotongan mata bor. Maka: Berdasarkan rumus diatas selanjutnya putaran mata bor dalam satu menit Adalah: V=U V= p x d x n (m/menit)

3.1.1.7 Pemakanan Pengeboran Pemakanan adalah jarak perpindahan mata potong bor ke dalam lobang/benda kerja dalam satu kali putaran mata bor. Besarnya pemakanan dalam pengeboran dipilih berdasarkan jarak pergeseran mata bor dalam satu putaran, sesuai dengan yang diinginkan.Pemakanan juga tergantung pada bahan yang akan dibor, kualitas

14

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

lobang yang dibuat, kekuatan mesin yang ditentukan berdasarkan diameter mata bor.

Diameter Mata Bor (mm) -3 36 6 12 12 25 25 dan seterusnya

Besarnya Pemakanan Dalam Satu Kali Putaran (mm) 0.025 0.050 0.050 0.100 0.100 0.175 0.175 0.375 0.375 0.675

Tabel 4. Besarnya Pemakanan Berdasarkan Diameter Mata Bor

3.1.2 Pengelasan Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mulamula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian

15

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 C. Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil. 2.2.1. Pembentukan busur listrik proses penyulutan 2.2.1.1. Pembentukan Busur Listrik Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda). Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda). 1. kawat inti 2. selubung elektroda 3. busur listrik 4. pemindahan logam 5. gas pelindung 6. terak 7. kampuh las Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan.

16

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.

2.2.1.2. Proses penyulutan Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda). 2.2.1.3. MenyalaKan busur listrik Penyalaan busur listrik dapat di lakukan dengan menghubungkan singkat ujung elektroda dengan logam induk (yang akan dilas) dan segera memisahkan lagi pada jarak yang pendek, hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara seperti pada gambar di bawah ini : Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. b. Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk. c. Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi.

2.2.1.4. Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring. Pemadaman busur sebaiknya tidak dilakukan ditengah-tengah kawah las tetapi agak berputar sedikit seperti pada gambar di bawah ini :

17

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Posisi - Posisi Pengelasan : 1. posisi dibawah tangan Dari keempat posisi pengelasan tersebut, posisi bawah tanganlah yang paling mudah melakukannya. Oleh sebab itu untuk menyelasaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat mungkin diusahakan pada posisi dibawah tangan. 2. posisi mendatar / horizontal Pada posisi horizontal kedudukan benda dibuat tegak dan arah pengelasan mengikuti garis horizontal. Posisi elektroda dimiringkan kirakira 5o 10o kebawah, untuk menahan lelehan logam cair, dan 20o kearah lintasan las (sudut jalan elektroda 70o). Panjang busur nyala dibuat lebih pendek kalau dibandingkan dengan panjang busur nyala pada posisi pengelasan dibawah tangan. Pengerukan benda kerja sering terjadi karena: - busur nyala terlalu panjang - ampere pengelasan terlalu tinggi - kecepatan jalan elektroda terlalu lambat 3. posisi vertical Pada pengelasan vertical, benda kerja dalam posisi tegak dan arah pengelasan dapat dilakukan keatas/ naik atau kebawah/ turun. Arah pengelasan yang dilakukan tergantung kepada jenis elektroda yang dipakai. Elektroda yang berbusur lemah dilakukan pengelasan keatas, elektroda yang berbusur keras dilakukan pengelasan kebawah. Dalam mengelas vertical, cairan logam cenderung mengalir kebawah. Kecenderungan penetesan dapat diperkecil dengan memiringkan

elektroda 10 15 kebawah (lihat gambar). Untuk pengelasan keatas diperlukan pengayunan elektroda yang teliti dan tepat sehingga dapat diperoleh hasil rigi-rigi yang baik. Arus pengelasan keatas, lebih kecil dari pada pengelasan kebawah. Macam-macam ayunan yang lain adalah: Tiga macam ayunan untuk kampuh berimpit dan kampuh T Ayunan untuk kampuh V Keamanan: Kenakanlah perlengkapan pengaman sebaik mungkin.

18

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

4. posisi diatas kepala Posisi pengelasan diatas kepala, bila benda kerja berada pada daerah sudut 45o terhadap garis vertical, dan juru las berada dibawahnya. Pengelasan posisi diatas kepala, sudut jalan elektroda berkisar antara 75 85 tegak lurus terhadap kedua benda kerja. Busur nyala dibuat sependek mungkin agar pengaliran cairan logam dapat ditahan. Ada dua jenis ayunan elektroda pada pengelasan diatas kepala. Pada umumnya ayunan elektroda hamper sama dengan ayunan elektroda pada posisi vertical. Disini diperlihatkan kedudukan elektroda pada pengelasan kampuh T, kampuh berimpit, dengan pengisian rigi yang berlapis. Pengisian lapis pertama, elektroda tidak perlu diayun. Lapis kedua, elektroda dapat diayun atau tanpa diayun. Urutan pengisian dan sudut elektroda pada kampuh berimpit tegak. Pengelasan diatas kepala ini sangat sukar dan berbahaya, sebab percikan logam banyak yang jatuh.

3.1.3 Mesin Bubut Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang memproduksi bentuk silindris. Jenis yang paling tua dan paling umum adalah pembubut (lathe) yang melepas bahan dengan memutar benda kerja terhadap pemotong mata tunggal. Suku cadang di mesin harus dapat dipegang diantara kedua pusatnya, dipasangkan pada silinder muka didukung pada pencekam rahang atau dipegang pada pencekam yang ditarik ke dalam atau leher collet). Meskipun mesin ini terutama disesuaikan dengan pengerjaan silindris, namun dapat juga dipakai untuk beberapa kepentingan lain. Permukaan rata dapat dicapai dengan menyangga benda kerja pada silinder muka atau ke dalam pencekam. Benda kerja yang dipegang dengan cara ini dapat juga diberi pusat, digurdi, dibor atau dilebarkan lubangnya. Sebagai tambahan, pembubut dapat digunakan untuk membuat kenob, memotong ulir atau membuat tirus. Pembubut berkepala roda gigi mendapatkan dayanya pada kepala tetap melalui sabuk V banyak yang dipasang pada motor di bawah. Untuk itu hanya perlu menggerakkan tuas yang menjulur pada kotak roda gigi. Rakitan kereta luncur mencakup perletakan majemuk, sadel pahat dan apron. Oleh karena mendukung dan memandu pahat pemotong, maka harus kaku dan dirancang dengan ketepatan tinggi.
19

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Tersedia dua hantaran tangan untuk memandu pahat pada gerakan arah menyilang. Roda tangan yang atas atau engkol tangan mengendalikan gerakan dari perlengkapan majemuk dan karena perletakannya dilengkapi dengan busur derajat penyetel putaran, maka dapat ditempatkan dalam berbagai kedudukan sudut untuk membubut tirus pendek. Roda tangan yang ketiga digunakan untuk menggerakkan kereta luncur di sepanjang landasan, biasanya untuk menarik kembali ke kedudukan semula setelah ulir pengarah membawanya sepanjang pemotongan.

Bagian dari kereta luncur yang menjulur di depan dari pembubut disebut apron, yaitu merupakan dinding ganda dicor yang berisi kendali, roda gigi dan mekanisme lain untuk menghantar kereta luncur dan peluncur menyilang dengan tangan atau daya. Pada permukaan apron dipasangkan berbagai tuas kendali dan roda. Pembubutan dilakukan untuk menghasilkan bagian-bagian yang bundar, benda kerja diputar pada sumbunya di mesin bubut ke arah sudut potong dari pahat potong sehingga akan dihasilkan geram. Proses ini disebut dengan Turning Operation. Semua benda kerja hasil pembubutan merupakan bagian-bagian mesin, jig dan fixture, dan cekam. Benda-benda tersebut dibuat dari bahan yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhannya, dan dapat memiliki kualitas yang tidak sama satu sama lain.

3.2.1. Pengelompokan mesin bubut

20

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Pembagian mesin bubut berdasarkan kemampuan pengerjaan dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yaitu :

a. Mesin Bubut Ringan b. Mesin ini bentuknya kecil dan sederhana, digunakan untuk mengerjakan bendabenda yang kecil pula. c. Biasanya diletakkan diatas meja kerja. d. Contoh : Mesin bubut Simonet. e. Mesin Bubut Revolver f. Mesin ini khusus untuk memproduksi benda kerja yang ukurannya sama dan dalam jumlah yang banyak atau untuk pengerjaan awal. g. Contoh : Mesin bubut Kapstan. h. Mesin Bubut Sedang i. Konstruksi mesin bubut ini lebih cermat dan dilengkapi dengan penggabungan perlengkapan yang khusus. Mesin ini digunakan untuk pengerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi. j. Mesin Bubut Standart

k. Mesin ini mempunyai power yang lebih besar dan digunakan untuk pengerjaan pembubutan yang memerlukan ketelitian tinggi dengan benda kerja yang cukup besar. l. Contoh : Cholcester Master dan Kerry.

m. Mesin Bubut Beralas Panjang n. Mesin bubut ini termasuk mesin bubut industri berat yang banyak digunakan pada benda kerja yang besar dan panjang. Misalnya poros-poros kapal dan poros transmisi. 3.2.2. Gerakan-gerakan dalam membubut

A = Sudut Rake Atas B = Sudut Rake Sisi


21

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

C = Sudut Bebas Depan D = Sudut Bebas Sisi Dalam pengerjaan mesin bubut dikenal beberapa prinsip gerakan yaitu : a. Gerakan berputar benda kerja pada sumbunya disebut cutting motion, main motion, artinya putaran utama. Dan cutting speed atau kecepatan potong merupakan gerakan untuk mengurangi benda kerja dengan pahat. b. Pahat yang bergerak maju secara teratur, akan menghasilkan chip (geram, serpih, tatal).Gerakan tadi disebut feed motion. c. Bila pahat dipasang dengan dalam pemotongan (depth of cutting), pahat dimajukan ke arah melintang sampai kedalaman pemotongan yang dikehendaki. Gerakan ini disebut adjusting motion.

3.2.3. Pengerjaan pada mesin bubut Adapun macam pengerjaan yang dapat dilakukan pada mesin bubut adalah : a. Membubut memanjang (longitudinal) b. Saat membubut memanjang, pahat digerakkan sejajar sumbu putar benda kerja sehingga dihasilkan bentuk silinder. c. Membubut melintang (transversal) d. Pahat bergerak tegak lurus terhadap sumbu putar benda kerja sehingga bahan terpotong menjadi dua bagian atau meratakan dari sisi benda kerja. e. Membubut tirus / membubut konus f. Pada waktu membubut tirus, pahat terlebih dulu diputar beberapa derajat, dengan demikian dihasilkan bentuk silinder tirus. g. d. Membubut ulir h. Pada waktu membubut ulir, pahat digerakkan dari kanan ke kiri dan sebaliknya. Pada waktu bergerak ke kiri pahat melakukan pemotongan, sedangkan pada saat kembali tidak melakukan pemotongan. i. j. e. Membubut profil Dipergunakan pahat khusus untuk membuat profile dengan gerakan pahat tegak lurus sumbu putar dari benda kerja.

3.2.4. Peralatan dan mesin yang digunakan Bagian-bagian mesin bubut :


22

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

a. Kepala tetap (head stock) b. Digunakan untuk kedudukan cekam, bisa juga untuk perlengkapan-perlengkapan lain misalnya centre tetap (dead centre), face silindere, colet dan lain-lain. c. Kepala lepas (tail stock) d. Digunakan untuk menempatkan centre jalan (live centre), untuk menyangga benda kerja yang panjang, untuk kedudukan chuck bor (drill chuck), untuk kedudukan reamer, bisa juga untuk proses pembuatan tirus. e. Eretan atas f. Digunakan untuk kedudukan tool holder, bisa juga untuk proses pembuatan tirus. g. d. Eretan lintang (cross slide) h. Berfungsi untuk proses pemotongan melintang, baik untuk pemotongan benda kerja maupun proses facing (transfersal turning). i. j. e. Eretan memanjang Berfungsi untuk penyayatan memanjang (longitudinal turning).

k. f. Bed mesin l. Berfungsi untuk tempat kedudukan pembawa (carried).

m. g. Sumbu pengatur jarak kisar (lead screw) n. Berfungsi untuk proses pembuatan ulir (threading turning). o. h. Sumbu pengatur gerak maju pemotongan (feed shaft) p. Berfungsi untuk menggerakkan pahat secara otomatis baik memanjang maupun melintang. Pahat bubut digunakan untuk mengurangi benda kerja. Pahat ini terbuat dari unalloyed tool steel, alloy tool steel, cemented carbide, diamond tips, ceramic cutting material. Umurnya tergantung dari jenis bahan dasar pahat, bentuk sisi potong, dan pengasahannya. a. Sifat-sifat dasar pahat bubut (1) Keras (2) Ulet (3) Tahan panas (4) Tahan lama b. Macam-macam pahat bubut

23

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Untuk setiap jenis pengerjaan diperlukan pahat yang tepat. Oleh sebab itu harus dipilih pahat roughing, finishing, boring, thread cutting, dan sebagainya. Kebanyakan pahat bubut sudah distandarisasikan. (1) Pahat roughing (roughing tool). Selama pengerjaan kasar, pahat harus memotong benda dalam waktu sesingkat mungkin. Oleh sebab itu pahat ini harus dibuat kuat. Bentuknya dapat lurus atau bengkok. (2) Pahat finishing (finishing tool). Permukaan yang halus dari benda kerja akan diperoleh jika menggunakan pahat finishing. Untuk keperluan ini dipergunakan pahat finishing titik dengan sisi potong bulat dan pahat finishing datar dengan sisi potong rata. Setelah digerinda, sisi potong pahat finishing harus digosok dengan oil stone secara hati-hati, kalau tidak permukaan benda kerja tidak akan halus.

c. Perawatan pahat bubut Pahat bubut harus disimpan sedemikian rupa sehingga sisi potongnya tidak mudah rusak. Sisi potong yang tumpul menyebabkan getaran yang besar, sehingga menyebabkan panas dan permukaan yang kasar. Oleh sebab itu janganlah menunggu sampai sisi potong tumpul. d. Cara memasang pahat bubut Selama pengerjaan, pahat ditekan oleh tenaga potong (cutting force). Besarnya tenaga ini tergantung dari besarnya benda kerja dan ukuran penampang chip. Dengan memasang pahat pada baut pengunci (clamping bolt), terjadilah getaran yang kuat di antara permukaan penyangga pahat dengan penjepit pahat. Getaran tersebut menyebabkan pahat bergerak. Untuk menghindari bergesernya pahat selama pengerjaan, pahat harus dipegang dengan kuat dan aman. Untuk pemasangan pahat dapat digunakan pelat-pelat tipis sebagai ganjal.

3.2.5. Kecepatan potong Untuk menentukan kecepatan potong, hal-hal berikut ini harus diperhatikan: a. Bahan dasar dari benda kerja b. Bahan dari pahat c. Penampang dari chip
24

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

d. Pendingin e. Macam mesin bubut Benda kerja yang besar biasanya sukar dipegang, maka harus digunakan kecepatan potong yang sesuai. Jenis pengerjaannya pun harus dipertimbangkan.

3.2 Tindakan Keselamatan Kerja

1. Meyakinkan bahwa semua peralatan berjalan/bekerja dengan baik. 2. Tidak berlarian disekitar ruangan kerja. 3. Mencegah minyak dan gemuk diatas lantai. 4. Tidak berjalan di ruangan sambil membawa alat tajam ditangan atau didalam saku. 5. Memakai sepatu yang kuat untuk mencegah potongan-potongan tajam menembus kaki, serta mengikat tali sepatu dengan baik untuk mencegah tersandung. 6. Tidak memakai pakaian yang longgar, dengan lipatan lengan, dasi yang lepas bergantungan, serta tidak membiarkan rambut yang panjang terurai, karena kesemuanya itu merupakan sumber kecelakaan. 7. Bekerja dengan kecepatan yang mantap. 8. Hanya operator yang harus menjalankan dan menghentikan mesin, terkecuali dalam keadaan darurat. 9. Megetahui posisi tombol stop darurat. 10. Segera melapor, bila mesin gagal beroperasi. 11. Mengembalikan tuas tranmisi ke posisi netral dan memutuskan hubungan listrik (sakelar) bila mesin bubut sudah dihentikan. 12. Mengendorkan ban penggerak setelah mesin selesai dipakai, pada mesin-mesin yang digerakkan dengan ban. 13. Dalam melakukan las listrik: Selalu memakai masker google pada waktu melakukan proses welding. Tidak menggunakan kacamata las karbit. Selalu menggunakan welding glove. Mematikan saklar apabila berhenti lama.

14. Dalam menggunakan peralatan bangku kerja: Tidak memakai file/kikir tanpa gagang.

25

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Tidak memakai alat yang tidak sempurna, seperti hammer atau pahat dengan kepala kendor.

26

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Praktikum

1. Berdoa terlebih dahulu sebelum melaksanakan praktikum. 2. Menyiapkan tool dan bahan praktikum. 3. Menyiapkan benda kerja berupa besi silinder dan besi siku 4. Memotong besi siku dengan ukuran panjang : 199,5 cm sebanyak 2 buah (siku 5 x 5) 79,5 cm sebanyak 2 buah (siku 5 x 5) 78,7 cm sebanyak 1 buah (siku 4 x 4)

5. Memotong besi silinder dengan ukuran panjang: 71 cm sebanyak 4 buah 197,5 cm sebanyak 1 buah 79,5 cm sebanyak 2 buah

6. Menggambar pola bagian belakang kaki meja di lantai datar dengan kapur dan scribber. 7. Melakukan penyambungan material yang telah dipotong sesuai dengan pola yang telah di gambar dengan menggunakan teknik pengelasan elektroda. 8. Meratakan sisa-sisa pengelasan dengan menggunakan Angle Grinder. 9. Setelah permukaan kaki meja terlihat halus barulah dilanjutkan proses pendempulan dengan menggunakan Polyster putty. 10. Setelah bagian yang didempul kering dan mengeras, dilakukan proses pengamplasan lagi untuk meratakan permukaan. 11. Sebelum dilakukan proses pengecatan,terlebih dahulu kaki meja dilakukan pengecekan akhir, dibersihkan lalu dijemur selama 30 menit. 12. Setelah 30 menit, kaki meja dilanjutkan dengan proses pengecatan. 13. Kaki meja yang telah di cat kemudian dikeringkan sampai catnya benar-benar kering dan kaki meja siap digunakan. 14. Setelah kaki meja benar-benar kering dilakukan pemasangan alas kaki meja menggunakan kayu yang telah dibentuk.

27

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

4.2 Pembahasan

1. Gambarkan sesuai dengan aturan gambar tekhnik benda kerja yang di buat? Dilampirkan, dengan gambar teknik proyeksi Eropa.

2. Gambarkan sketsa mesin bor tiang dan sebutkan nama /bagiannya? Nama bagian-bagian mesin bor tiang : a. Alas b. Kolom c. Meja d. Spindle e. Pelindung penjepit

3. Bagaimanakah langkah langkah dalam pengeboran? a. Menentukan titik bor pada benda kerja b. Memasang mata bor sesuai dengan ukuran pengeboran yang diinginkan c. Meletakkan benda kerja pada meja bor d. Menyalakan drill machine e. Mengarahkan mata bor dengan menggunakan tuas pada drill machine ke titik yang akan dilubangi 4. Apa akibatnya bila arus yang digunakan pada pengelasan terlalu besar? a. Benda kerja yang dilas tersebut bias mencair, karena arus yang digunakan terlaliu besar, biasanya arus besar digunakan untuk pemotongan. b. Hasil las yang dihasilkan bebentuk cekung,yang berakibat akan mudah patah

28

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

5. Apa yang terjadi bila pengelasan tidak dibersihkan? Apabila pengelasan tidak dibersihkan maka sisa karbon yang menempel pada pengelasan sebelumnya akan kurannya daya tempel pengelasan selanjutnya akibat terbentuknya rongga-rongga sisa pengelasan. 6. Bagaimana untuk menjaga kestabilan elektroda? a. Menyimpan elektroda yang digunakan pada suhu yang ditentukan oleh pabrik pembuat elektroda. b. Mengusahakan agar elektroda jauh dari fluida-fluida yang dapat mengurangi kinerja. 7. Bagaimanakah keselamatan dan kesehatan kerja selama pengelasan? a. Arus Listrik Bekerja dengan menggunakan energi listrik kita tidak perlu takut tetapi jangan sembrono. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian : 1. Harus dijaga agar jangan sampai terjadi konsleting (hubungan singkat) arus listrik, hindarkan agar kabel tidak terluka oleh benda tajam atau api, jauhkan penjepit elektroda dari logam lain, sambung-sambungan dan terminal-terminal kabel harus benar-benar kuat. 2. Bahaya terkena sengatan arus listrik oleh alat las relatif kecil karena tegangan yang dihasilkan cukup rendah (pada alat ini 30-78 volt). b. Nyala Busur Listrik Busur listrik yang terjadi akan menghasilkan panas yang cukup besar sehingga logam yang dilas akan mencair dengan cepat pada bagian yang terkena busur listrik. Yang perlu diperhatikan adalah : 1. Busur listrik akan disertai percikan-percikan api yang dapat melukai kulit. 2. Busur listrik akan juga mengeluarkan sinar ultraviolet dan infra merah denga intensitas yang cukup tinggi. Kedua sinar tersebut sangat membahayakan bagi kesehatan mata dan kulit jika lama-lama terkena langsung. Akibat dari radiasi kedua sinar tersebut adalah mata akan pedih dan akan mengeluarkan air mata, jika lebih lanjut mata akan rusak bahkan akan terjadi iritasi dan kebutaan. Dengan demikian memakai pelindung mata adalah keharusan.

29

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

c. Gas atau Asap Pengelasan Pada pengelasan dengan elektroda terbungkus ini akan dihasilkan asap atau gas yang cukup banyak. Asap tersebut berfungsi untuk melindungi logam cair terhadap oksidasi oksigen dari udara. Gas atau asap tersebut jika dihirup dalam waktu yang panjang akan merusak kesehatan bahkan dapat meracuni darah. Oleh sebab itu harus ada pelindung terhadap gas tersebut untuk mengusir gas tersebut dari ruang pengelasan yang tertutup dengan blower

Gambar di atas adalah gambar kaki meja yang merupakan hasil kerja.

30

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

BAB V KESIMPULAN

Dalam praktikum yang dilaksanakan mahasiswa dapat mengenal berbagai macam tools yang digunakan dalam praktikum, serta menggunakan alat-alat produksi seperti drilling machine, turning machine dan travo las machine. Selain itu mahasiswa (praktikan) juga mengetahui berbagi macam alat keselamatan kerja dan cara menggunakannya, sehingga diharapkan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama proses praktikum berlangsung. Dengan demikian mahasiswa terlatih dan memiliki pengalaman dalam proses manufaktur mengenai proses yang baik dan benar. Hal ini menjadi pelengkap dasar teori yang telah diterima oleh mahasiswa di kelas dengan mata kuliah yang sama. Dalam praktikum ini pula mahasiswa dituntut untuk bekerja sama dalam tim (team work), sehingga mahasiswa mampu membuat peralatan yang telah ditentukan menggunakan mesin-mesin dan tools yang telah dikenalkan tersebut dan dapat menyelesaikannya sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Penilaian akhir dari proses manufaktur dapat dilihat dari hasil kerja yang telah dibuat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kerja kelompok kami yang cukup memuaskan. Indikator ini dapat dilihat dari langkah kerja yang sistematis, memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja tim, ketepatan pengukuran dan mampu menyelesaikan beragam permasalahan yang timbul selama praktikum berlangsung dengan mandiri.

31

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun laboratorim metode manufaktur STTA,Modul praktikum metode manufaktur,2010 Januarsutrisnoyayan,Las Busur Listrik,Y@y@ns Blog,2008 Ronquillo Ulysses, Black Letterhead, WordPress.com,2009

32

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

LAMPIRAN 2 GAMBAR PROSES MANUFAKTUR

Gambar alas kaki meja yang terbuat dari kayu

33

Indra Furwita Soaleh Teknik Penerbangan / 09050096 Sekolah Tinggi Teknologi Adistujipto

Gambar proses pemasangan alas kaki meja.

34

Anda mungkin juga menyukai