Anda di halaman 1dari 123

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH : UCUP SUPRIYATNA, KELAS I C (LANJUTAN)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KUNINGAN 2010

BAB I PENDAHULUAN
PENGANTAR ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN DEFINISI PENDIDIKAN SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A. PENGANTAR
Manfaat Psikologi Pendidikan Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan Long Life Education

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
Pendidikan Informal Pendidikan Formal Pendidikan Non-formal

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
1. Pendidikan Informal
Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup sehari-hari

Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah, lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi, dsb.

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
2. Pendidikan Formal
Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas. Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT)

B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
3. Pendidikan Non Formal
Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal.

Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa, musik, dsb.

C. DEFINISI PENDIDIKAN
Definisi Awam Definisi Psikologi Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003

C. DEFINISI PENDIDIKAN
1. Definisi Awam
Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik. Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang.

C. DEFINISI PENDIDIKAN
2. Definisi Psikologi
PROSES

Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat
HASIL

Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar

D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DEMOCRITUS PLATO&ARISTOTELES ARISTOTELES JOHN AMOS COMENICUS ROUSSEAU JOHN LOCKE

JOHN HEINRICH PESTALOZZI FRANCIS GALTON STANLEY HALL WILLIAM JAMES CATTEL BINET ABAD KE-20

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN


Kontribusi Bagi Proses Pendidikan Kontribusi Bagi Peserta Didik Kontribusi Bagi Pendidik

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN 1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan Penggunaan audio visual aids Membantu dalam pengelolaan sekolah Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran Membantu terhadap produksi buku pelajaran Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN 2. Kontribusi Bagi Peserta Didik
Mengerti hakekat belajar Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif bagi siswa Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler

E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN 3. Kontribusi Bagi Pendidik

Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu Mengetahui metode mengajar yang efektif Memahami permasalahan anak didik Membantu dalam evaluasi belajar Meningkatkan kemampuan meneliti Mengarahkan pendidik dalam menangani anakanak khusus

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Introspeksi Observasi Metode Klinis Metode Diferensial Metode Ilmiah Metode Eksperimen

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


1. Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


2. Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh merupakan data overt behavior (perilaku yang tampak).

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


3. Metode Klinis Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasuskasus perilaku menyimpang.
Studi Kasus Klinis Studi Kasus Perkembangan Longitudinal Cross-Sectional

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


4. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik.

Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


5. Metode Ilmiah Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya.
Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


6. Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil penelitian.

BAB II BAKAT & INTELEGENSI

PENDAHULUAN INTELEGENSI BAKAT LINGKUNGAN & HEREDITAS KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN DIKOTOMI DESA-KOTA JENIS KELAMIN

A. PENDAHULUAN

Bakat & intelegensi merupakan kemampuan mental individu

B. INTELEGENSI
Sejarah Intelegensi Pengertian Intelegensi Teori-teori Intelegensi Pengukuran Intelegensi Kurve Normal Dalam Intelegensi

B. INTELEGENSI
1. Sejarah Intelegensi
Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes.
Pra 1800-an tes hanya untuk mengukur satu kemampuan 1880 Ebbinghause menemukan berbagai tes memori Alfred Binet & Theopile Simon membedakan intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir Tes Binet-Simon Tes Binet direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet

B. INTELEGENSI
2. Pengertian Intelegensi
TERMAN Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
BINET Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan. STREN Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru.

THORNDIKE Daya kekuatan respon yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.

B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN
Dua faktor intelegensi, yaitu:

Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh semua orang. Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.

B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE
Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu : Perilaku nyata (trial & error) Perseptual (trial & error) Ideational

Konseptual dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi

B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi
KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE: Verbal Comprehention (V) Number (N)

Spatial Relation (S)


Word Fluency (W) Memory (M) Reasoning (R)

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi

KUALITATIF Perbedaan intelegensi disebabkan karena kualitas individu yang berbeda.

KUANTITATIF Perbedaan intelegensi disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas individu.

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET
TES STANFORD BINET
IQ = MA CA X 100

IQ = Intelligence Quotient
MA = Mental Age CA = Chronological Age

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet
KLASIFIKASI Genius Sangat cerdas Cerdas (superior) Di atas rata-rata Rata-rata Di bawah rata-rata Garis Batas (bodoh) Moron (lemah pikir) Imbisil,idiot IQ 140 ke atas 130 139 120 129 110 119 90 109 80 89 70 79 50 69 49 ke bawah

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER
Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939) Wechsler Intellegence Scale for Children (1949) Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)

B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Wechsler

KLASIFIKASI
Very Superior Superior Bright Normal Average Dull Normal Borderline Mental Deffective

IQ
130 ke atas 120 129 110 119 90 109 80 89 70 79 69 ke bawah

B. INTELEGENSI
5. Kurve Normal Dalam Intelegensi

C. BAKAT
Sejarah Bakat Pengertian Bakat Bakat & Intelegensi Pengukuran Bakat

C. Bakat
1. Sejarah Bakat
Pendidikan = Bakat Aplikasi Bakat Thorndike Ideal pendidikan & lapangan kerja

Tiga jenis intelegensi : Abstrak Mekanis Sosial Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi

Spearman

C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam
William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.

C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: 1. Achievement Kemampuan aktual 2. Capacity Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas

C. Bakat
2. Pengertian Bakat
Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual
Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek : aspek tindakan (performance/act) aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result) aspek ekspresif

Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan dengan bakat

C. Bakat
3. Bakat dan Intelegensi
b Binet dan Weschler menekankan pada berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.
b Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat. b Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental.

b Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.

C. Bakat
4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) : a. Analisis jabatan/lapangan b. Deskripsi jabatan/lapangan studi c. Menemukan persyaratan yang diperlukan d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes

D. LINGKUNGAN & HEREDITAS


Studi terhadap keluarga Studi terhadap anak kembar

D. Lingkungan & Hereditas


1. Studi terhadap Keluarga

Galton

orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi

_ Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan

_ Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor lingkungan

D. Lingkungan & Hereditas


2. Studi terhadap Anak Kembar
Penelitian Hardy dan Heyes, 1988:
` Kembar monozigotik dibesarkan bersama: IQ hampir sama faktor nature berperan besar

IQ yang berbeda jauh besar


`

faktor nuture berperan

Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah

IQ hampir sama
IQ yang berbeda jauh kecil

faktor nature berperan kecil


faktor nuture berperan

E. KELAS SOSIAL
Havighurst kelas sosial & intelegensi, lakilaki & perempuan Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat intelegensi Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan

F. DIKOTOMI DESA-KOTA
Crow & Crow (1989) intelegensi anak kota anak desa Colleman, dkk prestasi anak metropolitan anak non metropolitan

G. JENIS KELAMIN

Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner, 1979;Crow & Crow, 1989)

G. JENIS KELAMIN
Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner, 1979): IKemampuan verbal (p l) IKemampuan matematika (l p) IKemampuan spasial (l p) IProblem solving (l p) IOrientasi prestasi

BAB III KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN


PENDAHULUAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER PENDIDIKAN ANAK KHUSUS

A. PENDAHULUAN
Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada lapangan pendidikan Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta didik

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris, Korea, Taiwan) dan di Indonesia Anak berbakat Identifikasi anak berbakat Model identifikasi Layanan pendidikan anak berbakat

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


1. Di Mancanegara dan Indonesia
D 1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap masalah bakat dan aktualisasi diri di AS. D Jepang menggunakan Sistem Nasional Pendidikan Universal untuk mengidentifikasi anak berbakat.
D Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


1. Di Mancanegara dan Indonesia
D Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat: a. Tingkat Nasional b. Tingkat Swasta Untuk penjaringan anak berbakat dengan: a. Akselerasi

b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


1. Di Mancanegara dan Indonesia
D Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. D Taiwan SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted & Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah ini:
a. Gifted dalam kemampuan umum b. Gifted dalam bakat akademik c. Gifted dalam talent khusus

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


1. Di Mancanegara dan Indonesia
D Indonesia.

1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu


1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat. Prosesnya:

1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ.
2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes hasil belajar. 1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


2. Anak Berbakat
Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara konsisten luar biasa. (Paul Witty)
Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali. Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat) (sumber:Chaplin, 1995).

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


3. Identifikasi Anak Berbakat
Penjaringan Anak Berbakat. A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 % dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994). B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137 (moderately gifted) C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


3. Identifikasi Anak Berbakat
Penyaringan Anak Berbakat Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang. Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


4. Model Identifikasi Renzulli

IQ > Rata-rata

Task comitment

Kreativitas

THREE-RINGS INTERACTION

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


4. Model Identifikasi Triandis
Sekolah Keuletan Kreativitas Teman Sebaya

Anak cerdas tinggi


Intelegensi

Keluarga

B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT


5. Layanan Pend.Anak Berbakat
Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994):
Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan pada aspek intelektual.

Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata.
Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi.

Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif.


Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan. Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)

C. MENTAL RETARDATION
Karakteristik MR Kategori MR Faktor-faktor penyebab MR

C. MENTAL RETARDATION
1. Karakteristik MR
Menurut PPDGJ III:
a. IQ = 75 ke bawah b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial

c. Adaptive behavior buruk


MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena melibatkan hal-hal yang kompleks:

4 hubungan antar keluarga


4 menjadi beban semua orang 4 hambatan bagi pembangunan

C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
1). Ditinjau dari skala IQ
a. Mild MR - Stanford Binet : 52 - 67

- Wechsler
b. Moderate MR - Stanford Binet - Wechsler

: 55 - 69
: 36 - 51 : 40 - 54

C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
c. Severe MR - Stanford Binet - Wechsler d. Profound MR - Stanford Binet - Wechsler : <= 19 : <= 24 : 20 - 35 : 25 - 39

C. MENTAL RETARDATION
2. Kategori MR
2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan kesehatan: a. Debil b. Imbicil c. Idiot a. Dull : IQ 50 - 75 : IQ 25 - 49 : IQ < 25 : IQ 75 - 85

3). Ditinjau dari istilah dalam pendidikan:

b. Educable
c. Trainable d. Hanya mampu rawat

: IQ 50 - 74
: IQ 25 - 49 : IQ < 25

C. MENTAL RETARDATION
3. Faktor Penyebab MR
Sebab Biologis A). Pranatal: infeksi, detoksifikasi, virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex, siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme.

B). Masa pranatal dengan penyebab tidak jelas: microcephallus, hydrocephallus, meningocelle, kelainan kromosom, BB < minimum, bayi dari ibu psikosis Sebab Psikologi dan sosial
Disebabkan karena dibesarkan dalam lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa adanya stimulasi)

D. EXCEPTIONAL PEOPLE
Pengertian Kategori individu khusus

D. EXCEPTIONAL PEOPLE
1. Pengertian
Individu yang secara jelas/signifikan dan sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang sangat dasar (Harring, 1982). Beberapa istilah terkait: 3Disabled 3Impaired 3Disordered 3Handicaped 3Exceptional

D. EXCEPTIONAL PEOPLE
2. Kategori Exceptional People
Kategori Harring (1982): Sensory Handicapped

Mental Deviation
Communication Disorder Learning Disabilities Behavioral Disorders Physical Handicaps

D. EXCEPTIONAL PEOPLE
2. Kategori Exceptional People
Kategori Indonesia: a. Tuna Netra (SLB A)

b. Tuna Wicara & Tuna Rungu (SLB B)


c. Tuna Grahita (SLB C) d. Tuna Daksa (SLB D) e. Tuna Laras (SLB E) f. Berbakat/gifted (SLB F)

BAB IV PERENCANAAN KEGIATAN BELAJARMENGAJAR


PENDAHULUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL MODEL INSTRUKSIONAL KURIKULUM MODEL PEMILIHAN TUJUAN

A. PENDAHULUAN
Apa yang akan saya lakukan? Perubahan apa yang saya inginkan dari siswa-siswa saya?

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Guru yang efektif Model tujuan instruksional yang bertujuan Keuntungan model tujuan instruksional yang bertujuan

C. MODEL INSTRUKSIONAL

Penentuan tujuan-tujuan spesifik

Penilaian Pendahuluan

Pengajaran

Evaluasi

Model Instruksional yang Beracuan Tujuan

C. MODEL INSTRUKSIONAL
Jika tujuan tidak tercapai, perbaiki

Penentuan tujuan-tujuan spesifik

Penilaian Pendahuluan

Pengajaran

Evaluasi

Jika tujuan tercapai, kembangkan


Langkah-langkah yang ditentukan oleh evaluasi hasil

D. KURIKULUM
Definisi kurikulum Model pemilihan tujuan (Tyler)

D. KURIKULUM
1. Definisi Kurikulum Kurikulum ialah keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.

D. KURIKULUM
2. Model Pemilihan Tujuan (Ralph Tyler)
Komponen-komponen dalam kurikulum (Model Tyler): Siswa

Masyarakat
Bidang studi Ketiga kategori ini saling berhubungan dan saling melengkapi.

BAB V PROSES BELAJAR


KOMUNIKASI PEMBELAJARAN AKTIF

A. KOMUNIKASI
Pengertian komunikasi Unsur-unsur dalam komunikasi Model proses persuasi Komunikasi dalam proses belajar-mengajar

A. KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Berasal dari bahasa Latin communicere = memberitahukan, berpartisipasi, menjadi milik bersama Susanto (1973): komunikasi berarti memberitahukan (dan menyebarkan) untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama (commoness).

Hovland, Janis, Kelly: komunikasi merupakan suatu proses dimana individu (komuniaktor)mentransmisikan stimulus (yang biasanya verbal) untuk mengubah perilaku individu lainnya.

A. KOMUNIKASI
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi primer -

sekunder

Komunikasi langsung - tidak langsung Komunikasi dua arah

A. KOMUNIKASI
2. Unsur-unsur dalam Komunikasi
Komunikator (pemberi informasi, berita atau pesan) dan Komunikan / receiver (penerima informasi, berita atau pesan).

Informasi, berita dan pesan.


Media, alat, saluran, metode/cara penyampaian informasi bertia/pesan

A. KOMUNIKASI
3. Model Proses Persuasi
Alternatif proses psikologis laten Pembahasan yang terjadi dalam wujud tindakan

Pesan-pesan Persuasi

Model Psikodinamika

A. KOMUNIKASI
3. Model Proses Persuasi
Membentuk batasan(definisi untuk perilaku sos.bagi anggota kelompok

Pesan yang persuasif

Batasan(Batasan kembali proses sosbud kelompok)

Menghasilkan perubahan perilaku

Model Sosial Budaya

A. KOMUNIKASI
4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar
Tiga fungsi sosial pendidik dalam pendidikan: Fungsi sebagai komunikator Fungsi sebagai inovator Fungsi sebagai emansipator

A. KOMUNIKASI
4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar
Tiga tipe kemampuan seseorang memperoleh atau menerima tanggapan : JTipe Visual

JTipe Auditif
JTipe Motoris

A. KOMUNIKASI
4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar
Metode untuk memperoleh umpan balik dalam komunikasi proses belajar dan mengajar : Metode tanya jawab

Metode diskusi dan seminar


Metode tugas Simulasi atau permainan

B. PEMBELAJARAN AKTIF
Latar belakang& pengertian Untuk apa Mengapa Bagaimana Penilaian pembelajaran aktif yang bermakna

B. PEMBELAJARAN AKTIF
Upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan : Secara Kuantitatif Pendidikan yang semakin merata.

1. Latar Belakang & Pengertian

Secara Kualitatif Peningkatan mutu proses belajar mengajar

B. PEMBELAJARAN AKTIF
1. Latar Belakang & Pengertian
CBSA (Raka Joni, 1993):
Melihat kegiatan belajar mengajar sebagai pemberian makna secara konstruktivistik terhadap pengalaman bagi peserta didik. Pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggungjawab peserta didik ke arah belajar sepanjang hayat.

B. PEMBELAJARAN AKTIF
2. Untuk Apa
kreatif ekspresif memiliki prakasa tanggung jawab

Tuntutan masa depan

B. PEMBELAJARAN AKTIF
3. Mengapa
Memberikan umpan bagaiman peserta didik belajar membentuk sikap yang diperlukan, mengelola perolehannya untuk menjadi bekal dan dasar bagi pengalaman belajar berikutnya, atas prakarsa sendiri. Memberikan sumbangan terhadap perkembangan mental peserta didik.

B. PEMBELAJARAN AKTIF
4. Bagaimana
Yang perlu diperhatikan:
Persiapan pembelajaran aktif yang bermakna dan kondusif Mengandung unsur pengamatan terhadap objek yang dipelajari dengan memperhatikan keseimbangan otak kanan dan kiri. Interpretasi. Mencatat ciri khas dari suatu objek tahap perkembangan atau kejadian untuk menghubungi pengamatan yang satu dengan yang lain.

B. PEMBELAJARAN AKTIF
4. Bagaimana
Ramalan.Perkiraan secara anlogi atau dengan menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru maupun menggunakan pengalaman baru. Eksperimen dan atau penerapan konsep/teori

B. PEMBELAJARAN AKTIF
4. Penilaian Pembelajaran Aktif yang Bermakna
Yang perlu diperhatikan: Peserta didik harus menyadari kriteria apa yang akan di capai dan penting untuknya.

Tujuan apa yang akan dicapai dan sejauh mana ia telah mencapai tujuan dalam sasaran yang berkesinambungan.

BAB VI EVALUASI BELAJAR


PENDAHULUAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN ANALISIS TAKSONOMIS TEKNIK PENILAIAN

A. PENDAHULUAN
Usaha melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa Penilaian dan prediksi terhadap penguasaan materi pada siswa

A. PENDAHULUAN
1. Usaha Melakukan Evaluasi Terhadap Hasil Belajar Siswa
Cara-cara yang dilakukan untuk menilai hasil belajar siswa : Ujian/ testing

Melakukan tugas tertentu


Membuat karangan mereproduksi materi yang telah diajarkan wawancara, dan sebagainya

A. PENDAHULUAN
2. Penilaian Dan Prediksi Terhadap Penguasaan Materi Pada Siswa
[ Penilai berusaha menentukan atau memperkirakan sejauh mana peserta didik mengalami kemajuan ke arah tujuan (pendidikan) yang harus dicapai dan/atau untuk menentukan apakah peserta didik telah memenuhi syarat dalam suatu kategori tertentu.]
[Penilaian hasil-hasil pendidikan biasanya disebut rapor] [Bentuk-bentuk rapor] : Mempergunakan lambang A, B, C, D, E Skala 11 tingkat misl: mulai 0-10 atau 0 sampai 100

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


Dasar psikologis Dasar didaktis Dasar administratif

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


1. Dasar Psikologis
Evaluasi pendidikan berguna sebagai bahan orientasi untuk menghadapi usaha-usaha yang lebih jauh

a. Di pandang dari segi anak didik b. Di pandang dari segi pendidik

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


1. Dasar Psikologis a. Di pandang dari segi anak didik
Anak-anak belum dapat mandiri pribadi Butuh pendapat orang dewasa dalam menentukan sikap ,tingkah lakunya dan orientasi dalam suatu sikap tertentu Anak membutuhkan status diantara teman-temannya

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


1. Dasar Psikologis

b. Di pandang dari segi pendidik


Orang membutuhkan untuk mengetahui sejaumana usahanya telah mencapai tujuan sebagai pedoman dan dasar untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut Guru butuh untuk mengetahui hasil usahanya sebagai pedoman dalam menjalankan usaha-usaha lebih lanjut.

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


2. Dasar Didaktis a. Ditinjau dari segi anak didik
Pengetahuan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapai umumnya berpengaruh baik terhadap pekerjaanpekerjaan selanjutnya

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


2. Dasar Didaktis b. Ditinjau dari segi pendidik
Guru dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalan Membantu menilai readiness (kesiapan) anak dalam belajar

Mengetahui status anak dalam kelasnya


Membantu menempatkan murid dalam suatu kelompok yang tepati Membantu memperbaiki metode belajar dan mengajar membantu dalam memberikan pelajaran tambahan

B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN


2. Dasar Administratif
Memberikan data untuk menentukan status anak didik dalam kelasnya Memberikan ihtisar hasil usaha yang telah dilakukan oleh suatu lembaga Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepada orangtua, atau pejabat pemerintah , guru-guru dan murid.

C. ANALISIS TAKSONOMIS
Segi kognitif ( Tokoh : Bloom) Segi afektif (Tokoh : Krathwohl) Segi psikomotoris (Tokoh : E.J. Simpson)

C. ANALISIS TAKSONOMIS
1. SEGI KOGNITIF (Bloom)
Memperhatikan Merespon Menghayati Nilai Mengorganisasikan

Mempribadikan nilai atau seperangkat nilai

C. ANALISIS TAKSONOMIS
2.. SEGI AFEKTIF (Krathwohl)
`Memperhatikan
`Merespon `Menghayati nilai `Mengorganisasikan `Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai

C. ANALISIS TAKSONOMIS
3. SEGI PSIKOMOTORIS (E.J. Simpson)
Persepsi

Set
Respon Terbimbing Respon Mekanistis

Respon Kompleks

D. TEKNIK PENILAIAN
Tes subjektif Tes objektif

D. TEKNIK PENILAIAN
1. Tes Subjektif
Kelemahan Tes subjektif :

Sukar dinilai secara tepat


Sukar untuk komprehensif

Kecenderungan pendidik memberikan nilai seperti biasa


reliabilitas, validitas, dan objektivitas rendah

D. TEKNIK PENILAIAN
1. Tes Subjektif

Tes subjektif dapat digunakann dalam situasi : Mengkaji pendapat siswa tentang suatu persoalan Mengetahui hasil yang diperoleh anak didik setelah mengadakan suatu kegiatan

Mengetahui kemampuan mengarang


menyelidiki kecakapan pemecahan masalah

D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
Tes benar-salah atau tes Ya-Tidak (True-False Test, Yes-No Test) KEKUATAN KELEMAHAN M udah disusun Mendorong untuk menerka, Komprehensif dapat mengerjakan tanpa belajar Dapat dinilai cepat Reliabilitas rendah praktis Menimbulkan kekeburan, dan objktif sukar dicari item yang benar-benar salah

D. TEKNIK PENILAIAN
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Kekuatan Digunakan untuk meneliti kemampuan membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat & menarik kesimpulan Mudah, cepat dan objektif Mengurangi faktor terkaan Kelemahan Digunakan hanya untuk menilai ingatan saja Sukar Sering terjadi lebih dari satu jawaban yang tepat Memakan banyak waktu dan usaha

2. Tes Objektif

D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
Matching Test
KEKUATAN

Dapat digunakan untuk menilai : Problem dengan penyelesaiannya Teori dengan penyusunannya sebab dan akibatnya singkatan dan kata-kata lengkapnya Istilah definisinya Mudah disusun Menghilangkan faktor menerka-nerka Dapat dinilai dengan mudah dan cepat

D. TEKNIK PENILAIAN
2. Tes Objektif
Tes Isian
KEKUATAN - Masalah yang diujikan disjikan dalam keseluruhannya - Baik untuk menyelidiki pengetahuan pelajar secara utuh mengenai suatu bidang - Mudah disusun KELEMAHAN Banyak memakan tempat dan waktu Kurang komprehensif Seringkali hanya untuk menilai kecakapan mengingat

DAFTAR PUSTAKA
Makalah Psikologi Pendidikan, M. Fakhrurrozi & Praesti Sedjo, Universitas Gunadarma, Jakarta

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai