Anda di halaman 1dari 9

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI BACILLUS SP.

SEBAGAI BAKTERI PETROFILIK PENDEGRADASI KONTAMINAN HIDROKARBON PADA PROSES BIOREMEDIASI


Cindhy Ade Hapsari1, Lutfhi Adhytia Putra2, Ratu Rima Novia Rahma3, Riandy Surya Irawan4 Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB, Dramaga, Bogor, 16680 Email: alchemist.genz@gmail.com1, ladhytiaputra@yahoo.com2, raturimanoviarahma@yahoo.co.id3, ndie_paulwalker@yahoo.com4

Abstrak: Untuk mengetahui jenis bakteri yang mampu mendegradasi suatu zat pencemar secara efektif pada suatu lingkungan, perlu dilakukan identifikasi. Sementara isolasi bakteri dilakukan untuk memperoleh biakan murni dari suatu jenis bakteri tersebut. Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan. Untuk memindahkan bakteri tersebut dari suatu medium ke medium lainnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan proses tersebut harus terbebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Prosedur inilah yang dikenal dengan teknik aseptic. Isolasi dan identifikasi bakteri sangat penting dilakukan untuk mengetahui suatu jenis bakteri yang dapat hidup dan melakukan proses bioremediasi di suatu lingkungan tercemar. Karena itu, dilakukan percobaan isolasi dan identifikasi bakteri dalam tanah yang tercemar minyak bumi dengan melakukan 15 uji biokimia. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bakteri yang diisolasi dan diidentifikasi merupakan bakteri Bacillus sp. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan 15 uji biokimia yang telah dilakukan. Kata kunci: Aseptic, Bakteri, Bioremediasi, Identifikasi, Isolasi

PENDAHULUAN
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme. Beberapa jenis mikroorganisme khususnya bakteri ada yang mampu bertahan hidup di lingkungan tercemar. Mikroorganisme yang mampu bertahan di habitat yang tercemar disebabkan karena mikroorganisme tersebut mampu memanfaatkan kontaminan dalam metabolismenya dan mampu menjalankan peran yang tepat di lingkungan tersebut. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup karena mampu mendegradasi atau mengubah polutan-polutan yang terdapat di lingkungannya menjadi sumber karbon untuk melakukan proses metabolisme. Untuk mengetahui jenis bakteri yang mampu mendegradasi suatu zat pencemar secara efektif pada suatu lingkungan, perlu dilakukan identifikasi. Sementara isolasi bakteri dilakukan untuk memperoleh biakan murni dari suatu jenis bakteri tersebut. Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan. Untuk memindahkan bakteri tersebut dari suatu medium ke medium lainnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan proses tersebut harus terbebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Prosedur inilah yang dikenal dengan teknik aseptic. Teknik aseptic harus sangat diperhatikan, terutama pada alat-alat yang digunakan dalam proses isolasi bakteri, seperti bunsen dan laminar air flow. Teknik aseptic juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri. Setelah proses isolasi bakteri selesai dilakukan, maka akan dapat teridentifikasi jenis
Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

bakteri tersebut. Isolasi dan identifikasi bakteri sangat penting dilakukan untuk mengetahui suatu jenis bakteri yang dapat hidup dan melakukan proses bioremediasi di suatu lingkungan tercemar. Karena itu, dilakukan percobaan isolasi dan identifikasi bakteri dalam tanah yang tercemar minyak bumi dengan melakukan 15 uji biokimia.

METODE PRAKTIKUM
Percobaan yang dilakukan adalah mengenai isolasi dan identifikasi bakteri petrofilik pendegradasi kontaminan hidrokarbon di dalam tanah. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari efektifitas dan efisiensi proses bioremidiasi tanah yang tercemar limbah minyak bumi dengan teknik landfarming melalui sistem bioaugmentasi (penambahan mikroorganisme pendegradasian non-indigenous) dan pemeriksaan Total Petroleum Hidrokarbon (TPH), jumlah mikroorganisme di dalam tanah, pH, dan temperatur dalam tanah. Adapun alat yang digunakan yaitu instrumen gelas yang terdiri dari cawan petri, pipet volumetrik, jarum Oose sebagai instrumen transfer, gelas kimia, gelas ukur, labu erlenmeyer, tabung kultur, tabung durham, kuvet, pembakar bunsen, batang L (glass spreader), dan botol vial untuk ekstasi TPH. Sedangkan instrumen elektrik yang digunakan berupa autoclave, mikroskop, cahaya, lemari pendingin, rotary shaker, neraca analitik, vortex, inkubator, oven, pH meter, dan desikator. Adapun bahan yang digunakan yaitu Nutrient Agar (NA) dan Solution Base Salt (SBS). SBS terdiri dari 0.135 gram KH2PO4; 0.45 gram K2HPO4; 0.135 gram (NH4)2SO4; 0.06 gram MgSO4.7H2O; yang dilarutkan di dalam 50 ml akuades. Kemudian, media SBS diperkaya dengan ekstrak ragi sebanyak 0.135 gram sebagai sumber B dalam bentuk asam amino dan faktor pertumbuhan tambahan air. Sedangkan NA berfungsi sebagai media dalam memperhitungkan jumlah populasi bakteri. NA mempunyai komposisi di setiap liternya atas 2.5 gram buffer K2HPO4; 2.5 gram glukosa; 3 gram beef extract; 5 gram pepton; 15 gram agar. Langkah-langkah praktikum yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pertama, tanah dimasukkan sebanyak 1 gram ke dalam tabung pengenceran sebanyak 10-1 secara aseptik dan selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat hingga 10-8. Kemudian, tabung pengenceran dikocok dengan vortex agar partikel tanah dapat tercampur secara homogen dengan larutan akuades steril. Setelah itu, tiga pengenceran diambil terakhir sebesar 1 ml untuk dicampur pada medium SBS yang berbeda. Teknik pencampuran melalui metode agar tuang (Pour Plate). Pada teknik ini, memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri yang dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya tumbuh pada permukaan agar saja melainkan tumbuh di dalam agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. Kedua, setelah medium tercampur dengan suspensi sel, cawan petri digoyangkan sehingga medium dan suspensi sel tersebar merata. Lalu, diinkubasikan pada suhu ruang dengan cawan yang diletakkan terbalik selama 1-3 hari. Kemudian, bakteri dipindahkan yang diperkirakan tumbuh dengan koloni bakteri tunggal ke dalam medium Nutrien Agar (NA) yang telah memadat di dalam cawan petri. Proses inokulasi menggunakan metode four quadrant streak. Di sini dibagi menjadi 2 daerah, yaitu daerah pertama di potong zig zag sehingga mengandung banyak mikroorganisme dan daerah kedua dipotong atau disilangkan
Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

dari goresan pertama yang bertujuan agar koloni menjadi tunggal. Kemudian diinkubasi selama 1-3 hari pada suhu ruang. Selanjutnya, koloni bakteri yang tumbuh diinokulasikan ke dalam medium SBS yang telah diperkaya dengan ekstrak ragi, crude oil, dan agar. Setelah itu, cairan crude oil disebarkan sebesar 100l secara merata melalui batang L pada medium SBS yang telah memadat yang disertai inokulasi bakteri yang berasal dari agar NA secara four quadrant streak. Ketiga, amati karakteristik koloni bakteri yang telah tumbuh. Apabila ditemukan bentuk sel yang bervariasi dan tidak ada yang dominan, maka proses isolasi terus dilakukan berulang hingga koloni bakteri mempunyai bentuk morfologi yang sama atau secara umum dominan. Terakhir, pindahkan koloni bakteri tunggal ke dalam medium NA miring dan inkubasikan pada suhu ruang sebagai kultur cadangan, dan ke dalam medium agar miring SBS yang diperkaya crude oil sebagai kultur kerja. Proses identifikasi bakteri diawali dengan teknik pewarnaan gram yang dilakukan dengan membuat apusan bakteri berumur 24 jam pada kaca objek yang telah diberi pewarna kristal violet selama satu menit. Setelah itu menetesi apusan dengan lugol dan dibiarkan selama satu menit. Lalu menetesi apusan kembali dengan alkohol 96% selama 30 detik kemudian pewarna pembanding seperti pewarna safranin selama 1-2 menit. Setelah itu, mencuci apusan dengan air mengalir dan mengeringkannya dengan kertas penghisap. Apusan yang telah diwarnai dapat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali dengan menambahkan minyak imersi. Setelah pewarnaan gram, proses identifikasi bakteri dilanjutkan dengan pewarnaan endospora yang dilakukan dengan cara membuat apusan dari kultur bakteri berumur 24 jam dan menetesinya dengan pewarna malakit hijau selama 5 menit secara terus menerus dan tetap menjaga agar apusan tidak kering. Meletakkan apusan di atas penangas air agar terkena uap air selama apusan ditetesi pewarna. Kemudian menetesi apusan dengan safranin selama 30 detik lalu membilas dengan air mengalir dan mengeringkan. Setelah itu mengamati apusan yang telah diwarnai melalui mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Langkah-langkah prosedur identifikasi bakteri adalah sebagai berikut: Pertama, pengujian biokimia pada fermentasi karbohidrat, yang terdiri dari laktosa, glukosa, sukrosa, dan mannitol dengan prosedur pertama adalah kultur bakteri yang kira-kira berumur 24-48 jam diinokulasikan secara aseptik pada setiap jenis medium kaldu laktosa, kaldu glukosa, kaldu sukrosa, dan kaldu mannitol. Kemudian, proses inokulasi dilakukan dengan hati-hati, agar tabung Durham tidak terguncang atau terkocok yang menyebabkan terbentuknya gas. Setelah itu, semua tabung diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC. Kedua, pengujian biokimia pada reduksi nitrat dengan prosedur kedua adalah kultur bakteri diinokulasikan secara septik pada medium kaldu nitrat. Kemudian, tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Setelah itu, pengamatan dilakukan dengan ditambahkannya reagen sulfanilic acid dan reagen alphanaphthylamine. Lalu, bila hasil masih bernilai negatif (tidak terbentuk warna merah), maka bubuk seng ditambahkan ke dalam medium dan dikocok merata. Ketiga, pengujian biokimia pada katalase dengan prosedur ketiga adalah medium dicairkan pada suhu 40oC. Kemudian dituangkan ke dalam cawan hingga membeku. Setelah itu, kultur bakteri diinokulasikan secara aseptik, dan diinkubasi
Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Lalu, koloni bakteri yang sedang tumbuh ditetesi H2O2. Keempat, pengujian biokimia pada indol dengan prosedur keempat adalah kultur bakteri diinokulasikan pada medium kaldu trypton 1% dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Kemudian, bila terlihat adanya pertumbuhan bakteri, larutan Kovac segar dimasukkan melalui dinding tabung. Kelima, pengujian biokimia pada metil merah dengan prosedur kelima adalah kultur bakteri diinokulasikan pada medium, dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Kemudian, permukaan suspensi medium ditetesi metil merah melalui dinding tabung. Keenam, pengujian biokimia pada vogus-proskauer dengan prosedur keenam adalah kultur bakteri diinokulasikan pada medium, dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Kemudian medium ditambahkan 1 ml larutan barrit hingga tercampur sempurna. Setelah itu, larutan yang dicampur ditunggu selama 4-30 menit. Ketujuh, pengujian biokimia pada sitrat dengan prosedur ketujuh adalah dengan cara aseptik. Kultur bakteri diinkulasikan pada medium agar Simmons sitrat dengan cara stab maupun streak. Kemudian, diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC. Kedelapan, pengujian biokimia pada urease dengan prosedur kedelapan adalah kultur bakteri diinokulasikan pada medium kaldu urea. Setelah bakteri diinokulasikan, lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Kesembilan, pengujian biokimia pada H2S dengan prosedur kesembilan adalah dengan cara aseptik. Kultur bakteri diinokulasikan pada medium agar tegak H2S dengan cara stab. Setelah itu, diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC. Kesepuluh, pengujian biokimia pada gelatin dengan prosedur kesepuluh adalah kultur bakteri diinokulasikan pada medium glatin. Kemudian, diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Setelah itu, medium ditempatkan pada kulkas pada suhu 4oC selama 30 menit. Lalu, medium diinkubasi ulang selama 5 hari apabila terdapat padatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


PEMBAHASAN Mikroorganisme yang mampu bertahan di habitat yang tercemar disebabkan karena mikroorganisme tersebut mampu memanfaatkan kontaminan dalam metabolismenya dan mampu menjalankan peran yang tepat di lingkungan tersebut (Anna et al., 2003 dalam Diswanto, 2010). Dalam tanah yang tercemar oleh minyak bumi atau hidrokarbon, bakteri yang mampu bertahan dalam lingkungan seperti itu merupakan bakteri yang mampu mengubah atau mendegradasi zat pencemar atau hidrokarbon menjadi sumber karbon untuk melakukan metabolismenya. Isolasi dan identifikasi bakteri dalam tanah tercemar perlu dilakukan untuk mengetahui bakteri yang mampu dan efektif untuk mendegradasi zat pencemar dalam tanah tercemar tersebut. Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat
Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini sangat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh mikroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury, 2006). Setelah dilakukan isolasi maka akan dilakukan identifikasi bakteri tersebut. Pada percobaan kali ini dilakukan tahap isolasi bakteri dalam tanah yang tercemar minyak bumi, kemudian dilakukan identifikasi terhadap bakteri tersebut. Tahap pertama adalah isolasi bakteri, sebanyak satu gram tanah diencerkan sampai 10-8 dan dikocok dengan larutan aquades steril menggunakan vortex agar tercampur secara homogen. Kemudian dari tiga pengenceran terakhir diambil sebesar 1 ml, yang kemudian dicampur dengan SBS (Solution Base Salt). Teknik pencampuran dilakukan dengan metode agar tuang (Pour Plate). Metode agar tuang menggunakan agar yang belum padat (>45C) yang dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri, kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Setelah itu diinkubasikan pada suhu ruang dengan cawan diletakkan terbalik selama 1-3 hari. Tahap selanjutnya bakteri dipindahkan ke dalam medium Nutrien Agar (NA). Fungsi NA adalah untuk mengetahui tingkat homogenitas pertumbuhan bakteri hasil isolasi melalui metode pour plate. Kemudian dilakukan proses inokulasi menggunakan metode four quadrant streak. Dari proses inokulasi tersebut menunjukkan karakteristik koloni bakteri yang telah tumbuh, koloni yang mempunyai morfologi yang sama atau dominan dipindahkan ke dalam medium NA miring dan diinkubasikan. Setelah itu dilakukan identifikasi bakteri dengan melakukan pewarnaan gram, endospora, dan uji biokimia. Uji kimia yang dilakukan antara lain uji hidrolisis pati, hidrolisis lemak, gelatin, triple sugar iron, produksi indol, reaksi metal merah, reaksi voges, proskauer, penggunaan sitrat, aktivitas urease, reduksi nitrat, aktivitas katalase, fermentasi dekstrosa, laktosa, sukrosa, dan uji kebutuhan oksigen. Uji hidrolisis pati untuk melihat kemampuan bakteri dalam menghidrolisis pati dengan cara menghasilkan enzim amilase. Pati merupakan polisakarida yang memiliki berat molekul yang tinggi, karena ukurannya yang besar, polisakarida tidak mampu diserap oleh membran sel (Capuccino dan Sherman, 1992 dalam Rozirwan, 2008). Uji katalase dilakukan untuk membedakan mikroorganisme yang memiliki enzim katalase yang digunakan untuk mendegradasi hidrogen peroksida yang bersifat toksik. Uji fermentasi karbohidrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat bakteri dalam menghidrolisis karbohidrat dengan menggunakan tiga jenis gula, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. Uji indol digunakan untuk mengetahui apakah dalam proses pertumbuhannya bakteri dapat membentuk indol dari asam amino esential triptofan. Uji fermentasi gula, H2S, dan gas dengan TSIA menggunakan medium TSIA yang mengandung glukosa, laktosa dan ferosulfat. Uji MR bertujuan untuk menentukan kemampuan mikroorganisme untuk mengoksidasi glukosa dan menstabilkan konsentrasi asam yang tinngi sebagai produk akhir. Sedangkan uji VR untuk membedakan kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan produk akhir non-asam atau netral seperti
Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

asetilmetilkarbonil dari asam organik yang dihasilkan dari metabolisme glukosa. Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghidrolisis urea dengan menggunakan enzim urease dan mengubah pH media dari pH netral menjadi basa (Lay, 1994 dalam Rozirwan, 2008). Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi (Capuccino dan Sherman, 1992 dalam Rozirwan, 2008). Dari 15 uji yang dilakukan. didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Indikator Perubahan Warna pada Tahap Identifikasi Indikator Perubahan Uji yang Dilakukan Media Warna pada Media Hidrolisis Pati Agar Pati + Hidrolisa Kasein Agar Susu Indol Kaldu Tryptone Reduksi Nitrat Kaldu Nitrat Fermentasi Glukosa Kaldu Glukosa + Fermentasi Laktosa Kaldu Laktosa + Fermentasi Sukrosa Kaldu Sukrosa + Fermentasi Mannitol Kaldu Mannitol + Sitrat Agar Summons Citrate Katalase NA miring + Urease Kaldu Urea H2S Agar H2S Metil Merah Kaldu MR VP Vogus Proskauer Kaldu MR VP Hidrolisa Gelatin Nutrien Gelatin -

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Sumber : Cowan, 1974 dalam Apriyani, 2011 dan Pikoli, 2000

Untuk hasil dari uji-uji yang lain dapat dilihat dalam tabel 1 di lampiran. Dalam media NA terdapat satu koloni yang dominan, yang dari ciri-cirinya dapat diidentifikasi sebagai bakteri Bacillus sp. Jenis Bacillus sp. menunjukkan bentuk koloni yang berbeda-beda pada medium agar cawan Nutrien Agar (NA). Warna koloni pada umumnya putih sampai kekuningan atau putih suram, tepi koloni bermacam-macam namun pada umumnya tidak rata, permukaannya kasar dan tidak berlendir, bahkan ada yang cenderung kering berbubuk, koloni besar, dan tidak mengkilat. Bentuk koloni dan ukurannya sangat bervariasi tergantung dari jenisnya. Selain itu setiap jenis juga menunjukkan kemampuan dan ketahanan yang berbeda-beda dalam menghadapi konsisi lingkungannya, misalnya ketahanan terhadap panas, asam, kadar garam, dan sebagainya (Hatmanti, 2000). Bacillus sp. digolongkan ke dalam kelas bakteri heterofik, yaitu protista bersifat uniseluler, termasuk dalam golongan mikroorganisme redusen atau yang lazim disebut sebagai decomposer (Rheinheimer, 1980 dalam Hatmanti, 2000). Marga Bacillus merupakan bakteri yang berbentuk batang dapat dijumpai di tanah dan di air, termasuk dalam air laut. Beberapa jenis Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis protein dan polisakarida kompleks. Bacillus sp. membentuk endospora, merupakan gram
Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

positif, bergerak dengan flagel, dapat bersifat aerobik atau fakultatif anaerobik serta bersifat katalase positif (Pelczar et al., 1976 dalam Hatmanti, 2000). Bacillus mampu tumbuh pada temperature 10-50C, merupakan saprofit ringan yang tak berbahaya, mudah tumbuh dalam kerapatan tinggi dan mampu membentuk endospora yang tahan panas (Salle, 1984 dalam Hatmanti, 2000). Bacillus merupakan salah satu dari enam bakteri penghasil endospora. Enam marga bakteri penghasil endospora yaitu Bacillus, Sporolactobacillus, Clostridium, Desulfotomaculum, Sporosarcina, Thermoactinomycetes. Dua sifat utama yang yang membedakan Bacillus dari bakteri pembentuk endospora lainnya adalah kemampuan Bacillus untuk hidup aerob dan mayoritas jenisnya memproduksi katalase (bersifat katalase positif) (Doi & McGloughlin, 1992 dalam Hatmantni, 2000). Endospora yang dihasilkan oleh Bacillus mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap faktor kimia dan fisika, seperti suhu ekstrim, alkohol dan sebagainya. Adapun sifat-sifat fisiologis dari bakteri Bacillus sp. adalah (1) mampu mendegradasi senyawa organik seperti protein, pati, selulosa, hidrokarbon, dan agar; (2) mampu menghasilkan antibiotik; (3) berperan dalam nitrifikasi dan denitrifikasi; (4) pengikat nitrogen; (5) pengoksidasi selenium; (6) pengoksidasi dan pereduksi mangan ( Mn ); (7) bersifat khemolitotrof, aerob atau fakultatif anaerob, asidofilik atau alkalifilik, psikoprifilik, atau thermofilik (Norris et al., 1981 dalam Claus & Barkeley, 1986 dalam Hatmanti, 2000). Peran bakteri Bacillus sp. dalam mendegradasi minyak bumi adalah sebagai agen pendegradasi minyak bumi atau hidrokarbon dengan cara memanfaatkan hidrokarbon tersebut sebagai sumber karbon yang digunakan dalam proses metabolismenya. Prinsip degradasi minyak bumi oleh mikroorganisme atau bakteri adalah dengan cara memotong-motong komponen hidrokarbon yang ada menjadi senyawa yang lebih sederhana dan tidak berbahaya terhadap lingkungan, sehingga tanah yang tercemar minyak tersebut akan memperlihatkan perubahan komposisi fraksi hidrokarbon penyusunnya (Sharpley, 1966 dalam Hendrianie, 2009). Menurut Styani (2008), mikroorganisme akan mengonsumsi hidrokarbon sebagai sumber karbon untuk menghasilkan energi bagi kelangsungan hidupnya dan akan mengeluarkan metabolit-metabolit ke dalam media, yaitu dapat berupa gas CO2, H2O, biomassa, dsb. Waktu degradasi berpengaruh terhadap total bakteri, dimana semakin lama waktu degradasi, maka semakin tinggi total bakteri sampai batas tertentu sebelum terjadi fase kematian (Yoswaty, 2009). Adapun jenis-jenis bakteri dari genus Bacillus yang mampu mendegradasi minyak bumi atau hidrokarbon adalah Bacillus polymixa, Bacillus licheniformis, Bacillus stearothermophyllus, Bacillus brevis, dan Bacillus coagulans. (Pikoli dkk, 2000 dalam Dharmayasa, 2008). Selain itu bakteri Bacillus megaterium dan Bacillus aquimaris juga mampu mendegradasi limbah minyak bumi atau hidrokarbon.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bakteri yang diisolasi dan diidentifikasi merupakan bakteri Bacillus sp. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan 15 uji biokimia yang telah dilakukan.

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Daftar Pustaka
Apriyani, Dewi. 2011. Isolasi dan Identifikasi Bacillus sp. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman. Dharmayasa, I. B. G. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi Lipid (Lemak) pada Beberapa Tempat Pembuangan Limbah dan Estuari DAM Denpasar. Jurnal Bumi Lestari, Vol. 8 No. 2, Agustus 2008. hal. 122-127. Diswanto, Eggi dan Edwan Kardena. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Pseudomonas sp. dari Tanah Tercemar Hidrokarbon Minyak Bumi Sumatera dan Jawa. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Hatmanti, Ariani. 2000. Pengenalan Bacillus sp. Oseana, Volume XXV, Nomor 1, 2000 :31-41. Hendrianie, Nuniek dkk. 2009. Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus pada Slurry Bioreaktor. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November. Pikoli, Megga Ratnasari dkk. 2000. Isolasi Bertahap dan Identifikasi Isolat Bakteri Termofilik Pendegradasi Minyak Bumi dari Sumur Bangko. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Rozirwan. 2008. Isolasi Bakteri Patogen di Kawasan Tambak Teluk Payau Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Inderalaya : Universitas Sriwijaya. Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England. Styani, Erna. Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi Menggunakan Bakteri Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. WARTA AKAB, No 19, Juli. 2008. Yoswaty, Dessy. 2009. Pemanfaatan Bakteri Pemecah Minyak dalam Proses Bioremediasi : Studi Kasus Pengolahan Tanah Terkontaminasi Minyak Minas SBU, PT. Caltex Pasific Indonesia, Riau. Depok : Universitas Indonesia.

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Lampiran
Tabel 1. Karakteristik untuk menentukan Bakteri Bacillus sp. menurut Cowan (1974)

Sumber : Pikoli, 2000

Jurnal Polusi Tanah dan Air Tanah ( 2012 ) Kelompok 8, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai