Anda di halaman 1dari 46

KEGIATAN YANG DILARANG

Kegiatan yg dilarang

Monopoli (rr) Monopsoni (rr) Penguasaan Pasar (rr) Jual Rugi (rr) Curang dalam Penentuan Biaya Produksi (rr) Konspirasi Tender (rr) Konspirasi Informasi (rr) Konspirasi Menghambat Produksi (psi)
2

Kegiatan yang dilarang


Penguasaan atas Produksi/Pemasaran/Monopoli Ps. 17 (rr) Monopsoni; Ps. 18 (rr) Penguasaan Pasar Ps. 19 (rr) Menolak/Menghalangi pelaku usaha tertentu melakukan kegiatan Menghalangi konsumen dan Pelaku usaha lain berhubungan Membatasi Peredaran/penjualan Melakukan diskriminasi Jual Rugi/Predatory Pricing Ps. 20 (rr) Curang dalam Penentuan Biaya Produksi (rr) Konspirasi/Persekongkolan Tender Ps. 22 (rr) Konspirasi Informasi Ps. 23 (rr) Konspirasi Menghambat Produksi/Pemasaran Ps. 24(psi)

Praktek Monopoli Dan Demokrasi

Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha. Praktek Monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum Demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau jasa dalam iklim usaha yang sehat,efetif, dan efisien. 4

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Perkembangan Perusahaan/Usaha Menurut Sektor (Hasil Sensus 2006)


1996 SEKTOR Total Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Konstruksi 192,2 2 752,1 13,6 210,2 % 1,17 16,78 0,08 1,28 Total 265,2 3 214,7 19,0 168,3 % 1,17 14,15 0,08 0,74 2006 Perubahan Absolut 1996-2006

73,0 462,6 5,4 -41,9

Perdagangan, Hotel & Restoran

9 443,7

57,59

13 360,4

58,83

3 916,7

Transpor & Komunikasi Keuangan & Persewaan

1 732,7 737,8

10,57 4,50

2 667,8 875,7

11,75 3,86

935,1 137,9

Jasa-jasa
TOTAL

1 314,6
16 396,9

8,02
100,0

2 140,4
22 711,5

9,42
100,0

825,8
6 314,6

Perkembangan Perusahaan/Usaha Menurut Sektor & Pulau (Hasil Sensus 2006)


Lapangan Usaha

Pulau

Pertamba nga n dan gali an 36,8

Industri Pen gol aha n

Listrik Gas dan air Bers ih 69

Konstruk si

Perdagan gan, Hote l& Rest

Pengangku tan dan Kom unika si 431,7

Keu, sewa dan jasa Perus ahaan

JasaJ a s a

jumlah

Sumatera

4025

440

2 511,8

143,9

44,7

4 022,3

Jawa

147,7

21458

52

594

8 467,8

1 720,8

577,7

1 371,7

14 496,2

Bali + Nusa Tenggara kalimantan Sulawesi Maluku + Papua

29,6 28,2 13,3 9,5

2776 1220 2349 319

13 21 28 7

201 175 232 40

612,3 674,6 919,4 174,5

139,9 98,2 226,0 51,2

45,1 52,0 47,7 9,3

83,5 102,0 118,3 20,2

1 209,4 1 096,5 1 585,6 301,4

Indonesia

265,2

32147

190

1683

13,360,4

2 667,8

875,7

2 140,3

22 711,5

% thd Nasional

1,2

142

008

07

58,8

11,7

3,9

9,4

100,0

Bentuk Pasar
Pure Competition Monopolistic Competition Oligopoly Monopoly Number of Sellers Number of Buyers Demand Conditions Objective Function

Many Many Identical Subsititute Maximum Profit

Many Many Very Similar Subsitute Maximum Profit

Few Many Close Subsitute Maximum Profit

One Many No Subsitute Maximum Profit

Strategic Variable
Reaction to price Information Cost Condition Expectation of rivals reaction

Quantity
Price Taker Full information Marginal Cost None

Quantity&Price
Price Maker Incomplete Marginal Cost None

Quantity&Price
Price Maker Incomplete Marginal Cost React or None

Quantity&Price
Price Maker Incomplete Marginal Cost None
8

Monopoli (Ps. 17)


(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila: a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Monopsoni (Ps. 18)


( 1 ) Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
( 2 ) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

10

Penguasaan Pasar (Ps 19)


Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa: a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan; atau b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; atau d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.

11

Penguasaan Pasar (Ps. 20)


Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untukmenyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
12

Menetapkan harga yang mematikan (predatory pricing)

Upaya menjual produk pada harga yang sedemikian rendah dalam jangka pendek agar pelaku usaha lain tidak dapat masuk pasar. Dalam jangka pendek praktik ini menguntungkan konsumen, namun dalam jangka panjang pelaku usaha yang melakukan praktik predatory pricing akan dapat bertindak sebagai pelaku usaha monopoli.

13

Predatory Pricing?
AC Small AC Large

Small Orders

Large Order

Output 14

Predatory Pricing (PP)

Definisi: Pelaku usaha yang menjual dengan harga lebih rendah dari SRMC (Areeda and Turner,1975) to untuk mendepak pesaingnya keluar dari industri dan mendorong pelaku usaha baru untuk tidak masuk ke industri, kemudian dalam jangka panjang ia akan meningkatkan labanya. Tujuan: mengurangi persaingan dengan membangkrutkan pesaing dan menciptakan penghalang masuk (barrier to entry) bagi pelaku usaha potensial yang ingin masuk ke industri. Exit-inducing strategy (Ordover and Willig, 1981) Exclusionary strategy: PP, Raising rivals costs
15

Features penting PP

Selama periode PP, pelaku usaha (the incumbent firm) akan mengalami kerugian. Pelaku usaha tsb harus memenuhi semua permintaan pada harga rendah. Konsumen memperoleh manfaat selama ada PP.
16

Syarat agar PP merupakan strategi rasional


1. PV manfaat > Biaya 2. LabaPP > Laba metode lain Seperti: Laba Acquire > Laba

PP

Meskipun PP melanggar hukum, PP lebih sukar dibandingkan M&A untuk dideteksi (Kondis 1 & 2 dari McGee, 1958) 3. Telser (1966)s Long purse 4. Imperfect information dan non-zero transaction costs (dari game-theoretic models)
17

Kelemahan PP
Asumsi bahwa pesaing akan menghasilkan dengan skala yang sama b. Periode terjadinya PP. Semakin lama, maka harga semakin tinggi pada periode setelah PP. c. Belum ada bukti empirisnya.

18

Penguasaan Pasar (Ps 21)


Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapklan biaya produksi dan biaya lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

19

Persekongkolan (Ps 22)


Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

20

Pengertian Tender
tawaran mengajukan harga untuk : a. memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, b. mengadakan barang dan atau jasa c. membeli suatu barang dan atau jasa d. menjual suatu barang dan atau jasa

21

Pengertian dan Jenis Tender

Tender terbuka Tender terbatas Pelelangan umum Pelelangan terbatas Penunjukan Langsung ? Pemilihan Langsung?

22

Tujuan Tender

1. Memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha, 2. Mendapatkan barang dan atau jasa dengan harga termurah dan kualitas terbaik.

23

Metoda Pemilihan Penyedia


1.
2. 3.

Pelelangan Umum Pelelangan Terbatas Pemilihan Langsung


Wajib melakukan prakualifikasi (wajib diumumkan) Wajib mengundang yang lulus prakualifikasi dan bila jumlahnya kurang dari 3 (tiga) dilakukan pengumuman ulang. Apabila yang lulus dua maka dilakukan pemilihan langsung tetapi kalau hanya 1 dilakukan penunjukan langsung sesuai ketentuan lainnya.

4.

Penunjukan Langsung

Dilakukan prakualifikasi terhadap penyedia untuk pekerjaan kompleks Pekerjaan kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai resiko tinggi dan/atau menggunakan peralatan didesain khusus dan/atau bernilai diatas Rp. 50.000000000 (lima puluh milyar Rupiah).

5.

Bencana Alam, Sosial, dan Perang


24

Proses Tender
1.

2.
1.

Apakah proses tender dilakukan secara a. tidak jujur, b. melawan hukum atau c. menghambat persaingan usaha? Proses tender mencakup:
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.

9.
10. 11. 12. 13. 14.

Perencanaan Pembentukan panitia Prakualifikasi perusahaan Pembuatan persayaratan untuk ikut tender dan penyusunan dokumen tender Saat pengumuman tender Pengambilan dokumen tender Penentuan Harga Perkiraan Snediri atau harga dasar lelang Penjelasan tender Saat penutupan tender Penentuan pemenang tender Saat pengumuman pemenang tender Pengajuan sanggahan Penandatanganan kontrak Pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan

25

Prinsip Persekongkolan dalam Tender (1)


1. 2.

3.

Kerjasama yang dilakukan pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu. Dilakukan dalam bentuk: a. Kerjasama antara dua pihak atau lebih, b. Secara diam-diam atau terang-terangan melakukan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya, c. Membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan d. Menciptakan persaingan semu e. Menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya pesekongkolan f. Pemberian kesempatan eksklusif kepada peserta tender dengan cara melawan hukum Persekongkolan dilakukan secara horizontal, vertikal dan gabungan keduanya.

26

Prinsip Persekongkolan dalam Tender (2)


Tender berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat persaingan usaha: a. tender bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas b. tender bersifat diskriminatif sehingga tidak dapat diikuti semua pelaku usaha dengan kompetensi yang sama c. tender dengan persayaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut.
27

Mengukur Dampak Persekongkolan dalam Tender


1.
2.

3. 4.

Konsumen atau pemberi kerja membayar lebih mahal Barang atau jasa yang diperoleh (dari sisi: mutu, jumlah, waktu maupun nilai) seringkali lebih rendah dari yang akan diperoleh bila tender dilakukan secara jujur. Adanya hambatan bagi peserta potensial. Nilai proyek untuk tender pengadaan jasa menjadi lebih tinggi karena adanya mark up oleh pihak-pihak yang bersekongkkol.
28

Persekongkolan Tender

Panitia Tender/ Pengguna Barang& Jasa

Konsultan

Pelaku Usaha/ Penyedia Barang dan Jasa

Pelaku Usaha Penyedia Barang dan Jasa

Pelaku Usaha/ Penyedia Barang Dan Jasa

Pelaku Usaha/ Penyedia Barang Dan Jasa

29

Persekongkolan (Ps 23)


Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

30

Persekongkolan (Ps 24)


Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar yang bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.
31

Menaikkan harga pesaing

Pelaku usaha dapat langsung meningkatkan biaya pesaing apabila pelaku usaha tersebut dapat mengganggu (interfere) metode teknik produksi, dan penjualan atau pemasaran pelaku usaha pesaing. Kedua metode tersebut dapat meningkatkan biaya pesaing, mengurangi persaingan, dan meningkatkan keuntungan pelaku usaha.

32

Tujuan

Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efesiensi ekonomi untuk kesejahteraan rakyat Iklim usaha yang sehat, besar, menengah dan kecil Mencegah praktek monopoli dan/ persaingan usaha tidak sehat Efektifitas dan efisiensi kegiatan usaha
33

Prinsip Dasar

Monopoli

Penguasaaan, Produksi, dan atau Pemasaran Oleh Pelaku Usaha

Praktek Monopoli

Pemusatan kekuatan ekonomi sehingga menimbulkan persaingan Usaha Tidak Sehat dan dapat merugikan kepentingan umum

34

Pendekatan Hukum Persaingan

Struktur Pasar :

Satu perusahaan : > 50% Beberapa perusahaan : >75%

Perilaku : praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

35

Sifat Larangan/Pengaturan

Rule of Reasons (rr)

Memerlukan pembuktian dampak terhadap persaingan atau kerugian konsumen

Per se illegal (psi)

Dapat dinyatakan bersalah tanpa pembuktian akan dampak terhadap persaingan atau konsumen
36

Substansi

Perjanjian yang dilarang


Oligopoli (rr) Penetapan harga (psi) Diskriminasi harga (psi) Harga dibawah hrg pasar (rr) Harga jual-kembali (rr) Pembagian wilayah (rr) Boikot (psi) Kartel (rr)
37

Subtansi (lanjutan)

Perjanjian dilarang (lanjutan)


Trust (rr) Oligopsony(rr) Integrasi vertikal (rr) Perjanjian tertutup/ tying (psi) Perj dg pihak asing (rr)

38

Kegiatan yg dilarang

Monopoli (rr) Monopsoni (rr) Penguasaan Pasar (rr) Jual Rugi (rr) Curang dalam Penentuan Biaya Produksi (rr) Konspirasi Tender (rr) Konspirasi Informasi (rr) Konspirasi Menghambat Produksi (psi)
39

PERSEKONGKOLAN Pasal 22

Pelaku usaha dilarang bersekongkol

dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
40

Pasal 23

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat

41

PASAL 24

Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan
42

Persekongkolan Horizontal

43

Persekongkolan Vertikal

44

Persekongkolan Gabungan Vertikal - Horizontal

45

46

Anda mungkin juga menyukai