Anda di halaman 1dari 3

Moh Sabilil Hudayahya (2018-546)

Muchammad Husein Nur Ivan (2018-567)

LEGAL OPINION

Menurut peraturan perundang-undangan, Pemberlakuan Undang-undang Administrasi


Pemerintahan menjadikan hukum administrasi negara bergerak menuju paradigma baru,
sehingga dibutuhkan penyelarasan dengan hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara agar
terciptanya sinkronisasi dan harmonisasi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Pelaksanaan sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan di Indonesia sudah
merupakan suatu kebutuhan yang mendesak karena permasalahan pembangunan hukum
semakin hari membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif. Bahwa menurut Undang-
undang Peradilan Tata Usaha Negara upaya administratif hanya diberlakukan dan diwajibkan
terhadap sengketa-sengketa tata usaha negara tertentu yang memang oleh peraturan
perundang-undangannya disediakan upaya administratifnya.

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Pasal 1 ayat (3) Keputusan Tata Usaha
Negara ialah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;

Dalam perkara kasus disposisi diatas:

- Objek Sengketa adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara
orang atau badan hukum perdata dengan Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat
maupun didaerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku ;
- bahwa objek sengketa a quo ialah Surat Keputusan Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1
Kota Bandung Nomor : 012/MAN-1/BDG/II/2021, Tertanggal 24 Mei 2021. Menurut
UU No. 5 Tahun 1986 Pasal 1 ayat (4) sengketa Tata Usaha Negara ialah sengketa
yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata
dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah,
sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;.
- Objek sengketa bersifat individual, hanya ditujukan kepada pribadi penggugat, bukan
kepada umum.
- Bahwa objek Sengketa tersebut bersifat final, artinya tidak membutuhkan lagi
persetujuan dari lembaga atau pihak lain, baik secara vertikal maupun horizontal dan
karenanya telah menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat berupa Pemberhentian
Penggugat

Terhadap tenggang waktu terhadap Surat Keputusan Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1
Kota Bandung Nomor : 012/MAN-1/BDG/II/2021, Tertanggal 24 Mei 2021(objek sengketa)
tidak dapat dikatakan melebihi tenggang waktu, sebab SK tersebut diterima oleh Hermansyah
Putra, S.Pd pada 25 Mei 2021. Sedangkan menurut Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 Gugatan
dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat
diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
Sehingga menurut hemat kami, terhadap SK yang dikeluarkan oleh MAN 1 Kota Bandung,
Hermansyah Putra S. Pd dapat mengajukan gugatan.

Para pihak yang berkepentingan dalam perkara ini ialah diantaranya Penggugat (yang
diwakili oleh Kuasa Hukumnya) serta Tergugat dalam hal ini ialah Kepala Sekolah MAN 1
Negeri 1 Kota Bandung yang berkantor di Jalan Raya Semeru, Kelurahan Cibuntu
Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung.

Penggugat mengajukan gugatan ini kepada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
karena merupakan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 dan Pasal 48 UU RI No.5 Tahun 1996 yakni :

- Tergugat adalah Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusannya


berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang
digugat oleh Penggugat
- Bahwa Tergugat merupakan Atasan Penggugat diangkat berdasarkan Peraturan
perundang-undangan dan mengeluarkan Objek Sengketa kepada Penggugat, yang
bersifat konkret, individual dan final ;
- Objek Sengketa bersifat konkrit bagi Para Penggugat, karena Objek Sengketa tersebut
tidak abstrak, akan tetapi berwujud, berupa suatu Surat Keputusan dan ditujukan
kepada Penggugat
Sesuai dengan Surat Pengangkatan Para Penggugat sejak bekerja dan terakhir diangkat
selaku Guru Honorer, Pegawai Honorer adalah berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan
yang berlaku, sebagaimana UU. RI No. 8 Tahun 1974, Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
begitu pula Objek Sengketa yang dikeluarkan Tergugat adalah merupakan Surat Keputusan
yang dikeluarkan oleh Tergugat tidak sesuai dengan kewenangannya, karena kewenangan
pemberhentian Para Penggugat adalah Kewenangan Kepala Kantor Kementerian Agama
Kota Bandung selaku Ketua dan bukan Tergugat sehingga penggugat mengajukan gugatan
terhadap Tergugat.

Tergugat dalam mengeluarkan Objek Sengketa telah melanggar Ketentuan Pasal 3 UU.
RI. Nomor 28 Tahun 1999, Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang dikenal dengan Azas Umum Penyelenggaraan Negara,
yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas.

Berdasarkan argumentasi-argumentasi juridis yang telah diuraikan di atas, tindakan


Tergugat yang memberhentikan Para Penggugat dilakukan dengan cara sewenang-wenang
dan sangat bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (algemene
beginselen van bestuurrecht) yang harus diperhatikan oleh setiap Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara, sehingga oleh karena itu cukup beralasan bagi Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung untuk menyatakan batal atau tidak sah seluruh Objek Sengketa

Anda mungkin juga menyukai