(9)
Pada tahun 1963, Temkin dan kawan-kawan mengusulkan
suatu mekanisme yang disatukan sebagai suatu langkah penting,
menambahkan molekul hidrogen pertama kepada nitrogen yang
diabsorb. Mereka memperoleh persamaan (10), di mana k. dan l
diberikan oleh prsamaan (11) dan (12).
2 3 2 2
2 3 2 2 2
1 2 3
2 3 1
. (1 / )
[(1/ ) (1/ )( / )] [1 ( / )]
N NH p N H
H P NH N H H
k P P K P P
r
P K P P P l P
+ +
(10)
(0)
exp {( / )[(1/ ) (1/ )]}
k o
k k E R T T
(11)
(0)
exp {( / )[(1/ ) (1/ )]}
l o
l l E R T T
(12)
Itu dapat menunjukkan bahwa pada kedua kondisi yang ekstrim, yang
mendekati kesetimbangan dan jauh dari kesetimbangan, persamaan
(10) menjadi sama dengan persamaan (13) dan (14). Jika k. adalah
tekanan bebas, persamaan (9) menunjukan tekanan tergantung pada
k
2
melalui faktor K
p
( -1)
2 2 3 3 2
(1 ) 3 2 2 3 1
( . / ){ ( / ) ( / ) }
p P N N NH NH H
r k K K P P P P P
(13)
2 2
(1 )
( . / )
H N
r k l P P
(14)
Jumlah kerja yang dipertimbangkan pada kinetika dari sintesis
NH
3
tela dilakukan di laboratorium ICI selama tahun 1950-an dan
1960-an dan pengujianuji katalis pada reaktor. Telah ditemukan, dari
sejumlah besar penentuan laju diferensial di luar rentang kondisi
yang luas, bahwa model Temkin dan kawan-kawan pada persamaan
(10) memberikan banyak keuntungan yang lebih baik dibanding
persamaan (7) untuk kondisi difusi tidak terbatas. Pada kebanyakan
kondisi komersil, persamaan (10) sangat mendekati dengan
persamaan (7), dengan k
2
= k. / K
p
(1- )
. Nilai-nilai yang terbaik ; E
k.
=
110.8 kJ/mol dan = 0.46, sungguh cocok dengan model persamaan
Temkin dan kawan-kawan (E
k.
= 104.5 kJ/mol dan = 0.4), dan k.
ditentukan menjadi tekanan yang bebas. Dengan begitu, adalah
mungkin untuk mengkalkulasi ketergantungan temperatur dan
tekanan terhadap k
2
. Pada tekanan 200 bar dan temperatur 450 C,
K
p
bervariasi yaitu P
0.44,
dan jika
= 0.46, k
2
bervaiasi yaitu P
-0.24
. Pada
temperatur rendah,
K
p
hanya fungsi temperatur, dan sebagai
konsekuensinya k
2
adalah tekanan yang bebas. Dengan cara yang
sama, hubungan energi aktivasi dengan k
2
dapat diramalkan dari
persamaan (15) dan (16) di mana H
R
adalah entalpi reaksi.
Karenanya E
k2
= 110.8 + 58.1 = 168.9 kJ/mol ( H
R
109 kJ/mol),
yang mana mendekati nilai yang normal, yaitu 158.8 kJ/mol (38
kcal/mol).
E
k2
= E
k.
+ (1 ) H
R
(15)
H
R
= - RT
2
( ln K
p
/ t)
P
(16)
Efek Ukuran Partikel Katalis
Kinetika yang dibahas di bagian mekanisme Temkin
berhubungan dengan kondisi di mana laju reaksi tidak dibatasi oleh
efek difusi. Pengukuran laju yang dibuat menggunakan katalis
dengan ukuran berbeda-beda yang menunjukkan efek difusi tersebut,
tentu saja, sesudah suatu efek difusi diketahui, terutama sekali pada
temperatur tinggi. Hal ini dijelaskan dalam tabel 8.3, di mana laju
reaksi yang diperoleh menggunakan katalis dengan ukuran partikel
0.6-1.2 mm, 3.0-4.5 mm, dan 6.0-9.0 mm diperbandingkan.
Pengukuran ini dilakukan di suatu reaktor diferensial pada temperatur
500 C dan tekanan 100 bar, dengan rasio hidrogen / nitrogen (H/N)
adalah 3 : 1 pada campuran gas yang mengadung 4 % NH
3
. Jelaslah
bahwa partikel katalis dengan ukuran partikel yang lebih besar
kurang aktif dibanding ukuran partikel yang lebih kecil. Ini sebagian
besar berkaitan dengan terbatasnya perpindahan massa dalam pori-
pori katalis. Selain itu, aktivitas yang yang lebih rendah dari partikel
katalisator dengan ukuran lebih besar berkaitan dengan bagian
sebelah luar katalis yang lebih mengalami sintering oleh uap air
dibandingkan partikel berukuran lebih kecil sepanjang proses reduksi
katalis (lihat 8.4.1).
Pada kondisi kecepatan linier aliran gas rendah, laju reaksi
dapat dibatasi oleh kecepatan perpindahan reaktan dan produk
melalui lapisan film tipis gas di sekitar partikel katalis. Fenomena
difusi film ini paling umum di temui dalam reaktor laboratorium skala
kecil ditandai oleh gerakan turbulen rendah di sekitar partikel katalis
yang diuraikan oleh bilangan Reynold dalam rentang 0-10. Pada sisi
lain, reaktor industri biasanya beroperasi dengan kecepatan linier
jauh lebih tinggi, dengan bilangan bilangan Reynold yang lebih besar
dari 100. Pada kondisi ini, keterbatasan difusi film tidaklah penting,
tetapi pada laju reaksi yang tinggi, terutama sekali pada saat
temperatur dan tekanan yang tinggi, difusi dari reaktan atau produk
sepanjang partikel bisa menjadi batas laju reaksi (rate-limiting).
Fenomena difusi pori-pori ini diamati terutama inlet dari suatu NH
3
konverter, di mana konsentrasi NH
3
rendah dan laju sintesis yang
relatif tinggi. Efek terperinci di dalam sintesis NH
3
dijelaskan oleh
Nielsen.
Tebel 8.3 Variasi laju sintesis dengan ukuran partikel katalis
Ukuran Normal (mm) Laju (kmol N
2
h
-1
m
-3
katalis)
0.6 1.2 300
3.0 4.5 112
6.0 9.0 61
Implikasi pada Desain Proses
Laju reaksi overall untuk menghasilkan NH
3
dari nitrogen (N)
tergantung pada laju relatif reaksi searah dan reaksi balik. Sebelum
terjadi kesetimbangan, reaksi searah lebih mendominasi dan laju
reaksi akan meningkat dengan peningkatan temperatur. Ketika
mendekati keadaan kesetimbangan (telah adanya sejumlah substansi
NH
3
) reaksi balik meningkat secara signifikan.
Hasil dari efek ini digambarkan pada gambar 8.8 yang
menunjukan konsentrasi NH
3
pada kesetimbangan sebagai fungsi
temperatur, bersama-sama dengan satu kontur (bentuk) rangkaian
laju reaksi yang konstan. Kontur ini dinyatakan dalam hal laju reaksi
overall pada temperatur 350 C yang telah terdapat 20% NH
3
. Untuk
setiap konsentrasi NH
3
dalam reaksi gas ada suatu nilai temperatur di
mana laju reaksi mempunyai nilai maksimum, yang akan turun
dengan tajam pada temperatur yang lebih tinggi ketika terjadi kurva
kesetimbangan AB. Nilai maksimum bentuk (kontur) laju yang tetap
(konstan) menghasilkan kurva CD, yang bisa mewakili profil
temperatur yang ideal untuk suatu konverter NH
3
, dan kondisinya
tergantung pada ukuran partikel dan aktivitas dari katalis. Profil
seperti itu tidak dapat dicapai dalam praktek, meskipun demikian
tujuan dari perancang konverter adalah untuk mendekati keadaan
yang ideal
Aktivitas utama dari katalis untuk sintesis NH
3
secara
berangsur-angsur menurun selama pemakaian katalis tersebut (pada
awalnya secara relatif menurun dengan cepat), di ikuti oleh suatu
penurunan yang lambat terhadap laju reaksi ke tingkat yang steady,
yaitu sekitar separuh dari aktivitas awal katalis. Waktu dan tingkat
deaktivasi ini tergantung seluruhnya pada kondisi operasi, dan
reaktor harus dirancang untuk beroperasi pada steady state. Laju
reaksi pada tabel 8.3 adalah untuk katalis baru yang telah mengalami
reduksi dan tidak tepat untuk perancangan suatu konverter.
Mekanisme Reaksi
Urutan peristiwa yang berlangsung pada permukaan katalis
selama sintesis NH
3
telah dipelajari oleh beberapa kelompok
riset/peneliti selama bertahun-tahun. Hal ini dilakukan
mengkombinasikan asumsi beberapa periset awal, bahwa langkah
penetapan laju melibatkan interaksi awal dari molekul nitrogen (N)
dengan permukaan besi, meskipun sebenarnya interaksi secara
alamiah yang tepat tentang ini tidak diketahui. Pembuktian dari
interaksi ini diperoleh dengan bantuan ilmu pengetahuan modern
mengenai teknik permukaan yang membantu memperkuat dan
memperjelas hal ini. Interaksi ini dapat ditunjukkan dengan data dari
spektroskopi fotoelektron ultraviolet (UPS) dan Spektroskopi
fotoelektron sinar-X (XPS) bahwa nitrogen dapat diadsorb oleh suatu
permukaan besi, baik dalam bentuk molekul ataupun atom. Molekul
nitrogen hanya terikat dengan lemah ( panas adsorpsi kurang dari 40
kJ/mol) tetapi adsorpsi akan lebih cepat dengan suatu koefisien
penggabungan sekitar 0.01.
Adsorpsi molekul nitrogen pada permukaan besi (Fe 111) ada
dua cara. Cara pertama adalah diikat dengan sangat lemah dengan
adsorbsi fisik bentuk gamma ( ) yang tidak diserap pada 80 K dan
cara yang lainnya dengan bentuk alpha ( ) yang menjadi langkah
awal penguraian dari molekul nitrogen di permukaan besi. Hal ini
ditunjukkan dengan loss energy oleh spektroskopi elektron resolusi
tinggi di mana bentuk alpha ( ) mempunyai ikatan sisi dengan sisi
dalam konfigurasi. Meskipun begitu, konversi dari bentuk molekul
menjadi bentuk atom sangat lambat, sehingga koefisien
penggabungan untuk penguraian nitrogen yang teradsorpsi sangat
rendah, sekitar 10
-7
, dan ini adalah batasan laju (rate-limiting) pada
sintesis NH
3
. Seperti diketahui pada awal, laju penguraian nitrogen
yang akan teradsorpsi secara kimia diakibatkan oleh struktur
permukaan besi, dengan Fe (111) lebih aktif sekitar 20 dibanding Fe
(110).
Adsorpsi penguraian hidrogen pada permukaan besi terjadi
dengan sangat cepat pada temperatur rendah, dan itu ditunjukkan
dengan desorpsi hidrogen di atas temperatur 200 C sangat cepat.
Keadaan kesetimbangan untuk adsorpsi dan desorpsi hidrogen pada
permukaan besi selalu dijaga di bawah kondisi sintesis NH
3
. Sejak
proses hidrogenasi berkembang, pengamatan langsung terhadap
hasil antara (intermediet) sangat sulit. Untuk memperoleh informasi
mengenai sifat alami hidrogenasi (terutama penguraian NH
3
pada
permukaan besi) maka dipelajari oleh Ertl dan kawan-kawan. NH
3
terserap pada temperatur rendah dan dengan cepat terdesorpsi
(terlepas) pada temperatur di atas 100 C. Ketika NH
3
terurai pada
permukaan besi menjadi hidrogen dan nitrogen, terbentuklah atom.
Pertukaran reaksi dengan deuterium untuk produksi NH
2
D, asumsi
bahwa disosiasi reversibel yang terjadi pada reaksi tersebut seperti
yang ditunjukkan dalam persamaan reaksi berikut :
D
2
(ad) 2D (ad)
NH
3
(ad) NH
2
(ad) + H (ad)
NH
2
(ad) + D (ad) NH
2
D (ad)
Interaksi NH
3
dengan Fe (110) ditunjukan oleh UPS bahwa pada
temperatur 500 K jenis yang stabil adalah nitrogen (ad) dan bukti
lainnya adalah untuk tahap hidrogenasi (intermediet) stabil pada
temperatur 340 K. Intermediate ini akan membentuk NH (ad)
daripada NH
2
(ad) seperti yang ditunjukan dengan spektrometri
massa ion sekunder. Bukti untuk kehadiran dari intermediate di
dalam interaksi N, H, dan NH
3
dengan permukaan besi telah
diperoleh, dan ini telah di-compile (disusun) ke dalam suatu
mekanisme reaksi keseluruhan seperti ditunjukkan dalam pola 1.
Urutan reaksi lain yang serupa telah pula diusulkan oleh para periset
terdahulu, hanya saja tanpa penjelasan mengenai sifat permukaan
intermediate.
Pola 1. H
2
2H (ad)
N
2
N
2
(ad)( ) N
2
(ad)( ) 2N (ad)
N (ad) + H (ad) NH (ad)
NH (ad) + H (ad) NH
2
(ad)
NH
2
(ad) + H (ad) NH
3
(ad) NH
3
Efek Na yang meningkat di dalam katalis harus ditingkatkan dengan
mempengaruhi batas laju masuk pada sintesis NH
3
, yang mana
pemisahan dari bentuk molekul nitrogen yang teradsorb menjadi
bentuk atomik. Hal itu telah ditunjukkan bahwa panas adsorpsi dari
molekul nitrogen pada permukaan besi meningkat sekitar 45 kJ/mol,
dan sebagai akibatnya adalah penurunan energi aktivasi untuk
penguraian ketika molekul nitrogen mendekati suatu atom natrium
(Na). Ini mengakibatkan suatu peningkatan yang besar pada koefisien
penggabungan. Hal ini mengarah pada situasi di mana semua area
permukaan besi mempunyai aktivitas serupa terhadap natrium.
Peningkatan dalam energi adsorpsi molekul nitrogen itu dianggap
berkaitan dengan perpindahan muatan dari natrium pada permukaan
besi, dengan mengabaikan banyaknya ikatan yang lebih kuat dari
permukaan besi ke molekul nitrogen.
VI. Katalis Sintesis Amonia
Semua katalis untuk sintesis amonia komersil berbasis besi
metalik dengan alkali (potasium) dan berbagai oksida logam material
dasar yang digunakan untuk membuat katalis ini biasanya magnetik
(Fe
3
O
4
). Dengan beberapa komponen dari dasar katalis sebagai
pengotor dari magnetik. Katalis umum, seperti katalis ICI 35-4, yang
mengandung 0,8% K
2
O, 2,0% CaO, 0,3% MgO, 2,5% Al
2
O
3
dan 0,4%
SiO
2
. Dalam proses manufaktur katalis diketahui bahwa komponen
minor ini dapat memberi efek yang cukup besar pada performa
katalis akhir, karena mereka bisa berinteraksi dengan sesamanya
memberikan efek baik dan buruk. Dalam katalis modern faktor ini
diperhitungkan untuk mengoptimasi performa agar didapatkan
aktivitas tinggi dan waktu yang lama.
Hampir semua katalis amonia sintesis dimanufaktur
menggunakan magnetik dengan dipakai sejumlah promotor agar
didapatkan campuran homogenus. Campuran yang cair ini
didinginkan dengan menaburkannya pada lapisan dangkal, setelah
proses solidifikasi katalis dianjurkan dan dipilih untuk mendapatkan
ukuran yang diinginkan. Material yang ukurannya tidak sesuai
direcycle dan material yang lebih besar dihancurkan kembali.
Sebelum katalisnya digunakan harus direduksi ke dalam keadaan
logamnya, baik didalam plant converter atau dalam prereduksi dan
proses stabilisasi. Katalis yang berbentuk disiapkan dari lelehan juga
disediakan dalam bentuk komersil, tetapi karena aktivitasnya yang
rendah, katalis ini tidak secara luas digunakan.
6.1 Komponen Besi
Komponen utama dalam katalis besi, tidak berubah dari katalis
pertama diterbitkan pada tahun 1913. Besi telah disetujui sebagai
logam termurah dan terbaik untuk tujuan ini. Dalam penelitian
sebelumnya Haber dkk menemukan logam lain seperti osmium dan
uranium itu lebih efektif daripada besi, tetapi lebih mahal dan
berbahaya bagi kesehatan. Besi murni adalah katalis yang lemah
yang secara cepat kehilangan aktivitasnya kecuali ada oksida
promotor. Pada awal pencarian pertama katalis sintesis amonia
komersil oleh Mittasch dkk ditemukan bahwa magnetik alam dari
Gollivare di Swedian, mempunyai aktivias yang baik untuk sintesis
amonia, dimana contoh sintetik dari magnetik yang bebas dari
pengotor alami itu lebih lemah. Hal ini dikarenakan kontaminan pada
magnetik adalah alumunium dan potasium, yaitu promotor utama
dalam katalis sintesis amonia. Katalis ini diberi nama doubly-
promoted.
Secara prinsip umum oksida besi dapat secara efektif sebagai sumber
besi, tetapi secara prakteknya hanya magnetik Fe
3
O
4
yang dapat
digunakan. Magnetik mempunyai struktur spinel (sama seperti
MgAlO
4
) yang terdiri dari cubic packing dari ion oksigen. pada lapisan
interstises dimana ion Fe
2+
dan Fe
3+
terdistribusi. Seperti
diperlihatkan pada gambar 5, kristal dari magnetik secara relatif lebih
besar dari standar katalis, lebih besar dari 1 mikron atau lebih. Tetapi
selama reduksi oksigen dihilangkan dari kristal tanpa mengkerut, jadi
ion logam diperoleh sebagai proses domorph dari magnetik yang asli.
Logam besi diproduksi dengan cara ini sehingga bersifat sangat
porosif, dan porositas ini adalah faktor penting dalam katalis akhir.
Faktor utama yang lain adalah ukuran dari kristal besi yang
diproduksi selama reduksi. Scanning Electron Mikroskop (SEM)
photographs meningkatkan ukurannya, dan memperlihatkan
porositasnya dan efek psedomorphic dari katalis yang tereduksi.
Simulasi Sintesis Amonia dengan Program Microsoft Excel
Data data diambil dari Program Hysys Samples Amonia Plant
Integration information
Number of segment : 5
Minimum step Fraction : 1.0 x 10
6
Minimum step Lenghth : 9.7 x 10
7
m
Catalyst data
Particle Diameter : 0.00100 mm
Particle Sphericity : 1000
Solid density : 2500.0 Kg/m
3
Bulk Density : 1250.0 Kg/m
3
Solid Heat Capcity : 250.000 KJ/Kg.
o
C
Stoichiometry and Rate Info
Component Mole WL Stoich Coeff Fwd Order Rev Order
Nitrogen 28.013 -0.500 0.50 0.00
Hydrogen 2.016 -1.500 1.50 0.00
Ammonia 17.030 1.000 0.00 1.00
Balance Balance Error 0.00000
Reaction Heat (25
o
C) -9.1 x 10
4
Kl/kgmole
Basis
Basis : Partial Pres
Base Component : Nitrogen
Rxn Phase : Vapour Phase
Min, Temperature : -2731
o
C
Max Temperature : 3000
o
C
Basis Units : atm
Rate Units : Kgmole/m
3
s
Forward reaction A 10000
E 91000
empty
Reverse Reaction
A 1.3000 x 10
+010
E 1.4100 x 10
+005
empty
Equation Help
Tube Dimesion
Total Volume : 6.851
m
3
Length : 0.969 m
Diameter : 3.0000 m
Number of tubes : 1
Wall Thickness : 0.0050 m
Tube Packing
Void Fraction : 0.500
Void Volume : 3.426 m
3
( ) ( )
Kelvein in T
T e A k
T e A k
Basis f k Basis f k r
RT
E
RT
E
'
'
'
' '
,
_
,
_
Reaksi Sintesis Amonia :
3 1
2 2 2 2 3
N H NH +
Komposisi (dalam fraksi mol) :
H
2
= 0,5148
N
2
= 0,1833
NH
3
= 0,0141
Ar = 0,0574
CH
4
= 0,2304
Data- data diperoleh dari Hysys.
Diameter reaktor : 9,8425 ft = 3 m
A
c
= 76,0853 ft
2
=
7,0686 m
2
.
Panjang reaktor : 9,54 ft = 2,9078 m.
3 3
2
2
2
8
0, 5
2, 4644 39, 477
148, 0385
0, 00328 0, 001
1, 993 10 0, 0482 0, 07175
2, 718
978 270 543,15
4,17 10 8, 314
o
kg
lb
o ft m
o
kg
lb
ft hr m hr
kW
m C
o
o
lbm ft
kJ
km c lbf h
P atm
Dp ft m
Cp
U
T R C K
g R
3 3 78 1250 270
ol K
o kg
lb
b b ft m
T C
Kinetika Reaksi :
3 3 1 1
2 2 2 2 2 2 3
N H NH A B C + +
( ) ( )
3
' '
NH
r K f Basis K f Basis
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
3 1
2 2
3
2 2 2 3
3 1
2 2
2 2 2 3
3 1
2 2
2 2 2 3
'
2 exp ' exp dalam ( )
3600 '
' 2 exp ' exp ( )
'
' 5, 76 exp ' exp dalam ( )
kgmol
N N H NH m s
N N H NH
b
kgmol
kg katalis hr N N H NH
E E
r A p p A p
RT RT
E E
r A p p A p
RT RT
E E
r A p p A p
RT RT
1
]
1
]
1
]
3 3
10
Laju reaksi ke kanan : Laju reaksi ke kiri :
10.000 ' 1, 3 10
91.00
kgmol kgmol
m s m s
A A
E
5
0 ' 1, 41 10
kJ kJ
kmol kmol
E
( )
4 5 4
4 4
molar flow 5 10 1,102 10 5 10 0,1833 9165
25 3, 9 10 9,142 10
kgmol kgmol kgmol
lbmol
hr hr hr hr Ao
o o
Btu kJ
lbmol kmol Rx
F
H C
Termodinamika :
3
3 1
2
2 2
2 2
, saat ' 0 kondisi kesetimbangan
'
NH
N
N H
p
k
Kp r
k p p
saat setimbang :
3
0
NH
r
maka,
( )
( ) ( )
( )
( )
( )
( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
3 1
2 2
3 1
2 2
1
2
2
2
1 2, 8085 3
0, 0769 2
27,13546 '
1 0, 3666
1 0, 3666
0, 0769 2 1 0, 3666
1
' 1 0, 3666 27,13546
1 2, 8085 3
0, 0769 2 1 0, 3666
'
1 2,8085 3
o
e e
e o
e e
e e
e e
x x
P x
k k
P x
x
x x
k P
k x P
x x
x x
k
Kp
k
x x
_
_ + _
,
,
,
+ _
_
,
,
+
( )
3
2
0, 036852
o
P
P
_
,
Penyelesaian dilakukan dengan metode Solver.
Data Cp diperoleh dari Basic and Calculation In Chemical Engineering, Himmelblau:
( )
( )
( )
2
3
2
4
2 5 2
2 5 2
2 5 2
2 5 2
28,84 0, 00765 10 0, 3288 10 T dalam
35,15 2, 954 10 0, 4421 10 T dalam
29 0, 2199 10 0, 5723 10 T dalam
34, 31 5, 469 10 0, 3661 10
o
H
o
NH
o
N
CH
Cp T T C
Cp T T C
Cp T T C
Cp T T
+ +
+ +
+ +
+ +
( )
dalam
T dalam
4,184
4, 97 20, 7945
1
o
o
cal
kJ
kgmol Ar mol K
kJ
kgmol C
C
J
Cp
cal
Neraca mol
Design :
'
Ao A
dx
F r
dW
Rate law :
( ) ( ) ' 5, 76 ' '
A
r k f Basis k f Basis 1
]
Stoikiometri : reaktan kunci : N
2
2 2 3
3 2 2
3 2 2 0,1833 0, 3666
N H NH
A B C
+
+
( )
( )
( ) 1
i i
i i Ao
o
v x P
P C RT P
x P
+
+
4
2
3
148, 0385 0,1833 27,13546
0, 2304
1, 257
0,1833
0, 0574
0, 31315
0,1833
0, 5148
2, 8085
0,1833
0, 0141
0, 0769
0,1833
Ao
CH
Ar
H
NH
P atm
( ) ( )
( )
( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
3 1
2 2
2 2 3
3 1
2 2
3 1
2 2
2
5, 76 '
1 2,8085 3
0, 0769 2
5, 76 '
1 0, 3666 1 0, 3666 1 0, 3666
1 2, 8085 3
5, 76
1 0
N H NH
A
Ao Ao
Ao Ao Ao
o o o
A
Ao Ao
Ao
A
Ao
k p p k p
r dx
dW F F
x x
P P x P
k P P k P
x P x P x P
r
F F
x x
k P
r
F
1
]
1
_ _ _
+
1
1
, , ,
( )
( )
2
2
0, 0769 2
'
1 0, 3666
, 3666
Ao
o o
Ao
P x P
k P
P x P
x
F
1
_ _ + _
1
1 ,
, ,
]
( )
( )
( ) ( )
( )
( )
( )
( ) ( )
( )
3 1
2 2
3 1
2 2
2
2
5, 76
1 2, 8085 3
0, 0769 2
'
1 0, 3666
1 0, 3666
5, 76 27,13546
1 2,8085 3
148, 0385
27,13546
9615 148, 0385
1 0, 3666
Ao
o
A
Ao
Ao Ao o
P
P
P x x
r dx P x
k P k
dW F F P x
x
P
x x
dx P
k
dW
x
_
1 _
_ + _
,
1
1 ,
,
,
]
_
_
,
,
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
3 1
2 2
3 1
2 2
4
2
2
4
2
0, 0769 2
'
1 0, 3666
1 2,8085 3
0, 0769 2
1, 0981 10 0,1833 '
1 0, 3666
1 0, 3666
1 2,8085 3
1, 0981 10 0,1833
4
1 0, 3666
b
x
k
x
x x
dx x
P k k
dW x
x
x x D dx
P k
dL
x
,
1 + _
,
]
1 _
+ _
1
1 ,
, ]
,
0, 0769 2
'
1 0, 3666
x
k
x
1 _
+ _
1
1
,
, ]
Energi Balance
( ) ( ) ( )
( )
4
'
a A Rx
b
Ao i i
U
T T r H T
D
dT
dW F Cp x Cp
_
+ 1
]
+
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
2 2 3 3
2 3
o
Rx Rx R R R R
H T H T T T T T T T
+ + +
Reaksi :
3 1
2 2 2 2 3
N H NH +
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
3 2 2
3 1
2 2
2 2 2
3 1
2 2
5 5 5 6
3 1
2 2
35,15 28,84 29 22, 61
2, 954 10 0, 00765 10 0, 2199 10 0, 028326
0, 4421 10 0, 3288 10 0, 5723 10 3, 3725 10
NH H N
( ) ( ) ( ) ( )
6
4 2 2 3 3
0, 028326 3, 3725 10
9,142 10 22, 61 25 25 25
2 3
Rx
H T T T T
+
( )
( ) (
)
2 2 2 2 3 3 4 4
2 5 2
2 5 2 2
5 2 2
2, 8085 28, 84 0, 00765 10 0, 3288 10
29 0, 2199 10 0, 5723 10 0, 0769 35,15 2, 954 10
0, 4421 10 1, 257 34, 31 5, 469 10 0, 3661 10
i i H H N N NH NH CH CH Ar Ar
Cp Cp Cp Cp Cp Cp
T T
T T T
T T
+ + + +
+ + +
+ + + +
+ + + +
( )
( )
5 2
5 2
0, 31315 20, 7945
162, 342 0, 0734 1, 99 10
i i
T
Cp T T
+ +
( ) 2
3
3
.
4 2, 718
4
2,8992 10 10, 437
1250 3
o
o o
kW
m C
kW kJ
kg cat C hr kg cat C
kgcal
b m
U
UA
D m
( ) ( ) ( )
( )
'
a A Rx
Ao i i
UA T T r H T
dT
dW F Cp x Cp
+ 1
]
+
( ) ( ) ( )
( )
2
2
2 2
4
'
4
1250 3
8835, 73
4 4
b
a A Rx
b
Ao i i
b kg
m
D
W L
UA T T r H T
D dT
dL F Cp x Cp
D
_
,
+ 1
_
]
' ;
+
,
Neraca Momentum
Persamaan Ergun:
( ) ( ) ( )
3
1 1 150 1
1, 75
o
o c
o
G x
dP
G
T dL Dp
P
Dp g
P T
+ 1
+
1
_ _
]
, ,
( )
2
5
2
0, 5148 2, 016 0,1833 28, 02 0, 0141 17, 03 0, 2304 16, 04 0, 0574 39, 94 1,102 10
76, 0853
17963, 0257
lbmol
hr
i i
C
lb
ft hr
F M
G
A ft
G
+ + + +
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( )
( )
( )
[ ]
( )
1 1
144 14,7
3
8
6
1 0, 5 17963, 0257 1 0, 3666 150 0, 0482 0, 5
1, 75 17963, 0257
0, 00328
270
2, 4644 0, 00328 0, 5 4,17 10
148, 0385
5, 5214 10 1 0, 3666
1102,134146 31435, 295
0,1796522 1 0, 3666
x
dP
dL
P
T
x T
dP
dL P
x T
dP
dL P
1
+
1
]
+