Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN VII STRUKTUR MOLEKUL DAN REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

MOLEKUL

OLEH: NAMA STAMBUK KELOMPOK ASISTEN : SUSANTI : F1C1 09 008 :I : AGUNG WIBAWA MAHATVA YODHA

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2010

STRUKTUR MOLEKUL DAN REAKSI-REAKSI KIMIA ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MOLEKUL A. Tujuan Percobaan 1. Memberikan pengalaman bekerja dengan menggunakan model molekul. 2. Memberikan pengalaman mengenai visualisasi senyawa-senyawa organik dalam tiga dimensi. 3. Mengilustrasikan reaksi-reaksi kimia. B. Landasan Teori Ikatan dalam senyawa organik dapat dijelaskan dengan bantuan notasi titikelektron. Rumus titik elektron berguna untuk mendeduksi struktur molekul organik, tetapi lebih baik lagi menggunakan penggambaran yang lebih sederhana, yaitu rumus struktur atau grafis, dengan satu baris menunjukkan sepasang elektron yang digunakan bersama. Kemampuan atom karbon berikatan dengan lebih dari dua atom karbon lain memungkinkan adanya dua atau lebih senyawa yang memiliki rumus molekul yang sama tetapi strukturnya berbeda. Beberapa senyawa yang berhubungan dengan cara ini disebut berisomer satu sama lain (Goldberg, 2008). Stereokimia mempelajari susunan atom 1 gugus dari suatu molekul yang terjadi karena reaksi kimia (stereokimia dinamik) ikatan dalam senyawa C. Atom C adalah tetravalen dan pada senyawa jenuh keempat ikatan tersebut kira-kira identik. Penataan (konformasi) senyawa rantai terbuka dapat digunakan beberapa cara yakni proyeksi newman, fischer, saw horse, dan wedge line (Respati, 1986).

Untuk setiap senyawa yang digunakan sebagai bahan penelitian, dibuat struktur 2D dengan paket program Hyperchem versi 6,0 selanjutnya dilengkapi dengan atom hidrogen pada setiap atom untuk melengkapi struktur sebenarnya dan kemudian dibentuk menjadi struktur 3D. Proses dilanjutkan dengan optimasi geometri struktur berupa minimisasi energi struktur untuk memperoleh konformasi struktur molekul terstabil dengan menggunakan metode semiempirik AM1. Batas konvergensi ditentukan berdasarkan pengamatan orientasi, yaitu setelah mencapai batas gradien perubahan energi sebesar 0,001 kkal/(.mol) mencapai batas gradien sekawan. Metoda optimasi berdasarkan metoda Polak-Ribiere. Setelah diperoleh struktur terstabilkan perhitungan single point energi untuk pencatatan dan perhitungan. Data perhitungan meliputi energi dan struktur elektronik senyawa bisa dilihat pada file rekaman (Tahir,et al,2007). Jalur metabolik biodegradasi fenantren dengan naftalen pada bakteri tertentu sangat berhubungan satu sama lain, sehingga pembentukan senyawa turunan naftalen dalam hal ini naftalenol pada metabolisme fenantren dapat terjadi .Selain itu Kiyohara juga melaporkan bahwa jalur metabolisme fenantren pada jamur juga melibatkan serangan naftaloksidatif pada posisi K-region fenantren, yang selanjutnya dapat terbentuk senyawa turunan naftalen. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri laut asal Kumai Pseudomonas sp KalP 3b22 merupakan enis yang potensial untuk dikembangkan menjadi bakteri biodegradator PAH. Dengan model molekul fenantren terbukti bakteri ini mampu mendegradasi hingga tahap pembukaan cincin aromatik. Penelitian genetika, functional gene dan

enzimologi sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan pendegradasiannya secara menyeluruh (Murniasih,et al,2009). Senyawa analog estrogen yang diperoleh dari literatur dimodelkan dengan menggunakan Software CS Chem 3D Ultra 8.0.3 agar diperoleh model tiga dimensi tiap senyawa. Pemodelan senyawa dilakukan agar dapat dilakukan penghitungan karakteristik kimia dari senyawa-senyawa tersebutdisebut juga deskriptorsehingga dapat dihitung nilai deskriptor dari tiap senyawa. Setiap senyawa yang dimodelkan dalam percobaan dilakukan minimisasi energi. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model senyawa dengan energi molekul yang paling kecil, sehingga penghitungan descriptor yang dilakukan untuk tiap senyawa dapat memperoleh hasil yang tepat (Muchtaridi,et al,2010).

C. Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah molimod darling models. D. Prosedur Kerja 1. Penyusunan bentuk molekul Molimod Disusun dalam bentuk molekul sp3, sp2, sp, dsp3, dan d2sp3. Digambar bentuk molekulnya

sp3

sp2

sp

dsp3

d2sp3

2. Menyusun dan menggambar beberapa senyawa Molimod Disusun dalam bentuk molekul 2metil heksana, 2-butanol, 2-butena, 1-propanol, dan metiletileter. Digambar bentuk molekulnya

2-metil heksana

2-butanol

2-butena

1-propanol

metiletileter

3. Menyusun dan menggambar senyawa aromatik Molimod Disusun Digambar bentuk molekulnya dalam bentuk senyawa aromatik benzena dan naftalena

Benzena

naftalena

4. Menyusun dan menggambar senyawa siklik Molimod Disusun dalam bentuk molekul 3 atom C sp3, 4 atom C sp3, 5 atom C sp3, 6 atom C sp3, 7 atom C sp3, 8 atom C sp3. Digambar bentuk molekulnya

3 atom C sp3

4 atom C sp3

5 atom C sp3

6 atom C sp3

7 atom C sp3

8 atom C sp3

5. Menyusun dan menggambar struktur etanol dengan proyeksi Molimod Disusun dalam bentuk proyeksi titik dan taji Digambar bentuk molekulnya padat, proyeksi fisher, proyeksi newman, dan proyeksi sawhorse.

Proyeksi:

titik dan taji padat

fisher

newman

sawhorse

6. Menyusun dan menggambar proyeksi newman pada konformasi sikloheksana Molimod Disusun dalam bentuk proyeksi newman, untuk konformasi sikloheksana bentuk kursi, setengah perahu, dan bentuk perahu. Digambar bentuk molekulnya

bentuk kursi

bentuk setengah perahu

bentuk perahu

7. Menyusun dan menggambar stereoisomer Molimod Disusun dalam bentuk isomer dari 2butena dan 1,2-diklorosikloheksana. Digambar bentuk molekulnya

Cis 2-butena

trans 2-butena

8. Menyusun dan menggambar reaksi Molimod Disusun struktur brominasi E-3-metil-2pentana dan propena + Cl2.

Digambar bentuk molekulnya

E. Hasil Pengamatan No sp3 Nama Senyawa Gambar

sp2 sp

1.

dsp3 d2sp3

2-metilheksana

2-butanol

2. 2-butena

1-propanol Metiletileter

Benzena 3. Naftalena 4. 3 atom C sp3 4 atom C sp3 5 atom C sp3 6 atom C sp3 7 atom C sp3 8 atom C sp3

Proyeksi titik padat Proyeksi fisher 5. Proyeksi newman Proyeksi sawhorse

Bentuk kursi

6.

Bentuk setengah perahu Bentuk perahu

Isomer 2-butena Cis 2-butena Trans 2-butena Isomer 1,2-diklorosikloheksana Equatorial-equatorial 7. Equatorial-aksial Aksial-aksial Aksial-equatorial

Brominasi E-3-metil-2-pentena

8.

Propena + Cl2.

F. Pembahasan Kimia organik sebagai kimia karbon, variasi struktur molekul organik sangat tergantung pada kondisi atom karbon. Kondisi yang dimaksud salah satunya adalah orbital hibrid atom karbon.dalam kimia organic sering ditemukan senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi struktur berbeda. Penggunaan model molekul dpat menolong dalam memvisualisasikan berbagi senyawa organic, sehingga struktur tiga dimensi dari tiap molekul dapat dipahami lebih real. Reaksi kimia pada dasarnya merupakan pemutusan ikatan pereaksi dan pembentukan kembali ikatan baru. Visualisasi persamaan reaksi sederhana, ikatan dan struktur molekul akan lebih jelas dengan menggunakan model molekul (molimod) seperti yang dilakukan pada praktikum kali ini Pada percobaan ini, kita menggambarkan orbital hibrid sp3 yang menciptakan suatu molekul dengan sudut ikatan sekitar 109,5o yang dapat diamati dari perangkaian molimod yang membentuk molekul metana yang tetrahedral. Jenis ikatan yang terjadi adalah ikatan kovalen yaitu antara atom C dan H yang sudut ikatannya 109,5o. Ikatan kovalen ini dapat terjadi dimana atom karbon yang memiliki empat elektron valensi

yang berarti memiliki empat tangan ikatan. Sebenarnya dari teori orbital atom, atom C hanya memiliki dua orbital kosong untuk berikatan yaitu pada orbital 2p. Akan tetapi atom C ini dapat mengalami hibridisasi empat orbital atomnya yaitu satu orbital 2s dan 3 orbital 2p yang dikenal dengan hibridisasi sp3. Hibridisasi ini terjadi ketika satu elektron pada orbital 2s dipromosi ke orbital 2p yang kosong. Selanjutnya mengambarkan orbital hibrid sp2 dapat diamati dengan kita merangkai molimod yang membentuk molekul etena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap atau dinamakan segitiga planar. Sudut ikatan pada molekul hibrid sp2 ini adalah 120o. Orbital hibrid sp2 ini terbentuk dari satu orbital 2s dan dua orbital 2p, sedangkan satu orbital 2p tidak terhibridisasi. Orbital hibrid sp2 ini membentuk ikatan rangkap yang terdiri atas satu ikatan sigma dan satu ikatan phi, dimana ikatan phi yang tingkat energinya lebih tinggi dari ikatan sigmanya Orbital hibrida sp yang berbentuk linier diamati pada perangkaian molimod yang membentuk CO2. tidak adanya elektron bebas pada molekul membuat bentuk molekul yang lurus atau linier dengan sudut ikatan 180o. karena semua elektron pada atom karbon dipakai untuk berikatan sehingga tidak ada pengaruh dari pasangan elektron bebas. Hibridisasi yang terjadi antara subkulit s, p, dan d dapat membentuk orbital hibrid dsp3 dan d2sp3. Pada percobaan yang dilakukan disusun molekul yang memiliki orbital hibrid dsp3 yaitu kita melihat pada strukttur PCl5 yang memiliki geometri molekul segitiga bipiramida dengan besar sudut ikatan 90o dan 120o dan dsp3 yaitu struktur pada SF6 yang memiliki geometri molekul oktahedral dengan sudut ikatan 90o.

Pengamatan selanjutnya yaitu pada perangkaian 2-metilheksana,2-butanol,2butana,1-propanol,metiletileter.pertama kita merangkai 2- metilheksana menunjukkan ikatan yang stabil karena sifatnya yang tidak kaku dan dapat berotasi mencari bentuk yang paling stabil. Kemudian yang kedua menunjukan stabil kerena dapat berotasi dan tidak kaku, Kestabilan ini juga terlihat pada perangkaian, 1-propanol dan

metiletil eter. Berbeda dengan senyawa-senyawa tersebut, senyawa alkena yaitu 2butena tidak dapt berotasi secara baik dan bersifat kaku akibat adanya ikatan phi pada ikatan rangkap dua yang terjadi antara atom karbon. Selanjutnya menggambarkan senyawa aromatic yaitu benzene dan naftalena, dimana benzena merupakan suatu senyawa siklik yang terdiri dari enam atom karbon dengan 3 ikatan rangkap dua, yang dapat diamati pada perangkaiannya menggunakan molimod. Pada penyusunannya kita dapat ketahui kekakuan dari ikatan yang terjadi akibat adanya ikatan phi pada orbital 2p dari atom karbon yang berikatan rangkap 2. Ikatan rangkap pada senyawa ini mudah mengalami delokalisasi (resonansi) elektron yaitu ikatan rangkap tersebut terus pindah ke ikatan disebelahnya. Benzena merupakan suatu senyawa monosiklik yang bersifat aromatik. Kearomatisan senyawa organik monosiklik ini diatur oleh hukum Huckel yang menyatakan bahwa suatu senyawa akan memiliki sifat-sifat aromatik bila mempunyai electron phi () sebanyak 2n + 2, serta mempunyai struktur planar (orbital 2p sejajar). Pada perangkaian selanjutnya yaitu perangkaian naftalena menunjukkan rangkaian yang lebih kokoh dari benzena. Senyawa yang merupakan turunan benzena ini juga dapat mengalami

delokalisasi elektron phi dimana banyaknya elektron yang mengalami resonansi ini menunjukkan kesatbilan yang lebih besar daripada benzena. Senyawa alkana yang memiliki hibridisasi sp3, selain terdapat dalam senyawa alifatik juga ada yang dalam bentuk senyawa siklik. Pada percobaan yang dilakukan dimana kita menggambarkan dan menyimpulkan kestabilan senyawa siklik. Pada penyusunan senyawa-senyawa siklik yang memiliki atom C sp3 yang berbeda-beda menunjukkan kestabilan ikatan yang berbeda pula. Sulitnya perangkaian senyawa siklik tersebut menunjukkan struktur molekul yang kurang/tidak stabil. Senyawa yang cukup stabil terlihat pada penyusunan sikloheksana yang memiliki lima atom C sp3. Senyawa ini paling stabil jika berada dalam bentuk konformasi kursi karena gaya yang berpengaruh berkurang karena letaknya jauh antara satu dengan yang lain. Gugus-gugus yang terikat pada senyawa organik dapat ditunjukkan strukturnya dalam bentuk proyeksi titik dan taji padat, proyeksi newman, proyeksi fisher dan proyeksi sawhorse. Dimana kita ketahui proyeksi garis titik dan taji padat lebih tepat untuk menggambarkan dua dimensi karena pada proyeksi ini gugus OH berda dibawa atau diatas bidang., pada proyeksi fisher dimana gugus yang paling mudah teroksidasi adalah gugus yang terletak diatas, proyeksi ini menunjukan penataan ruang dan gugus-gugus disekitar atom padaa etanol, pada proyeksi nowman dapat dilihat dalam tiga bentuk eclips. Pada penyusunan molekul etanol dengan molimod dalam berbagai bentuk proyeksi tersebut pada dasarnya adalah sama dimana yang membedakan adalah cara kita menggambarkannya. Cara pandang pada proyeksi titik dan taji padat adalah dilihat dari arah samping pada penggambarannya dalam

bentuk dua dimensi, dimana gugus OH pada etanol digambarkan di bagian atas atau di bawah bidang. Pada proyeksi fisher, kita menempatkan gugus yang paling mudah teroksidasi di bagian atas yaitu gugus OH yang merupakan kondisi dengan tingkat energi yang sesuai dan stabil. Proyeksi Newman digambarkan dengan sudut pandang dari arah depan dimana atom karbon yang terletak dibelakang atom karbon depan tidak terlihat. Ikatan pada bagian belakang hanya tampak sebagian yang dapat diatur dalam tiga bentuk konformasi yaitu eklips (0o), gauche (60o), dan anti (180o). Gauche dan anti sbenarnya termasuk dalam konformasi stagger yaitu gugus yang bersesuaian diletakkan terbalik. Bentuk konformasi yang paling stabil adalah bentuk anti yang interaksi gugusnya semakin kecil. Sedangkan proyeksi sawhorse mirip dengan proyeksi titik dan taji padat, dimana penggambarannya terlihat seperti bentuk kursi yang dapat menunjukkan keadaan stabil dari struktur molekulnya. Pada penyusunan molekul sikloheksana dengan molimod dalam tiga bentuk proyeksi newman yaitu bentuk kursi, setengah perahu, dan perahu, menunjukan kondisi kestabilan yang berbeda. Konformasi bentuk kursi adalah kondisi yang paling stabil akibat letak gugus yang berseberangan sehingga interaksinya kecil dan tidak terjadinya ikatan van derr wools. Stereoisomer merupakan cara menggambarkan penyusunan atom dalam ruang yang berbeda dari suatu senyawa dengan struktur yang sama, misalnya isomer cistrans yang diperlihatkan pada perangkaian 2-butena dan 1,2-diklorosikloheksana. Pada perangkaian 2-butena, dalam isomer cis, ke dua gugus metil berada di atas

bidang dan sejajar, sedangkan dalam isomer trans, satu gugus metil ada di atas dan gugus metil lainnya berada di bawah atau saling berseberangan. Kondisi yang paling stabil adalah molekul pada posisi trans yang dikarenakan interaksi gugusnya kecil. Keisomeran juga terdapat pada senyawa siklik seperti pada senyawa 1,2diklorosikloheksana. Isomer yang terjadi pada senyawa ini adalah isomer cis-trans, dimana dalam keadaan cis gugus Cl terletak pada posisi equatorial-aksial dan aksialequatorial. Sedang pada isomer trans, dua gugus Cl terletak pada posisi aksial-aksial dan equatorial-equatorial. Molekul dari senyawa ini paling stabil dalam posisi trans. Brominasi E-3-metil-2-pentena merupakan suatu proses reaksi senyawa ini dengan halogen Br2 yang menghasilkan 2,3-dibromo-3-metil pentana. Reaksi ini merupakan reaksi adisi (pemutusan ikatan rangkap) yang kemudian tangan ikatannya digunakan untuk menikat dua gugus Br. Sedangkan pada reaksi halogenasi propena yang direaksikan dengan Cl2 menghasilkan 1,2-dikloropropana. Reaksi ini juga merupakan reaksi adisi dimana ikatan rangkap pada propena putus dan atom Cl masuk ke atom karbon nomor satu dan dua.

G. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain: 1. Model molekul (molimod) digunakan untuk mempermudah dalam memahami struktur tiga dimensi suatu molekul, baik isomer maupun struktur dari molekul itu sendiri dengan penggambaran yang nyata. 2. Visualisasi senyawa-senyawa organik dengan menggunakan molimod dapat memudahkan kita mengetahui posisi stabil yang dapat dibentuk oleh suatu senyawa. 3. Reaksi-reaksi kimia seperti pemutusan ikatan rangkap dan pembentukan kembali ikatan yang baru dapat teramati melalui perangkaian molimod.

DAFTAR PUSTAKA Goldberg, D.E. 2008. Kimia untuk Pemula. Erlangga. Jakarta. Murniasih Tutik, Yopi, dan Budiawan, 2009, Biodegradasi

Bakteri Laut Pseudomonas sp KalP3b22 Asal Tengah, Makara sains, vol 13(1).

Fenantren Oleh Kumai Kalimantan

Muchtaridi, Gun Gun Indrayana, Abdul Muthalib, 2010, prediction Of Antiproliferative Activity And Binding Affinity Of Fevicording Compoud On Breast Cancer Cells With QSAR Approach. Respati. 1980. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru. Jakarta. Tahir, Iqmal, Karna Wijaya dan Rahma Damayanti, 2007, Pemodelan Molekul Senyawa
Berpotensi Sunscreen Berbasis Struktur Molekul Mycosporine-like Amino AcidsGlycine, Seminar nasional, Salatiga.

Soal Respon 1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang : a. Proyeksi garis titik dan taji padat b. Proyeksi fisher c. Proyeksi Newman d. Proyeksi Sawhorse 2. Jelaskan persamaan dan perbedaan dari isomer dan konformasi? 3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang teori VSEPR? 4. Gambarkan dan sebutkan bentuk molekul dari: a. CH4 b. BeH2 c. SF6 d. PCl5 5. Apa yang anda ketahui tentang aturan Huckel? Jawab : 1. Proyeksi antara lain : a. Proyeksi garis titik dan taji padat adalah proyeksi yang dipandang dari samping dan digambar dalam bentuk dua dimensi dengan adanya garis titik dan taji padat yang menunjukkan ikatan yang terlihat menjauh atau dekat. b. Proyeksi Fisher adalah penggambaran struktur 3-D dalam bentuk 2-D (dua dimensi). Pada proyeksi Fischer rantai karbon ditulis dari atas kebawah, dimana gugus yang paling tinggi prioritasnya diletakkan pada bagian atas. Setiap persilangan garis mengandung satu atom karbon. Atom atau gugus atom disebelah kiri dan kanan dari rantai karbon berarti berada dibagian depan bidang (mengarah kedepan kearah pembaca) dan yang bagian atas atau bawah dari atom karbon yang manjadi perhatian berada dibelakang bidang (menjauhi pembaca). c. Proyeksi Newman adalah bentuk lain dari struktur 3-D, dimana dua atom karbon bertetangga yang manjdi pusat perhatian, digambar berhimpit sehingga posisi masing-masing atom atau gugus atom disekitar kedua atom karbon tersebut tampak dengan jelas. Ikatan pada bagian belakang hanya tampak sebagian. d. Proyeksi sawhorse adalah proyeksi yang mirip dengan proyeksi titik dan taji padat, dimana penggambarannya terlihat seperti bentuk kuda yang dapat menunjukkan keadaan stabil dari struktur molekulnya. 2. Persamaan antara isomer dan konformasi yaitu sama-sama merupakan peristiwa dimana dua senyawa yang memiliki rumus molekul yang sama tapi penataan struktur, gugus, dan ikatannya dalam ruang yang berbeda sehingga

memberikan bentuk molekul yang berbeda. Perbedaannya yaitu, Konformasi adalah bentuk molekul sesaat (sementara) akibat dari terjadinya rotasi ikatan tunggal sehingga penataannya berbeda sedangkan isomer tidak terjadi dari rotasi ikatannya tapi dari ikatan gugusnya yang berbeda baik percabangan atau rantai lurus yang berbeda. 3. Teori VSEPR merupakan teori yang berdasarkan pada struktur lewis yang dapat memberikan satu cara mudah untuk meramalkan bentuk molekul yaitu dengan melihat pada hibridisasinya. 4. 1. CH4 : tetrahedral

2. BeH2 : linier

3. SF6 : oktahedral

4. PCl5 : segitiga bipiramida

5. Hukum Huckel menyatakan bahwa suatu senyawa akan memiliki sifat-sifat aromatik bila mempunyai electron phi () sebanyak 2n + 2, dimana n merupakan bilangan bulat 0, 1, 2, 3, 4, dst, serta mempunyai struktur planar (orbital 2p sejajar) agar proses delokalisasi elektron dapat berlangsung.

TUGAS SETELAH PRAKTIKUM 1. Simpulkan hubungan sudut ikatan dengan kestabilan senyawa (data

pada prosedur 4) ! 2. 3. JAWAB 1. Siklopentana memiliki energi tarikan yang lebih rendah dibandingkan siklopropana dan siklobutana, jika siklopentana datar maka sudut ikatannya akan mndekati optimal yakni 108o, tetapi jika sedikit agak terlipat pada karbon cincin bersifat goyang. Siklopentana lebih stabil dibandingkan dengan siklobutana, semakin tinggi energi tarikan yang memiliki senyawa siklik, maka senyawanya makin tidak stabil. Senyawa yang tersusun dari 6 atom C sp3, membentuk sikloheksana merupakan bentuk yang paling stabil dibandingkan dengan senyawa siklik yang lain yang terdiri dari 7 atom C sp 3 yang merupakan sikloheptana karena sudut tolakan steriknya besar dan sudut ikatannya tidak sama besar. Begitupula dengan siklooktana yang tersusun dari 8 atom C sp3, merupakan bentuk yang tidak stabil karena sudut tolakan steriknya besar. 2. suatu cincin sikloheksana dapat memiliki banyak bentuk dan molekul sikloheksana tunggal manasaja terus-menerus berada dalam keadaan membengkok menjadi beraneka ragam bentuk seperti bentuk kursi, bentuk setengah perahu dan perahu. Tidak satupun dari konformasi lain, memiliki strujtur hidrogen goyang yang diinginkan seperti struktur dari bentuk konformasi kursi. Hidrogen-hidrogen eklips seperti dalam bentuk perahu, menambah energi molekul. Bentuk konformasi kursi mempynyai sudut ikatan Simpulkan kestabilan konformasi sikloheksana pada prosedur 6 ! Tuliskan isomer dari 1,2,3-trifluorosikloheksana !

tetrahedral dan memiliki energi rendah sehingga konformasi kursi merupakan konformasi sikloheksana yang paling stabil dibanding yang lainnya. Oleh kerena itu, senyawa sikloheksana dengan konformasi kursi paling banyak dijumpai dialam. 3. Isomer dari 1,2,3-trifluorosikloheksana adalah

Anda mungkin juga menyukai