Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Skenario






Kata Kunci
Anak perempuan 8 tahun
Lesu
Penurunan nafsu makan
Tidak ada keinginan belajar & bermain
Gejala dialami sejak 8 bulan yang lalu
Riwayat liburan ke Kabupaten Mamuju





Seorang anak perempuan berumur 8 tahun diantar ibunya
ke puskesmas dengan keluhan lesu. Gejala ini juga disertai dengan
penurunan nafsu makan dan tidak mempunyai keinginan belajar
dan bermain. Keadaan ini dialami oleh anak tersebut sejak 8 bulan
yang lalu sejak pulang dari berlibur di kampungnya di Kabupaten
Mamuju selama 1 bulan.
BAB II
PEMBAHASAN

ANKILOSTOMIASIS

1. Definisi
Ankilostomiasis adalah infeksi endoparasit yang disebabkan
oleh cacing Necator Americanus, Ancylostoma duodenale, dan jarang
disebabkan oleh Ancylostoma braziliensis, Ancylostoma canium,
Ancylostoma malayanum.
(1)
Penyebab tersering yang ditemukan di Indonesia ialah cacing
N.americanus. Cacing tersebut terutama ditemukan di daerah yang
mempunyai tanah lembab dan teduh seperti dalam tambang-tambang
atau perkebunan. Penyakit ankilostomiasis merupakan penyakit yang
endemic di Indonesia dan banyak ditemukan pada orang dengan
sosio-ekonomi yang rendah.
(2)

2. Patofisiologi
Telur cacing ditemukan pada feses orang yang terinfeksi oleh
cacing tersebut. Di dalam tanah yang lembab dan teduh, telur cacing
menetas dalam 1-2 hari, tetapi pada tanah yang kurang baik kadang-
kadang telur tersebut baru menetas setelah 3 minggu.
(1)
Larva yang hidup tersebut dapat memasuki tubuh manusia
dengan menembus kulit dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit
kemudian memasuki saluran getah bening dan pembuluh darah. Larva
tersebut biasanya telah mencapai paru pada hari ketiga sejak
menembus kulit tubuh. Dalam paru larva ke luar dari pembuluh darah
dan masuk ke dalam alveolus, bronkus atau trakea. Dari trakea larva
menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring.
Penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan
kedalam esophagus,lalu menuju ke usus halus.Di usus halus larva
berubah menjadi cacing dewasa.
(1,4)
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat
dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi
cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-
lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia)
akibatnya dapatmenurunkan gairah kerja serta menurunkan
produktifitas.
(4)

3. Gejala klinis
(1,2)

Rasa gatal di kaki, pruritus kulit (ground itch, umumnya terjadi
pada kaki), dermatitis dan kadang-kadang ruam makulopapula sampai
vesikel merupakan gejala pertama yang dihubungkan dengan invasi
larva cacing tambang ini. Selama larva berada di dalam paru-paru
dapat menyebabkan gejala batuk darah, yang disebabkan oleh
pecahnya kapiler-kapiler dalam alveoli paru-paru, dan berat ringannya
keadaan ini bergantung pada banyaknya jumlah larva cacing yang
melakukan penetrasi ke dalam kulit.
Rasa tidak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan
gas (flatus), mencret-mencret, merupakan gejala iritasi cacing
terhadap usus halus yang terjadi lebih kurang 2 minggu setelah larva
mengadakan penetrasi ke dalam kulit.
Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi cacing dan
diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa, seekor cacing dewasa
diperkirakan akan menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,03
ml/hari. Untuk menimbulkan gejala anemia tersebut tentunya
bergantung pula pada keadaan gizi pasien.
(1)

4. Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit adalah dengan ditemukannya telur
cacing tambang di dalam tinja pasien. Selain dalam tinja, larva dapat
juga ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat sedikit darah
dalam tinja. Anemia yang terjadi biasanya anemia hipokrom
mikrositer. Beratnya anemia bergantung pada jumlah cacing dewasa
yang terdapat di dalam usus, jumlah mana dapat diperkirakan dengan
tekhnik cara menghitung telur cacing. Eosinofilia akan terlihat jelas
pada bulan pertama infeksi cacing ini.
(2)

5. Pengobatan
(2)

Pengobatan Umum
Pemberian nutrisi yang baik
Pemberian preparat Fe sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari
Pengobatan Spesifik
Pirantel Pamoat 10 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
Mebendazol 100 mg, 2x sehari selama 3 hari
Albendazol dosis tunggal 400 mg
Befanium hidroksinaftat dosis 5 g 2x sehari

6. Pencegahan
(5)

Membiasakan diri pada anak maupun orang dewasa untuk selalu
menggunakan alas kaki bila berjalan di tempat kotor.
Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging
sapi,daging ikan) dan di konsumsi setelah di cuci bersih dengan
air.
Minum air yang sudah di masak mendidih
Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan
cuci tangan sebelum makan atau sesudah buang air besar.
Tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus di kelola
dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air









DAFTAR PUSTAKA

1. Rusepno Hassan, dkk. Buku Kuliah, Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2.
Jakarta; FKUI; 2007
2. Sudoyo Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Ed. 5.
Jakarta; Interna Publishing; 2009
3. Widoyo. Penyakit tropis-epidemiologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya, Ed 2. Jakarta; Erlangga; 2011
4. http://www.merckmanuals.com/home/infections/parasitic_infections/
hookworm_infection.html
5. Moersintowarti, B. Pengaruh Cacingan Pada Tumbuh Kembang
Anak. lmu Kesehatan Anak, Volume 2. Nelson; 2007












LAPORAN INDIVIDU
Tanggal, 30 Juni 2012

MODUL I
LESU
(BLOK KEDOKTERAN TROPIS)

DISUSUN OLEH :
Nama : Amirah Basry
Stambuk : 09-777-029
Kelompok : IV (Empat)
Tutor : dr. Muhammad Irfansyah R

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2012

Anda mungkin juga menyukai