Hipernatremia merupakan defisit cairan yang berhubungan terhadap penyimpanan
natrium tubuh yang dapat diakibatkan dari kehilangan cairan maupun peningkatan penambahan sodium hipertonik. Kehilangan cairan murni terhitung sebagai kasus yang paling sering dari terjadinya hipernatremia. Peningkatan penambahan sodium hipertonik biasanya diakibatkan intervensi medis atau ketidaksengajaan penambahan sodium. Sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi sodium ekstraseluler terjadi peningkatan tonisitas yang menginduksi pergerakan cairan melewati membran sel, hal ini menyebabkan dehidrasi sel. Hal-hal yang dapat mengakibatkan hipernatremia adalah a. Kehilangan air murni (contoh: diabetes insipidus) b. Kehilangan cairan disertai pembuangan natrium (contoh: diare) c. Peningkatan ambilan sodium (contoh: salt poisoning) Hipernatremia dapat terjadi ketika haus atau gangguan akses cairan sehingga kelompok yang berisiko tinggi adalah bayi dan pasien yang diintubasi. Bayi lebih berpredisposisi terjadinya dehidrasi karena beberapa karakteristik fisiologis tertentu. Bayi memiliki luas permukaan tubuh yang lebar dibandingkan dengan tinggi badan maupun berat badan jika dibandingkan dengan orang dewasa sehingga kehilangan cairan melalui evaporasi lebih banyak. Pada bayi, hipernatremia biasanya diakibatkan dari diare dan kadang disebabkan karena pemberian susu formula yang tidak tepat atau interaksi ibu dan bayi yang kurang baik selama masa menyusui. Hipernatremia mengakibatkan penurunan volum sel sebagai akibat dari keluarnya cairan dari sel untuk menjaga osmolalitas dari dalam dan luar sel. Sel otak sangat rentan terhadap komplikasi terhadap komplikasi dari kontraksi sel. Hipernatremi berat dapat menginduksi penyusutan sel otak sehingga dapat menyebabkan robeknya pembuluh darah otak sehingga terjadinya perdarahan otak, kejang, paralisis, dan ensefalopati. Pada pasien dengan hipernatremia berkepanjangan, rehidrasi yang cepat dengan cairan hipotonik dapat menyebabkan edem otak yang dapat mengakibatkan koma, kejang, dan kematian. Pasien pada kondisi tertentu yang berisiko tinggi untuk terjadinya hipernatremia adalah: a. Pasien yang mendapatkan resusitasi cairan intravena khusus. b. Pasien koma c. Bayi baru lahir d. Balita e. Pasien diabetes insipidus f. Pasien yang mendapatkan terapi alkali g. Pasien diare h. Pasien demam i. Pasien dengan kelainan ginjal j. Pasien dengan gangguan elektrolit k. Pasien dengan kehilangan cairan hipotonik berat atau heat stroke l. Pasien dengan obstructive uropathy Tanda dan gejala a. Iritabel b. Menangis nada tinggi atau melengking c. Periode letargi diselingi dengan periode iritabel d. Perubahan sensori e. Peningkatan tonus otot f. Demam g. Rhabdomyolisis h. Oligoanuria i. Diuresis berlebih Pemeriksaan fisik yang didapatkan adalah pada keadaan dehidrasi. Jika dehidrasi berat maka turgor kulit berkurang dan kulit menjadi pucat. Penyebab hipernatremia adalah meliputi: Pada keadaan hipovolemia: a. Diare b. Keringat berlebih c. Penyakit ginjal displasia d. Obstructive uropathy e. Diuresis osmotik Pada keadaan euvolemik a. Diabetes insipidus sentral b. Idiopatik c. Trauma kepala d. Tumor suprasellar atau infrasellar (contoh: craniopharyngioma, pinealoma) e. Penyakit granulomatous f. Histiocytosis g. Penyakit sel sabit h. Perdarahan serebral i. Infeksi (contoh: meningitis, ensefalitis) j. Nefrogenik diabetes insipidus k. Kondisi kongenital (familial) l. Penyakit ginjal (obstructive uropathy, renal dysplasia, medullary cystic disease, reflux nephropathy, polycystic disease) m. Penyakit sistemik dengan keterlibatan ginjal (sickle cell disease, sarcoidosis, amyloidosis) n. Obat-obatan (amfoterisin, fenitoin, litium, aminoglikosid, metoksifluran). Pada keadaan hipervolemik a. Pencampuran susu formula tidak tepat b. Pemberian NaHCO 3