Anda di halaman 1dari 27

SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH

ASET TETAP PEMERINTAH





Disusun oleh:
KELOMPOK 6 KELAS 9C
Program Diploma IV Kurikulum Khusus
DANANG PRABA MADANA 08
RONI OKTO JUNAEDI M. 26
SEPTI WAHYUNINGTYAS 29







SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
2014
ASET TETAP PEMERINTAH


1
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 2
A. Sekilas tentang Aset Tetap Pemerintah .......................................................................................... 2
B. Pendapat Ahli tentang Aset Tetap Pemerintah .............................................................................. 2
A. Definisi dan Klasifikasi ..................................................................................................................... 5
B. Pengakuan Aset Tetap ..................................................................................................................... 6
C. Pengukuran Aset Tetap .................................................................................................................... 7
D. Penyajian dan Pengungkapan .......................................................................................................... 9
E. Ketentuan tentang Aset Bersejarah dan Aset Militer ................................................................... 11
F. Renovasi dan Pemeliharaan Aset Tetap (Subsequent Expenditures) .......................................... 14
G. Akuntansi Penyusutan Aset Tetap ................................................................................................. 16
H. Akuntansi Penghentian/Penghapusan Aset Tetap ....................................................................... 18
III. PERBANDINGAN ASET TETAP BERDASARKAN SAK DAN SAP ................................................................ 22
A. Definisi dan Klasifikasi ................................................................................................................... 22
B. Pengakuan Aset Tetap ................................................................................................................... 22
C. Pengukuran Aset Tetap .................................................................................................................. 23
D. Penyajian dan Pengungkapan ........................................................................................................ 24


ASET TETAP PEMERINTAH


2
I. PENDAHULUAN
A. Sekilas tentang Akuntansi Aset Tetap di Sektor Pemerintah
Pemerintah memiliki peranan yang besar dalam perekonomian, baik dalam menciptakan
kebijakan dan peraturan, serta pengeluaran belanja pemerintah dalam rangka menciptakan
pelayanan yang baik kepada masyarakat. Peningkatan kualitas atas pengelolaan keuangan negara
menjadi poin penting yang menjadi perhatian masyarakat dalam rangka menciptakan Good
Governance. Informasi keuangan yang transparan dan akuntabel pastinya akan sangat mendukung
dalam proses pengambilan keputusan dan pengawasan secara tepat.
Sejak ditetapkannya kewajiban penyusunan neraca sebagai bagian dari laporan keuangan
pemerintah dimana merupakan bentuk perwujudan good governance tersebut,
pengakuan/pencatatan, pengukuran/penilaian, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap
menjadi fokus utama, karena aset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan dan memiliki tingkat
kompleksitas yang tinggi.
Akuntansi aset tetap telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07
(PSAP 07) dari Lampiran PP 24 Tahun 2005. PSAP 07 tersebut memberikan pedoman bagi
pemerintah dalam melakukan pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset
tetap berdasarkan peristiwa (events) yang terjadi, seperti perolehan aset tetap pertama kali,
pemeliharaan aset tetap, pertukaran aset tetap, perolehan aset dari hibah/donasi, dan penyusutan.
Aset tetap dalam PSAP 07 didefinisikan sebagai aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
untuk kepentingan umum. Lebih lanjut, dalam Paragraf 8, aset tetap diklasifikasikan berdasarkan
kesamaan sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai good governance
yang lebih baik adalah dengan cara menerapkan akuntansi berbasis akrual dari yang semula
menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual. Hal ini dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu basis kas untuk pendapatan,
belanja, dan pembiayaan serta basis akrual untuk aset, kewajiban dan ekuitas, atau secara
keseluruhan dikenal sebagai basis cash toward accrual. Kemudian pemerintah menggantinya dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini meliputi SAP Berbasis
Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual berlaku selama masa
transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual yaitu maksimal empat
tahun sejak tanggal ditetapkan. Dengan demikian, paling lambat tahun 2015, pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.
Berdasarkan perubahan peraturan pemerintah yang melandasi penerapan basis akuntansi
Standar Akuntansi Pemerintah, akuntansi aset tetap telah diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah Nomor 07 (PSAP 07) dari Lampiran PP 71 Tahun 2010. Dalam PSAP 07
tersebut, pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset tetapa dalam lingkungan
pemerintahan telah berlandaskan pada basis akuntansi akrual.
B. Pendapat Ahli tentang Aset Tetap Pemerintah
1. Aset Tetap
Aset tetap di sektor pemerintah merupakan salah satu bentuk investasi pemerintah yang
diharapkan melalui aset tersebut pemerintah dapat menerima manfaat untuk memberikan
ASET TETAP PEMERINTAH


3
pelayanan kepada masyarakat. Berikut ini akan dibahas beberapa pendapat ahli tentang aset
tetap pemerintah di sektor.
1) William D. Braddy, Jr.,MA, CPPO
Di dalam tulisannya yang berjudul Managing Fixed Asset in Public Sector, William D.
Braddy menyatakan bahwa aset tetap adalah propeti individu yang tidak melekat secara
permanen kepada properti riil, tanah dan bangunan, bisa dipindahkan, memiliki masa manfaat
minimal satu tahun dan minimum biaya akuisisi oleh suatu organisasi.
Untuk diklasifikasikan sebagai aset tetap, William menegaskan bahwa suatu aset harus
memenuhi minimal dua kategori yaitu 1) memiliki minimal masa manfaat, dan 2) minimal biaya
perolehan sebelum diakui sebagai aset tetap. Lebih lanjut, dalam tulisannya, William
menyatakan beberapa karakteristik aset tetap antara lain:
Diakuisisi untuk kegiatan operasi dan tidak untuk dijual;
Hanya aset yang digunakan dalam kegiatan operasi normal;
Untuk jangka panjang.
2. Aset Bersejarah
Hines (1988) menyatakan bahwa akuntansi untuk aset dalam beberapa hal terlihat memiliki
kekurangan dibandingkan dengan akuntansi untuk aspek lainnya, mengingat sifat alamiah yang
dimiliki oleh masing- masing aset tersebut. Akuntansi untuk aset bersejarah (heritage asset)
adalah salah satu isu yang masih diperdebatkan. Hingga saat ini akuntansi untuk aset
bersejarah masih menjadi sebuah polemik bagi para ahli, padahal beberapa standar sudah
ditetapkan sebagai hasil dari diskusi- diskusi para ahli yang selama ini dilakukan. Aset
bersejarah disebut sebagai aset yang cukup unik karena memiliki beragam cara perolehan, tidak
hanya melalui pembangunan namun juga pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun
sitaan. Aset bersejarah tergolong dalam aset tetap karena aset bersejarah memenuhi definisi
aset tetap.
Menurut Carnegie dan Wolnizer (1995), aset besejarah bukanlah aset dan akan lebih tepat
diklasifikasikan sebagai kewajiban, atau secara alternatif disebut sebagai fasilitas dan
menyajikannya secara terpisah. Berbeda halnya dengan Micallef dan Peirson (1997), mereka
berpendapat bahwa aset bersejarah tergolong dalam aset dan dapat dimasukkan dalam neraca.
Hal ini tentunya masih menjadi perdebatan bagi para akuntan. Sebelum ada definisi hukum
untuk aset bersejarah ini tentu para ahli sulit untuk menentukan bagaimana perlakuan
akuntansi yang tepat untuk aset tersebut baik dari segi pengakuan, pengukuran, penilaian, dan
penyajiannya.
Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang aset bersejarah.
Peniliti Pendapat tentang Aset Bersejarah
Micallef dan Peirson (1997) Aset bersejarah tergolong dalam aset dan dapat dimasukkan
dalam neraca (Heritage assets are considered assets and they
can be included on the balance sheet)
Christiaens (2004) Aset bersejarah harus dimasukkan dalam neraca meskipun
tidak memenuhi definisi resmi (Heritage assets should be
reported in the balance sheet notwithstanding their non -
compliance with the official definitions)
Barton (2000) Aset bersejarah harus disajikan dalam anggaran terpisah
sebagai aset layanan (Heritage assets must be represented
in a separate budget as "services assets")
Pallot (1990), (1992) Aset bersejarah harus disajikan dalam kategori yang terpisah
ASET TETAP PEMERINTAH


4
dari aset sebagai aset daerah (Heritage assets must be
represented in a separate category of asset as "community
assets")
Mautz (1988) Aset bersejarah harus disajikan pada kategori terpisah dari
aset sebagai fasilitas (Heritage assets must be represented in
a separate category of asset as "facilities")
Nasi et al. (2001) Aset bersejarah tidak harus disajikan dalam neraca (Heritage
assets should not be reported in the balance sheet)
Carnegie dan Wolnizer
(1995)
Aset besejarah bukanlah aset dan akan lebih tepat
diklasifikasikan sebagai liabilitas, atau secara alternatif disebut
sebagai fasilitas dan menyajikannya secara terpisah (Heritage
assets are not assets and it would be more appropriate to
classify them as liabilities, or alternatively to call them facilities
and show them separately)
Sumber: Aversano dan Christiaens, 2012 dalam Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah, 2014
ASET TETAP PEMERINTAH


5
II. PERRBANDINGAN ASET TETAP BERDASARKAN SAP DAN IPSAS
A. Definisi dan Klasifikasi
PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07)
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12( dua belas) bulan untuk digunakan, atau
dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Pengecualian: Aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam
operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan
perlengkapan (supplies), hutan dan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui (regenerative natural resources), kuasa
pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas
alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat
diperbaharui (non regenerative natural resources).
IPSAS 17
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. diadakan untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada
orang lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode pelaporan.

Pengecualian: Aset biologis yang terkait dengan kegiatan
pertanian serta mineral dan cadangan mineral seperti minyak,
gas alam dan non-regeneratif sumber daya yang sejenis.
Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah karena nilainya yang
signifikan dalam neraca. Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah:
1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas
lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor,
2. Hak atas tanah.
Aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah seperti bahan (materials) dan
perlengkapan (supplies) tidak termasuk dalam definisi aset tetap. Berdasarkan PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07) Aset Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam
aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:
1) Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Contoh: tanah yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
2) Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai. Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk
pembangunan gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk
keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah.
Contoh: gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara,
monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum, dan rambu-rambu.

ASET TETAP PEMERINTAH


6
3) Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik,
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih
dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
Contoh: alat-alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat komunikasi, dan lain
sebagainya.
4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Contoh: jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air bersih, instalasi pembangkit listrik,
jaringan air minum, jaringan listrik, dan jaringan telepon.
5) Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok
aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap dipakai.
Contoh: koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak
kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman.
6) Konstruksi Dalam Pengerjaan.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan
namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah, tidak memenuhi definisi
aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Selain tanah dan
konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut.
Berdasarkan IPSAS 17, klasifikasi aset tetap juga didasarkan pada pengelompokan aset yang
memiliki kesamaan sifat atau fungsi dalam operasi suatu entitas. Berikut ini adalah perbandingan
klasifikasi aset tetap antara SAP dan IPSAS:
N SAP IPSAS
1 Tanah 1 Land (Tanah)
2 Peralatan dan Mesin 2 Operational buildings (Bangunan Operasional)
3 Gedung dan Bangunan 3 Roads (Jalan)
4
Jalan, Irigasi, dan
Jaringan
4 Machinery (Mesin)
5 Aset Tetap Lainnya 5 Electricity transmission networks (Jaringan transmisi listrik)
6 Konstruksi dalam
Pengerjaan
6 Ships (Kapal)
7 Aircraft (Pesawat)
8 Specialist military equip (Peralatan militer khusus)
9 Motor vehicles (Kendaraan Bermotor)
10 Furniture and fixtures (Furniture dan perlengkapan)
11 Office equipment (Perlengkapan kantor, dan)
12 Oil rigs (Alat Pengeboran Minyak)
B. Pengakuan Aset Tetap
PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07)
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat
diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Berwujud;
ASET TETAP PEMERINTAH


7
b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas; dan
e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan.
IPSAS 17 PPE harus diakui sebagai aset pada saat:
a) Dimungkinkan bahwa manfaat ekonomi di masa yang
akan datang atau potensi jasa yang terkait dengannya
akan berpengruh terhadap entitas.
b) Biaya atau fair value dari asset bisa diukur dengan andal.
Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomi masa depan yang dapat diberikan oleh aset
tetap tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah.
Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.
Manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut
akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika
manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak
dapat diakui. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah
dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.
Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Saat pengakuan aset akan dapat
diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau
penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.
Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih
adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus
diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset
tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut
telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama
pemilik sebelumnya.
C. Pengukuran Aset Tetap
PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07)
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset
tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar
pada saat perolehan
IPSAS 17 PPE yang memenuhi syarat sebagai aset dinilai dinilai
berdasarkan biayanya (Cost). Aset yang diperoleh dari non-
exchange transaction, biayanya dapat dinilai berdasarkan nilai
wajar pada tanggal akuisisi.
Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan
dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila
aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat
aset tersebut diperoleh. Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagai hadiah atau donasi.
Sebagai contoh, tanah mungkin dihadiahkan ke pemerintah daerah oleh pengembang (developer)
dengan tanpa nilai yang memungkinkan pemerintah daerah untuk membangun tempat parkir, jalan,
ASET TETAP PEMERINTAH


8
ataupun untuk tempat pejalan kaki. Suatu aset juga mungkin diperoleh tanpa nilai melalui
pengimplementasian wewenang yang dimiliki pemerintah. Sebagai contoh, dikarenakan wewenang
dan peraturan yang ada, pemerintah daerah melakukan penyitaan atas sebidang tanah dan
bangunan yang kemudian akan digunakan sebagai tempat operasi pemerintahan. Untuk kedua hal di
atas aset tetap yang diperoleh harus dinilai berdasarkan nilai wajar pada saat aset tetap tersebut
diperoleh.
Untuk tujuan pernyataan ini, penggunaan nilai wajar pada saat perolehan untuk kondisi pada
kondisi asset tanpa nilai bukan merupakan suatu proses penilaian kembali (revaluasi) dan tetap
konsisten dengan biaya perolehan. Penilaian kembali (revaluasi) yang dimaksud pada PP 71 tahun
2010 hanya diterapkan pada penilaian untuk periode pelaporan selanjutnya, bukan pada saat
perolehan awal.
Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang
digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya
setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya
perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada. Pengukuran dapat dipertimbangkan
andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang
mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu
pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan
entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam
proses konstruksi. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya
langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07)
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk
dimaksudkan
IPSAS 17 Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari:
a) Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak yang tidak
dapat dikembalikan, setelah dikurangi diskon dagang dan rabat.
b) Setiap biaya yang terkait langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk dapat beroperasi
dengan cara yang dimaksudkan oleh manajemen.
c) Eestimasi biaya awal pembongkaran dan pemindahan aset
tetap dan restorasi lokasi, dimana kewajiban atas suatu biaya
tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau sebagai
konsekuensi dari penggunaan aset tersebut selama periode
tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan
selama periode tersebut.
Dalam PSAP Nomor 07 mengenai Akuntansi Aset Tetap, disebutkan bahwa biaya perolehan
suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya
yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat
aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Contoh biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung adalah:
a. biaya persiapan tempat;
ASET TETAP PEMERINTAH


9
b. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling
cost);
c. biaya pemasangan (installation cost);
d. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan
e. biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa
peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset
tetap tersebut).
Sedangkan yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah:
a) Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut tidak dapat
diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi
kerjanya.
b) Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut perlu
untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
Ada kalanya aset tetap diperoleh secara gabungan. Yang dimaksud dengan gabungan di sini
adalah perolehan beberapa aset tetap namun harga yang tercantum dalam faktur adalah harga total
seluruh aset tetap tersebut. Cara penilaian masing-masing aset tetap yang diperoleh secara
gabungan ini adalah dengan menghitung berapa alokasi nilai total tersebut untuk masing-masing
aset tetap dengan membandingkannya sesuai dengan nilai wajar masing-masing aset tetap
tersebut di pasaran.
D. Penyajian dan Pengungkapan
PSAP 07 mengatur ketentuan hal-hal apa saja yang harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Paragraf 80 secara eksplisit menyatakan laporan keuangan harus
mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:
1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a) Penambahan;
b) Pelepasan;
c) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
d) Mutasi aset tetap lainnya.
3) Informasi penyusutan, meliputi:
a) Nilai penyusutan;
b) Metode penyusutan yang digunakan;
c) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:
1) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;
3) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
4) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal-hal berikut harus diungkapkan:
1) Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;
2) Tanggal efektif penilaian kembali;
3) Jika ada, nama penilai independen;
ASET TETAP PEMERINTAH


10
4) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;
5) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.
Ketentuan ini senada dengan IPSAS 17 Par 88 yang mengatur hal-hal yang harus diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:
1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
2) Metode penyusutan yang digunakan
3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
5) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a) Penambahan;
b) Pelepasan;
c) Akuisisi melalui kombinasi entitas;
d) Penambahan atau pengurang dari hasil revaluasi atau impairmen;
e) Kerugian karena penurunan nilai yang diakui dalam surplus/defisit sesuai IPSAS 21;
f) Kerugian karena penurunan nilai yang dibalikkan dalam surplus/defisit sesuai IPSAS 21;
g) Perubahan lainnya.
Pada paragraf 89 ditambahkan bahwa entitas juga harus mengungkapkan di dalam Catatan atas
Laporan Keuangan diantaranya:
1) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan
3) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
4) Kompensasi dari pihak ketiga atas penurunan nilai atau kehilangan aset tetap yang termasuk
dalam surplus/defisit.
Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali (revaluasi), maka hal-hal berikut harus
diungkapkan:
1) Tanggal efektif penilaian kembali;
2) Jika ada, nama penilai independen;
3) Metode dan asumsi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar aset;
4) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;
5) Nilai surplus revaluasi;
6) Jumlah surplus revaluasi masing-masing aset;
7) Jumlah defisit revaluasi masing-masing aset, jika ada.

ASET TETAP PEMERINTAH


11
Contoh Penyajian Aset Tetap pada Neraca
No. 20X1 20X0
1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Kas Daerah xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Retribusi xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
14 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
16 Piutang Lainnya xxx xxx
17 Persediaan xxx xxx
18 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17) xxx xxx
19
20 INVESTASI JANGKA PANJANG
21 Investasi Nonpermanen
22 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx
23 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
24 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
25 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
26 Jumlah Investasi Nonpermanen (22 s/d 25) xxx xxx
27 Investasi Permanen
28 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
29 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
30 Jumlah Investasi Permanen (28 s/d 29) xxx xxx
31 Jumlah Investasi Jangka Panjang (26 + 30) xxx xxx
32
33 ASET TETAP
34 Tanah xxx xxx
35 Peralatan dan Mesin xxx xxx
36 Gedung dan Bangunan xxx xxx
37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
38 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
39 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx
40 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) xxx xxx
42
43 DANA CADANGAN
44 Dana Cadangan xxx xxx
45 Jumlah Dana Cadangan (44) xxx xxx
46
47 ASET LAINNYA
48 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
49 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
50 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
51 Aset Tak Berwujud xxx xxx
52 Aset Lain-Lain xxx xxx
53 Jumlah Aset Lainnya (48 s/d 52) xxx xxx
54
55 JUMLAH ASET (18+31+41+45+53) xxxx xxxx
(Dalam Rupiah)
Uraian
NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

E. Ketentuan tentang Aset Bersejarah dan Aset Militer
Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah yang karena
umur dan kondisinya aset tetap tersebut harus dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala
ASET TETAP PEMERINTAH


12
macam tindakan yang dapat merusak aset tetap tersebut. Lazimnya, suatu aset tetap dikategorikan
sebagai aset bersejarah jika mempunyai bukti tertulis sebagai barang/bangunan bersejarah.
Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,
lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen,
tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art).
Beberapa karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas suatu aset bersejarah:
1) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh
dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;
2) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya
untuk dijual;
3) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan
walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;
4) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai
ratusan tahun.
Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset
bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah mungkin
mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara
perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset ini jarang
dikuasai dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan akan
mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan tersebut. Aset
bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah
unit monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai.
Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan
operasional sebagai beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh
beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang
ada pada periode berjalan. Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya
kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk
ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti
aset tetap lainnya. Untuk aset bersejarah lainnya, potensi manfaatnya terbatas pada karakteristik
sejarahnya, sebagai contoh monumen dan reruntuhan (ruins).
Selain aset bersejarah, pemerintah juga memiliki aset militer. Peralatan militer, baik yang umum
maupun khusus, memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ada pada Aset Tetap (dipersamakan dengan aset tetap lain yang dimiliki pemerintah).
1. Model Penilaian Aset Bersejarah
Penilaian merupakan suatu proses untuk menentukan nilai ekonomi suatu obyek, pos, atau
elemen (Statement of Financial Accounting Concepts No.5). Penilaian biasanya digunakan
untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen
atau pos statemen keuangan pada saat penyajian. Tujuan dari penilaian aset adalah untuk
merepresentasikan atribut pos-pos aset yang berhubungan dengan tujuan laporan keuangan
dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Aset bersejarah memiliki model penilaian (valuation) yang berbeda di setiap negara.
Perbedaan tersebut muncul disesuaikan dengan kondisi dan situasi di masing- masing
negara. Negara- negara tersebut menganut suatu pedoman yang mengatur tentang
akuntansi bagi aset bersejarah. Dari sekian banyak pedoman atau standar, negara berhak
memilih mana yang paling tepat diaplikasikan untuk negaranya. Namun, karena kelonggaran
ASET TETAP PEMERINTAH


13
peraturan tersebut mengakibatkan standar yang digunakan di negara- negara tidak ada
keseragaman.
Model penilaian tersebut antara lain adalah:
a) Menurut Act Accounting Policy (2009), semua lembaga harus menggunakan model
revaluasi untuk semua aset bersejarah dan mengukur aset tersebut pada nilai wajar. Hal
ini sesuai dengan GAAP. Setelah nilai wajar aset telah ditentukan, aset harus dinilai
kembali berdasarkan siklus valuasi 3 tahun. Nilai wajar harus didasarkan pada harga jual
pasar saat ini untuk aset yang sama atau sejenis. Namun, banyak jenis aset bersejarah
yang memiliki sifat unik, sehingga tidak dapat diukur berdasarkan harga jual pasar. Oleh
sebab itu, nilai wajar aset dapat diestimasi dengan pendekatan penghasilan atau biaya
penggantian yang didepresiasi. Aset dapat dinilai pada biaya penggantian dengan aset
yang sama dan tidak identik namun memberikan manfaat yang sama. 2. Menurut
Generally Recognised Accounting Practice(GRAP) 103 (2011), saat aset bersejarah
diperoleh dengan tanpa biaya atau biaya nominal, aset tersebut harus diukur pada nilai
wajar pada tanggal akuisisi. Dalam menentukan nilai wajar aset bersejarah yang
diperoleh dari transaksi non- exchange, suatu entitas harus menerapkan prinsip- prinsip
atas bagian penentuan nilai wajar. Setelah itu, entitas dapat memilih untuk mengadopsi
baik model revaluasi atau model biaya sesuai dengan GRAP 103.
b) Menurut Financial Reporting Statements (FRS) 30 (2009), penilaian (valuation) aset
bersejarah dapat dilakukan dengan metode apapun yang tepat dan relevan. Pendekatan
penilaian yang dipilih nantinya diharapkan adalah suatu penilaian yang dapat
menyediakan informasi yang lebih relevan dan bermanfaat.
c) Menurut Pedoman Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 07 (2010), penilaian kembali
(revaluation) tidak diperbolehkan karena SAP menganut penilaian aset berdasarkan
biaya perolehan atau harga pertukaran. Dalam hal terjadi perubahan harga secara
signifikan, pemerintah dapat melakukan revaluasi atas aset yang dimiliki agar nilai aset
tetap pemerintah yang ada saat ini mencerminkan nilai wajar sekarang.
Berdasarkan keempat model penilaian di atas, secara garis besar standar membebaskan
model penilaian mana yang cocok digunakan untuk aset bersejarah baik model penilaian
kembali (revaluation) maupun model biaya. Kebebasan tersebut diharapkan agar entitas
dapat menyediakan informasi yang lebih relevan dan lebih bermanfaat. Jadi, perbedaan
model penilaian dianggap tidak akan menjadi penghalang bagi sebuah entitas pengelola aset
bersejarah untuk melakukan penilaian aset bersejarah.
2. Macam- macam Alternatif PengungkapanAset Bersejarah
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip
akuntansi dan pelaporan keuangan, salah satunya adalah pengungkapan lengkap (full
disclosure). Pengungkapan lengkap berarti laporan keuangan menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan
atau Catatan atas Laporan Keuangan.
Sama halnya dengan model penilaian, pengungkapan aset bersejarah dalam laporan
keuangan pun bermacam- macam jenisnya. Menurut PSAP Nomor 07 Tahun 2010, aset
bersejarah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) saja tanpa nilai,
kecuali untuk beberapa aset bersejarah yang memberikan potensi manfaat lainnya kepada
pemerintah selain nilai sejarahnya, misalnya gedung untuk ruang perkantoran, aset tersebut
ASET TETAP PEMERINTAH


14
akan diterapkan prinsip- prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya. Aset bersejarah yang
masuk dalam golongan tersebut akan dimasukkan dalam neraca.
Sejalan dengan PSAP, menurut Financial Reporting Statement (FRS)- 30 aset bersejarah
memungkinkan untuk dicantumkan dalam CaLK atau neraca. Aset bersejarah yang
dimasukkan dalam neraca setidaknya memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a) Nilai aset bersejarah yang tercatat pada awal periode laporan keuangan dan pada
tanggal neraca, termasuk analisis pengelompokkan aset bersejarah yang dilaporkan
pada biaya maupun penilaian kembali (revaluation)
b) Saat aset dilaporkan dengan model penilaian kembali (revaluation), entitas cukup
melaporkan informasi yang membantu dalam hal pemahaman tentang penilaian yang
digunakan dan bagaimana signifikansinya.
Jadi, terdapat dua alternatif yang dapat digunakan untuk aset bersejarah. Pertama, aset
tersebut dimasukkan dalam CaLK saja, yang masuk dalam kategori ini adalah aset bersejarah
yang memberikan potensi manfaat kepada pemerintah berupa nilai seni, budaya dan sejarah
saja. Dalam CaLK, aset bersejarah hanya ditulis sejumlah unit aset dan keterangan yang
berkaitan dengan aset tersebut. Kedua, aset bersejarah dimasukkan dalam neraca, yang
masuk dalam kategori ini adalah aset bersejarah yang memberikan potensi manfaat kepada
pemerintah selain nilai sejarahnya. Dalam neraca, aset bersejarah dinilai seperti layaknya
aset tetap lain.
F. Renovasi dan Pemeliharaan Aset Tetap (Subsequent Expenditures)
Setelah aset diperoleh, pemerintah masih melakukan pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan aset tersebut. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat berupa biaya
pemeliharaan maupun biaya renovasi. Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat lebih dari satu
tahun (memperpanjang manfaat aset tersebut dari yang direncanakan semula atau peningkatan
kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut dengan pengeluaran modal (capital
expenditure) sedangkan pengeluaran yang memberikan manfaat kurang dari satu tahun (termasuk
pengeluaran untuk mempertahankan kondisi aset tetap) disebut dengan pengeluaran pendapatan
(revenue expenditure).
Menurut PSAP 07 paragraf 49, pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di
masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. Kapitalisasi biaya harus
ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria kapitalisasi dan/atau suatu Nilai
Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap (capitalization thresholds) untuk dapat digunakan dalam
penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak. Aset tetap yang nilai
perolehannya di bawah Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap tidak disajikan dalan neraca
(on face), melainkan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan dan dicatat pada Laporan
BMN/Laporan Barang Milik Daerah. SAP tidak menentukan besarnya capitalization threshold ini
tetapi memberikan kebebasan kepada masing-masing entitas untuk menentukan sendiri. Pada PSAP
07 lebih lanjut dijelaskan bahwa dikarenakan organisasi pemerintah sangat beragam dalam jumlah
penggunaan asset tetap maka suatu batasan jumlah kapitalisasi tidak dapat diseragamkan untuk
seluruh entitas. Itu berarti keputusan batasan ada pada masing-masing entitas untuk
menetapkannya sesuai dengan kondisi keuangan, kondisi operasional, dan jumlah asset tetapnya.
ASET TETAP PEMERINTAH


15
Namun, standar ini mengharuskan bahwa sekali batasan ditetapkan maka harus diterapkan secara
konsisten dan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.
Berdasarkan Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan nomor 120/PMK.06/2007 tentang
Penatausahaan BMN bahwa Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap adalah pengeluaran
pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi,
dan restorasi, meliputi :
pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang sama dengan
atau lebih dari Rp 300.000 (tiga ratus ribu rupiah); dan
pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000
(sepuluh juta rupiah).
Contoh Kasus
Pada tahun 2013, Kementerian K melakukan pemeliharaan gedung dan bangunan sebagai
berikut:
Tanggal 10 Agustus 2013 dilakukan kegiatan pemasangan keramik yang semula hanya
berupa lantai tanah sejumlah Rp600.000.000 dengan pembebanan pada akun belanja
modal gedung dan bangunan.
Tanggal 10 September 2013 dilakukan pengecatan taman gedung sejumlah Rp300.000.000
dengan pembebanan pada akun belanja pemeliharaan.
Atas transaksi tersebut biaya yang dapat dikapitalisasi hanyalah biaya pemasangan keramik
(biaya renovasi). Biaya pengecatan taman diakui sebagai beban tahun berjalan dan tidak perlu
dikapitalisasi karena merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang tidak menunjukkan adanya suatu
peningkatan mutu/kualitas/kapasitas atas aset yang bersangkutan. Jurnal yang dibuat oleh
Kementerian K adalah sebagai berikut.
Untuk Belanja Modal
Tanggal Uraian Debet Kredit
10/08/2013
Aset Tetap Gedung
Piutang dari KUN
(mencatat kapitalisasi aset tetap)
600.000.000
600.000.000

Un tuk Belanja Pemeliharaan

Tanggal Uraian Debet Kredit
10/09/2013
Beban pemeliharaan
Piutang dari KUN
(mencatat biaya pemeliharaan gedung)
300.000.000
300.000.000
Sementara itu, IPSAS juga mengatur ketentuan tetang aset tetap. Di dalam IPSAS 17 yang
mengatur akuntansi aset tetap pada paragraf 14 disebutkan sebagai berikut:
The cost of an item of property, plant and equipment shall be recognized as an asset if, and
only if:
1) It is probable that future economic benefits or service potential associated with the
item will flow to the entity; and
2) The cost or fair value of the item can be measured reliably.
Lebih lanjut ketentuan tentang pengeluaran setelah pengeluaran awal aset tetap diatur pada
paragraf 23-25, yang menyatakan sebagai berikut:
23 Under the recognition principle in paragraph 14, an entity does not recognize in the carrying
amount of an item of property, plant and equipment the costs of the day-to-day servicing of the
ASET TETAP PEMERINTAH


16
item. Rather, these costs are recognized in surplus or deficit as incurred. Costs of day-to-day
servicing are primarily the costs of labor and consumables, and may include the cost of small
parts. The purpose of these expenditures is often described as for the repairs and maintenance
of the item of property, plant and equipment.
24 Parts of some items of property, plant and equipment may require replacement at regular
intervals. For example, a road may need resurfacing every few years, a furnace may require
relining after a specified number of hours of use, or aircraft interiors such as seats and galleys
may require replacement several times during the life of the airframe. Items of property, plant
and equipment may also be required to make a less frequently recurring replacement, such as
replacing the interior walls of a building, or to make a non-recurring replacement. Under the
recognition principle in paragraph 14, an entity recognizes in the carrying amount of an item of
property, plant and equipment the cost of replacing part of such an item when that cost is
incurred if the recognition criteria are met. The carrying amount of those parts that are
replaced is derecognized in accordance with the derecognition provisions of this Standard (see
paragraphs 82 to 87).
Dari pernyataan di atas, secara definisi, dengan jelas IPSAS menyatakan bahwa setiap biaya yang
dapat diidentifikasikan akan memberi tambahan manfaat ekonomis di masa yang akan datang akan
diakui sebagai aset tetap (dikapitalisasi). Lebih lanjut, IPSAS juga menegaskan biaya-biaya yang
sifatnya harian (day to day servicing cost) tidak dikapitalisasi. Adapun IPSAS menyebutkan contoh-
contoh day to day servicing cost yang harus dibebankan seperti :
1. Penambalan permukaan berlubang pada jalan raya
2. Penggantian kursi penumpang pada pesawat yang dimiliki pemerintah
3. Pengecetan gedung pemerintah
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa SAP dan IPSAS memiliki ketentuan yang sama dalam mengatur
biaya pengeluaran setelah pengeluaran awal terkait aset tetap, yaitu:
1. Mengkapitalisasi biaya pengeluaran yang dapat menambah masa manfaat/member
tambahan manfaat ekonomis di masa mendatang. (SAP menambahkan syarat capitalization
thresholds).
2. Mengakui sebagai beban biaya pengeluaran yang sifatnya harian atau pemeliharaan rutin
dan tidak menambah masa manfaat aset tetap.
Secara ringkas perbandingan antara SAP dan IPSAS tentang biaya pengeluaran setelah
perolehan awal aset tetap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Perbandingan SAP IPSAS
Syarat kapitalisasi aset tetap
Memperpanjang masa manfaat,
atau
Menambah kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan
standar kinerja, atau
Memenuhi nilai satuan
minimum kapitalisasi aset tetap
(capitalization thresholds)
Memberi tambahan manfaat
ekonomis di masa yang akan
datang.
Pengeluaran yang diakui
sebagai beban
Tidak dijelaskan secara eksplisit Biaya pengeluaran yang
sifatnya harian atau
pemeliharaan rutin
G. Akuntansi Penyusutan Aset Tetap
ASET TETAP PEMERINTAH


17
Penyusutan aset tetap bukan merupakan metode alokasi biaya untuk periode yang menerima
manfaat aset tetap tersebut sebagaimana diberlakukan di sektor komersial. Penyesuaian ini lebih
merupakan upaya untuk menunjukkan pengurangan nilai karena pengonsumsian potensi manfaat
aset oleh karena pamakaian dan/atau pengurangan nilai karena keusangan dan lain-lain.
Menurut PSAP 07, Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang
dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai
penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat (carrying amount)
aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional. Penyesuaian nilai aset
tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode
penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan jasa
(service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Masa manfaat aset tetap yang dapat
disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi
sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.
Metode penyusutan yang dapat dipergunakan menurut PSAP antara lain:
1. Metode garis lurus (straight line method);
2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)
3. Metode unit produksi (unit of production method)
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut.
Tujuan utama dari penyusutan adalah menyesuaikan nilai aset tetap untuk mencerminkan nilai
wajarnya. Di samping itu penyusutan juga dimaksudkan untuk menggambarkan penurunan kapasitas
dan manfaat yang diakibatkan pemakaian aset tetap dalam kegiatan pemerintahan. Untuk
menerapkan penyusutan, prasyarat yang perlu dipenuhi adalah:
a. Identitas Aset yang Kapasitasnya Menurun
Aset tetap harus dapat diidentifikasi sehingga dapat dibedakan antara aset tetap yang dapat
menurun kapasitas dan manfaatnya (peralatan dan mesin, bangunan dll) dengan aset yang
tidak menurun kapasitas dan manfaatnya atau bahkan bertambah nilainya (tanah, konstruksi
dalam pengerjaan).
b. Nilai yang Dapat Disusutkan
Nilai aset tetap menjadi prasyarat dalam penyusutan. PSAP menganut nilai historis, sehingga
kecuali karena kondisi yang tidak memungkinkan perolehan nilai historis, nilai aset tetap
yang diakui secara umum adalah nilai perolehannya. Lebih lanjut Buletin Teknis 05
menyatakan bahwa di lingkungan pemerintah aset tetap diniatkan untuk digunakan dalam
operasi pemerintahan dan tidak dimaksudkan untuk dijual pada akhir masa manfaatnya.
Selain itu, penyusutan aset tetap tidak dimaksudkan dalam rangka perbandingan antara
biaya dan pendapatan. Meskipun terhadap suatu aset tetap dapat ditentukan nilai
residunya, dengan kedua alasan, maka nilai sisa/residu diabaikan dalam menghitung
penyusutan. Aset tetap masih memiliki nilai selama masih dapat dimanfaatkan, sehingga
pada prinsipnya tidak dikenal nilai residu. Dengan demikian, nilai perolehan atau nilai wajar
aset tetap menjadi nilai yang dapat disusutkan (depreciable cost).
c. Masa Menfaat dan Kapasitas Aset Tetap
Suatu aset disebut sebagai aset tetap adalah karena manfaatnya dapat dinikmati lebih dari
satu tahun atau satu periode akuntansi. Ukuran manfaat isendiri berbeda-beda, ada yang
dapat diukur dengan indikator terkuantifikasi dan ada yang tidak. Perbedaan masa manfaat
dan intensitas pemanfaatan perlu diketahui untuk menetapkan metode penyusutan.
ASET TETAP PEMERINTAH


18
Terhadap aset tetap yang indikasi potensi manfaatnya dikaitkan dengan panjang masa
manfaat dapat dipilih metode penyusutan garis lurus atau saldo menurun berganda. Dalam
hal ini masa manfaat akan menjadi dasar perhitungan penyusutan. Sedangkan aset tetap
dikaitkan dengan intensitas pemanfaatannya dapat menggukan metode penyusutan unit
produksi. Dalam hal ini pemanfaatan akan diukur dengan unit kapasitas atau produksi yang
termanfaatkan. Pada gillirannya, unit kapasitas atau produksi ini akan dibandingkan dengan
seluruh potensi kapasitas/produksi yang dikandung oleh suatu aset tetap.
Sementara itu, menurut IPSAS 17, Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu
aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
Nilai yang dapat disusutkan adalah biaya aset atau biaya penggantian aset dikurangi nilai sisa
(residual value) aset tersebut. Hal ini berbeda dengan SAP yang tidak mengakui adanya nilai sisa
(residual value) dalam menentukan nilai yang dapat disusutkan pada aset tetap. Selain itu IPSAS
menyatakan secara jelas bahwa aset tetap yang memiliki nilai yang signifikan terhadap total aset
tetap yang dimiliki harus disusutkan secara terpisah. Hal ini berbeda dengan SAP yang tidak secara
jelas menyatakan syarat aset yang disusutkan secara terpisah atau secara berkelompok. Namun
secara teknis hal ini diatur dalam Buletin Teknis 05 yang mengatur bagaimana menentukan aset
yang disusutkan secara berkelompok atau individual. Penyusutan dimulai sejak aset tetap tersedia
untuk digunakan. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan menurut IPSAS antara lain:
1. Metode garis lurus (straight line method);
2. Metode saldo menurun (diminishing balance method)
3. Metode unit produksi (unit of production method)
Secara ringkas, perbandingan antara PSAP dan IPSAS tentang penyusutan aset tetap dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Perbandingan SAP IPSAS
Definisi
Alokasi yang sistematis atas
nilai suatu aset tetap yang
dapat disusutkan (depreciable
assets) selama masa manfaat
aset yang bersangkutan.
Alokasi yang sistematis atas
nilai suatu aset tetap yang
dapat disusutkan selama masa
manfaatnya.
Nilai yang Dapat Disusutkan
Harga perolehan atau Nilai
terbawa (Carrying Amount)
Harga perolehan dikurangi nilai
sisa (residual value) aset tetap.
Nilai sisa (residual value) Tidak diakui Diakui
Metode Penyusutan
Garis lurus (Straight Line
Method)
Saldo menurun ganda
(Double Declining Balance
Method)
Unit produksi (Unit of
Production Method)
Garis lurus (Straight Line
Method)
Saldo menurun (Diminishing
Balance Method)
Unit produksi(Unit of
Production Method)
Saat Dimulai penyusutan
Tidak dijelaskan secara
eksplisit.
Sejak aset tetap tersedia untuk
digunakan.
H. Akuntansi Penghentian/Penghapusan Aset Tetap
Adanya penghentian maupun pelepasan aset tetap (Barang Milik Negara) di lingkungan
pemerintah lazim disebut dengan pemindahtanganan. Pemindahtanganan Barang Milik Negara
(BMN) yang dilakukan pemerintah berdasarkan pada PMK Nomor 96/PMK.08/2007 tentang
pengelolaan BMN yang diantaranya dilakukan dengan cara:
ASET TETAP PEMERINTAH


19
1. Dijual ;
2. Dipertukarkan
3. Dihibahkan; atau
4. Dijadikan penyertaan modal negara/daerah.
Kriteria pelepasan aset tetap di atas senada dengan PSAP 07 paragraf 76 dan 77 menyatakan
bahwa:
76. Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen
dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang.
77. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Ketentuan pelepasan aset tetap di PSAP 07 di atas senada dengan IPSAS 17 paragraf 82 yang
menyebutkan bahwa carrying amount dari suatu aset tetap harus dilakukan penghentian
pengakuannya ketika (1) dilepaskan dan (2) tidak mempunyai manfaat ekonomis di masa depan dari
penggunaannya. Apabila suatu aset tetap dihentikan dari penggunaannya, baik karena
dipindahtangankan maupun karena berakhirnya masa manfaat/tidak lagi memiliki manfaat ekonomi,
maka pencatatan akun aset tetap yang bersangkutan harus ditutup.
Secara akuntansi, aset tetap yang tidak dapat digunakan karena aus, ketinggalan jaman, tidak
sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan
rencana umum tata ruang (RUTR) atau masa kegunaannya telah berakhir, maka aset tetap tersebut
hakekatnya tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan, sehingga penggunaannya harus
dihentikan dan dapat dilepaskan. Namun proses pelepasan tersebut harus memenuhi proses
sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 96/PMK.08/2007 tentang pengelolaan BMN. Pencatatan
dilakukan setelah terbit surat keputusan penghapusan oleh K/L untuk aset tetap yang telah habis
masa manfaat/tidak ada lagi manfaat dari penggunaannya. Untuk aset tetap yang dihibahkan,
dieliminasi dari neraca pada saat telah dikeluarkan berita acara serah terima hibah oleh K/L sebagai
tindak lanjut persetujuan hibah pengelola barang. Aset tetap yang dipindahtangankan melalui
mekanisme Penyertaan Modal Negara (PMN), dikeluarkan dari pembukuan pada saat Peraturan
Pemerintah (PP) PMN diterbitkan. Sedangkan aset tetap yang dilepaskan melalui penjualan
dikeluarkan dari pembukuan pada saat diterbitkan risalah lelang.
Jurnal yang dibuat untuk akuntansi pelepasan aset tetap adalah sebagai berikut:



Saat penghentian secara permanen
Tanggal Uraian Debet Kredit
Aset Lainnya
Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
(mencatat reklasifikasi aset tetap menjadi aset
lainnya)
xxxx
xxxx


xxxx

Penjualan Aset Tetap
Tanggal Uraian Debet Kredit
Akumulasi Penyusutan
Defisit Penjualan Aset Non Lancar, atau
Surplus Penjualan Aset Non Lancar
xxxx
xxxx


xxxx
ASET TETAP PEMERINTAH


20
Aset Tetap
(untuk mencatat penghapusan aset tetap
melalui Penjualan)
xxxx

Hibah
Tanggal Uraian Debet Kredit
Beban Hibah
Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
(untuk mencatat penghapusan aset tetap
melalui Hibah)
xxxx
xxxx


xxxx

Penyertaan Modal
Tanggal Uraian Debet Kredit
Penyertaan Modal Pemerintah
Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
(untuk mencatat penghapusan aset tetap
melalui Penyertaan Modal)
xxxx
xxxx


xxxx

Transfer Aset Tetap antar Intansi
Tanggal Uraian Debet Kredit
Beban Transfer
Akumulasi Penyusutan
Aset Tetap
(untuk mencatat penghapusan aset tetap
melalui Transfer antar instansi)
xxxx
xxxx


xxxx
Pencatatan sebagaimana di atas senada dengan IPSAS 17 paragraf 85 yang menyebutkan nilai aset
tetap yang dilepas adalah sebesar nilai sisa aset tetap tersebut setelah disusutkan. Begitu juga
apabila suatu entitas tidak mengaplikasikan nilai sisa (tanpa residual value) maka nilai yang
digunakan adalah biaya perolehan pada saat aset tetap tersebut diperoleh maupun dibangun.
Dalam hal penghentian aset tetap merupakan akibat dari pemindahtanganan dengan cara dijual
atau dipertukarkan sehingga pada saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai buku aset tetap yang
bersangkutan habis disusutkan, maka selisih antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai
buku aset tetap terkait diperlakukan sebagai surplus atau defisit atas penjualan aset non lancar pada
Laporan Operasional (LO). Sementara itu pelepasan aset tetap melalui penjualan, IPSAS 17 paragraf
83 menyebutkan bahwa akan muncul gain atau loss dari pelepasan aset tetap yang diakui dalam
surplus atau defisit. Apabila muncul Gain tidak diklasifikasikan sebagai revenue (pendapatan). Nilai
gain atau loss tersebut adalah selisih antara pendapatan bersih pengalihan dengan nilai sisa aset
tetap tersebut.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa aset tetap yang akan dilepaskan maupun sudah tidak
mempunyai masa manfaat di masa mendatang tidak langsung dilepaskan/dikeluarkan dari neraca
sebelum ada persetujuan pelepasan berupa surat keputusan, persetujuan, peraturan, maupun
dokumen lainnya. Beberapa status untuk aset tetap yang akan dihapuskan berdasarkan dasar
persetujuan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Apabila suatu aset tetap dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif, maka aset
tetap tersebut direklasifikasi dalam kelompok aset lainnya.
ASET TETAP PEMERINTAH


21
2. Apabila suatu aset tetap dilepaskan atau dihentikan secara permanen setelah
mendapatkan persetujuan penghapusan, maka aset tetap tersebut dieliminasi dari neraca.
3. Aset tetap yang dihentikan secara permanen oleh pimpinan entitas sebelum mendapat
persetujuan penghapusan direklasifikasi dalam kelompok aset lainnya.
4. Aset tetap dalam proses pemindahtanganan dan telah diterbitkan surat persetujuan dari
pengelola barang maka aset tersebut tidak digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah, dengan kata lain tidak aktif, sehingga tidak memenuhi kriteria dan tidak dapat
dikelompokkan lagi sebagai aset tetap.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Paragraf 78 PSAP 07 menyatakan bahwa aset tetap yang
dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus
dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Pada saat dokumen sumber untuk
mengeliminasi aset tetap tersebut dari neraca telah diperoleh, maka aset tetap yang telah
direklasifikasi menjadi aset lainnya tersebut dikeluarkan dari neraca.
Perbandingan SAP IPSAS
Kriteria pelepasan aset tetap
(penghapusbukuan)
Dilepaskan atau secara
permanen dihentikan
penggunaannya.
Tidak ada manfaat ekonomik
masa yang akan datang
Dilepaskan
Tidak mempunyai manfaat
ekonomis di masa depan dari
penggunaannya.
Pengakuan Laba atau Rugi Ada Ada

ASET TETAP PEMERINTAH


22
III. PERBANDINGAN ASET TETAP BERDASARKAN SAK DAN SAP
A. Definisi dan Klasifikasi
PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07)
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12( dua belas) bulan untuk digunakan, atau
dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Pengecualian: Aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam
operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan
(supplies), hutan dan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (regenerative natural resources), kuasa
pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas
alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat
diperbaharui (non regenerative natural resources).
IAS 16
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.
PSAK 16
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.
Dari segi definisi aset tetap antara SAP dan SAK pada dasarnya menganut prinsip yang sama,
yaitu suatu aset dikategorikan sebagai aset tetap jika memiliki masa manfaat/diharapkan dapat
digunakan selama lebih dari satu periode (12 bulan).
Berbeda dengan SAP, SAK tidak menentukan secara eksplisit klasifikasi aset tetap seperti yang
dinyatakan dalam SAP. Hal ini menunjukkan bahwa SAK memberikan kebebasan kepada suatu
entitas untuk menetapkan nama akun sesuai jenis aset tetap yang dilaporkan sepanjang memenuhi
kriteria sebagai aset tetap.
B. Pengakuan Aset Tetap
PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07)
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat
diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Berwujud;
b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas; dan
e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan.
ASET TETAP PEMERINTAH


23
IAS 16 Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan
hanya jika:
a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan
berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas;
dan
b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
PSAK 16 Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan
hanya jika:
a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan
berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas;
dan
b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Dalam hal pengakuan aset tetap, terlihat bahwa SAP dan SAK menggunakan prinsip yang sama.
Aset tetap diakui jika memenuhi dua kriteria utama yaitu 1) besar kemungkinan manfaat ekonomis
berkaitan dengan aset tersebut mengalir ke entitas, dan 2) biaya perolehan aset tersebut dapat
diukur secara andal.
Selain itu, SAP dan SAK juga menganut prinsip yang sama terkait dengan penghentian
pengakuan aset tetap. Pada PSAP 07 Par 76 dinyatakan Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca
ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat
ekonomik masa yang akan datang. Hal ini senada dengan PSAK 16 dan IAS 16 yang sama-sama
menyatakan Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat 1) dilepas, atau 2)
ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya.
Dalam SAP dan SAK sama-sama mengakui adanya laba atau rugi berkenaan dengan pelepasan
aset tetap, baik karena dijual, ditukar dll. Dan laba atau rugi tersebut dilaporkan pada bagian yang
terpisah dari klasifikasi pendapatan.
C. Pengukuran Aset Tetap
PP 71 Tahun 2010
(PSAP 07)
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset
tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar
pada saat perolehan
IAS 16 Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai pada
tanggal pengakuan. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan
hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara
nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga
selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan IAS 23.
PSAK 16 Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.
Dari tabel di atas terlihat bahwa SAP dan SAK sama-sama penganut prinsip biaya perolehan
dalam mengukur nilai suatu aset tetap pada saat awal akuisisi. Perbedaan terletak pada ketentuan
pengukuran setelah pengakuan awal. Dalam paragraf 52, SAP hanya mengatur pengukuran nilai aset
tetap berdasarkan harga perolehan, penilaian kembali (revaluasi) hanya dapat dilakukan hanya jika
terjadi kondisi yang memungkinkan entitas melakukan penilaian kembali aset tetap tersebut. Hal ini
berbeda dengan IFRS dan SAK yang mengharuskan entitas memilih antara model biaya atau model
ASET TETAP PEMERINTAH


24
revaluasi sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset
tetap.
1) Model Biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
2) Model revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari apa yang akan ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam
pengukuran aset tetap maka perubahan tersebut berlaku prospektif.
D. Penyajian dan Pengungkapan
Senada dengan SAP, SAK mengatur ketentuan hal-hal yang harus dilaporkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan, untuk setiap kelompok aset tetap antara lain:
1) dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;
2) metode penyusutan yang digunakan;
3) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
4) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan
5) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a) penambahan;
b) aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok
lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi
2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan
pelepasan lainnya;
c) akuisisi melalui kombinasi bisnis;
d) peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40
serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan
komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;
e) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48;
f) rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48;
g) penyusutan;
h) selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata
uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran
dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor;
dan
i) perubahan lain.
Laporan keuangan juga mengungkapkan:
1) keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk
liabilitas;
ASET TETAP PEMERINTAH


25
2) jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
pembangunan;
3) jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan
4) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai,
hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara
terpisah pada pendapatan komprehensif lain.

Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:
a. tanggal efektif revaluasi;
b. apakah penilai independen dilibatkan;
c. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset;
d. penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan harga
terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang
wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;
e. untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat
dengan model biaya; dan
f. surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

ASET TETAP PEMERINTAH


26
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
IPSAS 17 (2006) from http://www.ifac.org/sites/default/files/publications/files/ipsas-17-property-
plant-3.pdf
PSAK 16 (2011) from http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-16.pdf
Braddy, William D. (2001). Managing Fix Asset in Public Sector. From
www.upublish.com/books/braddy.htm

Anda mungkin juga menyukai