Anda di halaman 1dari 12

Yang harus diperhatikan pada bagian penerimaan bahan baku adalah kebersihan dari pekerja maupun

ruangan karena pekerja dapat menjadi sumber kontaminasi seperti Staphylococcus. aureus, Salmonella,
C. perfingens dan Streptococci.
Bahan baku disimpan pada suhu beku (-20C) karena pada suhu tersebut dapat menekan penurunan
kualitas daging. Apabila disimpan beku suhu -10C maka dapat menurunkan mikroorganisme pembusuk.
Peubahan pada daging beku yang biasa terjadi adalah berupa perubahan flavor apabila telah disimpan
selama 4 6 bulan. Penyimpanan beku dilakukan dengan menggunakan kemasan daging berupa plastic
dan karton untuk mencegah daging mengalami freezer burn (daging terbakar, berwarna keputih-
putihan atau kekuning-kuningan).
Proses thawing yang dilakukan kurang baik, karena kemasan daging dibuka sehingga peluang terjadinya
kontaminasi dari lingkungan sangatlah tinggi. Pada saat thawing banyak zat gizi yang mengalami
penyusutan. Zat-zat gizi yang mengalami penyusutan adalah nitrogen terlarut, abu, klorida, thiamin,
riboflavin, dan niacin.
Sebelum dilakukan proses curing, daging harus digiling menggunakan mincer (alat pelembut daging)
dengan tujuan untuk memudahkan dalam melakukan proses selanjutnya dan menjaga keawetan pisau
pada mesin cutter. Pada proses curing dilakukan penambahan garam NPS (Nitrit Pocal Salt) yang akan
menyerap merata seluruh bagian daging.
Proses curing mempunyai tujuan untuk membentuk warna merah pada daging menjadi lebih stabil,
menghasilkan aroma, tekstur dan flavor, dapat mengurangi pengerutan saat proses dan dapat
memperpanjang umur simpan. Proses curing dilakukan dengan penambahan garam NPS dan disimpan
12 jam pada suhu 0-5C. Garam NPS berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroba.
Titik kritis pada pembuatan sosis adalah proses cutting mixing yang akan menghasilkan adonan sosis
sehingga menghasilkan adonan yang homogen serta kompak. Suhu yang digunakan 15C selama 10
menit. Jika terlalu lama maka akan menyebabkan Over chopping yaitu pecahnya partikel lemak
sehingga tidak dapat diikat oleh protein yang ada serta dengan suhu yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan protein terdenaturasi dan tidak dapat membentuk emulsi.
Dalam pembuatan sosis terdapat beberapa bahan yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan pengikat
seperti tepung tapioka, TVP (Textured Vegetable Protein) dan maizena. Dimana zat ini mampu
menyerap air dalam emulsi dan mempertahankannya selama proses pemasakan sehingga menghasilkan
warna yang diinginkan serta menghasilkan flavor/aroma yang lembut. Selain itu juga dapat
memperbesar volume produk yang dapat menekan harga jual produk.
Pada saat proses pengisian (filling) adonan ke dalam selongsong harus diperhatikan suhu adonan,
tekanan adonan dalam casing, gramatur/bobot adonan serta jenis casing yang digunakan. Suhu adonan
pada proses pengisian 13C. Karena bila suhu lebih dari 13oC maka dapat menyebabkan pecahnya
emulsi.
Selongsong yang digunakan biasanya terdapat dari kelompok buatan yang terbagi menjadi dua yaitu
edible casing (dapat dimakan) dan non edible casing (tidak dapat dimakan). Selongsong harus dalam
keadaan baik seperti utuh, tidak sobek, tidak tengik.
Sebelum dilakukan proses pemasakkan dilakukan penyiraman awal yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran maupun lemak yang menempel pada permukaan sosis. Pemasakan meliputi 4
tahapan yaitu pemanasan awal (renderning), pengeringan (drying), pengasapan (smoking), pemasakan
(cooking). Harus dikontrol setiap waktu karena akan berpengaruh pada keseragaman warna. Pemanasan
awal dilakukan pada suhu 85C selama 5 menit. Pengeringan dilakukan pada suhu 90C selama 35-45
menit yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dari sosis. Cirinya apabila dipegang sosis tidak terasa
lengket dan basah. Pengeringan yang tidak sempurna menyebabkan warna sosis tidak seragam. Setelah
pengeringan dilakukan pengasapan pada suhu 65C selama 20 menit. Pada tahap ini akan menghasilkan
warna, rasa, aroma yang spesifik serta dapat megawetkan produk.
Setelah itu tahap terakhir adalah proses pemasakan pada suhu 88C selama 30 menit. Tujuannya adalah
untuk membunuh mikroba, mempertahankan warna serta menambah cita rasa. Penggunaan suhu yang
terlalu tinggi menyebabkan sosis pecah.
Setelah itu sosis tersebut langsung dilakukan penyiraman akhir selama 30 menit atau sampai mencapai
suhu ruangan. Apabila sosis terlalu kering maka sosis akan keriput yang akan menghambat dalam proses
pengupasan selongsong/casing non edible. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mempertahankan kadar air sosis dan menyeragamkan warna sosis. Apabila proses penyiraman selesai,
maka sosis langsung disimpan dalam ruang pendingin selama 5-6 jam hingga sosis tersebut akan
dilakukan pengemasan.
Pengupasan sosis hanya dilakukan untuk sosis dengan jenis non edible yang bertujuan memudahkan
konsumen dalam mengkonsumsi. Setelah proses pengupasan selesai dilakukan proses pengemasan.
Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi produk juga dapat menambah daya simpan dan juga
sebagai sarana penunjang dan informasi serta komunikasi antara produsen dan konsumen. Suhu standar
ruang pengemas adalah maksimal 18C.
Sosis yang sudah dikemas disimpan dalam gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan ada 3 jenis yang
tergantung dari keperluan seperti masa kadaluarsa. Untuk produk yang kadaluarsa 4-6 bulan maka
setelah pengemasan langsung dimasukkan ke dalam frozen (-20C). sedangkan untuk produk yang
kadaluarsa 2-3 bulan hanya disimpan ke dalam chiller (0-5C). Sistem yang digunakan untuk melakukan
penyimpanan dalam gudang adalah sisitem FIFO (First In First Out) dimana barang yang terlebih dahulu
berada dalam gudang maka dikeluarkan terlebih dahulu.
Pengemasan yang digunakan untuk produk daging olahan seperti sosis biasanya menggunakan kemasan
vakum pack yang dapat meminimalkan kerusakan produk akibat konsentrasi oksigen atau udara yang
terdapat pada produk tersebut. Kerusakan yang terjadi pada produk daging disebabkan oleh
kontaminasi produk pada saat proses pengolahan maupun pengemasan. Oleh karena itu, sanitasi
kepada pekerja, ruangan, alat dan air sangatlah penting agar produk tidak terkontaminasi. Contohnya
untuk pekerja di bagian produksi diharuskan menggunakan masker dan sarung tangan bila akan
bersentuhan langsung dengan produk.
http://industriesfoods.blogspot.com/2009/10/proses-pembuatan-sosis-skala-industri.html
Proses Produksi Sosis
Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan proses pembuatan sosis siap saji, yang masuk dalam jenis
emulsi, dan siap saji, yaitu sosis yang telah melalui proses cooking, smooking. Selain sudah dimasak dan
dalam kondisi matang, sosis siap telah disterilisasi dan dikemas dalam casing yang hermetis
(pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak tertembus oleh mikroorganisme, air, dan udara ). Jenis
sosis siap saji merupakan sosis yang paling banyak diproduksi ( sekitar 85% ) dari semua jenis sosis.
Proses produksi sosis yang saya sampaikan masuk dalam kategori industri skala menengah hingga
industri besar, atau Food manufacturing, dengan volume produksi minimal 4 5 Ton perhari.

Beberapa manufacturing memiliki variasi dalam proses produksi sosis, namun secara garis besar Flow
Process nya sebagai berikut .

Flow Chart Produksi Sosis
Keterangan :
1. Receiving Raw Meat : Penerimaan raw material, Inspeksi terhadap Jenis, Quantity dan mutu raw meat.
2. Storage : Ruang penyimpanan raw material/daging, dengan suhu ruang antara -18 s/d 22
o
C (Suhu
Frezeer)

Cold Storage

3. Meat Preparation : Di beberapa factory, bagian ini dinamakan clean Meat. Merupakan proses persiapan
awal, Di area ini terdapat proses Thawing, pembersihan, pemotongan daging menggunakan Band saw,
mechanical deboning machine dan Proses Giling dengan mesin Meat Mincer. Proses Giling bertujuan
meratakan lemak dalam daging, karena raw meat digiling dalam kondisi frozen/beku, suhu saat proses
giling masih dieprtahankan dibawh suhu 22
o
C. Hal ini untuk mencegah terdenaturasinya protein yang
sangat penting sebagai emulsifier.
Yang perlu diperhatikan saat proses Giling, gesekan antara daging dan Screw didalam mesin
berpotensi menaikkan suhu daging, jika tidak terkontrol, menyebabkan kualitas daging akan turun.



Cutting Machine


Proses Giling with Mincer Machine
Vidio Proses Giling. ( Link : http://www.youtube.com/watch?v=JvU_TtA__GM&feature=related )


4. Combine Ingredients : Hasil dari Mesin Giling ( Mincer Machine ) dicampur dengan bahan kuring, serpihan
es, garam, bahan pengikat dan bahan tambahan lainnya di Emulsifier Machine. Suhu adonan pada
proses ini harus dipertahankan serendah mungkin, yaitu sekitar 3 12
o
C.
Proses ini menggunakan mesin Emulsifier machine atau Bowl Cutter. Proses kerjanya kurang lebih,
menggunakan serangkaian pisau yang berputar untuk mencampur, memotong dan
menghaluskan formulasi produk. Output proses ini berbentuk pasta / stuff.


Emulsifier Machine
Vidio Proses di mesin Bowl Cutter/Emulsifier Machine
( Link : http://www.youtube.com/watch?v=iF-e6zeJI58&feature=related )


5. Stuffing : Biasanya juga disebut proses filling. Hasil proses Bowl cutter yang berupa pasta, diproses di
mesin Stuffing atau mesin Filler. Formulasi sosis yang berupa pasta secara mekanis diinject
kedalam Casing.


Filler Machine
Vidio Proses stuffing di Filler machine.
(Link : http://www.youtube.com/watch?v=VzvLrF5X1FA&feature=related )


6. Terdapat 3 jenis proses cooking yang membedakan jenis sosis.
Yaitu; 1) Proses Boilling (perebusan), 2) Proses Cooking dan smooking (Pemasakan dan Pengasapan), 3)
Proses Boilling dan smooking (Perebusan, kemudian dilanjutkan pengasapan).

Proses Boilling (Perebusan).
Sosis yang sudah terbentuk dari proses stuffing, di rebus dalam sebuah kettle ( Boil Kettle ), dengan
suhu 70 75
o
C, waktu perebusan tergantung pada jenis sosis.


Boilling Kettle
Proses Cooking dan smooking ( Pemasakan dan Pengasapan )
Sosis dari mesin filler/stuffing, diproses dalam sebuah mesin yaitu Smoke House. Mesin ini, memiliki
program-program yang sesuai jenis sosis. Pada dasarnya, secara otomatis, mesin sudah tersetting suhu
ruang, suhu product, dan tingkat kelembaban/humidity. Sosis yang masuk dalam mesin ini, akan melalui
tahapan dryeing, smooking, dan cooking secara automatis.. Asap yang berasal dari proses pembakaran
serbuk kayu khusus dihembuskan kedalam mesin smoke house. Pengasapan dapat memberikan cita rasa
khas, mengawetkan dan memberi warna yang khas. Contoh produknya yaitu sosis hot dog.

Smoke house Machine
Proses Boilling dan Smooking ( Perebusan, dilanjutkan dengan Pengasapan )
Istilah untuk produk yang diproses dengan 2 mesin ini, yaitu double smoke. Setiap manufacturing,
biasanya memiliki penamaan yang berbeda-beda. Proses ketiga ini merupakan kombinasi antara
perebusan dan pengasapan. Sosis hasil stuffing di rebus terlebih dahulu di mesin Boil kettle, setelah
sudah masak, dilanjutkan diproses di dalam mesin smoke house untuk dilakukan pengasapan.

Vidio proses di smoke house machine dapat dilihat pada link berikut :
http://www.youtube.com/watch?v=F_CEgwPmRRY&feature=related


Untuk informasi Machine Smoke house & Kettle bisa dilihat di Link berikut : http://www.mauting.cz/en-
smoking-chambers

7. Chilling : merupakan proses pendinginan dengan menggunakan Cooling Chamber. Alat ini digunakan
untuk proses pendinginan terhadap produk sosis yang telah melalui proses cooking. Di dalamnya
terdapat aliran air dingin yang telah disterilkan (air ozon) yang nantinya akan disemprotkan secara cepat
ke produk untuk menurunkan suhu produk. Pendinginan Cepat ini memerlukan waktu 2 menit untuk
setiap lot produk. Setelah didinginkan cepat, sosis disimpan dalam cold room bersuhu Chiller ( 0-5
o
C ),
Chiller Room ini memiliki spesifikasi khusus, yaitu memiliki hembusan angin blower pada evaporator
yang sangat kuat. Kami menyebutnya sebagai Blast Chiller.


Chilling Machine
Untuk informasi Chilling Machine bisa dilihat di Link berikut : http://www.mauting.cz/en-chilling-
chambers

8. Cutting : proses cutting ini menggunakan jenis mesin sosis cutter. mesin ini digunakan untuk
memotong sosis per pieces yang masih terikat di masing-masing ujungnya. Terdapat beberapa type sosis
cutter dengan mekanisme potong yang berbeda-beda. Dari hasil di lini produksi. Mesin yang sistem
potongnya dilengkapi dengan sensor proximity yang akan memberikan sinyal pada sistem cutting untuk
melakukan proses pemotongan menghasilkan output yang lebih presisi.


Sausage Cutter
Vidio Sosis Cutter machine (Link : http://www.youtube.com/watch?v=gUGs12khRN4 s )


Untuk informasi Machine Sausage Cutter bisa dilihat di Link berikut :
http://pxs74.webserver.pixxys.de/cms2010/index.php?article_id=64&clang=1

9. Packaging : Proses packaging disini yaitu vacuum Packaging. Produk sosis dimasukkan kdalam
kemasan sesuai quantity yang ditentukan. Pada mesin ini terdapat pengaturan secara otomatis mulai dari
proses sealing kemasan , pengeluaran udara / gas-gas dalam kemasan dan pendinginan yang dinyatakan
dalam satuan detik. Proses pengemasan ini dibantu dengan conveyor untuk memudahkan pekerjaan.
Dengan adanya proses pengeluaran udara dari dalam kemasan maka produk dikemas secara vakum
sehingga mengurangi tingkat kerusakan produk.

Vidio Vacuum Packaging Machine (Link : http://www.youtube.com/watch?v=_yr_aw0gOz0 )


Untuk informasi Thermoforming bisa dilihat di Link berikut :
http://www.vakuumverpacken.de/GB/html/maschinen/quickvac322.html#

10. Finish Produk Storage : Produk disimpan dalam cold storage dengan suhu Frezeer (-18 s/d -
22
o
C). Sosis siap untuk didistribusikan ke Customer.

Penutup
Demikian gambaran proses produksi sosis. Sebagai industri pengolahan makanan, keseluruhan proses
yang terkait dengan produk harus memenuhi standarisasi dari Balai POM, instansi - instansi pemerintah
terkait, dengan berpedoman pada GMP ( Good manufacturing Practices ).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995), sosis yang baik harus mengandung protein
minimal 13%, lemak maksimal 25% dan karbohidrat maksimal 8%. Jika standar ini terpenuhi, maka dapat
dikatakan bahwa sosis merupakan makanan sumber protein

Berikut beberapa Tips dalam memilih sosis yang baik.
a. Pilih yang masa kadaluwarsanya masih lama dan dipajang di suhu dingin (refrigerator).
b. Pilih sosis yang bebas pewarna atau yang mengandung pewarna yang aman untuk pangan (food
grade). Jika anda membeli sosis ternyata daging sosisnya berwarna merah terang, hindari
membeli kembali merk tersebut karena bisa jadi produsen menggunakan pewarna dalam jumlah
berlebihan atau menggunakan pewarna non pangan.
c. Amati penampakan sosis yang dikemas. Jika terlihat selaput atau lendir tipis seperti susu
disekitar sosis, sebaiknya jangan membeli sosis tersebut karena kondisi ini mencirikan sosis yang
mulai rusak.
d. Pilih sosis yang aromanya khas daging, tidak ada bau asam atau bau menyimpang lainnya.
http://dedylondong.blogspot.com/2012/03/bagaiman-proses-pembuatan-sosis.html
Istilah GMP di dunia industri pangan, khususnya di Indonesia telah diperkenalkan oleh
Departemen Kesehatan RI sejak tahun 1978 melalui Surat Kepmenkes RI No.
23/MEN.KES/SKJI/1978 tentang Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB).
Persyaratan GMP sebenarnya merupakan regulasi atau peraturan sistem mutu (Quality System
Regulation) yang diumumkan secara resmi dalam Peraturan Pemerintah Federral Amerika
Serikat No. 520 (Section 520 of Food, Drug and Cosmetics (FD&C) Act). Good Manufacturing
Practices yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi Cara Produksi yang Baik
(CPB). Diterapkan oleh industri yang produknya dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen
dengan tingkat risiko yang sedang sampai tinggi, seperti obat-obatan, makanan, kosmetik,
perlengkapan rumah tangga, dan semua industri yang terkait dengan produksi produk tersebut.
GMP memiliki beberapa pengertian yang cukup mendasar, yaitu suatu pedoman yang
menjelaskan cara memproduksi makanan agar aman, bermutu, dan layak dikonsumsi. GMP
berisi penjelasan tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi
dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan, mulai dari bahan baku
sampai produk akhir. GMP merupakan suatu konsep manajemen dalam bentuk prosedur dan
mekanisme berproses yang tepat untuk menghasilkan output yang memenuhi stndar dengan
tingkat ketidaksesuaian yang kecil. Penerapan GMP atau CPMB akan dapat membantu jajaran
manajemen untuk membangun suatu sistem jaminan mutu yang baik.
Jaminan mutu tidak hanya berkaitan dengan masalah pemeriksaan (inspection) dan pengendalian
(control), tetapi juga menetapkan standar mutu produk yang sudah harus dilaksanakan sejak
tahap perancagan produk (product design) sampai produk tersebut didistribusikan kepada
konsumen.
Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996, maka penerapan standar
mutu untuk produk pangan dan mutu di dalam proses produksi telah menjadi suatu kewajiban
(mandatory) yang harus dijalankan oleh para produsen pangan. Dalam bab II UU pangan No.7
Tahun 1996, secara tegas diatur bahwa produsen produk pangan harus mampu untuk memenuhi
berbagai persyaratan produksi sehingga dapat memberikan jaminan dihasilkannya produk
pangan yang aman dan bermutu bagi konsumen. Hal ini penting karena akan berdampak pada
keselamatan konsumen pribadi dan masyarakat umum, juga penting bagi produsen untuk
melindungi pasarnya serta memelihara kepercayaan konsumen.
Penerapan GMP dapat mengacu berbagai referensi, namun sejauh ini tidak ada standar
internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO. Berbagai negara dapat
mengembangkan standar GMP tersendiri, seperti di Indonesia terdapat berbagai standar GMP
yang di terbitkan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan jenis
produk yang di hasilkan. Sebagai contoh beberapa standar GMP, misalnya standar GMP untuk
industri obat-obatan yang disebut dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), standar
GMP untuk industri makanan yang disebut dengan CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang
Baik), dan sebagainya.
Prinsip dasar GMP adalah mutu dan keamanan produk tidak dapat dihasilkan hanya dengan
pengujian (inspection/ testing), namun harus menjadi satu kesatuan dari proses produksi. Ruang
lingkup GMP adalah:
Lingkungan dan Lokasi
Lingkungan sarana pengolahan harus terawat baik, bersih, dan bebas sampah, memiliki sistem
pembuangan dan penanganan limbah yang cukup baik, serta memiliki sistem saluran
pembuangan air yang lancar. Lokasi, terletak di bagian pinggir kota, tidak padat penduduk, dan
lebih rendah dari pemukiman. Bebas banjir, polusi asap, debu, bau, dan kontaminan lain, serta
bebas dari sarang hama, seperti hewan pengerat dan serangga. Tidak berada dekat industri logam
dan kimia, serta pembuangan sampah atau limbah.
Bangunan dan Fasilitas Unit Usaha
Desain bangunan, konstruksi, dan tata ruang harus sesuai dengan alur proses. Bangunan cukup
luas dan dapat dilakukan pembersihan secara intensif. Adanya pemisahan antara ruang bersih
dan ruang kotor, serta lantai dan dinding dari bahan kedap air, kuat, dan mudah dibersihkan.
Fasilitas unit usaha, meliputi penerangan cukup yang sesuai spesifikasi proses, ventilasi
memungkinkan udara mengalir dari ruang bersih ke ruang kotor, adanya sarana pencucian tangan
dan kaki yang dilengkapi sabun dan pengering atau desinfektan. Gudang mudah dibersihkan,
terjaga dari hama, pengaturan suhu dan kelembaban sesuai, serta penyimpanan sistem FIFO yang
dilengkapi catatan.
Peralatan Pengolahan
Alat yang kontak langsung dengan produk harus terbuat dari bahan yang tidak toksik, tidak
mudah korosif, mudah dibersihkan dan mudah didesinfeksi sehingga mudah dilakukan
perawatan. Letak penempatannya disusun sesuai dengan alur proses, dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan dan program sanitasi.

Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi
Program sanitasi meliputi sarana penyediaan air, sarana pembuangan air dan limbah, sarana
pembersihan/ penyucian, sarana toilet/ jamban, serta sarana hygiene karyawan.
Sistem Pengendalian Hama
Meliputi pengawasan atas barang/bahan yang masuk, penerapan/praktik hygienis yang baik,
menutup lubang dan saluran yang memungkinkan menjadi tempat masuknya hama, memasang
kawat kasa pada jendela dan ventilasi, serta mencegah hewan peliharaan berkeliaran di lokasi
unit usaha.
Hygiene Karyawan
Meliputi persyaratan dan pemeriksaan rutin kesehatan karyawan, persyaratan kebersihan
karyawan yang meliputi menjaga kebersihan badan, mengenakan pakaian kerja dan
perlengkapannya, menutup luka, selalu mencuci tangan dengan sabun, serta melatih kebiasaan
karyawan.
Pengendalian Proses
Meliputi pengendalian preproduksi (persyaratan bahan baku, komposisi bahan, cara pengolahan
bahan baku, persyaratan distribusi/ transportasi, penyiapan produk sebelum dikonsumsi),
pengendalian proses produksi, serta pengendalian pascaproduksi (jenis dan jumlah bahan yang
digunakan produksi, bagan alir proses pengolahan, keterangan produk, penyimpanan produk,
jenis kemasan, jenis produk pangan yang dihasilkan).
Manajemen Pengawasan
Pengawasan terhadap jalannya proses produksi dan perbaikan bila terjadi penyimpangan yang
dapat menurunkan mutu dan keamanan produk. Pengawasan rutin dilakukan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi.
Pencatatan dan Dokumentasi
Berisi catatan tentang proses pengolahan, termasuk tanggal produksi dan kadaluarsa, serta
distribusi dan penarikan produk karena kadaluarsa. Dokumen yang baik akan meningkatkan
jaminan mutu dan keamanan produk.
http://gst-a-t-fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-76806-yuk%20cari%20tahu%20;%29-
Good%20Manufacturing%20Practices%20%28GMP%29.html
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/MODEL-RENCANA-HACCP-INDUSTRI-SOSIS-
SAPI.pdf

Anda mungkin juga menyukai