K E M E N T E R I A N
D I R E K T O R A T
P E K E R J A A N
J E N D E R A L
C I P T A
U M U M
K A R Y A
DAFTAR ISI
1.
1.2.
1.2.1.
1.2.2.
1.3.
1.3.1.
1.3.2.
1.3.3.
1.4.
1.4.1.
1.4.1.1.
1.4.1.2.
1.4.1.3.
1.4.1.4.
1.4.2.
1.4.2.1.
1.4.2.2.
1.4.3.
1.4.4. Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Pada Daerah
Permukiman Terbangun ........................................................................................... 173
1.4.4.1.
1.4.4.2.
1.4.4.3.
1.4.5.
1.4.5.1.
1.4.5.2.
1.4.6. Arah Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah Pada Daerah
Permukiman Baru ..................................................................................................... 178
2.
1.4.6.1.
1.4.6.2.
1.4.7.
1.4.8.
1.4.9.
1.4.9.1.
1.4.9.2.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.3.
2.3.1.
2.3.1.1.
2.3.1.2.
2.3.2.
ii
2.3.2.1.
2.3.2.2.
2.4.
2.4.1.
2.4.1.1.
2.4.1.2.
2.4.1.3.
2.4.1.4.
2.4.2.
2.4.2.1.
2.4.2.2.
2.4.2.3.
2.4.2.4.
2.4.3.
2.4.3.1.
2.4.3.2.
2.4.4.
2.4.4.1.
2.4.4.1.1.
Komponen Biaya Operasi dan Pemeliharaan Penyedotan dan
Pengangkutan ....................................................................................................... 191
2.4.4.1.2.
2.4.4.1.3.
2.4.4.1.4.
2.4.4.2.
2.4.4.2.1.
2.4.4.2.2.
2.4.4.2.3.
2.4.4.2.4.
2.4.5.
2.4.5.1.
2.4.5.1.1.
2.4.5.1.2.
Jenis manfaat proyek yang tidak dapat diukur dengan nilai uang
(Intangible) 194
2.4.6.
2.4.6.1.
2.4.6.2.
2.4.7.
iii
3.
2.4.8.
2.5.
2.5.1.
2.5.2.
2.5.3.
2.5.4.
2.5.5.
2.5.6.
2.5.7.
3.2.
3.2.1
3.2.2
3.2.3
3.2.4
3.3.
iv
3.4.
3.5.
3.5.1.
3.5.2.
3.5.3.
3.5.4.
Penyusunan (Review) Layout dan Pemilihan Paket Pekerjaan Prioritas ... 210
3.5.5.
3.5.6.
3.5.7.
3.5.8.
3.5.9.
3.5.10.
3.6.
3.6.1.
3.6.2.
3.6.3.
3.6.4.
1.
2.
3.6.5.
3.6.6.
3.6.7.
3.6.7.1.
3.6.7.2.
3.6.8.
1.
2.
3.
4.
5.
3.6.9.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kegiatan Wajib Amdal berdasarkan Permeneg LH No 05 Tahun 2012 ................... 197
Tabel 3.1Faktor Puncak............................................................................................................. 215
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan Rencana Induk Air Limbah ................................................................ 170
Gambar 1.2 Pola Pikir Perencanaan .......................................................................................... 171
Gambar 1.3 Matrix SWOT ........................................................................................................ 175
Gambar 1.4 Grand Strategi Arah Pengembangan ..................................................................... 175
Gambar 1.5 Transformasi Prasarana Air Limbah Sistem Setempat ke Sistem Terpusat .......... 177
Gambar 2.1 Skematik Biaya dan Manfaat Proyek .................................................................... 188
Gambar 2.2 Skematik Kelayakan Lingkungan Proyek Air Limbah .......................................... 199
Gambar 3.1 Bagan alir proses pemilihan sistem pengolahan air limbah (IPAL) ...................... 222
Gambar 3.2 Alternatif Pengolahan Lumpur .............................................................................. 224
vi
BAGIAN I
PERENCANAAN MASTER PLAN
Rencana Induk atau Master Plan bidang air limbah merupakan suatu dokumen perencanaan
dasar yang menyeluruh mengenai pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk periode
20 (dua puluh) tahun. Dengan demikian gambaran arah pengembangan, strategi penembangan
dan prioritas-prioritas pengembangan sarana dan prasarana air limbah 20 tahun ke depan
masing-masing Kabupaten/Kota terformulasikan melalui perencanaan tersebut. Rencana induk
air limbah tersebut selanjutnya digunakan sebagai acuan oleh instansi yang berwenang dalam
penyusunan program pembangunan 5 (lima) tahun bidang air limbah.
Program 5 tahun atau Renstra Dinas Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah tersebut,
merupakan penjabaran rencana induk mengenai 6 jenis program pengembangan sebagai berikut
:
Pengembangan Prasarana
Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan Pengaturan
Disamping sebagai acuan dalam penyusunan program 5 tahun, rencana induk air limbah
digunakan sebagai acuan dalam memadukan program-program yang terkait dengan bidang air
limbah seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), bidang persampahan, drainase dan
sebagainya.
1.2.
1.2.1. Maksud
Maksud penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki pedoman
dalam pengembangan, pembangunan dan operasional penyelenggaraan SPALP berdasarkan
perencanaan yang efektif, efisien, berkelanjutan, dan terpadu dengan sektor terkait lainnya
165
Pengertian efektif mengandung maksud agar proses dan produk perencanaan Sarana dan
Prasarana bidang Air Limbah menjadi efektif karena pilihan prioritasnya tepat sasaran.
Pengertian efisien mengandung maksud agar proses dan produk perencanaan Sarana dan
Prasarana Air Limbah menjadi efisien karena pilihan teknologinya tepat guna dan terjangkau
sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Pengertian terpadu dan berwawasan lingkungan mengandung maksud agar proses dan produk
perencanaan Air Limbah telah dipadukan (integrated) dengan perencanaan Sistem Penyediaan
air Minum (SPAM) terutama yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian sumber air.
1.2.2.
Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Induk adalah agar setiap Kabupaten/Kota memiliki Rencana Induk
pengembangan Sistem Pembuangan Air Limbah Pemukiman (SPALP) yang sistematis, terarah,
terpadu dan tanggap terhadap kebutuhan sesuai karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi
daerah, serta tanggap terhadap kebutuhan stakeholder (pemerintah, investor, masyarakat)
1.3.
Acuan Normatif
Terdapat beberapa substansi dalam Norma, Kriteria Teknis dan Standard Teknis bidang Air
Limbah yang terkait dengan perencanaan jangka panjang. Substansi Norma, Kriteria dan
Standard yang akan diacu dalam penyusunan pedoman ini adalah:
1.3.1. Norma
a.
b.
c.
d.
166
Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua puluh)
tahun (UU No. 25 tahun 2004).
Kota Metropolitan atau kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
diwajibkan memiliki rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum yang terpadu dengan
pembuangan Air Limbah secara terpusat.
Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Sarana dan Prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun
2005).
Pemilihan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus memperhatikan aspek teknis,
lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga
(PP No. 16 Tahun 2005).
e.
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001)
Standar Teknis
g.
h.
i.
1.4.
1.4.1. Umum
1.4.1.1. Jangka Waktu Perencanaan
Rencana induk pengembangan sarana dan prasarana air limbah harus direncanakan untuk
periode perencanaan 15 -20 tahun.
Periode perencanaan dalam penyusunan rencana induk ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1.
2.
Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup tahapan pembangunan 5 tahun setelah
dilaksanakan program jangka pendek, atau dalam 6 tahun mendatang.
3.
Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang merupakan rangkaian dari keseluruhan pembangunan di sektor
air limbah untuk 15- 20 tahun yang akan datang.
1.4.1.2.
Rencana induk pengembangan sarana dan prasarana harus dievaluasi setiap 5 tahun untuk
disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dan disesuaikan dengan perubahan rencana induk
bidang sanitasi lainnya, tata ruang dan rencana induk SPAM serta perubahan strategi di bidang
lingkungan (Local Environment Strategy). Ataupun hasil rekomendasi audit lingkungan kota
yang terkait dengan air limbah pemukiman.
1.4.1.3. Kedudukan Rencana Induk
a.
168
Penyusunan rencana induk pengembangan sarana dan prasarana air limbah wajib mengacu
pada Rencana Jangka Panjang Daerah (RJPD) dan rencana tata ruang (Gambar 1).
b.
c.
Penyusunan program 5 tahunan bidang pengembangan sarana dan prasarana air limbah
atau rencana Renstra Dinas, wajib mengacu pada rencana induk Air Limbah.
Rencana induk disusun oleh instansi yang berwenag dimasing-masing Kabupaten/Kota
dengan melibatkan Stakeholders dan hasilnya disosialisasikan pada masyarakat luas
(termasuk melalui internet dengan domain khusus dari instansi pengelola lingkungan
daerah). Pengesahan rencana induk SPAL ditetapkan melalui Perda.
169
170
171
b.
c.
d.
e.
172
Langkah pertama sebelum menentukan arah dan strategi pengembangan sarana dan
prasarana air limbah, terlebih dahulu harus disepakati mengenai permasalahan pencemaran
air limbah, baik pada area skala Kelurahan, Kecamatan maupun kota.
Identifikasi permasalahan pencemaran air limbah terhadap air tanah dan badan air harus
difomulasikan berdasarkan data-data yang lengkap (primer dan sekunder) yang didukung
oleh survey dan penyelidikan (lapangan dan laboratorium) yang memadai serta dilengkapi
dengan peta-peta identifikasi permasalahan.
Survei merupakan dasar bagi pembuatan Rencana Induk. Diperlukan waktu yang cukup
dalam melakukan survei dan data yang diperlukan harus diambil pada saat survey. Selain
mengumpulkan data-data yang diperlukan juga visualisasi keseluruhan gambaran daerah
yang dapat dilihat oleh kasat mata harus diketahui. Untuk itu perlu diusahakan agar dapat
mengambil detail tersebut, termasuk juga kondisi daerah di masa lalu, kondisi saat ini, dan
gambaran di masa yang akan datang. Survei yang harus dilakukan meliputi :
Kondisi alam yang meliputi, topografi, kondisi iklim, dan hidrogeologi.
Fasilitas yang ada yang meliputi, sungai dan saluran yang ada, jalan,
bangunan/fasilitas bawah tanah (jaringan telkom, PLN, PAM, Gas dll).
Pengumpulandata terkait meliputi, rencana penggunaan tanah/lahan, rencana
pengembangan perkotaan, rencana sungai, rencana jalan, dan rencana pemasangan
bangunan bawah (Rencana Umum Tata Ruang Kota).
Peta dasar dan peta identifikasi permasalahan yang diperlukan meliputi:
Peta tata guna lahan saat ini
Peta kepadatan penduduk
Peta kualitas air tanah/sumur penduduk dengan parameter E.Coli
Peta kualitas air sungai dengan parameter E.Coli dan BOD
Peta kualitas air drainase (pembuangan grey water) dengan parameter E.Coli dan BOD
Peta water borne disease
Peta pelayanan PDAM
Peta fasilitas Sanitasi dan tingkat pelayanan sanitasi (on-site dan off-site)
Formulasi permasalahan pencemaran air limbah saat ini dilakukan dengan membandingkan
tingkat pencemaran dengan standard lingkungan atau standard kesehatan yang berlaku.
Formulasi permasalahan pencemaran air limbah dimasa mendatang (20 tahun proyeksi)
dilakukan dengan memproyeksikan pencemaran air limbah yang akan terjadi dengan
skenario DO SOMETHING.
1.4.4. Arah Pengembangan Sarana Dan Prasarana Air Limbah Pada Daerah
Permukiman Terbangun
1.4.4.1. Pilihan Arah Pengembangan
Sebelum menetapkan rencana induknya, setiap Kabupaten/Kota harus terlebih dahulu
menetapkan pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah untuk masa 20 (dua
puluh) tahun mendatang. Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah yang
harus dipertimbangkan antara lain adalah:
a. Mengoptimalkan sistem setempat (on-site) yang sudah berjalan
b. Mengembangkan sistem off-site pada kawasan tertentu
c. Mengembangkan sistem off-site skala kota
d. Mengembangkan sistem off-site dengan teknologi maju
Metode pemilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah, minimal harus
dianalisis dengan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) seperti yang
akan dijelaskan pada paragraf A.4.4.3.1.
b.
Daerah perencanaan pengambangan Sarana dan Prasarana Air Limbah (SPAL) pada daerah
terbangun dibagi atas zona-zona perencanaan dalam satuan sistem perencanaan dan
pengambangan sarana dan prasarana air limbah.
Pembagian zona-zona perencanaan pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah pada
daerah terbangun ditetapkan berdasarkan:
Keseragaman tingkat kepadatan penduduk
Keseragaman bentuk topografidan kemiringan lahan
Keseragaman tingkat kepadatan bangunan
Keseragaman tingkat permasalahan pencemaran air tanah dan permukaan.
Kesamaan badan air penerima
Pertimbangan batas administrasi
173
174
1.4.4.3.2.
Penetapan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah dapat ditetapkan berdasarkan
posisi kuadran hasil analisis SWOT. Berdasarkan pengelompokan kuadran tersebut, maka grand
strategi arah pengembangan sarana dan prasarana pada masing-masing kuadran dapat dijelaskan
pada Gambar 1.4 sebagai berikut:
175
Penjelasan :
a) Grand strategi kuadran I : Optimasi sistem on-site
Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:
Peningkatan kapasitas armada
Peningkatan kapasitas IPLT
Pengembangan program SANIMAS
b) Grand strategi kuadran II : Pengembangan selektif sistem off-site
Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
Optimalisasi pemanfaatan IPLT terbangun
Peningkatan pelayanan penyedotan lumpur tinja melalui:
Peningkatan kapasitas armada
Peningkatan kapasitas IPLT
Pengembangan program SANIMAS
Pengembangan sistem terpusat skala kawasan pada daerah-daerah prioritas.
Pada strategi ini transformasi dari sistem setempat menjadi sistem terpusat akan dimulai
secara kawasan demi kawasan
c) Grand strategi kuadran III : Pengembangan agresif sistem off-site
Arah pengembangan strategi ini meliputi antara lain:
Mengembangkan sarana dan prasarana Air Limbah terpusat skala kota. Strategi ini
berarti sistem on-site akan ditinggalkan secara masif.
d) Grand strategi kuadran IV : Pengembangan dengan teknologi maju
Arah pengembangan strategi ini merupakan strategi pengembangan tingkat advance
(lanjutan). Arah pengembangan ini merupakan gambaran kondisi permasalahan
pencemaran air limbah telah demikian serius, sementara hambatan untuk
mengembangkan sarana prasarana konvensionil sudah tidak memungkinkan dan
tidak efektif.
1.4.4.3.3.
Perubahan (transformasi) prasarana sistem setempat menjadi sistem terpusat memberi dampak
adanya kebutuhan lembaga untuk mengelola prasarana yang akan dibangun (Gambar 1.5).
Dengan demikian, penetapan arah pengembangan prasarana sistem terpusat pada daerah
permukiman terbangun memerlukan perencanaan strategis untuk menciptakan dukungan
masyarakat dan mewujudkan lembaga yang sesuai untuk mengelola prasarana terbangun.
Perencanaan strategis tersebut meliputi:
a. Rencana public campaign;
176
b.
c.
Skala
Prasarana
Kota
(Off-site)
Kawasan
(Off-site)
Rumah Tangga
(On-site)
Kelembagaan
Pengelola
Indivudual
Ca tatan :
Lembaga 1
Lembaga 2
(Informal/ formal) (Formal)
Pos i s i Sa a t i ni
Gambar 1.5 Transformasi Prasarana Air Limbah Sistem Setempat ke Sistem Terpusat
Zona Prioritas adalah zona perencanaan yang mendapat penilaian utama untuk
diprioritaskan dibangun terlebih dahulu dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.
Perencanaan sarana dan prasarana air limbah di zona prioritas dapat dibagi atas clustercluster untuk mendukung perencanaan pembangunan secara bertahap dalam kurun waktu
20 tahun mendatang.
177
b.
1.4.6. Arah Pengembangan Sarana dan Prasarana Air Limbah Pada Daerah
Permukiman Baru
1.4.6.1. Pilihan Arah Pengembangan
Pilihan arah pengembangan sarana dan prasarana air limbah pada daerah permukiman baru
adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan sistem setempat (on-site)
b. Mengembangkan sistem terpusat skala kawasan tersendiri
c. Mengintegrasikan dengan sistem terpusat yang sudah terbangun
1.4.6.2. Penetapan Arah Pengembangan
a. Permukiman baru yang akan dan sedang dikembangkan oleh developer wajib memiliki
rencana induk air Limbah tersendiri.
b. Rencana induk air limbah kawasan permukiman baru tersebut harus mengacu pada rencana
induk air limbah Kota.
178
b. Seluruh program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 harus dihitung nilai investasinya dengan standar
harga saat ini (current price).
c. Rencana biaya investasi program dari rencana induk harus dibandingkan dengan rencana
penduduk terlayani sehingga dapat diketahui nilai biaya investasi perkapita atau nilai biaya
investasi per rumah tangga dari penduduk yang mendapat manfaat langsung.
d. Nilai biaya investasi perkapita tersebut harus dibandingkan dengan income perkapita
pertahun dari kotayang bersangkutan, sebagai lapisan awal (screening) sebelum dilakukan
studi kelayakan ekonomi dan keuangan proyek.
e. Kelayakan proyek program 5 tahunan ke 1, 2, 3, dan 4 dapat dilakukan kemudian sesuai
tahapan pembangunan.
f. Program pengembangan sarana dan prasarana 5 tahun ke 1 (pertama) harus dihitung
kelayakan proyeknya dengan mengacu pada pedoman studi kelayakan.
179
180
181
BAGIAN II
PERENCANAAN STUDI KELAYAKAN
182
2.
2.1.
Pendahuluan
Dokumen studi kelayakan bidang air limbah, merupakan suatu dokumen kelayakan ekonomi,
keuangan dan lingkungan dari program-program pengembangan sarana dan prasarana air limbah
yang terdapat dalam suatu rencana induk. Studi kelayakan proyek Air Limbah ini terdiri atas 3
dokumen kelayakan proyek yaitu:
Dokumen kelayakan ekonomi
Dokumen kelayakan keuangan
Dokumen kelayakan lingkungan
Dengan demikian keputusan prioritas pembangunan atau investasi dari suatu program
pengembangan sarana dan prasaran Air Limbah ditetapkan berdasarkan hasil kajian ke 3 (tiga)
jenis kelayakan proyek tersebut. Hasil studi kelayakan ekonomi akan memberi gambaran
mengenai manfaat/benefit baik yang bersifat tangible maupun intangible. Dari suatu investasi
prasarana air limbah yang direncanakan.
Hasil studi kelayakan keuangan (financial) akan memberi gambaran mengenai besaran
tarif/retribusi yang akan dibebankan kepada pelanggan yang mendapat pelayanan. Besaran
perhitungan tarif/retribusi tersebut dapat dianalisa lebih lanjut apakah tarif tersebut cukup wajar
dibanding pendapatan (income) para pelanggannya. Sementara dari sisi pengelola, hasil studi
kelayakan keuangan tersebut, akan memberi gambaran apakah pendapatan operasional dari
retribusi pelayanan Air Limbah tersebut dapat menutup biaya O/M (OpEx) dan biaya
pengembalian modal (CapEx) serta apakah menghasilkan laba. Selanjutnya informasi studi
kelayakan keuangan ini merupakan suatu informasi penting tentang bagaimana bentuk
kelembagaan pengelola yang sesuai, baik yang berbasis lembaga maupun yang berbasis
masyarakat untuk mengelola sarana dan prasara terbangun tersebut. Sedangkan hasil studi
kelayakan lingkungan akan memberi gambaran mengenai bagaimana mengendalikan dampak
negatif dari suatu rencana pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) atau Instalasi
Pengolahan Air Limbah Terpusat (IPAL) termasuk konsekuensi biaya yang ditimbulkan dari
upaya pengendalian dampak tersebut.
2.2.
2.2.1.
Memberi pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun studi kelayakan bidang
pengembangan sarana dan prasarana air limbah, agar keputusan investasi dan operasi didasari
pada dokumen kelayakan yang akurat.
183
2.2.2.
Tujuan
Tujuan pedoman penyusunan studi kelayakan air limbah adalah agar setiap Kabupaten/Kota
memiliki dokumen studi kelayakan proyek yang lengkap dan memadai sebagai acuan standard
dalam pengambilan keputusan investasi dan operasi pengembangan sarana dan prasarana air
limbah.
2.2.3.
Sasaran
Sasaran dari adanya pedoman ini adalah agar sarana dan prasarana air Limbah yang direncanakan
layak secara ekonomi, keuangan, lingkungan dan kelembagaan sehingga dapat berfungsi secara
berkelanjutan dan bermanfaat optimal.
2.3.
Acuan Normatif
2.3.1.
184
b.
c.
2.3.2.
Terdapat beberapa Norma, Kriteria Teknis dan Standard Teknis bidang Air Limbah yang terkait
dengan studi kelayakan lingkungan atau AMDAL. Substansi Norma, Kriteria dan Standard yang
diacu dalam penyusunan kelayakan ekonomi atau studi AMDAL adalah:
2.3.2.1. Norma
a.
b.
c.
d.
e.
Perencanaan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua puluh)
tahun (UU No. 25 Tahun 2004);
Kota Metropolitan atau kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi diwajibkan
memiliki rencana induk Sistem Penyediaan Air Minum yang terpadu dengan pembuangan
Air Limbah secara terpusat.;
Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan Sarana dan Prasarana Sanitasi (PP No. 16 Tahun
2005);
Pemilihan lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah harus memperhatikan aspek teknis,
lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat serta dilengkapi dengan zona penyangga (PP
No. 16 Tahun 2005).
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Peraturan Pemerintah No. 82
Tahun 2001)
b.
185
c.
d.
e.
f.
2.4.
2.4.1.
b.
c.
Jumlah atau lamanya tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial ditetapkan sejak
tahun pertama investasi pelaksanaan proyek dimulai (misal untuk biaya perencanaan atau
pembebasan lahan) sampai tahun berakhirnya manfaat dari investasi;
Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek sistem air Limbah terpusat
adalah 40 (empat puluh) tahun;
Jumlah tahun proyeksi kelayakan ekonomi dan finansial proyek IPLT adalah 20 (dua puluh)
tahun.
186
Proyek dikatakan layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dibanding dengan
biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya pengembalian modal;
Perhitungan kelayakan ekonomi proyek dihitung dengan metode Economic Internal Rate of
Return (EIRR);
Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar
dari discout faktor, maka perhitungan tersebut merekomendasikan bahwa proyek layak
diterima dalam pengertian melaksanakan proyek (Do Something) lebih baik dibanding tidak
melaksanakan proyek (Do Nothing). Tidak melaksanakan proyek berarti membiarkan
d.
pencemaran air Limbah tetap berlangsung dengan konsekuensi kerugian yang lebih besar
akibat penurunan kualitas sumber daya air dan penurunan derajat kesehatan ;
Apabila hasil perhitungan EIRR proyek menghasilkan angka prosentase (%) lebih kecil dari
discout faktor, maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi skala investasinya agar tidak
over investment.
b.
c.
d.
e.
Proyek dikatakan layak keuangan apabila pendapatan tarif/retribusi Air Limbah lebih besar
dibanding dengan biaya yang ditimbulkan baik berupa biaya operasional maupun biaya
pengembalian modal.
Perhitungan kelayakan keuangan proyek dihitung dengan metode Finansial Economic
Internal Rate of Return (FIRR) dan Net Present Value (NPV);
Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) lebih besar dari discout
faktor, maka pendanaan investasi proyek dapat dibiayai dari pinjaman komersial tanpa
membebani Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk pengembalian cicilan
pokok dan bunganya. Bahkan proyek ini mendapat manfaat keuangan sebesar nilai NPV-nya
(NPV positif);
Apabila hasil perhitungan FIRR menghasilkan angka prosentase (%) sama dengan nol yang
berarti lebih kecil dari discout faktor, maka pendanaan investasi proyek hanya layak apabila
dibiayai dari sumber pendanaan APBD atau sumber dana lain yang tidak mengandung unsur
bunga pinjaman dan pembayaran cicilan pokok.
Apabila kelayakan keuangan proyek tidak dapat menutup biaya operasional (deficit O/M),
maka proyek ditolak. Proyek ini perlu direvisi perencanaannya dan pilihan teknologinya agar
biaya O/M-nya dapat menjadi lebih rendah.
b.
187
2.4.2.
Proses perhitungan kelayakan ekonomi dan keuangan proyek Air Limbah harus memperkirakan
seluruh biaya yang timbul dan manfaat yang timbul dari kegiatan investasi dan operasi serta
memperkirakan selisih atau membandingkan antara biaya dan manfaat selama tahun proyeksi.
Skematik biaya dan manfaat yang harus dihitung tersebut dapat digambarkan pada Gambar
1.1sebagai berikut:
188
Seluruh biaya investasi yang diperlukan dalam proyek Air Limbah harus diperkirakan baik
berupa investasi awal maupun investasi lanjutan yang diperlukan sesuai tahapan
pengembangan proyek termasuk investasi penggantian (replacement) aset yang sudah usang;
b.
c.
b.
Seluruh biaya operasi dan pemeliharaan (O & M) yang diperlukan untuk mengoperasikan
sarana dan prasarana terbangun sesuai Standard Operation Procedur (SOP) harus
diperkirakan dalam satuan Rp/Thn serta diproyeksikan selama tahun proyeksi dengan
memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi;
Seluruh biaya umum dan administrasi yang diperlukan untuk membiayai operasi lembaga
pengelola harus diperkirakan dalam Rp/Thn serta diproyeksikan selama tahun proyeksi
dengan memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi dan pengembangan kapasitas lembaga
pengelola.
b.
c.
Seluruh manfaat ekonomi yang timbul dari keberadaan proyek Air Limbah harus
diperkirakan baik berupa manfaat yang dapat diukur dengan uang (Tangible) maupun
manfaat yang tidak dapat diukur dengan uang (Intangible);
Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang dapat diukur dengan nilai uang (Tangible) baik
berupa manfaat langsung (Direct) maupun manfaat tidak langsung (Indirect) harus
dikonversikan dengan standard konversi yang dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan
kaidah ekonomi yang dihitung dalam satuan Rp/Thn;
Manfaat ekonomi proyek Air Limbah yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (Intangible)
harus dijelaskan dengan menggunakan data-data statistik yang relevan.
Seluruh potensi retribusi yang dapat diterima oleh lembaga pengelola sebagai akibat dari
pelayanan Air Limbah harus diperkirakan berdasarkan perkiraan jumlah pelanggan dan
perkiraan tarif retribusi rata-rata setiap tahun.
189
b.
c.
Proyeksi kenaikan jumlah pelanggan Air Limbah harus dihitung berdasarkan skenario
peningkatan jumlah pelanggan hingga tercapainya kapasitas optimum (Full Capacity) sesuai
dengan rencana teknis proyek;
Proyeksi kenaikan tarif Air Limbah yang diperhitungkan dalam proyeksi pendapatan tarif
tidak boleh melampaui tingkat inflasi.
2.4.3.
b.
c.
d.
b.
190
c.
2.4.4.
Biaya operasional adalah biaya yang timbul untuk mengoperasikan prasarana terbangun agar
mampu memberi manfaat pelayanan sesuai kapasitasnya secara berkelanjutan dan berdaya guna
sesuai umur rencananya. Biaya operasi dan pemeliharaan dihitung dalam Rp/Thn.
2.4.4.1. Komponen Biaya Operasi Tahunan Sistem Setempat
2.4.4.1.1.
a.
b.
Biaya Operasi
Biaya gaji tenaga operator dan perlengkapan kerja operator
Biaya material habis pakai (BBM, dan sebagainya)
Biaya peralatan operasi
Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin truk tinja (ganti olie, dan sebagainya)
Pemeliharaan berkala (ganti ban, kopling)
191
2.4.4.1.2.
a.
b.
2.4.4.1.3.
a.
b.
c.
d.
2.4.4.1.4.
a.
b.
b.
Biaya Operasi
Biaya gaji tenaga kerja operator
Biaya material habis pakai
Biaya peralatan operasi
Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin sistem perpipaan
Pemeliharaan berkala sistem perpipaan
2.4.4.2.2.
a.
192
Biaya Operasi
b.
Biaya gaji
Biaya bahan kimia untuk analisis laboratorium
Biaya peralatan
Biaya Pemeliharaan
Pemeliharaan rutin IPAL
Pemeliharaan berkala IPAL
2.4.4.2.3.
a.
b.
c.
2.4.4.2.4.
a.
b.
c.
2.4.5.
Manfaat ekonomi proyek pengembangan sarana dan prasaran Air Limbah adalah manfaat proyek
yang dapat dikonversi dalam satuan rupiah (Tangible) dan manfaat proyek yang tidak dapat
dikonversi dalam satuan rupiah (Intangible).
193
Manfaat Tangible proyek dapat dibedakan sebagai manfaat langsung (direct) dan manfaat tidak
langsung (indirect). Secara umum manfaat Tangible proyek pengembangan sarana dan prasarana
Air Limbah adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Langsung
Pengurangan biaya pengolahan (Penjernihan) air baku
Peningkatan biaya akibat sumur penduduk tidak dapat digunakan karena telah tercemar
air limbah
Peningkatan nilai harga properti
b. Manfaat tidak Langsung
Manfaat ekonomi berupa peningkatan produktifitas penduduk akibat peningkatan derajat
kesehatan
Manfaat lingkungan berupa pengurangan derajat pencemaran Air Limbah dan terjaganya
kelestarian sumber daya air
Manfaat sosial berupa penurunan derajat konflik yang disebabkan oleh pencemaran Air
Limbah
2.4.5.1.2.
2.4.6.
Jenis manfaat proyek yang tidak dapat diukur dengan nilai uang (Intangible)
Penurunan tingkat kematian bayi
Penurunan rasio penyakit infeksi
Mengingat pelanggan Air Limbah berasal dari berbagai tingkat dan golongan masyarakat yang
berbeda kemampuan keuangan/daya belinya, maka perkiraan pendapatan tarif retribusi Air
Limbah harus memperhitungkan:
a. Perkiraan tarif per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan;
b. Perkiraan jumlah pelanggan per golongan pelanggan dan per jenis pelayanan.
2.4.6.1. Perhitungan Perkiraan Tarif Pelayanan Air Limbah
a.
194
b.
c.
d.
2.4.7.
Sistematika pelaporan studi kelayakan ekonomi dan finansial terdiri dari atas 8 bab. Gambaran
sistematika pelaporan studi kelayakan ekonomi dan finansial adalah sebagai berikut:
195
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
SINGKATAN DAN PENGERTIAN
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Gambaran Singkat Proyek
1.3 Maksud dan Tujuan
Bab II Perkiraan Biaya Investasi
2.1 Biaya Pembebasan
2.2 Biaya Engineering
2.3 Biaya Konstruksi Pekerjaan Civil
2.4 Biaya Pengadaan dan Instalasi M & E
Bab III Perkiraan Biaya Operasional
3.1 Biaya O/M
3.2 Biaya Depresiasi
3.3 Biaya Umum dan Administrasi
Bab IV Perkiraan Manfaat Ekonomi
4.1 Proyeksi Perkiraan Manfaat Tangible (Tangible Benefit)
4.2 Proyeksi Perkiraan Manfaat Intangible (Intangible Benefit)
Bab V Perhitungan Kelayakan Ekonomi
5.1 Perhitungan EIRR
5.2 Perhitungan NPV
Bab VI Perkiraan Pendapatan Tarif (Revenue)
6.1 Proyeksi Perkiraan Besaran Tarif Air Limbah
6.2 Proyeksi Pendapatan Tarif
Bab VII Perhitungan Kelayakan Keuangan
7.1 Proyeksi Perhitungan rugi/laba
7.2 Perhitungan FIRR dan NPV
7.3 Perhitungan Ratio-ratio Operasional
Bab VIII Rekomendasi
8.1 Rekomendasi Pendanaan Investasi
8.2 Rekomendasi Pendanaan Operasional
8.3 Rekomendasi Struktur Tarif
8.4 Rekomendasi Bentuk Kelembagaan Pengelola
Lampiran : Daftar Partisipan
196
2.5.
2.5.1.
Pada prinsipnya dokumen kelayakan lingkungan proyek air Limbah adalah studi AMDAL yang
terdiri atas 4 dokumen yaitu:
a. Dokumen Kerangka Acuan
b. Dokumen Studi ANDAL
c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Dokumen Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL)
d. Dokumen ringkasan eksekutif
2.5.2.
Proyek pengembangan sarana dan prasarana Air Limbah yang wajib melakukan studi AMDAL
adalah:
a. Proyek Pembangunan IPLT
b. Proyek Pembangunan Sistem Terpusat
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL).
Tabel 2.1 Kegiatan Wajib Amdal berdasarkan Permeneg LH No 05 Tahun 2012
No
1.
Jenis Kegiatan
Pembangunan Instalasi
Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT), termasuk
fasilitas penunjangnya
- Luas, atau
- Kapasitasnya
Skala/Besaran
2 ha
3
11 m /hari
2.
Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah
(IPAL) limbah domestik
termasuk fasilitas
penunjangnya
197
No
3.
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
- Luas, atau
3 ha
- Beban organik
2,4 ton/har
Pembangunan sistem
perpipaan air limbah,
luas layanan
- Luas layanan, atau
- Debit air limbah
500 ha
16.000
3
m /hari
2.5.3.
a.
198
Proyek dikatakan layak lingkungan apabila seluruh biaya yang timbul dan kapasitas
kelembagaan yang dibutuhkan sesuai rekomendasi RKL dan RPL dapat dipenuhi oleh
lembaga pengelola yang bertanggung jawab (Lihat Gambar 2.2).
b.
c.
199
2.5.4.
Tata cara pelaksanaan studi AMDAL proyek Air Limbah wajib mengacu pada standard teknis
studi AMDAL.
2.5.6.
Sistematika Pelaporan
Sitematika pelaporan studi AMDAL proyek Air Limbah wajib mengacu pada standard teknis
studi AMDAL.
2.5.7.
Penampilan dokumen laporan studi AMDAL proyek Air Limbah meliputi format laporan dan
lain-lain, wajib mengacu pada standard teknis studi AMDAL.
200
201
BAGIAN III
PERENCANAAN TEKNIS
202
3.
PERENCANAAN TEKNIS
3.1.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan sistem dan teknologi pengolahan air limbah
adalah :
1. Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk yang biasa digunakan dalam perencanaan sistem
pembuangan air limbah adalah :
a. Kepadatan sangat tinggi >500 jiwa/ha
b. Kepadatan tinggi 300-500 jiwa /ha
c. Kepadatan sedang 150-300 jiwa /ha
d. Kepadatan rendah < 150 jiwa /ha
Tingkat kepadatan ini berkaitan erat dengan tingkat pencemaran yang dapat
ditimbulkan pada air permukaan.
a. Kepadatan rendah < 150 jiwa/ha
: BOD, 0 30 mg/l
b. Kepadatan sedang 150300 jiwa/ha : BOD, 30 80 mg/l
c. Kepadatan tinggi> 300 jiwa/ha
: BOD, 80 200 mg/l
Kepadatan penduduk ini juga berkaitan dengan ketersediaan lahan yang ada untuk
diterapkannya sistem setempat. Berdasarkan kriteria rumah sederhana sehat
(Permenpera No.403/2002) disebutkan suatu rumah sehat memiliki luas bangunan
minimal 28,8 m2 untuk 4 orang penghuni dengan luas lahan minimal 60 m2.
2.
3.
Kemiringan Tanah
Penggunaan sistem sewerage convensional akan sangat mahal jika kemiringan tanah
kurang dari 2%, hal ini akan memerlukan banyak pompa dalam pengalirannya,
203
sedangkan untuk penggunaan sistem shallow sewer sangat baik digunakan pada daerah
yang mempunyai kemiringan dari 2%, karena sistem ini mempunyai beban yang relatif
kecil sehingga air dapat berjalan dengan lancar.
4.
5.
Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi penentuan sistem penanganan air buangan
domestik khususnya untuk penerapan sistem setempat (cubluk maupun septik tank
dengan bidang resapan). Akan tetapi dari segi teknis, pada daerah yang memiliki
permeabilitas yang sangat kecil, bidang resapan dapat di buat dengan cara
meninggikan lahan bidang resapan tersebut. Untuk mengetahui besar kecilnya
permeabilitas tanah dapat diperkirakan dengan memperhatikan jenis tanah dan angka
infiltrasi atau melakukan test perkolasi. Kisaran permeabilitas yang efektif adalah
2,7.10-4 4,2.10-3 l/m2/det.
6.
Kemampuan Membangun
Faktor ini tergantung pada kemampuan setiap daerah untuk membangun teknologi
yang dipilih. Ada kemungkinan teknologi yang telah dipilih tidak dapat diterapkan
karena ketidak mampuan tenaga kerja setempat untuk membangun.
7.
3.2.
204
3.2.2
3.2.3
Kloset
a. Individu (rumah tangga)
b. MCK atau kakus umum
3.2.4
= 1 kloset/5 org
= 1 kloset/25 org
205
Lokasi IPLT harus dipilih tidak jauh dari jalan kota yang ada, dekat dengan
prasarana listrik dan badan air.
Lokasi IPLT harus merupakan daerah yang mempunyai sarana jalan penghubung
dari dan ke lokasi IPLT tersebut
Lokasi harus berada dekat dengan badan air penerima
Lokasi haruslah merupakan daerah yang terletak pada lahan terbuka dengan
intensitas penyinaran matahari yang baik agar dapat membantu mempercepat
proses pengeringan endapan lumpur
Lokasi harus berada pada lahan terbuka yang tidak produktif dengan nilai
ekonomi tanah yang serendah mungkin
Jarak lokasi IPLT yang direncanakan terhadap pusat pelayanan agar memenuhi
kriteria sebagai berikut:
Kota kecil dan sedang
: Kurang dari 2 km
Kota besar
: Kurang dari 5 km
Kota Metro
: Kurang dari 10 km
Badan air penerima pembuangan efluen dari IPLT harus memiliki kapasitas
minimal 8 kali kapasitas Air Limbah yang akan dibuang, atau konsentrasi BOD
efluen maksimal 50 mg/L
206
Unit Pelayanan Berfungsi Mengumpulkan Air Limbah (Black water dan grey
water) dari setiap rumah dan menyalurkannya ke dalam unit pengumpulan yang berupa
sistem jaringan perpipaan kota.
Unit pengumpulan terdiri dari sambungan rumah dan lubang inspeksi (Inspection
Chamber/IC). Sambungan rumah terdiri dari:
1.
2.
3.
Perangkap pasir/lemak
207
3.5.
3.5.1.
4.
5.
Pipa persil
6.
Sistem pengumpulan air limbah dapat dibuat dalam berbagai tipe, yaitu:
1. Saluran terpisah, yaitu sistem pengumpulan air limbah yang terpisah dari
sistem penyaluran air hujan
2.
208
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
3.5.2.
1.
2.
3.
Saluran penyalur air hujan sudah ada atau harus dibangun sedangkan
tambahan aliran air limbah jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan
air hujan yang disalurkan; atau tambahan biaya untuk membangun saluran
terpisah termasuk biaya untuk pemompaan dan pengolahan akan melebihi
biaya pembangunan saluran tercampur
4.
5.
2.
3.
4.
5.
Rencana itu sendiri yang diikuti oleh kontrak dan penyelesaian pekerjaan
209
3.5.3.
3.5.4.
2.
3.
Diskusi sebelum dan sesudahnya tentang apa yang dilakukan wilayah tetangga
4.
2.
Daerah pelayanan setiap jalur (seksi) pipa harus ditandai dengan jelas berupa
blok-blok pelayanan, dengan aliran air limbah yang masuk ke manhole hulu di
seksi pipa yang menerimanya.
3.
4.
210
Lay out sistem jaringan pipa harus diplot pada zona off-site dengan
karakteristik fisik minimal:
a.
b.
Pada zona di mana air bersih tersedia dengan kapasitas yang memadai
untuk penggelontoran kloset
c.
d.
Pada zona di mana air tanah dan sungai mempunyai beban pencemaran
tinggi melebihi beban maksimal sesuai peruntukannya.
e.
Pada zona di mana calon konsumennya mampu dan mau membayar tariff
f.
3.5.5.
2.
Setiap pembuatan DED perlu me-review rencana lay-out jaringan pipa (bila
ada) atas pertimbangan potensi pengembangan daerah pelayanan, kemudahan
pelaksanaan atau biaya.
3.
4.
Untuk pekerjaan pengembangan, pada ujung pipa lama yang akan diadop
harus selalu diukur kembali diameter dan elevasi invertnya meskipun sudah
ada as-build drawingnya.
5.
6.
Perancangan Sistem
Perancangan sistem jaringan perpipaan air limbah harus mencantumkan:
3.5.6.
1.
Peta umum sistem pengumpulan air limbah yang menunjukkan distrik atau
wilayah sistem pengumpulan dan penyaluran air limbah utama beserta distrikdistrik pelengkapnya
2.
3.
4.
5.
Spesifikasi
Desain Aktual
1.
Desain kapasitas pada setiap seksi pipa dengan awal manhole yang mendapat
tambahan debit, di buat khusus dalam lembar perhitungan, seperti debit ratarata, debit minimal dan debit puncak dari domestik, industri dan infilltrasi.
Data debit ini digunakan lebih lanjut dalam lembar perhitungan desain
hidrolika.
2.
3.
Desain struktur perlu memperhatikan kualitas media kontak (cairan yang akan
dialirkan, kualitas tanah dan tinggi muka air tanah), beban, keamanan pekerja
211
b.
c.
d.
3.5.7.
Pemetaan
Untuk keperluan operasi dan pemeliharaan yang sempurna, serta untuk keperluan
dokumentasi, jalur saluran yang direncanakan haruslah dipetakan dengan baik.
Sebelum melakukan pemetaan, terlebih dahulu perlu ditetapakn batas-batas wilayah
atau distrik berdasarkan daerah pelayanan yang direncanakan, pertimbangan
ekonomi, dan faktor-faktor lain yang terkait seperti pertumbuhan di masa yang
akan datang, serta pertimbangan-pertimbangan politik dan sosiologi. Apabila batas
wilayah atau distrik telah ditetapkan, pemetaan awal harus segera dilakukan.
Pemetanan harus mengindikasikan bagaimana usulan sistem pengumpulan air
limbah bagi wilayah yang tidak termasuk dalam rencana.
Guna memperoleh pemahaman yang baik tentang proyek yang direncanakan,
pemetaan harus menunjukkan beberapa informasi berikut ini:
1. Elevasi dari lahan atau persil dan ruang-ruang bawah tanah.
2.
Karakteristik wilayah yang telah terbangun apabila tidak melalui bangunanbangunan dengan atap datar, pabrik-pabrik, dll
3.
4.
5.
Lebar dan tipe jalan untuk pejalan kaki dan yang diaspal
6.
7.
Struktur bawah tanah eksisting, seperti sluran pengumpul air limbah, pipa air
minum, dan kabel telepon
8.
9.
212
3.5.9.
Penempatan/Letak Saluran
Murah pembiayaannya
2.
3.
4.
Menghindari pengaspalan
213
Di jalan-jalan yang lebar seperti boulevard, saluran diletakkan di tempt parkir pada kedua sisi
jalan sehingga tidak mengganggu pengaspalan dan menghindari sambungan rumah yang panjang.
3.5.10.
Pipa persil adalah saluran dari bangunan rumah tangga, bangunan kantor, bangunan umum
dan sebagainya yang menyalurkan air limbah ke pipa retikulasi.
Perencanaan pipa persil Air Limbah meliputi: letak pipa, diameter minimum, kemiringan
minimum, bak kontrol dan dimensi pipa harus mengacu pada kriteria dan tatacara
perencanaan teknis yang berlaku.
7.
Pipa retikulasi adalah saluran pengumpul air limbah untuk disalurkan ke pipa utama;
Pipa retikulasi terdiri dari pipa servis dan pipa lateral;
Pipa servis adalah saluran pengumpul air limbah dari beberapa bangunan (blok bangunan)
ke pipa lateral;
Pipa lateral adalah saluran pengumpul air limbah dari pipa servis ke pipa induk;
Perencanaan pipa retikulasi air limbah meliputi: letak pipa, diameter dan bahan pipa,
metode konstruksi (open trench atau pipe jacking), kemiringan minimum, manhole;
Perencanaan debit rata-rata (m3/hr) pada masing-masing seksi pipa lateral harus
memperhitungkan luas daerah tangkapan (ha), klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air
limbah yang dilayani (m3/hr/ha).
Perencanaan dimensi pipa retikulasi harus memperhitungkan:
a.
b.
c.
Perencanaan dimensi pipa dan pompa harus memperhitungkan debit jam maksimum dan
debit jam minimum untuk perencanaan penggelontoran di beberapa seksi pipa.
8.
Perencanaan pipa retikulasi harus mengacu pada kriteria dan tata cara perencanaan teknis
yang berlaku.
214
Pipa induk adalah saluran yang menyalurkan air limbah dari pipa lateral (retikulasi) menuju
instalasi pengolahan air limbah;
2.
Bila diperlukan pipa induk dapat dapat dilengkapi dengan pipa cabang yang berfungsi
menyalurkan air limbah dari pipa lateral (retikulasi) ke pipa induk;
3.
Perencanaan pipa induk air limbah meliputi: letak pipa, dimensi dan bahan pipa, metode
konstruksi (open trench atau pipe jacking), stasiun pompa dan bangunan pelengkap.
4.
Perencanaan debit rata-rata (m3/hr) harus memperhitungkan seluruh daerah tangkapan (ha),
klasifikasi dan proyeksi debit spesifik air limbah yang dilayani (m3/hr/ha).
5.
6.
Perencanaan teknis pipa induk harus mengacu pada standard teknis dan tata cara
perhitungan perencanaan teknis pipa induk Air Limbah yang berlaku
Debit puncak suatu seksi pipa merupakan debit rata-rata di seksi yang
bersangkutan (tanpa infiltrasi) dikalikan dengan faktor puncak sesuai
dengan dimensi pipanya.
b.
fp = qp/qR
6
4-6
3
2,5
2
215
2.
Kecepatan pengaliran pipa minimal saat full flow atas dasar tractive force
3.
Kemiringan pipa minimal praktis untuk berbagai diameter atas dasar kecepatan 0.60 m/dtk
saat pengaliran penuh.
Penampang pipa yang digunakan dapat berbentuk bundar, empat persegi panjang atau bulat telur.
3.5.10.11.
1.
Perhitungan beban-beban yang bekerja di atas pipa dapat dipakai untuk mengontrol atau
merencanakan pemasangan pipa agar pipa dapat menahan beban yang bekerja sesuai
dengan kekuatannya.
2.
Kekuatan pipa dapat ditingkatkan dengan pemilihan konstruksi landasan pipa (bedding)
3.
Ada 6 (enam) tipe konstruksi bedding dengan load factor 1,1 -1,5 -1,9 -2,4 dan -4,5
216
3.5.10.12.
Bangunan pelengkap pada sistem jaringan adalah semua bangunan yang diperlukan untuk
menunjang kelancaran penyaluran air limbah dan untuk menunjang kemudahan pemeliharaan
sistem jaringan air limbah;
a. Bangunan pelengkap pada sistem jaringan air limbah meliputi: manhole, drop
manhole, ventilasi udara, terminal clean out, bangunan penggelontor, syphone rumah
pompa;
b. Perencanaan bangunan pelengkap pada sistem jaringan air limbah yang meliputi:
letak, dimensi minimum dan kebutuhan lahan untuk mengacu pada standar teknis dan
tata cara perhitungan perencanaan teknis yang berlaku.
1. Manhole
2. Syphon
3. Terminal Clean Out
4. Stasiun Pompa
5. Panel dan Komponennya
Panel dan komponen-komponennya harus menggunakan jenis waterproof. Semua Circuit
Breaker, peralatan proteksi, beban lebih, relai proteksi dan pengatur waktu (timer) harus ada pada
panel pompa air limbah.
Semua kabinet panel kontrol, panel daya, Circuit Breaker, saklar pengaman, dan peralatan listrik
yang lain, harus dilengkapi atau ditempeli plat nama (name plate) untuk memudahkan pengenalan.
3.6.
3.6.1.
217
Desain debit tersebut, adalah debit air limbah pada ujung akhir pipa induk yang
menuju ke IPAL.
b. Proyeksi debit perencanaan
Kapasitas rencana IPAL di atas diproyeksikan untuk debit perencanaan 20 (dua
puluh) tahun sesuai periode perencanaan rencana induk.
c. Perencanaan debit pada masing-masing komponen
Debit rata-rata : hanya pada unit-unit pengolahan kimia dan sekunder (biologi)
Debit harian maksimum : hanya pada unit-unit pengolahan primer
Debit jam maksimum : pada semua perpipaan unit-unit pengolahan
3.6.2.
3.6.3.
Kebutuhan Lahan
a. Kebutuhan lahan untuk IPAL terdiri dari:
Lahan untuk instalasi dan bangunan penunjang
Lahan untuk buffer zone
218
b. Kebutuhan lahan untuk instalasi dihitung berdasarkan debit harian maksimum yang
diproyeksikan 20 tahun untuk penerapan IPAL berbasis teknologi proses alamiah
atau proses biologis yang efisien dalam kebutuhan konsumsi listrik;
c. Kebutuhan lahan untuk lahan penyangga (buffer zone) minimum harus dipersiapkan
seluas 50% dari kebutuhan luas lahan untuk instalasi.
3.6.4.
Kriteria-kriteria penentu yang menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi IPAL terbagi
atas dua jenis pertimbangan yaitu pertimbangan teknis dan non teknis.
1. Teknis Pemilihan Lokasi IPAL
Teknis pemilihan lokasi IPAL meliputi:
1.
Jarak
Jarak minimum antara IPAL dengan pusat kota dan pemukiman adalah 3
Km.
2.
Topografi lahan
a.
Kemiringan tanah
Kemiringan tanah yang dinilai lebih baik jika mempunyai kemiringan
2%.
b.
Elevasi tanah
Sistem pendistribusian IPAL dinilai baik jika perumahan terletak lebih
tinggi dari letak IPALnya, sedangkan sistem pendistribusian IPLT
kebalikannya.
3.
4.
Bahaya banjir
Lokasi dipilih pada lokasi yang bebas akan banjir.
5.
Jenis tanah
Pilihan terbaik untuk lokasi IPAL adalah tanah dengan jenis yang kedap air
seperti lempung.
219
Legalitas lahan
a.
Kepemilikan lahan
Merupakan lahan yang tidak bermasalah. Pilihan yang dinilai lebih
baik adalah lahan milik Pemerintah.
2.
b.
c.
Dukungan masyarakat
Batas administrasi
Terletak pada batas administrasi kota yang berkepentingan.
3.
3.6.5.
Air limbah dengan tingkat pencemaran rendah, BOD < 300 mg/l
b.
Air limbah dengan tingkat pencemaran sedang, 300 < BOD < 500 mg/l
c.
Air limbah dengan tingkat pencemaran tinggi, 500 < BOD < 1000 mg/l
Kualitas air limbah yang akan diolah harus diukur dari hasil analisa kualitas
melalui uji laboratorium.
Kuantitas air limbah menentukan jumlah beban pencemaran yang akan diolah.
Kuantitas dan kualitas air limbah menentukan desain waktu tinggal di dalam
reaktor, volume reaktor, jumlah media, jumlah volume udara untuk proses
aerasi, dan besarnya pompa untuk resirkulasi.
2.
3.
220
Kebutuhan Lahan
Setiap sistem pengolahan air limbah mempunyai karakteristik laju pengolahan
(flow rate) berbeda-beda terkait dengan tingkat efisiensi pengolahan masingmasing, sehingga pada akhirnya akan memerlukan luas lahan berbeda pula.
Hal ini tergantung dari waktu tinggal dan efisiensi proses masing-masing.
5.
Biaya Pengoperasian
Biaya pengoperasian biasanya sangat ditentukan oleh kebutuhan energi
(listrik), biaya bahan kimia, dan lain-lain dari masing-masing jenis IPAL.
6.
3.6.6.
Dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah (IPAL) ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut:
a) Kualitas dan kuantitas air limbah yang akan diolah
b) Kemudahan pengoperasian dan ketersediaan SDM yang memenuhi kualifikasi untuk
pengoperasian jenis IPAL terpilih
c) Jumlah akumulasi lumpur
d) Kebutuhan dan ketersediaan lahan
e) Biaya pengoperasian
f) Kualitas hasil olahan yang diharapkan
g) Kebutuhan energi
221
Aspek Teknis
Kemudahan
pengoperasian
SDM
Jumlah lumpur
Biaya operasi
Kualitas effluen
Kebutuhan energi
Langkah Pemilihan
Sistim Pengolahan
Limbah Cair Terpilih
Ketersediaan lahan
Ketersediaan biaya
Konstruksi &
operasi
Gambar 3.1 Bagan alir proses pemilihan sistem pengolahan air limbah (IPAL)
3.6.7.
222
1.
Saringan Sampah
2.
3.
4.
Pengolahan Anaerobik
2.
3.
Oxidation Ditch
4.
223
3.6.8.
5.
6.
Biofilter
7.
Anaerobik Filter
8.
9.
Sludge atau lumpur merupakan bagaian terakhir dari proses pengelolaan air buangan yang harus
aman kepada lingkungan. Pada dasarnya lumpur hasil pengendapan berkadar sekitar 0,5 s/d 4 %
dari bak pengendap I dan II.
Untuk skala besar diperlukan pemisahan unit secara nyata untuk effisiensi serial unit selanjutnya.
Thickening
Stabilisasi
Conditioning
Flotation
Configurasi
Sludge
masuk
Disposal
Vacum Filter
Oksidasi
Garavity
Dewatering
Stabilisasi dgn
kapur
Chemical
Filter Press
Land Aplication
Elutriation
Composting
Pengeraman
Aerobik
Pemanasan
Horizontal Bed
Filter
Centrifugation
Land Filling
Pengeraman
Anaerobik
Recalcination
Drying Bed
Thickening
Tujuan thickening adalah mengurangi volume lumpur dengan membuang supernatannya. Jika
misalnya semula konsentrasi solid dalam lumpur adalah 2% maka setelah thickening menjadi 5%,
sehingga terjadi pengurangan volume menjadi 100 % - (200/5) % = 60%.
Gravity thickening biasanya dalam bentuk silinder dengan kedalaman 3.00 meter dengan dasar
berbentuk kerucut untuk memudahkan pengurasan lumpur., dan Td = 1 hari. Tujuan mengurangi
volume lumpur hingga (30 s/d 60)%.
224
2.
3.
Conditioning Lumpur
4.
Pengeringan Lumpur
5.
Disposal Lumpur
3.6.9.
Setelah
item pekerjaan dan volume telah ditetapkan kemudian metode
pelaksanaan konstruksi harus dipilih yang paling sesuai untuk setiap item
pekerjaan untuk menentukan harga satuan item pekerjaan.
2.
Analisa Harga Satuan dapat dilakukan setelah metode pelaksanaan ditetapkan dan
basic prise (Harga satuan bahan dan upah pekerja) serta harga satuan depresiasi
alat berat/sewa alat berat dan bobot per item ditetapkan.
3.
Rencana Anggaran Biaya merupakan perkalian antara besaran volume per Item
pekerjaan dikalikan dengan harga satuan per item pekerjaan.
4.
Rencana Anggaran Biaya total merupakan harga item 3 ditambah dengan PPN
10% dan hasilnya dibulatkan.
225