Disusun oleh :
Nama
NIM
: 10/300362/PN/12028
Dosen
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH SEMINAR UMUM
SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014
PEMULIAAN TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum L.),
TAHAN SERANGAN TOMATO YELLOW LEAF CURL VIRUS (TYLCV)
Disusun oleh:
Nama
NIM
: 10/300362/PN/12028
Makalah ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah Seminar
Umum.
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Tanda Tangan
Tanggal
..
..
..
Mengetahui :
Koordinator Seminar
Jurusan Budidaya Pertanian
I. PENDAHULUAN
Tanaman tomat telah lama dibudidayakan oleh petani Indonesia, baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi. Tomat dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik, sentra pertanaman tomat di Indonesia terpusat di
Pulau Jawa. Luas panen pertanaman tomat pada tahun 2008 hingga 2012 secara nasional
mencapai 60.154 ha dengan produksi total sebesar 891,61 ton (Badan Pusat Statistik, 2012).
Peningkatan masih dapat dilakukan dengan cara menanam varietas unggul di samping
memperbaiki teknik budidaya, pengendalian hama dan penyakit, serta perluasan areal
pertanaman.
Kendala utama budidaya tomat ialah adanya serangan patogen dan salah satunya ialah
virus Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) yang termasuk ke dalam kelompok Gemini
virus. TYLCV yang telah dilaporkan oleh Moriones & Castillo (2000) mempunyai nilai
ekonomi yang sangat penting, baik di daerah tropik maupun subtropik karena merupakan
salah satu penyebab utama penurunan produksi tanaman. Kehilangan hasil akibat serangan
TYLCV tercatat di berbagai negara dengan kisaran 5080%, bahkan dapat mencapai 100%
(Mohamed, 2010; Rakib et al. 2011).
Usaha pengendalian yang banyak dilakukan terhadap vektor virus menggunakan
insektisida, namun cara ini kurang efektif untuk menekan serangan penyakit tersebut.
Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai
kelebihan dibandingkan pengendalian secara kimiawi (Suryaningsih, 2008).
1.2 Klasifikasi
Berikut ini merupakan klasifikasi tanaman tomat menurut Plantamor (2012),
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: Solanum lycopersicum L.
tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi.
Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila pencahayaan
selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m 2 per
jam (Didit, 2010).
(CP), dan 4 ORFs pada complementary sense yaitu protein yang berhubungan dengan
replikasi (Rep), protein aktivator transkripsi (TrAP), protein yang meningkatkan replikasi
(REn), dan C4, yang dipisahkan oleh intergenic region (IR) yang panjangnya kira-kira 300
nts (Campos et al., 2002). Coat protein geminivirus merupakan faktor penentu yang
diperlukan untuk pemerolehan dan penularan virus oleh serangga vektor.
Penyakit TYLCV tidak ditularkan melalui biji, tetapi ditularkan oleh Bemisia tabaci
Gennadius secara persisten. Bemisia tabaci biotipe B menularkan TYLCV dengan frekwensi
tinggi. Nimfa dapat memperoleh virus dan menularkannya pada saat dewasa. Satu serangga
dapat memperoleh TYLCV dan menularkannya pada tanaman tomat (Ghanim et al., 2001;
Mehta et al., 1994).
2.3 Gejala Kerusakan yang Disebabkan oleh Tomato Yellow Leaf Curl Virus
(TYLCV)
Tanaman tomat yang terinfeksi pada tahap awal akan memiliki pertumbuhan yang
sangat terhambat, terminal dan tunas tegak, serta ukuran dan bentuk daun akan mengecil.
daun menangkup ke bawah segera setelah infeksi, daun akan mengalami klorosis dan cacat,
dengan tepi daun menggulung ke atas dan melengkung di antara pembuluh darah. Efek yang
terjadi pada buah-buahan tergantung pada umur tanaman saat terinfeksi. Jika terinfeksi awal,
tanaman akan berhenti memproduksi buah. Ketika infeksi terjadi pada tahap pertumbuhan
akhir, buah yang akan muncul gagal untuk tumbuh, tetapi buah yang sudah matang dapat
tumbuh hampir mendekati normal. Belum ada pengamatan mengenai gejala pada bunga,
tetapi ketika terserang virus bunga akan gugur secepatnya (Anonim, 2013).
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gejala yang khas untuk penyakit ini adalah tepi daun kuning, daun melengkung,
ukuran daun dan bunga berkurang atau buah berjatuhan (Gambar 1). Dampak TYLCV pada
produksi tomat bisa parah. Jika tanaman terinfeksi pada tahap awal, tanaman tidak akan
berbuah dan pertumbuhan akan sangat terhambat (Gambar 2). Sebuah tanaman tomat
terinfeksi dengan TYLCV (kiri) berdiri di samping tanaman tahan yang dikembangkan oleh
UF / IFAS. Setelah terinfeksi dengan penyakit, tanaman tomat tidak lagi tumbuh normal, dan
tidak lagi menghasilkan buah.
2.4 Usaha Pengendalian Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV)
Usaha pengendalian yang banyak dilakukan terhadap vektor virus menggunakan
insektisida, namun cara ini kurang efektif untuk menekan serangan penyakit tersebut.
Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mempunyai
kelebihan dibandingkan pengendalian secara kimiawi (Suryaningsih, 2008). Derajat
ketahanan pada suatu tanaman ditentukan oleh banyak faktor yang mengadakan interaksi
antara derajat virulensi patogen, umur, dan kondisi tanaman, serta lingkungan (Gunaeni et al.,
2002). Penanaman varietas tahan tidak hanya mampu mengurangi kerugian oleh patogen
tetapi juga mengurangi biaya penggunaan insektisida dan menghindari kontaminasi
lingkungan dengan bahan kimia beracun.
3. Metode Pemuliaan Tanaman Tomat Tahan Serangan Tomato Yellow Leaf Curl
Virus (TYLCV)
Program pemuliaan yang bertujuan untuk memperoleh varietas tahan TYLCV dimulai
sejak tahun 1960 dan berkembang sampai sekarang. Program ini didasarkan pada introgres
ketahanan dan toleran pada beberapa galur spesies tomat liar ke dalam tanaman tomat (L.
esculentum) yang telah didomestikasi (Vidavsky and Henryk, 1998). Kemajuan pemuliaan
ketahanan terhadap TYLCV masih lambat terutama disebabkan oleh ketahanan genetiknya
sangat kompleks (Lapidot et al., 1997). Pada umumnya metode pemuliaan tanaman terdiri
dari introduksi, hibridisasi, dan seleksi. Skrining identifikasi ketahanan terhadap TYLCV
merupakan langkah pertama dalam pemuliaan untuk memperoleh varietas tahan.
Menurut (Syukur et al. 2009), ketahanan tanaman inang terhadap infeksi patogen
dibagi menjadi dua, yaitu ketahanan pasif dan aktif. Salah satu bentuk ketahanan tanaman
terhadap penyakit yaitu ketahanan mekanis yang merupakan ketahanan aktif. Sifat ketahanan
aktif terjadi setelah tanaman terinfeksi. Ketahanan pasif disebabkan adanya struktur tanaman
yang menjadi penghalang patogen untuk melakukan penetrasi. Ketahanan metabolik juga
merupakan ketahanan pasif yang disebabkan adanya senyawa-senyawa metabolit yang
dihasilkan tanaman, baik sebelum maupun sesudah infeksi. Menurut Hardi dan Darwiati
(2007) sifat-sifat tanaman resisten dipengaruhi oleh faktor (1) genetik yaitu sifat tahan yang
diatur oleh sifat-sifat genetik, (2) morfologi yaitu sifat tahan yang disebabkan oleh sifat
morfologi tanaman yang tidak menguntungkan hama, dan (3) ekologi yaitu ketahanan
tanaman yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
Gen ketahanan tanaman tomat terhadap TYLCV diketahui dikendalikan oleh 1-5 gen,
baik resesif maupun dominan (Vidavsky and Henryk, 1998). Metode pemuliaan yang
digunakan dalam menghasilkan tomat tahan TYLCV adalah dengan cara back cross. Back
cross merupakan persilangan antara F1 dengan salah satu tetuanya. Metode persilangan ini
digunakan dalam rangka usaha memperbaiki varietas-varietas unggul yang telah ada, namun
masih memiliki kelemahan sifat. Kelemahan sifat tersebut diperbaiki dengan memasukkan
sifat baik dari varietas lain.
Proses pemuliaan ketahanan tanaman tomat terhadap TYLCV ini diawali dengan
menguji respon tujuh aksesi spesies tomat liar (Tabel 1) yang terdaftar sebagai toleran atau
tahan terhadap TYLCV setelah diinokulasi dengan B. tabaci.
Tabel 1. Respon dari aksesi terpilih dari spesies Lycopersicum (tomat liar) 4 bulan setelah
diinokulasi
Spesies Tomat Liar
Nomer
Aksesi
Nomor
Tanaman
Rentan
Toleran
Tahan
LA 121
10
LA 1582
16
LA 372
LA 462
LA 1777
16
15
LA 386
10
10
LA 1969
L. pimpinellifolium
L. peruvianum
L. hirsutum
L. chilense
Tabel 2. Respon dari F1 hasil persilangan antara Lycopersicum esculentum dan L. hirsutum,
dan F1 hasil persilangan antara kedua aksesi L. hirsutum 4 bulan setelah inokulasi
Respon Dari F1 terhadap
Inokulasi
Jantan
Betina
Tanaman F1
yang Diuji
Coba
LA 1777
L. esculentum
10
LA 386
L. esculentum
LA 386
LA 1777
Tetua
Rentan
Toleran
Tahan
esculentum menghasilkan tanaman yang rentan. Tujuan dilakukannya selfing adalah untuk
memurnikan sifat baik atau ketahan dari tomat liar sebelum sifat tersebut dimasukkan ke
dalam sifat L esculentum. Gambar 4 berikut merupakan bagan persilangan untuk
mendapatkan tanaman tahan TYLCV.
II.
PENUTUP
Tomato Yellow Leaf Curl Virus merupakan penyakit penting pada tomat yang
ditularkan oleh Bemisia tabaci Genn. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara
pengendalian yang mempunyai kelebihan dibandingkan pengendalian secara kimiawi. Untuk
menghasilkan tomat tahan TYLCV dapat dilakukan dengan metode back cross. Oleh karena
virus tersebut dapat mengalami peningkatan resistensi sepanjang waktu, maka perlu
dilakukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut untuk menghasilkan varietas tomat yang
tahan Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Data Sheets on Quarantine Pests : Tomato Yellow Leaf Curl Bigeminivirus.
<http://www.eppo.int/QUARANTINE/virus/TYLC_virus/TYLCV0_ds.pdf>. Diakses
pada 8 November 2013.
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat. <http://www.
Bps.go.id/tab sub/viue.php>. diakses pada 30 November 2013.
Campos, S.S., J. A. Diaz, and F. Monci. 2002. High genetic stability of the begomovirus
tomato yellow leaf curl Sardinia virus in Southern Spain over an 8-year period.
Pytopathology 92: 842-849.
Didit.
2010.
Cara
Budidaya
Tomat
(Lycopersicon
esculentum
Mill.).
<http://tani.blog.fisip.uns.ac.id/2010/11/24/cara-budidaya-tomat-lycopersiconesculentum-mill/>. Diakses pada tanggal 8 November 2013.
Ghanim, M, S. Morin, and H. Czosnek. 2001. Rate of Tomato yellow leaf curl virus
translocation in the circulative transmission pathway of its vector, the whitefly
Bemisia tabaci. Phytopathology. 91: 188-196.
Gunaeni, N., Duriat, A.S. Sulastrini, I. Wulandari, A., dan Purwati, E. 2002. Pengaruh
Perbedaan Struktur Jaringan Tanaman Tomat terhadap Infeksi CMV dan TYLCV,
Laporan Hasil Penelitian T.A. 2001, Balitsa, Lembang.
Hardi, T.W. dan Darwiati, W. 2007. Resistensi tanaman terhadap serangga hama. J. Mitra
Hutan Tanaman 2 : 15-21.
Lapidot, Moshe, M. Friedmann, M. Pilowsky, R. Ben-Joseph, and S. Cohen. 2001. Effect of
host resistance to Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) on virus acquisition and
transmission by its whitefly vector. Phytopathologi 91:1209-1213.
Mehta, P., Wyman J.A, Nakhla M.K, and Maxwell D.P. 1994. Transmission of tomato
yellow leaf curl geminivirus by Bemisia tabaci. Journal of Economic Entomology 87 :
1291-1297.
Mohamed, E.F. 2010. Interaction between some which attack tomato (Lycopersicon
esculentum Mill.) plant and their effect on grouth yield of tomato plants. J. Am. Sci. 6
: 211-320.
Moriones, E., and Castillo, N. J. 2000. Tomato yellow leaf curl virus an emerging virus
complex causing epidemic worldwide. Virus Res. 71: 123-34.
Plantamor. 2012. Informasi Spesies Tomat. <http://www.plantamor.com/index.php?plant=
1165>. Diakses pada tanggal 8 November 2013.
Rakib, A. Al.ani, Mustofa .A. Adhab, Samir A. H. Hamad and Saber N. H. Diwan. 2011.
Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV), identification, virus vector relationship,
strains characterization and a suggestion for its control with plant extracts in Iraq. Afr.
J. Agric. Res 6 : 5149-55.