Pada praktikum kali ini dilakukan pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang menggunakan tiga jenis cat Ziehl Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin
0,3 %, asalm alcohol 3 % dan methylene blue 3 %. Dalam pengecatan ini digunakan sample sputum.
Sebelum dibuat apusan, objek glass difiksasi untuk menghilangkan lemak yang menempel pada permukaanya dan untuk menghilangkan
kontaminan lain yang ada pada objek glass. Apusan yang dibuat tidak boleh terlalu tebal agar bakteri tidak bertumpuk-tumpuk sehingga proses
pengamatan bentuk sel bakteri menjadi lebih mudah, tetapi apusan yang dibuat juga tidak boleh terlalu tipis.
Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Ziehl Neelson yng menggunakan 3 jenis warna sebagai berikut :
1.
Pewarnaan dengan Carbol Fuchsin 3 %
Pewarnaan pertama ini, akan sulit menembus dinding dari Bakteri tahan asam, sehingga dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel
bakteri tersebut sehingga warna carbol fuchsin ini mampu diserap oleh sel-sel bakteri. Namun perlu diperhatikan, pemanasan dilalukan jangan
sampai mendidih cukup samapai menguap agar sel-sel bakteri tersebut tidak rusak.
2. Penambahan larutan asam alcohol 0,3 %
Penambahan alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan zat warna (decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme). Saat sel-sel
bakteri sudah mampu menyerap warna carbol fuchsin maka dinding sel tersebut akan kembali tertutup dalam pada suhu semula. Sehingga
sebelum dilakukan penambahan asam alcohol ditunggu samapai 5 menit. Saat penambahan asam alcohol ini, maka bakteri yang bukan BTA
akan dilunturkan kembali warna carbol fuchsin tersebut karena tidak mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA.
3. Pemberian zat warna Methylene Blue
Terakhir dilakukan penambahan Methylene blue. Methylene Blue merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan asam alkohol.
Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang permeabilitas dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri
non BTA terekstraksi oleh asam alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA tersebut menjadi berwarna biru. Pada bakteri BTA dinding
selnya sudah terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga zat
warna methylene blue tidak dapat masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah.
Waktu yang dipelukan untuk menunggu setiap warna juga berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat
pembacaan preparat pada mikroskop.
1. Menunggu selama 5 menit setelah pewarnaan dengan warna carbol fuchsin dan dilakukan pemanasan bertujuan agar cat ini dapat diserap
dan melekat sempurna pada dinding bakteri dan dinding selnya kembali seperti semula setelah dilakukan pemanasan.
2. Menunggu selama menit setelah penambahan larutan asam alkohol bertujuan agar zat warna dapat luntur secara sempurna dan tidak
ada yang tersisa.
3. Menunggu selama 1 menit setelah penambahan pewarna methylene blue bertujuan agar cat ini dapat diserap sempurna pada dinding
bakteri non BTA sehingga ada perbedaan warna antara bakteri BTA dan Non BTA.
Setelah pewarnaan dan menunggu selama waktu diatas, dilakukan pembilasan dengan aquadest yang bertujuan untuk membilas zat warna
yang berlebih sebelum dilanjutkan dengan pewarnaan berikutnya.
4.1.2. Hal yang perlu diperhatikan
Fase yang paling kritis adalah dekolorisasi yang mengakibatkan warna yang tidak terikat oleh sel bakteri lepas dari sel, pemberian asam alkohol
jangan sampai berlebih karena akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang menyebabkan sulit
membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna
secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel BTA.
Kaca obyek harus selalu dicuci dengan aquades diantara penambahan pewarna untuk menghilangkan kelebihan warna dan mempersiapkan
pewarna berikutnya
Dafpus:
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.
Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.
Fitri Nurrahmi. 2012. Pewarnaan Ziehl Neelsen. Online.http://mediblock.blogspot.com/2012/10/pratktikum-mikrobiologi-1pewarnaan.html. Tanggal diakses 20 April 2013
Pembahasan
Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/ indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh
tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya.
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa
kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai
pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin
serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA) merupakan
medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan
sebagai medium untuk menumbuhkan bakteri.
Flora normal yang menetap di mulut : Streptococcus, Neisseria, Actynomyces, Lactobacillus. Streptococcussalivarius adalah spesies bakteri
dominan flora mulut manusia, dan telah spesies yang paling sering diidentifikasi menyebabkan kasus meningitis bakteri yang terjadi setelah
prosedur injeksi tulang belakang karena kontaminasi dari situs prosedur dengan air liur. Sampel yang terahir yang diamati adalah permukaan
kulit. Setelah diteliti, banyak sekali terdapat bakteri dan tidak terdapat jamur. Memiliki morfologi berbentuk koloni yang berjumlah sangat
banyak. berukura pinpoint dan small, bentuknya circular, elevasi flat, permukaan halus mengkilap, margin entire dan memiliki warna putih.
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan selsel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis dan S. aureus) dan sianobakteri
aerobik atau difteroid. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab
jerawat. ada tubuh kita bukan hanya terdapat bakteri atau jamur yang merugikan namun ada juga beberapa jenis bakteri yang membantu
proses metabolisme, untuk mencegah dampak negatif dari jamur dan bakteri ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranga menjaga
kebersihan diri dengan sering mandi minimal 2 kali sehari, menjaga kebersihan makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi,
memperhatikan kebersihan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa kita lakukan untuk
mencegah dampak negatif dari bakteri atau jamur.
DAFPUS :
Dewi. 2009. Kehadiran Mikrobiota (online) (http://Dewi//Kehadiran-mikrobiota//journal/com/, diakses tanggal 18 september 2013).
Hartati,Agnes Sri. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Surakarta: Nuha Medika.
Irianto,Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: CV. Yrama Widya.
Pelczar dan Chan. 1988.Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2.Jakarta: UI-Press.
Yatim, Wildan. 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Pembahasan :
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai peningkatan jumlah komponen (semua komponen) organisme secara teratur. Oleh karena itu
penambahan ukuran yang terjadi pada saat sel mengambil air/menimbun lipid/polisakarida bukanlah pertumbuhan yang sebenarnya.
Pertumbuhan menyebabkan jumlah individu yang membentuk suatu populasi (Brooks, 2004).
Fakor-faktor lingkungan fisis yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah adanya pengaruh suhu, pH, kelembaban, cahaya dan
tekanan osmosis. Adapun pertumbuhan mikroba ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Pengujian Pengaruh Suhu
Pada pengujian ini digunakan 2 sampel yaitu media kaldu glukosa dan ekstrak belimbing dengan penambahan bakteri E. Coli dari air parit Tugu
Unsyiah. Komposisi yang terkandung dalam media glukosa adalah NaCl, glukosa, dan aquades. Air pari dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah terdapat tabung durham. Dan telah diisi dengan sampel. Media tersebut diinkubasi pada suhu 30oC di dalam cleanbench dan 50oC di
dalam oven.
Setelah diinkubasikan selama 72 jam, sampel media kaldu glukosa terdapat banyak gelembung pada tabung durham pada suhu 30oC
dibandingkan dengan suhu 50oC. ekstrak belimbing pada suhu 30oC timbul gelembung udara yang jumlahnya lebih sedikit daripada media kaldu
glukosa, begitu pula pada ekstrak belimbing 50oC.
Pengaruh Pengujian pH
Pada pengujian ini digunakan 3 sampel yaitu ekstrak belimbing, ekstrak kentang rebus, dan air detergen. Kemudian diukur masing-masing pH
dengan mengunakan kertas lakmus. Diperoleh data ph 3 untuk ekstrak belimbing, ph 6 untuk ekstrak kentang dan ph 11untuk air detergen.
Pada percobaan diperoleh hasil, bakteri tumbuh baik pada media ekstrak kentang dengan pH 6. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri termasuk
ke dalam kelompok neitrofil dengn kisaran pH 5,5-8,5. Bakteri tidak bisa tumbuh pada ekstrak belimbing karena pH yang terlalu asam akan
menghambat pertumbuhan. Pada air detergen bakteri tidak dapat bertahan lama karena pH yang telalu basa.
Pengaruh Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan
mengalami plamolisis, yaitu terkelupasnya membrane sitoplasma dari sel akibat mengkerutnya dinding sitoplasma. Apabila diletakkan pada
larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plamoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan
akhirnya pecah (Sumarsih, 2003).
Pada pengujian ini langkah yang pertama kali dilakukan adalah membuat Nutrient Broth sebagai media cair. Kemudian 3 tabung reaksi
dimasukkan dektrosa dengan konsentrasi 5, 10, dan 25 % sedangkan 3 tabung reaksi lainnya dimasukkan larutan NaCl dengan konsentrasi yang
sama. Pada hasil pengamatan, terdapat perubahan yang terjadi yaitu timbulnya gelembung serta endapan dan warna berubah menjadi keruh.
Pada media yang ditambahi dektrosa 25% menimbulkan banyak gelembung, hal ini dikarenakan pada konsentrasi tersebut mikroba berada
pada keadaan yang isotonis, sedangkan pada konsentrasi 5 dan 10 % bakteri berada pada keadaan yang hipotonis.
DAFPUS :
Brooks, Geo F. Janet S. Butel, dan Stephen A. Mourse . 2004 . Mikrobiologi Kedokteran . Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.
Entijang, Indan . 2003 . Mikrobiologi dan Parasitologi . P.T. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Suharjono . 2006 . Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Brawijaya : Malang.
Suhartini, Sri . 2006 . Mikrobiologi Industri . Penerbit Andi : Yogyakarta.
Sumarsih, Sri . 2003 . Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar . UPN Veteran Yogyakarta : Yogyakarta.
Suriawiria, Unus . 2003 . Mikrobiologi Air . P.T. Alumni : Bandung.
Wellyar, Gandjar . 2006 . Mikrobiologi Dasar dan Terapan . Yayasan Obor : Jawa Barat.
Pembahasan :
Dari pengamatan praktikum kali ini didapatkan hasil tes fenol 1:90, suatu desinfektan dengan konsentrasi 1:250, 1:300,1:350 dan 1:400. Tes
fenol dengan pengenceran 1:90 pada tabel di atas menunjukkan bahwa bakteri masih hidup sampai menit 15,begotu pula pada uji fenol
1:100,bakteri masih hidup sampai menit15.
Pada pengenceran suatu desinfektan 1:250, menunjukkan bahwa bakteri masih hidup sampai menit ke-10 namun setelah 15 menit, bakteri
tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena semakin lama desinfektan tersebut bekerja, semakin efektif pula daya disinfeksinya.asumsi
kami adalah desinfektan ini memiliki kefektifitasan yang cukup bagus untuk membunuh bakteri tersebut.
Sementara pada pengenceran 1:300,cawan menampakkan kekeruhan pada menit ke 5 sampai ke 15.begitu pula pada penganceran desinfektan
1:350.Dan pada pengenceran desinfektan yang terakhir, yaitu 1:400, terdapat kekeruhan di menit ke-5 dan menit ke-10.sedangkan menit ke15 bakteri mati. Hal tersebut menimbulkan keraguan pada hasil dari pengenceran 1:250, 1:300atau pada pengenceran 1:350 ini karena hasil
yang di peroleh sama.oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita tidak dapat melakukan perhitungan koefisien
fenol.Terjadinya hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor kemungkinan.
Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain adalah:
Pembahasan :
Pada percobaan ini uji angka lempeng total menggunakan metode cawan tuang.Metode ini mempunyai keuntungan, yaitu tidak diperlukan
keahlian khusus dalampelaksanaannya dan dapat diperoleh suspense koloni yang homogen, tetapi metode inihanya cocok untuk mikroba yang
tahan terhadap pemanasan.Adanya koloni bakteri pencemar dalam sediaan jamu tersebut dapat disebabkanoleh adanya kontaminasi mikroba
udara pada saat pengemasan.Pada prinsipnya, uji angka lempeng total dilakukan dengan pengenceran terhadapsediaan yang diperiksa
kemudian dilakukan penanaman pada media pertumbuhan. Jumlahkoloni bakteri yang tumbuh dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu
yang sesuai.Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300. Angkalempeng total dinyatakan sebagai jumlah
koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktorpengencer.Medium pertumbuhan yang digunakan adalah
Plate Count Agar (PCA). Mediumyang digunakan untuk menumbuhkan bakteri harus memenuhi persyaratan berikut
.1.Susunan nutrisi harus memenuhi kebutuhan bakteri untuk tumbuh seperti sumbernitrogen dan karbon.
2.Derajat keasaman (pH) relatif normal.
3. Temperatur optimum.
Cara Kirby-Bauer
Cara Kirby-Bauer merupakan suatu metode uji sensitivitas bakteri
yang dilakukan dengan membuat suspensi bakteri pada media Brain HeartInfusion (BHI) cair dari koloni pertumbuhan
kuman 24 jam, selanjutnya disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair (diinkubasi 4-8 jam pada suhu37C). Hasil inkubasi
bakteri diencerkan sampai sesuai dengan standarkonsentrasi kuman 108 CFU/ml (CFU : Coloni Forming Unit).
Suspensibakteri diuji sensitivitas dengan meratakan suspensi bakteri tersebut pada
permukaan media agar. Disk antibiotik diletakkan di atas media tersebutdan kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama
19-24 jam. Dibacahasilnya :
1. Zona radical
Suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan
adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan mengukurdiameter dari zona radical(Jawetz et al., 2001).
2. Zona iradical
Suatu daerah disekitar disk yang menunjukkanpertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tapi
tidakdimatikan. Disini akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurangsubur atau lebih jarang dibanding dengan daerah
diluar pengaruhantibiotik tersebut (Jawetz et al., 2001).
Cara sumuran
Suspensi bakteri 108CFU/ml diratakan pada media agar,kemudian agar tersebut dibuat sumuran dengan garis
tengahtertentu menurut kebutuhan. Larutan antibiotik yang digunakan
diteteskan kedalam sumuran. Diinkubasi pada suhu 37C selama
18-24 jam. Dibaca hasilnya, seperti pada cara Kirby-Bauer (Jawetzet al., 2001).
Lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S atau sebaliknya.
2.
Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. idak boleh melebihi batas waktu karena dapat
mempersempit diameter zone hambatan sehingga jadi R.
3. Temperatur inkubasi
Pertumbuhan optimal : 35 C bila 35O C ada bakteri yang kurang subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang
baik.
4. Waktu inkubasi.
Waktu : 16 18 jam
Bila Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga zone hambat makin sempit.
5. Ketebalan agar
Ketebalan : 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila lebih maka difusi obat lambat.
6. Jarak antar disk obat
Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan meter 9-10m paling banyak 7 disk obat.
Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpan pada suhu 4O C.
ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan kontrol strain.
8. Komposisi media
Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat, kativitas obat tersebut.Quality Control :
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor yang berpengaruh terhadap diameter zone hambatan.
Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteri standard :Staphylococcus aureus ATCC 25923, E. Coli
ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
berbagai senyawa akhir, contohnya fermentasi karbohidrat yang dapat menghasilkan berbagai senyawa asam seperti asam laktat dan
propionet, ester-ester, keton dan gas (Pelczar, 2008).
Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat berupa karbohidrat yang selanjutnya di fermentasi menghasilkan asam-asam
organik (seperti asam laktat, format, asetat), dengan disertai atau tidak disertai pembentukan gas. Organisme-organisme yang berbeda akan
menggunakan karbohidrat/gula-gula yang berbeda tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya. Perbenihan gula-gula digunakan untuk
melihat adanya pembentukan asam yaitu dengan adanya perubahan warna indikator (merah fenol atau biru bromtimol) yang terdapat dalam
perbenihan menjadi kuning yang sebelum ditanami berwarna merah (indikator merah fenol) atau berwarna biru (indikator biru bromtimol)
serta untuk pembentukan gas, yaitu dengan terlihatnyaudara di dalam tabung peragian/fermentasi (tabung durham). Jenis karbohidrat yang
digunakan pada uji fermentasi karbohidrat antara lain: Sukrosa, Laktosa, Maltosa, Manitol. Glukosa dapat langsung masuk dalam jalur
fermentasi tahap pertama. Sedangkan, sukrosa, laktosa mantol, dan maltosa akan di hidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida
penyusunnya. Laktosa dihidrolisis menjadi galaktosa dan glukosa. Monosakarida jenis manosa dan galaktosa terlebih dahulu akan diubah
menjadi glukosa melalui reaksi epimerisasi. Sedangkan fruktosa akan diubah terlebih dahulu menjadi fruktosa 6-fosfat dan kemudian fruktosa
6-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa 6-fosfat dan glukosa hasil epimerisasi galaktosa dan manosa akan masuk dalam tahap awal
proses fermentasi untuk menghasilkan asam piruvat, asam asetat dan CO2 dan kemudian pada tahap kedua fermentasi asam piruvat dan asam
asetat di reduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk asam laktat dan etanol (Volk dan Wheeler,
1993).
2.
Uji Imvic (Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer, Simmons Citrate)
Identifikasi basil enterik sangat penting dalam mengendalikan infeksi usus dengan mencegah kontaminasi pasokan makanan dan air. Kelompok
bakteri yang dapat ditemukan di saluran usus manusia dan mamalia yang lebih rendah diklasifikasikan sebagai anggota
family Enterobacteriaeae. Yang termasuk dalam keluarga ini adalah:
1)
Pathogen seperti anggota genera Salmonella dan Shigella
2)
Sesekali pathogen seperti anggota genera Proteus dan Klabsiella
3)
Yang normal flora usus seperti Escherichia anggota marga dan Enterobacter, yang merupakan penduduksaprophytic dari saluran usus.
Diferensiasi kelompok utama Enterobacteriaceae dapat dicapai atas dasar sifat biokimia dan reaksi enzimatik di hadapan substrat tertentu. Seri
tes IMViC, indol, metil-merah, Voges-Preskauer, dan pemanfaatan sitrat dapat digunakan untuk identifikasi ini.
1)
Indol
Tryptophan merupakan asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi dengan cara kegiatan enzimatik beberapa bakteri. Konversi
triptofan menjadi produk metabolik di mediasi oleh enzim Tryptophanase. Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat.
Perbenihan indol digunakan untuk melihat kemampuan bakteri mendegradasi asam amino triptofan secara enzimatik. Hasil uji indol yang
diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk
indol dari tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovaks. Asam amino triptofan merupakan
komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme
akibat penguraian protein (Volk dan Wheeler, 1993).
2)
MR-VP
Uji MR Perbenihan ini digunakan untuk mendeteksi bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi glukosa menghasilkan produk asam
berkonsentrasi tinggi yang stabil sehingga menyebabkan pH media turun hingga dibawah 4,4 yang ditandai dengan hasil positif, terjadi
perubahan warna menjadi merah setelah ditambahkan Methyl Red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran (metilen glikon) dari
proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP (Lehninger, 1995).
3)
Uji VP
Dengan hasil negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan -napthol dan KOH, artinya hasil akhir
fermentasi bakteri inibukan asetil metil karbinol (asetolin) (Volk dan Wheeler, 1993).
4)
Simmons Citrate
Perbenihan ini digunakan untuk melihat kemampuan organisme enterik berdasarkan kemampuan memfermentasi sitrat sebagai sumber
karbon. Perbenihan Simmons Citrate ini mengandung indikator biru bromtimol yang akan berubah menjadi biru pada reaksi positif dan tetap
hijau jika reaksi negatif (Volk dan Wheeler, 1993).
5)
Uji katalase
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob,
anaerob fakultatif, atau anaerob obligat dan digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan hidrogen
peroksida dengan menghasilkan enzim katalase. Bakteri yang memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang sebenarnya
beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya anti metabolit tersebut karena mereka menghasilkan enzim
katalase yang dapat mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Enzim merupakan katalisator sejati, dimana molekul ini
meningkatkan dengan nyata kecepatan reaksi kimia spesifik yang tanpa enzim akan berlangsung sangat lambat. Enzim tidak dapat mengubah
titik keseimbangan reaksi yang dikatalisnya, enzim juga tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi-reaksi ini. Enzim
merupakan biokatalis yang berfungsi untuk membantu proses metabolisme. Enzim memiliki kemampuan untuk mengkatalisis suatu reaksi.
Suatu enzim adalah suatu katalis biologis. Hampir tiap rekasi biokimia dikatalis oleh enzim. Enzim merupakan katalis yang lebih efisien daripada
kebanyakan katalis laboratorium atau industri. Enzim juga memungkinkan suatu selektivitas pereaksi-pereaksi dan suatu pengendalian laju
reaksi yang tidak dimungkinkan oleh kelas katalis lain. Kespesifikan enzim disebabkan oleh bentuknya yang unik dan oleh gugus-gugus polar
(atau nonpolar) yang terdapat dalam struktur enzim tersebut. Beberapa enzim bekerja bersama suatu kofaktor non protein, yang dapat berupa
senyawa organik maupun anorganik. Hidrolisis Gelatin terdapat enzim-enzim yang menguraikan golongan potein disebut protenase/protease,
kedua nama ini dianggap sinonim. Contoh pada hidrolisis gelatin dimana protein diperoleh dari hidrolisis kalogen, yaitu zat pada jaringan
penghubung dan tendon dari hewan. Gelatin akan terurai oleh mikrobia yang mensintesis enzim proteolisis. Larutan gelatin bersifat cair pada
suhu ruang atau suhu kamar dan padat apabila berada di dalam refrigerator. Dan apabila gelatin sudah dihidrolisis oleh mikroba, maka akan
tetap bersifat cair (Hadioetomo, 1993).
2.3 Morfologi Bakteri E. coli dan S. aureus
Berdasarkan perbedaan morfologi bakteri E. Coli dan Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut:
Morfologi E. Coli
Dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,06,0 m dan lebar 1,11,5 m. Bentuk sel dari bentuk
seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran flamentous. Tidak ditemukan spora.
E. Coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobik
dan dapat juga aerobik fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.
Kapsula atau mikrokapsula terbuat dari asamasam polisakarida. Mukoid kadangkadang memproduksi pembuangan ekstraselular yang tidak
lain adalah sebuah polisakarida dari speksitifitas antigen K tententu atau terdapat pada asam polisakarida yang dibentuk oleh
banyak E. Coli seperti pada Enterobacteriaceae. Selanjutnya, digambarkan sebagai antigen M dan dikomposisikan oleh asam kolanik. Penyakit
yang sering ditimbulkan oleh E. Coli adalah Diare.
Morfologi Staphylococcus aureus
Bentuknya bulat atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti
buah anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel
induknya. Sifat biakan bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur optimum 37oC dan pH 7,4.
Staphylococcus Staph adalah kuman yang ditemukan pada kulit dan hidung kita. Spesies Staphylococcus ini adalah gram positif yang fakultatif
anaerob. Staphylococcus pathogen mempunyai sifat sebagai berikut:
Dapat menghemolisa eritrosit
Menghasilkan koagulasi dapat membentuk pigmen (kuning keemasan)
Dapat memecah manitol menjadi asam
Sebagian besar sebagai flora normal kulit yang tidak berbahaya. Sebagian besar Staphylococcus aureus (SA) dapat dirawat dengan antibiotik
seperti methicillin (salah satu tipe penicillin). Tetapi, SA menjadi meningkat pertahanannya dengan antibiotik yang biasa digunakan. Infeksi S.
aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits.
Pembahasan :
Pada percobaan kali ini kami menggunakan dua jenis bakteri yang berbeda, yaitu: bakteri E. coli dan S.aureus.
Menurut literatur, pada bakteri E.coli yang menggunakan perbenihan gula-gula didapat pada media glukosa terjadi pembentukan asam yang
ditandai dengan perubahan warna dari merah menjadi kuning pada media glukosa, artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi
glukosa. Pada media glukosa juga terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakkan terbalik didalam tabung media artinya hasil
fermentasi berbentuk gas. Sedangkan pada medium sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol didapat tidak adanya pembentukan gas yang
ditandai dengan tidak berubahnya warna pada medium dan juga tidak terjadi pembentukan gas yang ditandai dengan tidak adanya gelembung
pada tabung durham.
Setelah 24 jam di inkubasikan dalam inkubator. Kami mendapatkan hasil yang berbeda pada kedua jenis bakteri ini, yaitu:
Pada percobaan yang di ujikan oleh kelompok 1, 2, 3 dan 4 yang menggunakan bakteri E.coli sebagai bakteri pembanding.
Pada medium SIM diperoleh hasil positif, yaitu terdapat gelembung di daerah inokulasi yang menandakan bahwa bakteriE.coli mampu
mengurai SIM dalam proses fermentasi bakteri dan bakteri E.coli membutuhkan SIM dalam proses metabolismenya. Kandungan dari medium
SIM : Nutrisi (salah satunya pepton yang mengandung asam amino termasuk Triptofan), Iron, dan Natrium thiosulfat. Dari kandungan inilah
bakteri E. coli dapat mengurai SIM untuk metabolisme dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium SIM
untuk untuk jenis bakteri E. coli.
Pada medium sitrat diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terjadi perubahan warna dan tidak terdapat gelembung di daerah goresan, hal ini
menandakan bahwa bakteri E.coli tidak membutuhkan sitrat dalam proses metabolismenya dan dikarenakan bakteri E.coli tidak mempunyai
enzim sitrat permiase yang merupakan enzim pembawa sitrat Komposisi medium Sitrat. Komposisi medium sitrat, yaitu : Fermentasi
menggunakan mikroorganisme, Aspergillus niger, sumber nitrogen dan fosfat. Dari kandungan inilah E.coli tidak dapat mengurai sitrat untuk
metabolisme. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium Sitrat untuk jenis bakteri E.coli.
Pada medium glukosa diperoleh hasil positif, yaitu adanya perubahan warna jingga menjadi kuning yang menandakan bahwa bakteri ini
membentuk asam dari fermentasi glukosa. Adanya gelembung pada tabung durham menandakan bahwa hasil fermentasi dari
bakteri E.coli berbentuk gas dan dikarenakan oleh bakteri E.coli membutuhkan oksigen dalam proses metabolismenya. Komposisi medium
glukosa, yaitu : Pepton, BTB dan glukosa. Dari kandungan inilah E.coli mengurai glukosa untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel hasil pengamatan medium glukosa untuk jenis bakteri E.coli.
Pada medium laktosa diperoleh hasil positif, yaitu adanya perubahan warna, dari warna merah menjadi warna kuning. Hal ini menandakan
bahwa bakteri E.coli membentuk asam dari fermentasi laktosa. Komposisi medium laktosa, yaitu : Pepton, BTB dan laktosa. Dari kandungan
inilah E.coli mengurai laktosa untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium laktosa untuk
jenis bakteri E.coli.
Pada medium sukrosa diperoleh hasil positif, yaitu adanya perubahan warna merah menjadi warna kuning, hal ini menandakan bahwa
bakteri E.coli membentuk asam dari fermentasi sukrosa. Komposisi medium sukrosa, yaitu : Pepton, BTB dan sukrosa. Dari kandungan
inilah E.coli mengurai sukrosa untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium sukrosa untuk
jenis bakteri E.coli.
Pada medium manosa diperoleh hasil positif, yaitu adanya perubahan warna merah menjadi warna kuning, hal ini menandakan bahwa
bakteri E.coli membentuk asam dari fermentasi manosa. Komposisi medium manosa, yaitu : Pepton, BTB dan manosa. Dari kandungan
inilah E.coli mengurai glukosa untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium manosa untuk
jenis bakteri E.coli.
Pada medium manitol diperoleh hasil positif, yaitu adanya perubahan warna merah menjadi warna kuning muda, hal ini menandakan bahwa
bakteri E.coli membentuk asam dari fermentasi manitol. Komposisi medium manitol, yaitu : Pepton, BTB dan manitol. Dari kandungan
inilah E.coli mengurai manitol untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium manitol untuk
jenis bakteri E.coli.
Pada medium MR diperoleh hasil positif, yaitu adanya perubahan warna kuning keemasan menjadi warna kuning muda, hal ini menandakan
bahwa bakteri E.coli membentuk asam dari fermentasi MR. Komposisi dari medium MR adalah media kaldu yang mengandung pepton, buffer,
dan glukosa. Dari kandungan inilah E.coli mengurai MR untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan
medium MR untuk jenis bakteri E.coli.
Pada medium VP diperoleh hasil negatif, yaitu tidak adanya perubahan warna yang terjadi dan tidak ada terdapat gelembung. Hal ini
dikarenakan oleh bakteri E.coli membentuk basa dari fermentasi VP. Komposisi dari medium VP adalah media kaldu yang mengandung pepton,
buffer, dan glukosa. Dari kandungan inilah mengapa E.coli tidak dapat mengurai VP untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat
pada tabel hasil pengamatan medium VP untuk jenis bakteriE.coli.
Pada medium urea diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terdapat koloni di daerah sekitar goresan. Hal ini dikarenakan oleh, bakteri E.coli tidak
membutuhkan urea untuk proses metabolismenya. Komposisi dari urea, yaitu: buffer, urea, sedikitnutrient, indicator phenol red. Dari
kandungan inilah mengapa E.coli tidak dapat mengurai urea untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil
pengamatan medium urea untuk jenis bakteri E.coli. Dari kandungan inilah mengapa E.coli tidak dapat mengurai urea untuk proses
metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium urea untuk jenis bakteri E.coli.
Pada medium acid diperoleh hasil negatif, hal ini dikarenakan oleh kesalahan pada teknik penggoresan pada praktikan ataupun ketidaksterilan
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini. Karena, menurut literatur hasil yang seharusnya kami peroleh adalah positif, yang dimana terjadi
perubahan warna dan terdapat koloni di sekitar goresan yang menandakan bahwa bakteri E.coli membutuhkan acid untuk proses
metabolismenya. Komposisi dari medium acid, yaitu: Asam sulfanilat, larutan alpha naftilamin dan agar. Dari kandungan inilah
mengapa E.coli tidak dapat mengurai acid untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium acid
untuk jenis bakteri E.coli.
Pada medium KIA diperoleh hasil positif, karena terdapat koloni di sekitar goresan. Hal ini menandakan bahwa medium KIA mengidentifikasi
adanya bakteri Enterobacteroceae serta adanya produksi H2S (gas asam).
Menurut literatur, komposisi dari medium KIA, yaitu: Peptone, Yeast extract, Glucose, Lactose, Iron (II) sulfate, Sodium chloride, Sodium
thiosulphate, Phenol red, dan Agar. Dari kandungan inilah E.coli mengurai KIA untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel hasil pengamatan medium KIA untuk jenis bakteri E.coli. Indikator medium KIA : Phenol red pH 7,8 0,2. Suasana asam : warna
kuning, suasana basa : warna merah.
Bakteri yang memecah karbohidrat akan memberikan suasana asam dengan indikator phenol red media menjadi berwarna kuning. Bakteri
yang tidak memecah karbohidrat akan memberikan suasana basa dengan indikator phenol redmedia menjadi berwarna merah. Bakteri yang
menghasilkan H2S memanfaatkan Iron (II) sulfate membentuk endapan hitam (FeS).
Kemudian, pada percobaan yang di ujikan oleh kelompok 5 dan 6 yang menggunakan bakteri S.aureus.
Pada medium SIM diperoleh hasil positif, yaitu terjadi perubahan warna dari warna kuning menjadi warna warna kuning keruh yang
menandakan bahwa bakteri S.aureus membentuk asam dari fermentasi medium SIM. Kandungan dari medium SIM : Nutrisi (salah satunya
pepton yang mengandung asam amino termasuk Triptofan), Iron, dan Natrium thiosulfat. Dari kandungan inilah bakteri S.aureus dapat
mengurai SIM untuk metabolisme dirinya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium SIM untuk untuk jenis
bakteri S.aureus.
Pada medium sitrat diperoleh hasil negatif, karena tidak terjadi perubahan warna pada medium dan tidak adanya pertumbuhan bakteri di
daerah goresan. Hal ini dikarenakan oleh bakteri S.aureus tidak mempunyai enzim sitrat permiase yang merupakan enzim pembawa sitrat.
Komposisi medium Sitrat, yaitu : Fermentasi menggunakan mikroorganisme,Aspergillus niger, sumber nitrogen dan fosfat. Dari kandungan
inilah S.aureus tidak dapat mengurai sitrat untuk metabolisme. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium Sitrat untuk
jenis bakteri S.aureus.
Menurut literatur, Pada bakteri S.aureus yang menggunakan medium glukosa, maltosa dan sukrosa terjadi pembentukan asam yang ditandai
dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan tidak adanya gelembung pada medium glukosa tepatnya pada tabung durham
yang menunjukkan tidak adanya pembentukan gas. Sedangkan pada media laktosa dan manitol, didapatkan tidak terjadinya pembentukan gas
ditandai dengan tidak berubahnya warna media.
Pada medium glukosa diperoleh hasil positif, yaitu terdapat gelembung pada tabung durham yang menandakan bahwa hasil fermentasi dari
bakteri S. aureus berbentuk gas. Kemudian, terjadi perubahan warna dari merah menjadi kuning. Ini menandakan bahwa terjadi pembentukan
asam pada glukosa. Komposisi medium glukosa, yaitu : Pepton, BTB dan glukosa. Dari kandungan inilah S.aureus mengurai glukosa untuk proses
metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium glukosa untuk jenis bakteri S.aureus.
Pada medium laktosa diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terjadi perubahan warna pada medium laktosa. Hal ini dikarenakan oleh bakteri S.
aureus tidak membutuhkan laktosa untuk proses metabolismenya. Komposisi medium laktosa, yaitu : Pepton, BTB dan laktosa. Dari kandungan
inilah S.aureus tidak dapat mengurai laktosa untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium
laktosa untuk jenis bakteri S.aureus.
Pada medium sukrosa diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terjadi perubahan warna pada medium sukrosa. Hal ini dikarenakan oleh bakteri S.
aureus tidak membutuhkan sukrosa untuk proses metabolismenya sehingga tidak terbentuknya asam yang menyebabkan tidak terjadinya
perubahan warna pada medium. Komposisi medium sukrosa, yaitu : Pepton, BTB dan sukrosa. Dari kandungan inilah sebabnya S.aureus tidak
dapat memfermentasi kandungan atau komponen dari senyawa tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium
sukrosa untuk jenis bakteri S.aureus.
Pada medium manosa diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terjadi perubahan warna pada medium manosa. Hal ini dikarenakan oleh bakteri S.
aureus tidak membutuhkan sukrosa untuk proses metabolismenya sehingga tidak terbentuknya asam yang menyebabkan tidak terjadinya
perubahan warna pada medium. Komposisi medium sukrosa, yaitu : Pepton, BTB dan manosa. Dari kandungan inilah sebabnya S.aureus tidak
dapat memfermentasi kandungan atau komponen dari senyawa tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium
sukrosa untuk jenis bakteri S.aureus.
Pada medium manitol diperoleh hasil negatif, yaitu tidak terjadi perubahan warna pada medium manitol. Hal ini dikarenakan oleh bakteri S.
aureus tidak membutuhkan manitol untuk proses metabolismenya. Komposisi medium manitol, yaitu : Pepton, BTB dan manitol. Dari
kandungan inilah sebabnya S.aureus tidak dapat memfermentasi komponen dari senyawa tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil
pengamatan medium sukrosa untuk jenis bakteri S.aureus.
Pada medium MR diperoleh hasil negatif yaitu tidak adanya perubahan warna pada medium. Karena, bakteri S. aureustidak menghasilkan asam
pada medium ini. Komposisi dari medium MR adalah media kaldu yang mengandung pepton, buffer, dan glukosa. Dari kandungan inilah bakteri
S.aureus tidak dapat mengurai MR untuk proses metabolismenya. Karena, bakteri S.aureus tidak menpunyai enzim tertentu yang dapat
mengurai medium ini. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium MR untuk jenis bakteri S. aureus.
Pada medium VP diperoleh hasil negatif yaitu tidak adanya perubahan warna pada medium. Karena, bakteri S. aureustidak menghasilkan asam
pada medium ini. Komposisi dari medium VP adalah media kaldu yang mengandung pepton, buffer, dan glukosa. Dari kandungan inilah S.
aureus tidak dapat mengurai VP untuk proses metabolismenya. Karena, bakteri S.aureus tidak menpunyai enzim tertentu yang dapat mengurai
medium ini. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan medium MR untuk jenis bakteri S. aureus.
Pada medium urea diperoleh hasil negatif, yang dimana tidak terjadi perubahan warna dan tidak bertumbuhnya bakteri di sekitar goresan. Hal
ini dikarenakan oleh kesalahan teknik penggoresan yang dilakukan oleh praktikan atau ketidaksterilan alat-alat yang digunakan selama
praktikum ini. Seharusnya hasil yang diperoleh ialah positif, yang mana terdapat koloni di daerah sekitar goresan. Karena bakteri S.
aureus membutuhkan urea untuk proses fermentasinya, begitupun pada medium acid. Komposisi dari urea, yaitu: buffer, urea,
sedikit nutrient, indicator phenol red. Dari kandungan inilah S.aureus dapat mengurai urea untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel hasil pengamatan medium urea untuk jenis bakteri S.aureus.
Pada medium acid diperoleh hasil negatif, yang dimana tidak terjadi perubahan warna dan tidak bertumbuhnya bakteri di sekitar goresan. Hal
ini dikarenakan oleh kesalahan teknik penggoresan yang dilakukan oleh praktikan atau ketidaksterilan alat-alat yang digunakan selama
praktikum ini. Seharusnya hasil yang diperoleh ialah positif, yang mana terdapat koloni di daerah sekitar goresan. Karena bakteri S.
aureus membutuhkan acid untuk proses fermentasinya. Komposisi dari medium acid, yaitu : Asam sulfanilat, larutan alpha naftilamin dan
agar. Dari kandungan inilah S.aureusdapat mengurai KIA untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan
medium acid untuk jenis bakteri S.aureus.
Pada medium KIA diperoleh hasil negatif, yakni tidak terdapat koloni di daerah sekitar goresan. Hal ini menandakan bahwa medium KIA tidak
membantu dalam proses fermentasi S. aureus sehingga tidak memproduksi H2S (Hidrogen Sulfida) atau yang biasa disebut dengan gas asam.
Komposisi dari medium KIA, yaitu: Peptone, Yeast extract, Glucose, Lactose, Iron (II) sulfate, Sodium chloride, Sodium thiosulphate, Phenol
red, dan Agar. Dari kandungan inilah S.aureus tidak dapat mengurai KIA untuk proses metabolismenya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
hasil pengamatan medium KIA untuk jenis bakteri S.aureus.
Jika pada tabel tersebut terdapat kesalahan mungkin karena saat melakukan percobaan tersebut tidak terlalu benar dalam hal melakukan
penusukan terhadap medium atau terdapat kesalahan lain seperti ketidaksterilan alat-alat yang digunakan pada praktikum ini sehingga
memberikan dampak yang fatal pada hasil yang diperoleh.
Pada percobaan kali ini hasil yang diperoleh di setiap bakteri berbeda-beda. Karena, setiap bakteri tidak mempunyai sifat yang sama. Maka dari
itu hasil yang kami dapatkan juga berbeda.
DAFPUS
Dwidjoseputro. 1954. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang
http://nunil08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/uji-biokimia-metabolisme-bakteri/ (Diakses pada: 23 April 2014, pukul: 21.00 WITA)
Hadioetomo. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Jakarta.
http://nunil08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/uji-biokimia-metabolisme-bakteri/ (Diakses pada: 23 April 2014, pukul: 21.00 WITA)
Lehninger. 1995. Microbiology: a Laboratory Manual.Adison-Wesley. Publishing company: California.
http://nunil08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/uji-biokimia-metabolisme-bakteri/ (Diakses pada: 23 April 2014, pukul: 21.00 WITA)
Lim. 1998. Microbiology: a Laboratory Manual.Adison-Wesley Publishing company: California.
http://nunil08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/uji-biokimia-metabolisme-bakteri/ (Diakses pada: 23 April 2014, pukul: 21.00 WITA)
Murray. 2005. Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Pelczar. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
http://nunil08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/uji-biokimia-metabolisme-bakteri/ (Diakses pada: 23 April 2014, pukul: 21.00 WITA)