Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum

“(UJI DAYA ANTIBAKTERI PRODUKSI SABUN)”

Di Susun
Oleh :
Andung Eliska (4219002)
Hendra Karyono (4219023)
Penti Oktafiani (4219011)
Yaumil Rizika (4219021)

Mata Kuliah : Mikrobiologi

Dosen Pengampu : Harmoko, M.Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021


‘UJI DAYA ANTIBAKTERI PRODUKSI SABUN’

A.IDENTITAS
1. Hari/Tanggal: Rabu/22 Desember 2021
2. TujuanPraktikum: Untuk mengetahui uji daya antibakteri pada sabun

B.TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri
Uraian Umum Bakteri adalah sel prokariotik yang khas; uniselular dan tidak
mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya. Sel-selnya secara khas,
berbentuk bola seperti batang atau spiral. Bakteri yang khas berdiameter sekitar 0,5 sampai 1,0
µm dan panjangnya 1,5 sampai 2,5 µm. Reproduksi utamanya yaitu dengan pembelahan biner
sederhana yaitu suatu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh pada suhu 0oC, ada yang tumbuh
baik pada sumber air panas yang suhunya 90oC atau lebih. Kebanyakan tumbuh pada berbagai
suhu di antara kedua suhu ekstrim ini (Pelczar dan Chan, 2013).
Menurut Pratiwi (2008) berdasarkan pengecatan gram, maka bakteri dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu :
1. Bakteri Gram Positif, yaitu bakteri yang memberikan warna ungu saat diwarnai dengan
zat pertama (Kristal violet) dan setelah dicuci dengan alcohol, warna ungu tersebut akan tetap
kelihatan. Kemudian ditambahkan zat warna kedua (safranin), warna ungu pada bakteri tidak
berubah.
2. Bakteri Gram Negatif, yaitu bakteri yang memberikan warna ungu saat diwarnai
dengan zat pertama (Kristal violet) namun setelah dicuci dengan alcohol, warna ungu tersebut
akan hilang. Kemudian ditambahkan zat warna kedua (safranin) akan menghasilkan warna merah
Dinding sel bakteri Gram positif mengandung banyak lapisan peptidoglikan yang
membentuk struktur yang tebal dan kaku, dan asam teikoat yang mengandung alkohol (gliserol
atau ribitol) dan fosfat. Ada 2 macam asam teikoat, yaitu asam lipoteikoat yang merentang di
lapisan peptidoglikan dan terikat pada membran plasma, dan asam teikoat dinding yang terikat
pada lapisan peptidoglikan (Pratiwi, 2008).
Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung satu atau beberapa lapis peptidoglikan dan
membran luar. Peptidoglikan terikat pada lipoprotein pada membran luar. Terdapat daerah
periplasma, yaitu daerah yang terdapat di antara membran plasma dan membran luar. Periplasma
berisi enzim degradasi konsentrasi tinggi serta protein-protein transport. Dinding sel Gram
negatif tidak mengandung asam teikoat, dan karena hanya mengandung sejumlah kecil
peptidoglikan, maka dinding sel bakteri Gram negatif ini relatif lebih tahan terhadap kerusakan
mekanis (Pratiwi, 2008).
Fase Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan adalah pertambahan teratur semua komponen suatu organism. Dengan
demikian pertambahan ukuran yang diakibatkan oleh bertambahnya air atau karena deposit lipid
bukan merupakan pertumbuhan sejati. Pertumbuhan mikroorganisme lebih ditunjukkan oleh
adanya peningkatan jumlah mikroorganisme dan bukan peningkatan ukuran sel individu. Pada
dasarnya ada dua macam tipe pertumbuhan, yaitu pembelahan inti tanpa diikuti pembelahan sel
sehingga dihasilkan peningkatan ukuran sel dan pembelahan inti yang diikuti pembelahan sel
sehingga dihasilkan peningkatan jumlah sel serta pembesaran ukuran sel diikuti pembelahan
membentuk dua progeny yang kurang lebih berukuran sama (Pratiwi, 2008).
Menurut Pratiwi (2008), bakteri mengalami pertumbuhan yang dapat dibagi dalam 4 fase yaitu:
1. Fase lag Merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian pada suatu lingkungan baru.
Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan
ukuran sel.
2. Fase log (fase eksponensial) Merupakan fase dimana bakteri tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum. Sel-sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang
bertambah secara eksponensial.
3. Fase stasioner Pada fase ini,pertumbuhan bakteri berhenti dan terjadi keseimbangan
antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati
4. Fase kematian Pada fase ini, jumlah sel yang mati meningkat. Faktor penyebabnya adalah
ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi buangan yang toksik

Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri


Menurut Pratiwi (2008), pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Temperatur
Temperatur optimum bakteri yang pathogen bagi manusia biasanya tumbuh dengan
baik pada temperatur 37°C. Peningkatan temperatur sebesar 10oC dapat meningkatkan
aktivitas enzim sebesar dua kali lipat. Berdasarkan temperatur pertumbuhan bakteri dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bakteri psikofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 20oC,
temperatur optimal adalah 0-15oC
2. Bakteri mesofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur minimal 15-
20oC, optimal 20-45oC, maksimal 45oC
3. Bakteri termofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur minimal 45oC,
optimal 55-65oC, maksimal 100oC.
b. pH
pH optimum bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun ada
beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali.
Mikroognisme asidofil tumbuh pada kisaran pH optimal 1,0−5,5; mikroorganisme
neutrofil tumbuh pada kisaran pH optimal 5,5−8,0; mikroorganisme alkalofil tumbuh
pada pH optimal 8,5−11,5; sedangkan mikroorganisme alkalofil ekstrem tumbuh pada
kisaran pH optimal ≥10.

c. Tekanan osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena
ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik untuk pertumbuhan
sel adalah medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam larutan hipotonik air akan masuk
ke dalam sel sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan
hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari
dinding sel (plasmolisis).

d. Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen di kenal mikroorganisme menjadi 5 golongan yaitu:
1. Bakteri aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
2. Bakteri anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen. Adanya
oksigen pada bakteri ini akan menghambat pertumbuhannya. Energi pada
bakteri anaerob dihasilkan dengan cara fermentasi
3. Bakteri anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen
ataupun tanpa oksigen.
4. Bakteri mikroaerob yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya
sedikit oksigen tetapi dalam konsenterasi yang rendah.
e. Nutrisi
Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan
energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen
(elemen yang diperlukan dalam jumlah banyak) dan mikroelemen (elemen nutrisi yang
diperlukan dalam jumlah sedikit).
Sabun
Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan
sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat tambahan lain serta
tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Dua komponen utama penyusun sabun adalah asam lemak
dan alkali (Widyasanti dkk., 2016). Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun
keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft
soap). Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak.
Proses saponifikasi minyak akan memperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan
proses netralisasi tidak akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara
trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas
dengan alkali (Qisti, 2009).
Kotoran yang menempel pada kulit umumnya adalah minyak, lemak dan keringat. Zat-zat
ini tidak dapat larut dalam air karena sifatnya yang non polar. Sabun digunakan untuk
melarutkan kotoran-kotoran pada kulit tersebut. Sabun memiliki gugus non polar yaitu gugus –R
yang akan mengikat kotoran, dan gugus –COONa yang akan mengikat air karena sama-sama
gugus polar. Kotoran tidak dapat lepas karena terikat pada sabun dan sabun terikat pada air
(Qisti, 2009).
Sabun Antiseptik Selain dapat membersihkan kulit dari kotoran, sabun juga dapat
digunakan untuk membebaskan kulit dari bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal
dengan sabun antiseptik. Sabun antiseptik mengandung komposisi khusus yang berfungsi
sebagai antibakteri. Bahan inilah yang berfungsi mengurangi jumlah bakteri berbahaya pada
kulit. Sabun antiseptik yang baik harus memiliki standar khusus. Pertama, sabun harus bisa
menyingkirkan kotoran dan bakteri. Kedua, sabun tidak merusak kesehatan kulit, karena kulit
yang sehat adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh.(Dimpudus dkk., 2017). Untuk membunuh
bakteri, beberapa sabun menambahkan zat aktif, seperti triclosan, yang berfungsi sebagai
antimikroba (Gusviputri dkk., 2013). Selain itu, salah satu desinfektan atau antiseptik yang
sering digunakan dalam air memandikan yaitu chloroxylenol. Chloroxylenol merupakan
antiseptik yang sudah sering digunakan dalam air memandikan karena dianggap aman dengan
pH 5,0 mendekati pH normal kulit (5,4−5,9) (Kulthanan dkk., 2014).
C.ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas, , batang pengaduk,, jarum ose, kapas,
kain kassa, cakram kertas, kertas label, lemari pendingin (LG), mikro pipet, , oven (Memmert), ,
pinset, spatula.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, alkohol 70%, sabun mandi
cair Lifebuoy, Dettol,nuvo,arumanis, media Nutrient Agar (NA),

D.HASIL PENGAMATAN

E.PEMBAHASAN
Hasil uji aktivitas antibakteri sabun mandi cair Dettol, Lifebuoy,Nuvo,arumanis dilakukan
dengan menggunakan pencadang kertas diameter 6 mm. Data yang diperoleh dari pengujian
aktivitas antibakteri sabun mandi tersebut zona hambatnya sangat kecil ,hanya 0,5-1mm.
F. KESIMPULAN
a. Berdasarkan pengamatan dan pembahasan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa sabun
mandi Dettol, nuvo,Arumanis dan Lifebuoy Zona Hambatnya sangat kecil ,Hanya 0,5-1mm.
b. hal tersebut bisa disebabkan karena tidak meratanya Koloni Bakteri dan juga Kurang pekatnya
kandungan obat (ekstraksi)

G. DAFTAR PUSTAKA
Abu, F. A., Yusriadi, Tandah, M. R. 2015. FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI
DAUN KEMANGI (Ocimum americanum L.) DAN UJI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis DAN
Staphylococcus aureus. GALENIKA Journal of Pharmacy. 1(1): 2−4.

Ajizah, A., Thihana, Mirhanuddin. 2007. POTENSI EKSTRAK KAYU ULIN (Eusideroxylon zwageri T et B)
DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO.
BIOSCIENTIAE. 4(1): 41.

Brahma, B., Sarkar, P., Sarkar, U. 2016. P-CHLORO META XYLENOL (PCMX) TOLERANT BACTERIA AND
THEIR BIODEGRADATION. International Journal of Advances in Science Engineering and Technology.
4(2): 88.

Bridson, E. Y. 2006. The Oxoid Manual. Edisi 9. England: OXOID Limited. Halaman 267−268.

Anda mungkin juga menyukai