Oleh:
Mai Dwi Rahayu
111710101023
Nur Aisyah
111710101065
Heru Widyatmoko
111710101069
Meliana A. A.
111710101083
Akita Ayu N.
111710101089
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang banyak dijumpai di seluruh
pelosok Nusantara, sehingga hasil alam berupa kelapa di Indonesia sangat melimpah.
Dari hasil panen kelapa yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan
produk sampingan berupa serat sabut kelapa yang sangat melimpah.
Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan
sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.
Selama ini pemanfaatan serat sabut kelapa hanya digunakan untuk industri rumah
tangga dalam skala kecil. Misalnya bahan pembuat sapu, tali, keset, dan alat-alat
rumah tangga lain. Tidak sedikit pula yang memanfaatkan serat sabut kelapa sebagai
bahan bakar memasak. Padahal serat sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengisi sandaran kursi, dashboard mobil, kasur, genteng, papan, plafon atau bahan
panel dinding tahan gempa, yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
Penggunaan serat sabut kelapa banyak dimanfaatkan karena serat sabut kelapa
memiliki sifat tahan lama, sangat ulet, kuat terhadap gesekan, tidak mudah patah,
tahan terhadap air, tidak mudah membusuk, tahan terhadap jamur dan hama serta
tidak dihuni oleh rayap dan tikus. Serat sabut kelapa dapat menjadi alternatif
perkembangan komposit, karena selain murah, mudah didapat juga sangat berlimpah.
Perkembangan teknologi komposit saat ini sudah mulai mengalami pergeseran
dari bahan komposit berpenguat serat sintetis menjadi bahan komposit berpenguat
serat alam. Untuk meningkatkan nilai tambah serat sabut kelapa, maka dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan komposit serat sabut kelapa.
Prospek Ekonomi
Kelapa dihasilkan di Indonesia dalam jumlah besar. Menurut Direktorat
Jenderal Perkebunan tahun 1997 areal perkebunan kelapa di Indonesia mencapai luas
3.759.397 ha. Dan menurut humas Departemen Pertanian, produksi kelapa di
Indonesia pada tahun 2002 mencapai 85 juta ton kelapa kering (kopra). Dari hasil
panen kelapa yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk
sampingan berupa sabut kelapa yang sangat melimpah. Sabut kelapa, kulit kelapa
yang terdiri dari serat yang terdapat diantara kulit dalam yang keras (batok), tersusun
kira kira 35 % dari berat total buah kelapa yang dewasa. Untuk varietas kelapa yang
berbeda tentunya prosentase sabut kelapa akan berbeda pula.
Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek
ekonomi. Sabut kelapa merupakan salah satu limbah pengolahan buah kelapa yang
sebagian besar terbuang percuma dan sangat kurang dimanfaatkan secara komersial.
Ketersediaan sabut kelapa di Indonesia mencapai 9,6 juta ton per tahun sehingga bila
diolah menjadi serat dapat mencapai 1,9 juta ton/tahun.
Tujuan
Untuk mengetahui teknologi pembuatan papan komposit dari serat sabut
kelapa dan sifat-sifat dari papan komposit yang dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Serat Sabut Kelapa
Serat sabut kelapa merupakan serat alami yang dihasilkan dari sabut kelapa.
Rendemen serat adalah 80-90 gram serat per butir. Serat sabut kelapa memiliki
panjang 15-30 cm, bahkan bisa mencapai 40 cm. serat sabut tergolong serat keras.
Serat ini adalah serat multiseluler dengan komponen utama selulosa dan lignin. Ada 2
jenis serat sabut kelapa yaitu serat sabut cokelat dan serat sabut putih.
a.
b.
dengan nama bristle (serat sabut panjang), mattress (relatif pendek) dan decorticated
(serat sabut campuran). Ketiga jenis serat sabut yang berbeda tersebut memiliki
kegunaan yang berbeda tergantung dari keperluan.
Sabut kelapa tersusun atas unsur organik dan mineral yaitu: pektin dan
hemisellulosa (merupakan komponen yang larut dalam air), lignin dan sellulosa
(komponen yang tidak larut dalam air), kalium, kalsium, magnesium, nitrogen serta
protein. Lignin adalah suatu polimer komplek dengan berat molekul tinggi (terdiri
dari satuan fenil propana) dimana sifat senyawa ini sangat stabil dan sulit untuk
dipisahkan. Kandungan lignin yang tinggi berpengaruh pada kekakuan dan kekerasan
serat ini. Semakin tinggi kandungan lignin suatu serat, semakin kaku dan keras
teksturnya. Komposisi kimia serat sabut kelapa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Serat Sabut Kelapa
Komponen
Air
Selulosa
Lignin
Pectin
Hemiselulosa
Serat sabut kelapa bisa dipisahkan dari sabut dengan perendaman atau dengan
pemisahan mekanis. Cara pertama disebut pengolahan serat putih dan cara kedua
disebut pengolahan serat cokelat. Perendaman memiliki kelemahan yaitu tidak praktis
(prosesnya lama, membutuhkan air, tenaga, dan biaya yang lebih besar) dan
mencemari air perendaman dengan mengeluarkan senyawa fenolat. Perendaman
menghasilkan serat berpenampilan lebih baik, tetapi kekuatan dan resistensinya
kurang. Pemisahan mekanis menghasilkan serat berpenampilan kurang, tetapi
memiliki kekuatan dan resistensi lebih baik.
a. Perendaman
Serat putih dihasilkan dari perendaman sabut segar. Waktu perendaman
umumnya 6-9 bulan pada air asin atau 46 bulan pada air tawar. Ada tiga cara
perendaman yaitu menggunakan jaring, pancang, dan lubang. Metode jaring
diterapkan di daerah berair tenang. Sabut dimasukkan jaring dan
ditenggelamkan dengan lumpur. Metode pancang diterapkan di air deras.
Sabut dipagari dengan pancang bambu dan ditutupi lumpur. Pada metode,
dasar lubang ditutupi lumpur dan sisinya ditutupi daun kelapa atau jaring serat
sabut, lalu diisi sabut segar. Selama perendaman, sabut didegradasi oleh
mikroorganisme menyebabkan ikatan serat dengan gabusnya melonggar.
Setelah empat minggu, air rendaman menjadi hangat, keruh, dan
permukaannya berwarna putih kekuningan. Proses perendaman yang secara
tradisional berlangsung 6-9 bulan bisa diperpendek menjadi 3 bulan dengan
2. Perendaman
Sabut direndam di dalam bak. Agar semua sabut terendam, bagian atas sabut diberi
pemberat. Perendaman berlangsung selama 3-4 hari. Setelah itu, sabut ditiriskan
selama 4-5 jam sampai sabut tidak terlalu basah lagi.
3. Pemisahan serat dan gabus
Serat dimasukkan ke dalam selinder mesin pemisah serat dan gabus. Setelah itu
mesin dijalankan dengan kecepatan penuh sampai terjadi pemisahan serat dan
gabus. Bagian utama dari mesin adalah selinder. Pada permukaan dalam selinder
terpasang paku-paku. Selinder ini diputar oleh motor bakar atau listrik. Pada waktu
selinder bergerak, paku-paku selinder akan mencabik-cabik sabut sehingga terurai
menjadi serat dan buaran gabus.
4. Pemisahan serat kasar dan halus
Serat yang dihasilkan dari proses sebelumnya terdiri dari serat kasar dan halus.
Serat ini dipisahkan dengan menggunakan mesin pemisah serat halus dan kasar.
Bahan simasukkan ke dalam selinder pemisah, kemudian mesin dijalankan sampai
terjadi pemisahan serat kasar dan halus. Bagian utama dari mesin ini adalah
selinder besar yang dindingnya terbuat dari anyaman kawat. Selinder diputar oleh
motor bakar atau listrik. Pemisahan serat kasar dan halus terjadi pada saat selinder
berputar.
5. Penjemuran
Sebelum dikemas, serat dijemur sebentar sampai kering.
6. Pengemasan
Serat yang sudah kering dikemas dengan karung plastik atau goni. Untuk
menghemat ruang dalam penyimpanan atau pengangkutan, sebelum dikemas, serat
dapat dipres dengan mesin pres, kemudian baru dikemas.
Kelemahan serat sabut kelapa yaitu tidak dapat di gintir dengan baik dan
tergolong serat kaku. Serat Sabut kelapa lebih disukai dibanding serat sintesis karena
bisa terurai secara alami. Serat sabut kelapa memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Murah
Alot dan tahan lama
Daya apung yang tinggi
Kuat terhadap gesekan dan tidak mudah patah
Daya regangnya sangat tinggi, sehingga mampu menahan air dan tenaga
erosi
6. Mampu menyerap air 3x dari beratnya
7. Tahan terhadap air, air garam dan bakteri (tidak mudah membusuk)
8. Tahan terhadap jamur dan tahan terhadap hama (anti ngengat)
4.
5.
Jenis Uji
Satuan
Kadar air
Panjang serat:
1. Jenis a
2. Jenis b
3. Jenis c
Kadar impuritis
Warna
%
%
%
%
%
-
Jenis A
maks. 12
Persyaratan
Jenis B
maks. 12
Jenis C
maks. 12
min. 80
maks. 10
maks. 5
maks. 5
Normal
*)
min. 80
maks. 5
maks. 5
Normal
*)
*)
maks. 5
maks. 5
Normal (tidak
(tidak hitam)
(tidak hitam)
hitam)
Papan Komposit
Papan komposit adalah suatu papan yang terbentuk dari dua atau lebih bahan
material dimana sifat mekanik yang dihasilkan berbeda dengan sifat mekanik bahan
material pembentuknya. Papan serat adalah salah satu jenis produk komposit atau
panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa
lainnya yang diikat dengan perekat atau bahan perekat lainnya.
Papan partikel sebagai papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan
perekat sintetis kemudian di pres hingga memiliki sifat seperti kayu, massif, tahan api
dan merupakan bahan isolator dan bahan akustik yang baik.
Komposit adalah suatu bahan yang merupakan gabungan lebih dari satu
bahan dan masing-masing bahan tersebut masih memiliki sifatnya sendiri, atau
material yang disusun sedemikian rupa dalam sekala makroskopik, sehingga
diperoleh kombinasi sifat akhir yang lebih baik. Komposit dapat diartikan juga
sebagai penggabungan dua atau lebih material yang berbeda sebagai suatu kombinasi
yang menyatu. Bahan komposit umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber)
sebagai pengisi dan bahan pengikat serat yang disebut matriks.
Bahan pengikat atau bahan lain yang ditambahkan berfungsi untuk
meningkatkan sifat papan seperti sifat mekanis, ketahanan kelembaban, ketahanan
terhadap api maupun serangga. Dan papan akan memilki sifat seperti kayu, massif,
tahan api dan merupakan bahan isolator dan bahan akustik yang baik.
Metode dari pabrikasi komposit adalah hand lay-up atau contact moulding
technique. Komposit diproduksi pada sebuah cetakan yang dilapisi dengan minyak
supaya pelepasan produk dari cetakan nantinya mudah. Metode ini membutuhkan
ketekunan dan ketelitian yang lebih besar dan juga ketrampilan yang tinggi pula.
Langkah pertama dari proses laminasi adalah pelapisan permukaan dengan gelcoat.
Lapisan ini diberi zat pewarna (pigmen). Proses gelcoating dapat dilakukan dengan
spray gun atau kuas. Waktu curing gelcoat sekitar dua jam. Setelah proses gelcoat
curing selesai, laminasi dengan serat yang tersedia dapat dilakukan. Proses laminasi
serat alam dilakukan lapisan demi lapisan (layer by layer), hal ini untuk menghindari
panas yang berlebihan akibat proses laminasi yang terus- menerus, karena mayoritas
serat alam tidak tahan terhadap panas tinggi yang dihasilkan pada proses curing.
Untuk mendapatkan perekatan antara serat dan matriks yang optimum diperlukan
penekanan menggunakan sebuah hand roller, selain itu penekanan menggunakan
hand roller juga bertujuan untuk mengeluarkan udara yang terjebak dalam produk.
Kegunaan dari papan komposit sabut kelapa adalah :
a.
b.
c.
Pengganti papan busa (Styrofoam) untuk kotak pembungkus bagian dalam bahan
bahan yang tidak tahan banting seperti elektronik, barang gelas, dll.
c.
TEKNOLOGI PRODUKSI
Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan papan komposit yaitu sabut kelapa
serat pendek. Serat sabut kelapa sebagai penguat diperoleh melalui proses
perendaman dalam lumpur air payau selama lebih kurang 6 (enam) bulan. Sabut
dibilas dan dijemur secara alami sampai kering.
Sabut kelapa
serat pendek
Perendaman (lumpur air
payau, 6 bulan)
Pembilasan
Penjemuran
Serat sabut
kelapa
Skema kerja pembuatan serat sabut kelapa
Variasi
Styrofoam
Spesimen
(PS) (gr)
100
70
60
50
40
30
(buah)
5
5
5
5
5
5
(SSK) (gr)
I
0
II
30
III
40
IV
50
V
60
VI
70
Catatan: 100:0 bukan komposit
Prosedur Pembuatan Papan Komposit
Seratdari
sabut
1. Serat sabut kelapa dibersihkan
kotoran dan dipilih/disortir dengan ukuran
kelapa
udara.
9. Papan komposit dibentuk menjadi spesimen uji yang sesuai dengan standar.
Pencetakan
Pengeringan 1
minggu
Papan
komposit
KESIMPULAN
Serat sabut kelapa merupakan serat alami yang dihasilkan dari sabut kelapa
yang memiliki banyak kelebihan dibanding serat sintetis sehingga dapat diolah lebih
lanjut untuk dijadikan berbagai produk. Salah satunya yaitu dapat dijadikan sebagai
bahan dalam pembuatan papan komposit.
Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kekuatan lentur papan komposit SSK-PS yang memenuhi standar SNI 03
2105-2006 Tipe 8 adalah komposisi 30:70, 40:60, 50:50, sedangkan
komposisi 60:40 dan 70:30 tidak memenuhi standar SNI 03-2105-2006.
2. Peningkatan komposisi SSK dalam papan komposit SSK-PS menurunkan
kekuatan lentur papan komposit tersebut.
3. Kerapatan, kadar air dan pengembangan tebal Papan Komposit SSK-PS
semua komposisi memenuhi standar SNI 03-2105-2006.
4. Peningkatan komposisi SSK dapat meningkatkan
kadar
air
dan