Anda di halaman 1dari 29

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MELITUS

Oleh:

TIA NURCAHYANI, S. Kep


NIM. I41B110016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan

: Penyakit Degeneratif

Sub topik

: Diabetes Melitus

Sasaran

: Keluarga Tn. J

Hari/Tanggal

: Selasa, 16 Desember 2014

Waktu

: 17.00 - selesai

Tempat

: Rumah keluarga Tn. J

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan keluarga Tn. J dapat memahami tentang
penyakit diabetes melitus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah

mengikuti

penyuluhan

kesehatan

selama

diharapkan keluarga Tn. J mampu:


1. Mengerti dan memahami pengertian diabetes melitus
2. Mengetahui klasifikasi diabetes melitus
3. Mengerti dan memahami penyebab diabetes melitus
4. Memahami tanda dan gejala diabetes melitus
5. Mengetahui tentang dampak dan komplikasi diabetes melitus
6. Mengetahui pencegahan diabetes melitus
II. METODE
Penyuluhan, diskusi dan tanya jawab.
III. MEDIA
1. Leaflet
IV. MATERI
Terlampir

30

menit

V. KEGIATAN PENYULUHAN

NO
1

KEGIATAN

KEGIATAN

PENYULUHAN

PESERTA

WAKTU METODE

Pembukaan :
Membuka
dengan

kegiatan

Menjawab salam

5 menit

ceramah

15 menit

ceramah

5 menit

Tanya

mengucapakan
Mendengarkan

salam
Memperkenalkan diri

Memperhatikan

Menjelaskan tujuan dari


Memperhatikan

penyuluhan
Menyebutkan

materi

yang akan diberikan


2

Pelaksanaan :
Penjelasan / Penyuluhan Memperhatikan
Mendengarkan

tentang :
pengertian

diabetes

melitus
klasifikasi

diabetes

melitus
penyebab

diabetes

melitus
tanda dan gejala diabetes
melitus
dampak dan komplikasi
diabetes melitus
pencegahan

diabetes

melitus
3

Evaluasi :

Menanyakan

kepada Menjawab

peserta tentang materi

penyuluhan yang telah pertanyaan

jawab

diberikan,
mengevaluasi
materi

yang

tentang
telah

disampaikan

dan

reiforcement

kepada

peserta

yang

dapat

menjawab pertanyaan.
4

Terminasi :

Mengucapkan

terima Mendengarkan

5 menit

kasih atas peran peserta

Mengucapkan

salam Menjawab salam

penutup

VI. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi struktur
a. Semua peserta hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan oleh mahasiswa
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
d. SAP sudah disiapkan 2 hari sebelum dimulai acara
e. Materi dan media yang akan digunakan sudah disiapkan 2 hari
sebelum dimulai acara
f. Kontrak waktu dengan sasaran sudah dilakukan
2. Evaluasi proses
a. Acara dimulai tepat waktu dan sasaran sesuai target.
b. Peserta antusias terhadap materi yang diberikan
c. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi hasil
a. Jumlah peserta yang datang 100% hadir dari target yang diharapkan
b. Setelah diberikan penyuluhan diharapkan 75% dari peserta mampu:
- Menyebutkan penyebab diabetes melitus

- Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus


- Menyebutkan cara mencegah diabetes melitus

Materi Penyuluhan :

DIABETES MELITUS

1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes
merupakan

suatu

kelompok

panyakit

metabolik

dengan

karakterristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner
& Suddart, 2002).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Associations
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.

4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)


Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
3. Etiologi / Penyebab Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996)
menyebutkan bahwa ada 4 penyebab terjadinya Diabetes Mellitus, yaitu faktor
keturunan, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang, kegemukan
atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin.
Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan paling
penting dalam terjadinya Diabetes Mellitus karena pola familial yang kuat
(keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang
memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupun
kerja insulin (Long, 1996). Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang
berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam
amino, kalium dan fosfat yang melintasi membran sel untuk metabolisme
intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas
akan menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino,
kalium dan fosfat (Long, 1996).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena
insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat

pada mereka yang mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas


merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada
obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Price dan Wilson,
1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat
mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsurangsur akan
menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar
glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemi pada usia
lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari selsel beta,
lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin
(Long, 1996).
Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan
fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 : 588)
menyatakan bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang
tergantung pada insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau
langerhans akibat proses autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin
ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin).
Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :
1. Faktor genetik (herediter) Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota
yang terkena atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote
dan autosomonal dominan. Insulin Dependen Diabetes Melitus : <50 % dan
Non Insulin Dependent Diabetes Melitus : 90100% (Long, 1996).
2. Faktor ras dan etnik tertentu NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih,
pada masyarakat Amerika angka kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan
pada populasi umum adalah 1:200 (Long, 1996)
3. Faktor autoimmune Sel sel beta pankreas dihancurkan oleh proses
autoimmune.

4. Proses radang atau infeksi Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan
sekresi insulin
5. Faktor obesitas, Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan
(Long, 1996).
6. Pada keadaan tertentu Misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau
karena efek dari obat obatan tertentu (Long, 1996).
4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat
5. Tanda Dan Gejala
Mengenali gejala diabetes tipe satu pada anak tak selalu mudah karena
gejala-gejalanya sering disalah artikan sebagai penyakit flu.Selain itu gejala yang
timbul terkadang baru muncul setelah penyakit berjalan cukup panjang. Anak
dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki gejala awal sebagai berikut:
1. Sering Buang Air Kecil
Hal ini terjadi karena ginjal ingin membersihkan kelebihan glukosa dalam
sirkulasi darah.Anak jadi lebih sering buang air kecil dan dalam jumlah yang

besar.Mengompol juga bisa menjadi gejala adanya diabetes, terutama jika


sebelumnya anak tak pernah mengompol.
2. Sering Haus dan Banyak Minum
Karena banyak cairan yang dikeluarkan, anak menjadi gampang haus.
3. Berat Badan Menurun
Tubuh tidak lagi bisa memproses glukosa untuk energi dan mulai memecah
otot dan cadangan lemak untuk menghasilkan energi bagi sel-sel yang
lapar.Karenanya meski nafsu makan anak normal tetapi berat badannya sulit naik.
4. Mudah lelah
Anak tampak kelelahan karena tubuhnya tidak mampu memproses glukosa
untuk energi. Gejala-Gejala Diabetes Tahap Lanjut Diabetes tipe 1 umumnya
terjadi pada anak-anak dan remaja meskipun pada dasarnya dapat terjadi pada usia
berapapun.
Diabetes tipe 2 yang merupakan tipe yang paling umum dapat terjadi pada
usia berapapun dan sering dapat dicegah.
1. Berat badan turun dengan cepat
Buat penderita diabetes, jangan senang dulu jika berat badan Anda turun
dengan cepat.Ini bukan diakibatkan karena diet yang sukses, namun lebih
disebabkan karena pankreas mulai rusak.Pankreas memiliki tugas memproduksi
insulin yang digunakan mengolah glukosa menjadi sumber energi.Karena
pankreas pada penderita diabetes gagal mengolah gula menjadi energi, maka
terjadilah resistensi insulin. Tubuh kemudian akan mencari sumber energi
alternatif dengan membakar cadangan lemak dalam tubuh. Jika cadangan lemak
habis, maka sasaran selanjutnya adalah otot. Akibatnya bobot tubuh akan terus
menyusut.
2. Sering Kesemutan
Gejala ini terjadi karena pembuluh darah yang rusak, sehingga darah yang
mengalir di ujungujung saraf pun berkurang.
3. Luka yang sulit sembuh
Ini adalah efek lain dari kerusakan pembuluh darah dan saraf selain
kesemutan. Kerusakan ini mengakibatkan penderita diabetes tidak merasakan
sakit jika mengalami luka.Mereka bahkan kadang tidak sadar telah terluka.

Gabungan kadar gula darah yang tinggi dan tidak adanya rasa nyeri, maka luka
yang awalnya kecil dapat membesar menjadi borok dan bahkan membusuk. Jika
sudah sampai tahap ini, amputasi merupakan satu-satunya jalan keluar atau solusi
untuk menyembuhkannya.
6. Dampak dan Komplikasi Diabetes
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,
ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a.

Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002 :
1258)
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis
dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
c.

Hypoglikemia Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)

Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2
yaitu: (Long 1996)

a.

Mikrovaskuler

1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat,
maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah,
1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahanperubahan
metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan
hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam
pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan
resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan
dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan
gangren. Infeksi dimulai dari celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada
selsel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan
kalus demikian juga pada daerahdaerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah
keotak menurun (Long, 1996 : 17)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I.
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3.
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II).
j. Urine: gula dan aseton positif.
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
8. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus terutama ditujukan kepada orangorang yang memiliki risiko untuk menderita DM. Tujuannya adalah untuk
memperlambat timbulnya DM, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas,
dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan
pembuluh darah.Faktor risiko DM dibedakan menjadi faktor yang dapat
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.Usaha pencegahan
dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga menderita DM, usia >45
tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan
rendah, kurang dari 2,5 kg.

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi


Contohnya berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (>
140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan atau
trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah
serat.Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni
mereka yang mengalami intoleransi glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi
mederita DM.
Pencegahan DM pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah
dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan,
dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang
dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabetes paling berhubungan
dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian, penurunan berat badan 5-10%
dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM. Dianjurkan pula melakukan
pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung
sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk
mencapai berat badan ideal.
Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150
menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki
resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL
(kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal. Selain olah raga,
dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan memilih
menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar daripada
menggunakan mobil, dll.
Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi
glukosa, dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa
dan DM. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni :
penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan.
Penatalaksanaan secara medis adalah sebagai berikut:
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel
beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan
berat badan yang berlebihan. Obat obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
o Glibenklamida (5mg/tablet).
o Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
o Glikasida (80 mg/tablet).
o Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada
pasien dengankelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah
Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan
obat obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi
dengan obat obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana
sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita
hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
o Insulin kerja cepat Jenis jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.

o Insulin kerja sedang Jenis jenisnya adalah NPH (Netral Protamine


Hagerdon)
o Insulin kerja lambat Jenis jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
Sedangkan unuk penatalaksanaan secara keperawatan adalah sebagai
berikut:
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.
Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari
50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan
menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 %
lemak dan 12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori,
kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis,
perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga
dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat
berat
10. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus
Pengkajian keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan
secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan
intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah disusun dan
mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap
keluarga. Proses keperawatan merupakan kerangka kerja dalam melaksanakan
tindakan yang digunakan agar proses asuhan keperawatan dan kesehatan terhadap
keluarga menjadi lebih sistematis (Effendy, 1998 : 46).

1. Pengkajian Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga
kedalam tahap-tahap meliputi mengidentifikasi data, tahap dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping
keluarga.
a. Mengidentifikasi data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien
dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun social yang merupakan
system integritas dan kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998).
Pengumpulan data pada keluarga dengan Diabetes Mellitus difokuskan pada
komponen-komponen yang berkaitan dengan diabetes Mellitus.
b. Data Identitas
1) Umur
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang
memasuki usia rawan tersebut, terutama mereka yang berat badannya berlebih
karena tubuh tidak peka terhadap insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi
resiko diabetes (Setiono, 2005 :24).
2) Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang Diabetes Mellitus bila
dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai
factor yang mendorong terjadinya DM seperti obesitas saat kehamilan, strees,
kelelahan, serta makanan yang tidak terkontrol.
3) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan
perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita Diabetes
Mellitus. Salah satu penyebab ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan
tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang
ada dalam keluarga, misalnnya keuangan (Effendy,1998).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan
yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan

penderita Diabetes Mellitus dan akibatnya serta pentingnya fasilitas pelayanan


kesehatan.
5) Hubungan (genogram)
Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota keluarga yang menderita
diabetes. Resiko juga meningkat pada keadaan kembar monozigot dan autosomal
dominan.
6) Tipe atau Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga extended family yang mempunyai riwayat penyakit DM lebih
cenderung menderita DM dari pada keluarga yang ukurannya lebih kecil dan tidak
mempunyai riwayat DM.
7) Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga
a) Kebiasaan Makan
Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan tradisional yang mengandung
banyak karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola makan dengan komposisi
makan yang terlalu banyak mengandung protein, gula, lemak, garam, dan
mengandung sedikit serat. Pola makan seperti inilah yang beresiko terjadinya
penyakit diabetes mellitus (Noer, 1996).
b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan factor penting dalam pengelolaan
pasien dengan Diabetes Mellitus. Effendy (1998) menyatakan bahwa fasilitas
kesehatan yang terjangkau memberikan pengaruh yang besar terhadap perawatan
dan pengobatan pada keluarga yang anggota keluarganya menderita Diabetes
Mellitus. Bila keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan
rajin mereka akan melakukan control dan memeriksakan dirinya secra teratur
apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Pada
keluarga yang kurang mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan, maka
keluarga hanya memeriksakan kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika
merasakan adanya gejalagejala yang terkait dengan Diabetes Mellitus.
c) Pengobatan Tradisional
Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu tradisional. Namun perlu
diperhatikan dalam melakukan pengobatan tersebut harus kontrol teratur agar
pengobatannya berhasil. Namun mayoritas penderita Diabetes Mellitus telah

memanfaatkan pengobatan modern untuk mengatasi gejala dan keluhan Diabetes


Mellitus.
8) Status Sosial Ekonomi
Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai status ekonomi
menengah keatas. Karena factor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat,
seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan strees berperan
penting sebagai pemicu diabetes.
c. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang berisiko mengalami masalah Diabetes
Mellitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan
lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degeneratif yaitu suatu kemunduran
fungsi system organ tubuh, termasuk penurunan fungsi dari sel beta pancreas.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain misalnya riwayat
keluarga dengan Diabetes Mellitus, Hiperensi, Penyakit ginjal, Stroke dan lainlain.
d. Data Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau pencahayaan yang
kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan factor yang meningkatkan resiko
injury karena pada pendrita Diabetes Mellitus yang lanjut akan mengalami
gangguan pada system persepsi sensori terutama visual seperti adanya keluhan
pandangan kabur.
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
Menjelaskan tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat
a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan
mengenai

waktu

yang

digunakan

keluarga

untuk

berkumpul

serta

perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan
masyarakat setempat
b) Fasilitas pelayanan kesehatan Adanya fasilitas pelayanan kesehatan sangat
menentukan pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan.

c) Fasilitas transportasi
d) Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampuan
keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
e) Sistem pendukung
f) Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Mellitus di keluarga sangat
membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian
edukasi, motivasi dan memonitor atau mengontrol perkembangan kesehatan
anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
3) Struktur keluarga
Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian
satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan
merupakan tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang
menjadi pemicu terjadinya suatu masalah kesehatan (Effendy, 1998).
4) Struktur kekuasaan
Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang lebih
dominant adalah patriarkal yaitu pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak
ayah (Effendy, 1998).
5) Struktur peran
Friedman (1986), menyatakan peran atau status seseorang dalam keluarga dan
masyarakat mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam keluarga terbagi dalam
peran sebagai suami, ayah, istri, ibu, anak, kakak, adik, cucu, dan lain-lain.
6) Nilai-nilai dalam keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang bertentangan
dengan masalah DM seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada petugas
fasilitas kesehatan (Effendy, 1998).
7) Fungsi keluarga
a) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam
keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memperhatikan keluarga yang menderita
DM akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut (Noer, 1996).

b) Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita
DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress
keluarga. Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat oleh karena merasa
jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah Diabetes
Mellitus:
(a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah pada DM salah satu factor
penyebabnya adalah karena kurang pengetahuan tentang DM (Effendy, 1998).
Apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah Diabetes Mellitus, penyakit
tersebut akan mengakibatkan komplikasi.
(b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidak sanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat, berat, dan
luasnya masalah yang dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyakit
Diabetes Mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
(c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidak mampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit,
tanda dan gejala, penyebab dan pengelolaan pada Diabetes Mellitus (Effendy,
1998).
(d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidak mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak
mencukupi, diantaranya adalah biaya (Effendy, 1998).
(e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah Diabetes
Mellitus. Agar penderita dapat memeriksakan kesehatan secara rutin dan sebagai
tempat jika ada keluhan (Effendy, 1998).

8) Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress pada anggota keluarga yang
menderita diabetes, karena salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan
menjaga diit yang teratur, dan mengurangi stress.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Arteroskleosis vasikuler Diagnosa keperawatan adalah
pernayataan tentang factor-faktor yang mempertahankan respon atau tanggapan
yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998).
Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes melitus
antara lain (Doengoes, 2000: 51):
a. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan
pengeluaran urine, urine encer, kelemahan, haus, penurunan berat badan, kulit
atau membrane mukosa kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardia,
pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibutuhkan oleh
masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan,
penurunan berat badan 10-20% atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan,
tonus otot buruk, diare berhubungan dengan
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
e)

ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan:

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.


b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori, dapat diterapkan adanya
tanda-tanda dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual berhubungan
dengan
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
e) ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
e. Kelelahan, kemungkinan dibuktikan oleh kurang energi yang berlebihan,
ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja
biasanya biasanya berhubungan dengan
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
3. Rencana Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah melakukan
prioritas masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan (Effendy, 1998):
a) Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga
tidak dapat diatasi sekaligus.
b) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan.
c) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

d) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.


e) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga atau
keperawatan keluarga.
f) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b. Kriteria prioritas masalah (Effendy, 1998: 52):
Kriteria masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, keadaan sakit atau
kurang sehat, dan situasi krisis. Bobot terbesar adalah kurang sehat kemudian
ancaman kesehatan dan yang ketiga adalah krisis.
Kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat diubah, hal-hal yang harus
diperhatikan:
a) Pengetahuan, teknologi, dan tindakan untuk menangani diabetes mellitus.
b) Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.
c) Sumber daya keperawatan, diantaranya adalah pengetahuan tentang diabetes
mellitus, ketrampilan dalam perawatan.
d) Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti
posyandu, polindes dan sebagainya.
c. Potensi masalah untuk dicegah
Adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi / dicegah
melalui tindakan keperawatan dan kesehatan misalnya dengan memberikan
informasi tentang diabetes mellitus, cara mencegah dan merawat, serta
menganjurkan keluarga untuk memeriksakan kesehatan anggota keluarga dengan
diabetes mellitus ke pelayanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melihat potensi pencegahan masalah diabetes mellitus:
a) Kesulitan masalah diabetes mellitus, berkaitan dengan beratnya penyakit
diabetes mellitus yang menunjukkan kepada prognosa DM (Diabetes
Mellitus).
b) Lamanya masalah berhubungan dengan terjadinya masalah diabetes mellitus,
dan kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat dicegah.
c) Tindakan yang sudah dan sedang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki
masalah diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan status kesehatan
keluarga.

d) Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Masalah yang menonjol
Adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah diabetes mellitus dalam hal
beratnya dan mendesak untuk diatasi melalui intervensi keperawatan (Effendy,
1998: 49).
e. Penyusunan Tujuan
Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien, penyusunan
tujuan

bersama

tersebut

terdiri

atas

kemungkinan

sumber-sumber,

menggambarkan pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan, menyeleksi


intervensi keperawatan yang spesifik dan mengoperasionalkan perencanaan
(menyusun prioritas dan menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam
fasenya).
a) Tujuan umum
Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes mellitus, maka
keluarga mampu mengenal masalah diabetes mellitus, mampu mengambil
keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang
mengalami diabetes mellitus.
b) Tujuan khusus
Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi atau tidak
bertambah buruk keadaanya.
f. Menentukan kriteria evaluasi
Kriteria yang akan dicapai adalah:
1) Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang masalah
kesehatan diabetes mellitus, yaitu pengertian, penyebab, tipe, tanda dan gejala,
dan perawatan diabetes mellitus.
2) Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara verbal akan
mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita
diabetes mellitus.
3) Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu keluarga mampu
melakukan perawatan diabetes mellitus dan mencegah terjadinya komplikasi
diabetes mellitus.

g. Menentukan standar evaluasi:


Pengertian, tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala, perawatan diabetes mellitus.
h. Fokus Intervensi
1) Kekurangan volume cairan
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi klinik
kekurangan volume cairan sebagai tanda memberatnya penyakit Diabetes
Mellitus.
(2) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara
mengatasi kekurangan volume cairan.
(b) Kognitif / sikap
(1) Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitor keluaran urine.
(2) Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan kesehatan
terdekat.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan kepada keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan.
(2) Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam regimen pengobatan.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian
pentingnya gizi bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar bagi
penderita Diabetes Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita Diabetes Mellitus.
(2) Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes
Mellitus.

3) Resiko infeksi
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang adanya resiko
tinggi infeksi pada luka penderita Diabetes Mellitus.
(2) Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita Diabetes
Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar
terhindar dari infeksi.
(2) Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan cara perawatan luka
yang benar.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar
mendapatkan perawatan luka yang benar.
(2) Rujuk ke pelayanan kesehatan .
4) Resiko gangguan persepsi sensori
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang gangguan
persepsi sensori visual (pandangan kabur) sebagai manifestasi penyakit Diabetes
Mellitus.
(2) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke pelayanan
terdekat.
(b) Kognitif / sikap
(1) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya penurunan
ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari terjadinyya komplikasi Diabetes
Mellitus yang lanjut.
(2) Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu penglihatan jika terjadi
gangguan penglihatan.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan untuk
pemeriksaan lanjutan, penggunaan kacamata dan penggunaan obat.
(2) Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.

5) Kelelahan, kelemahan
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian
pentingnya gizi bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) - Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes
Mellitus.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta : Sagung Seto
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and
Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing,
Concept and Practice. Lippincott : California
Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC
Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta
:EGC
Friedman,M.M.1998.Family

Nursing

Research

Theory

and

Practice,4thEdition.Connecticut : Aplenton
Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi
dalam Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik,
Keluarga.Jakarta : EGC
Suprajitno.2004.Asuhan

Keprawatan

Keluarga

Aplikasi

dalam

Praktek.Jakarta :EGC Wright dan Leakey.1984.Penderita Obesitas.Jakarta : PT


Pustaka Raya

Anda mungkin juga menyukai