DIABETES MELITUS
Oleh:
Pokok Bahasan
: Penyakit Degeneratif
Sub topik
: Diabetes Melitus
Sasaran
: Keluarga Tn. J
Hari/Tanggal
Waktu
: 17.00 - selesai
Tempat
I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan keluarga Tn. J dapat memahami tentang
penyakit diabetes melitus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah
mengikuti
penyuluhan
kesehatan
selama
30
menit
V. KEGIATAN PENYULUHAN
NO
1
KEGIATAN
KEGIATAN
PENYULUHAN
PESERTA
WAKTU METODE
Pembukaan :
Membuka
dengan
kegiatan
Menjawab salam
5 menit
ceramah
15 menit
ceramah
5 menit
Tanya
mengucapakan
Mendengarkan
salam
Memperkenalkan diri
Memperhatikan
penyuluhan
Menyebutkan
materi
Pelaksanaan :
Penjelasan / Penyuluhan Memperhatikan
Mendengarkan
tentang :
pengertian
diabetes
melitus
klasifikasi
diabetes
melitus
penyebab
diabetes
melitus
tanda dan gejala diabetes
melitus
dampak dan komplikasi
diabetes melitus
pencegahan
diabetes
melitus
3
Evaluasi :
Menanyakan
kepada Menjawab
jawab
diberikan,
mengevaluasi
materi
yang
tentang
telah
disampaikan
dan
reiforcement
kepada
peserta
yang
dapat
menjawab pertanyaan.
4
Terminasi :
Mengucapkan
terima Mendengarkan
5 menit
Mengucapkan
penutup
Materi Penyuluhan :
DIABETES MELITUS
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes
merupakan
suatu
kelompok
panyakit
metabolik
dengan
karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner
& Suddart, 2002).
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Associations
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,
menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel
beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.Kondisi
ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Proses radang atau infeksi Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan
sekresi insulin
5. Faktor obesitas, Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan
(Long, 1996).
6. Pada keadaan tertentu Misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau
karena efek dari obat obatan tertentu (Long, 1996).
4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat
5. Tanda Dan Gejala
Mengenali gejala diabetes tipe satu pada anak tak selalu mudah karena
gejala-gejalanya sering disalah artikan sebagai penyakit flu.Selain itu gejala yang
timbul terkadang baru muncul setelah penyakit berjalan cukup panjang. Anak
dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki gejala awal sebagai berikut:
1. Sering Buang Air Kecil
Hal ini terjadi karena ginjal ingin membersihkan kelebihan glukosa dalam
sirkulasi darah.Anak jadi lebih sering buang air kecil dan dalam jumlah yang
Gabungan kadar gula darah yang tinggi dan tidak adanya rasa nyeri, maka luka
yang awalnya kecil dapat membesar menjadi borok dan bahkan membusuk. Jika
sudah sampai tahap ini, amputasi merupakan satu-satunya jalan keluar atau solusi
untuk menyembuhkannya.
6. Dampak dan Komplikasi Diabetes
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,
ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a.
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak
adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002 :
1258)
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis
dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
c.
Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2
yaitu: (Long 1996)
a.
Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat,
maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah,
1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahanperubahan
metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan
hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam
pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan
resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan
dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan
gangren. Infeksi dimulai dari celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada
selsel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan
kalus demikian juga pada daerahdaerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah
keotak menurun (Long, 1996 : 17)
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I.
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3.
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal.
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II).
j. Urine: gula dan aseton positif.
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
8. Pencegahan
Pencegahan penyakit diabetes melitus terutama ditujukan kepada orangorang yang memiliki risiko untuk menderita DM. Tujuannya adalah untuk
memperlambat timbulnya DM, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas,
dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan
pembuluh darah.Faktor risiko DM dibedakan menjadi faktor yang dapat
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.Usaha pencegahan
dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga menderita DM, usia >45
tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan
rendah, kurang dari 2,5 kg.
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel
beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan
berat badan yang berlebihan. Obat obat yang beredar dari kelompok ini adalah:
o Glibenklamida (5mg/tablet).
o Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
o Glikasida (80 mg/tablet).
o Glikuidon (30 mg/tablet).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada
pasien dengankelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien
dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah
Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan
obat obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi
dengan obat obatan tersebut, bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana
sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita
hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
o Insulin kerja cepat Jenis jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
1. Pengkajian Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga
kedalam tahap-tahap meliputi mengidentifikasi data, tahap dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping
keluarga.
a. Mengidentifikasi data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan pasien
dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun social yang merupakan
system integritas dan kesanggupan untuk mengatasinya (Friedman, 1998).
Pengumpulan data pada keluarga dengan Diabetes Mellitus difokuskan pada
komponen-komponen yang berkaitan dengan diabetes Mellitus.
b. Data Identitas
1) Umur
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic menurun
dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang
memasuki usia rawan tersebut, terutama mereka yang berat badannya berlebih
karena tubuh tidak peka terhadap insulin, semakin bertambah usia semakin tinggi
resiko diabetes (Setiono, 2005 :24).
2) Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang Diabetes Mellitus bila
dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak mempunyai
factor yang mendorong terjadinya DM seperti obesitas saat kehamilan, strees,
kelelahan, serta makanan yang tidak terkontrol.
3) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam melakukan
perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang menderita Diabetes
Mellitus. Salah satu penyebab ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan
tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak seimbangnya sumber-sumber yang
ada dalam keluarga, misalnnya keuangan (Effendy,1998).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan pendidikan
yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam pengelolaan
waktu
yang
digunakan
keluarga
untuk
berkumpul
serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan
masyarakat setempat
b) Fasilitas pelayanan kesehatan Adanya fasilitas pelayanan kesehatan sangat
menentukan pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan.
c) Fasilitas transportasi
d) Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampuan
keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
e) Sistem pendukung
f) Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Mellitus di keluarga sangat
membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian
edukasi, motivasi dan memonitor atau mengontrol perkembangan kesehatan
anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.
3) Struktur keluarga
Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan saling pengertian
satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga dan
merupakan tugas anggota keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang
menjadi pemicu terjadinya suatu masalah kesehatan (Effendy, 1998).
4) Struktur kekuasaan
Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang lebih
dominant adalah patriarkal yaitu pemegang kekuasaan yang tertinggi di pihak
ayah (Effendy, 1998).
5) Struktur peran
Friedman (1986), menyatakan peran atau status seseorang dalam keluarga dan
masyarakat mempengaruhi gaya hidupnya, peran dalam keluarga terbagi dalam
peran sebagai suami, ayah, istri, ibu, anak, kakak, adik, cucu, dan lain-lain.
6) Nilai-nilai dalam keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang bertentangan
dengan masalah DM seperti halnya pergi ke dukun dan bukan pada petugas
fasilitas kesehatan (Effendy, 1998).
7) Fungsi keluarga
a) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh individu lain dalam
keluarga tersebut. Keluarga yang kurang memperhatikan keluarga yang menderita
DM akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut (Noer, 1996).
b) Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita
DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress
keluarga. Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat oleh karena merasa
jenuh dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup.
c) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah Diabetes
Mellitus:
(a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah pada DM salah satu factor
penyebabnya adalah karena kurang pengetahuan tentang DM (Effendy, 1998).
Apabila keluarga tidak mampu mengenal masalah Diabetes Mellitus, penyakit
tersebut akan mengakibatkan komplikasi.
(b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidak sanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam
melakukan tindakan disebabkan karena tidak memahami tentang sifat, berat, dan
luasnya masalah yang dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyakit
Diabetes Mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan komplikasi.
(c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidak mampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui keadaan penyakit,
tanda dan gejala, penyebab dan pengelolaan pada Diabetes Mellitus (Effendy,
1998).
(d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidak mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam keluarga tidak
mencukupi, diantaranya adalah biaya (Effendy, 1998).
(e) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas kesehatan
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai masalah Diabetes
Mellitus. Agar penderita dapat memeriksakan kesehatan secara rutin dan sebagai
tempat jika ada keluhan (Effendy, 1998).
8) Koping keluarga
Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress pada anggota keluarga yang
menderita diabetes, karena salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu dengan
menjaga diit yang teratur, dan mengurangi stress.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Arteroskleosis vasikuler Diagnosa keperawatan adalah
pernayataan tentang factor-faktor yang mempertahankan respon atau tanggapan
yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998).
Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes melitus
antara lain (Doengoes, 2000: 51):
a. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan
pengeluaran urine, urine encer, kelemahan, haus, penurunan berat badan, kulit
atau membrane mukosa kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardia,
pelambatan pengisian kapiler. Berhubungan dengan
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibutuhkan oleh
masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan,
penurunan berat badan 10-20% atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan,
tonus otot buruk, diare berhubungan dengan
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
e)
d) Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
d. Masalah yang menonjol
Adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah diabetes mellitus dalam hal
beratnya dan mendesak untuk diatasi melalui intervensi keperawatan (Effendy,
1998: 49).
e. Penyusunan Tujuan
Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien, penyusunan
tujuan
bersama
tersebut
terdiri
atas
kemungkinan
sumber-sumber,
3) Resiko infeksi
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang adanya resiko
tinggi infeksi pada luka penderita Diabetes Mellitus.
(2) Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita Diabetes
Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar
terhindar dari infeksi.
(2) Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan cara perawatan luka
yang benar.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar
mendapatkan perawatan luka yang benar.
(2) Rujuk ke pelayanan kesehatan .
4) Resiko gangguan persepsi sensori
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang gangguan
persepsi sensori visual (pandangan kabur) sebagai manifestasi penyakit Diabetes
Mellitus.
(2) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke pelayanan
terdekat.
(b) Kognitif / sikap
(1) Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya penurunan
ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari terjadinyya komplikasi Diabetes
Mellitus yang lanjut.
(2) Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu penglihatan jika terjadi
gangguan penglihatan.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan untuk
pemeriksaan lanjutan, penggunaan kacamata dan penggunaan obat.
(2) Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.
5) Kelelahan, kelemahan
(a) Afektif / pengetahuan
(1) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian
pentingnya gizi bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) - Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
(b) Kognitif / sikap
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
(c) Psikomotor / ketrampilan
(1) Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
(2) Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita Diabetes
Mellitus.
DAFTAR PUSTAKA
Nursing
Research
Theory
and
Practice,4thEdition.Connecticut : Aplenton
Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi
dalam Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik,
Keluarga.Jakarta : EGC
Suprajitno.2004.Asuhan
Keprawatan
Keluarga
Aplikasi
dalam