Anda di halaman 1dari 181

DAMPAK REWARD DENGAN STAR MELALUI CHECKLIST

REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD


Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
NOVI SUSANTI
107018303956

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

DAMPAK REWARD DENGAN STAR MELALUI CHECKLIST


REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD
Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu
Kota Tangerang Selatan

Skripsi
Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

Oleh
NOVI SUSANTI
107018303956
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing

Dra. Eri Rossatria, M. Ag


NIP. 19470717 1966082001

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI


Skripsi berjudul Dampak Reward Dengan Star Melalui Checklist Reflektif
Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 di SD Hikari Desa Karanggan
di susun oleh Novi Susanti, 107018303956, Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah, serta berhak untuk diajukan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 06 Februari 2013

Yang mengesahkan

Pembimbing

Dra. Eri Rossatria, M. Ag


NIP. 19470717 1966082001

DAFTAR ISI

ABSTRAK .....................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................... vii


DAFTAR ISI ..................................................................................

ix

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ...............................................


DAFTAR GAMBAR .....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................

B. Identifikasi Masalah ..........................................................

C. Pembatasan Masalah .........................................................

D. Perumusan Masalah ..........................................................

E. Tujuan Penelitian ..............................................................

F. Manfaat Penelitian ............................................................

KAJIAN TEORI
A. Hakikat Disiplin dalam pendidikan ....................................

10

1. Pengertian Disiplin ..........................................................

10

2. Pentingnya Disiplin .........................................................

12

3. Tujuan Disiplin ...............................................................

14

4. Unsur-unsur Disiplin .......................................................

15

5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif .........................

19

B. Hakikat reward dalam pendidikan .....................................

21

1. Pengertian reward .........................................................

21

2. Fungsi reward ...............................................................

24

3. Bentuk-bentuk reward ..................................................

25

4. Reward berupa star .................................................

27

5. Syarat-syarat reward .....................................................

28

C. Pelaksanaan reward dalam pengendalian disiplin siswa ...

29

1. Implementasi disiplin di sekolah ..................................

31

2. Pengenalan punishment di sekolah ...............................

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................

38

B. Metode dan Desaint Penelitian ..........................................

38

C. Variabel Penelitian ............................................................

40

D. Populasi dan Sampel .........................................................

40

E. Instrument Pengumpul Data ..............................................

41

F. Tehnik Pengumpul data .....................................................

44

G. Validasi Instrument ...........................................................

47

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...............................

50

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Sekolah Hikari ......................................

53

B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian


Treatment ...........................................................................

54

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian.......................................

59

D. Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak


terhadap sikap kedisiplinan siswa ......................................

BAB V

67

PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................

69

B. Saran ...................................................................................

69

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................

69

LAMPIRAN- LAMPIRAN ..........................................................

73

ABSTRAK
Novi Susanti, Dampak Reward dengan Star melalui Checklist Reflektif
Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 SD. Skripsi Program Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen
Pembimbing: Eri Rossatria, M. Ag,.
Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak reward dengan star melalui
checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SD. Metode
penelitian yang digunakan adalah eksperimen bentuk pre-eksperimental designs
(One- Shot Case Study). Penelitian ini dilakukan di SDS Hikari Kp. Koceak Ds.
Keranggan Kec. Setu Tangerang Selatan Banten, kelas 1 yang berjumlah 32
siswa pada semester genap tahun ajaran 2011-2012. Subyek penelitian diberikan
treatment atau perlakuan berupa reward dengan Star serta penggunaan
checklist reflektif selama 21 hari, kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya.
Hasil penelitian menunjukan reward dengan star melalui checklist reflektif
dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SDS Hikari desa Keranggan.
Hal ini dapat dilihat dari menurunnya presentase kategori buruk hampir pada
semua indikator kedisiplinan. Dengan demikian reward berupa star melalui
checklist reflektif berdampak positif pada sikap kedisiplinan siswa.

Kata Kunci: Kedisiplinan dan Reward berupastar melalui Checklist reflektif

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis.

Shalawat serta salam

dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan
penjelasan kepada umatnya melalui firman-firman Allah SWT.
Dalam

mengerjakan

skripsi

ini,

penulis

tidak

mungkin

mampu

menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga,


fikiran maupun materi. Oleh karena itu, penulis haturkan banyak terimakasih
kepada:
1. Prof. H. Rifat Syauqi Nawawi, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydi Zakaria, M. Ed., M. Phil, I., Ketua Jurusan Kependidikan
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Fauzan M, A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Eri Rossatria, M, Ag., Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, arahan serta bimbingannya kepada penulis untuk meyelesaikan
skripsi ini.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
pencerahan dan bimbingannya selama penulis mengenyam pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Yanti Herlanti S.Pd., M.Pd., Dr. Fadilah Hasim dan Wiwin Heryani S.Pt.
Pengampuh kurikulum, ketua yayasan dan kepala sekolah yang telah
mengizinkan serta memotivasi penulis melakukan penelitian di SDS
Hikari Desa Keranggan.
7. Keluarga besar SDS Hikari terutama guru-guru rekan kerja seprofesi, yang
telah memberikan canda serta tawa sehingga penulis merasa nyaman dan
termotivasi menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada kedua orang tua tercinta H. Gunawan (Alm) dan Hj. Ida Farida
yang telah membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan
berkarya demi ummat dan bangsa. Terkhusus untuk bapak tercinta,
tersayang dan inspirasiku, semoga engkau selalu tersenyum di alam sana.
Terimakasih atas semua didikan yang bapak berikan kepada penulis
selama masa hidupmu.
9. Kakak-kakak tercinta (teh Nunung, aPaih, tehNuni, aInu dan aRudi)
yang

selalu

menjaga

dan

selalu

mengingatkan

penulis

dalam

menyelesaikan skripsi ini.


10. Adik tercinta (Masturoh) yang selalu memberikan suport dan waktunya di
saat penulis menyelesaikan skripsi ini
11. Keluarga bear HMI Komisariat Tarbiyah dan Distrik HMI Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah. Terimakasih atas dukungan dan pengalaman
berorganisasi yang telah diberikan kepada penulis.
12. Sahabat tercinta angkatan 2007: (Ima, Eka, Iim, Yuyun, Dj, Iona, Rita,
Heri, Fahmi, Andi, Mufid, Wilda, Dara, Niken, Winda, Dede, dan Nani).
Serta keluarga besar jurusan PGMI fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
yang selalu memberikan canda dan senyumannya semasa kuliah sampai
sekarang.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dengan balasan yang
terbaik. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca
kususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam menulis skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 11 Februari 2013
Penulis,

Novi Susanti
107018303956

DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK


Ayat
Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 .................................................... 24
Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ................................................................... 25
Tabel
Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ............................. 39
Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ......................................................................... 40
Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ........................... 46
Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ........................... 57
Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas
Pada waktunya .............................................................................. 59
Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi
Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ................................... 60
Tabel 4.4 : Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas ......................61
Tabel 4. 5 : Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah
Disepakati Bersama ..........................................................................62
Tabel 4.6 : Berpakaian rapih dan Sopan ............................................................63
Tabel 4.7 : Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa
Ketika Proses dan Pasca ...................................................................65
Diagram
Diagram 3.1 : Indikator Disiplin yang disesuaikan
dengan Karakteristik Sekolah ........................................................ 43
Grafik
Grafik 4.1 : Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa ........... 64
Grafik 4.2 : Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap ....................................... 66

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Instrumen Penelitian
Lampiran A.1 :

Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa

1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes
Lampiran A.2 :
1. Angket:

Instrumen Non Tes


a. Lembar Checklist Reflektif
b. Catatan Anekdotal Record

2. Profil SDS Hikari

Lampiran B: surat-surat
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi mudanya untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih baik di masa
depan. Keberhasilan pendidikan terlihat dari adanya pewarisan dan pengayaan
budaya bangsa dari generasi ke generasi secara berkelanjutan. Selain itu,
keberhasilan tersebut juga terlihat dari tertanamnya nilai-nilai luhur kepribadian
bangsa dalam diri peserta didik sehingga dapat menggambarkan karakter suatu
bangsa. Dengan kata lain, salah satu keberhasilan tersebut adalah tertanamnya
warisan karakter bangsa di dalam proses pendidikan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas bangsa di masa yang akan datang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan
pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas ini menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh
karena itu pengembangan mutu pendidikan melalui penentuan visi, misi, dan
tujuan pada setiap satuan pendidikan haruslah mengarah pada tujuan pendidikan
nasional tersebut.

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen & UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 38.

Dari pasal tersebut juga terlihat dengan jelas bahwa tujuan utama pendidikan
di Indonesia adalah membentuk kepribadian peserta didik dengan menanamkan
nilai-nilai luhur yang dapat menjadi karakter bangsa Indonesia. Untuk
mewujudkan semua cita-cita di atas, maka perlu ditegaskan kembali bahwa setiap
satuan pendidikan salah satunya harus dapat mengembangkan pola pendidikan
berbasis karakter. Tercerminnya karakter bangsa dalam diri peserta didik menjadi
satu dari banyak hal yang nyata dari keberhasilan suatu bangsa dalam bidang
pendidikan. Salah satu karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik
adalah nilai-nilai kedisiplinan.
Tujuan penerapan nilai-nilai kedisiplinan pada diri peserta didik di bangku
sekolah adalah mengarahkan peserta didik untuk berprilaku positif, karena dengan
membiasakan hidup disiplin meraka akan belajar mengenai hal-hal yang baik,
dimana semua kebaikan tersebut dapat menjadi bekal bagi mereka di masa yang
akan datang. Nilai-nilai kedisiplinan yang melekat dalam diri peserta didik dapat
membuat peserta didik tekun dan terbiasa hidup teratur. Kedisiplinan yang terus
dilatih akan menjadi kebiasaan

yang tertanam dalam setiap kegiatan

kesehariannya.
Perilaku disiplin harus mulai ditanamkan sejak dini, karena nilai kedisiplinan
sangat diperlukan untuk pembentukan karakter peserta didik menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Membentuk kedisiplinan dalam diri peserta didik bukanlah
perkara yang mudah, perlu kerjasama diantara lingkungan yang dekat dengan
peserta didik. Sekolah adalah jenjang penting yang harus dilalui dalam kehidupan
peserta didik, dan salah satu tempat yang efektif untuk menanamkan nilai
kedisiplinan adalah sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah dapat
dengan leluasa menerapkan berbagai cara untuk mengarahkan peserta didik agar
dapat hidup disiplin. untuk menumbuhkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta
didik secara menyeluruh dan bersifat permanen, sekolah harus fokus terhadap
pengembangan nilai kedisiplinan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan kedisiplinan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung di
sekolah.

Kedisiplinan yang diterapkan di sekolah membutuhkan kerjasama dari


berbagai pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik, yaitu
lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Penerapan disiplin di
sekolah harus dilakukan secara konsekuen. Langkah awal yang harus dilakukan
pihak sekolah adalah merumuskan beberapa tata tertib yang harus dijalankan di
sekolah. Setelah itu, pihak sekolah memerintahkan kepada seluruh peserta didik
untuk menjalankan seluruh tata tertib yang telah ditentukan di sekolah tersebut.
Seperti yang kita tahu, bahwa penerapan kedisiplinan tidak semudah membalikan
telapak tangan, maka tantangan selanjutnya adalah sekolah harus menemukan cara
yang tepat untuk menerapkan nilai-nilai kedisiplinan yang tidak mengengkang dan
memberikan rasa nyaman kepada peserta didik. Penerapan kedisiplinan dengan
membubuhi reward dan punishment adalah satu dari banyaknya rekomendasi
cara yang tepat untuk menerapkan kedisplinan di sekolah. Penghargaan (reward)
diberikan kepada peserta didik yang melaksanakan seluruh tata tertib sekolah
dengan baik dan memberikan peringatan (punishment) kepada peserta didik yang
melanggar tata tertib.
Penggunaan reward yang ideal untuk menerapkan disiplin di sekolah harus
dilakukan sebaik mungkin, sehingga membuat peserta didik tidak memiliki
perasaan yang iri hati, tidak merasa dibedakan antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya atau membuat peserta didik justru hanya mengharapkan
hadiah itu sendiri. karena tujuan utama dari penerapan disiplin adalah untuk
membiasakan peserta didik menaati tata tertib yang telah ditetapkan di sekolah,
bukan untuk membuat mereka menjadi diri yang mementingkan reward dari pada
perubahan sikap disiplin itu sendiri.
Menurut Ahmad Rohani, menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk
mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, akan tetapi sebaliknya
ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar terhadap peserta didik dalam
batas-batas kemampuannya.2 Selanjutnya, Singgih Gunarsa dalam bukunya yang
berjudul

Psikologi

Untuk

Membimbing

mengatakan

bahwa,

sesuai

perkembangannya kedisiplinan tidak lagi diajarkan dengan kekerasan terhadap


2

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 134

pelanggaran, melainkan dengan wejangan-wejangan. 3 Oleh karena itu, reward


yang diberikan harus dapat mengarahkan peserta didik untuk selalu berperilaku
disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, ketika peserta didik
mendapatkan reward, dan akan mampu memahami dengan jelas bahwa reward itu
memang berhak didapatkannya, sehingga dengan adanya reward yang mereka
dapatkan, mereka akan menganggap perilaku disiplin merupakan sebuah
kebutuhan dan bukan hanya pengajaran semata.
Hal yang sama dijelaskan oleh Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul
Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah bahwa Reward
diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak
disiplin diri akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih
sayang. 4. Pendapat ini semakin mempertegas bahwa, hadirnya reward seharusnya
membuat peserta didik mematuhi seluruh tata tertib yang telah ditentukan dengan
cara yang bahagia, karna reward adalah penghargaan bagi peserta didik yang
berprestasi baik prestasi sikap maupun akademiknya. Penggunaan cara yang tepat,
sekolah dengan sendirinya menciptakan suasana disiplin yang baik bagi peserta
didiknya.
Selanjutnya, pentingnya disiplin sejak dini juga dijelaskan di dalam buku
karangan Elizabet B. Hurlock bahwa anak membutuhkan disiplin. Disiplin dapat
mengantarkan mereka pada kebahagiaan, dan menjadi orang yang baik
penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berprilaku dengan cara
yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok
mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak, karna ia memenuhi
beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan
dan penyesuaian pribadi serta sosial anak. Teknik penerapan kedisiplinan anak
dengan menggunakan reward bertujuan untuk membuat peserta didik semangat
untuk melaksanakan disiplin di sekolah. Perilaku disiplin yang dilakukan secara

Singgih Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), Cet.Ke-9, h.

137
4

Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47

terus menerus akan mengarahkan peserta didik untuk terus berperilaku disiplin
dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut lagi, pendidikan mengenalkan kita pada proses pembelajaran.
Pembelajaran itu sendiri dapat di definisikan sebagai pengaruh permanen atas
prilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir, yang diperoleh melalui
pengalaman.5Selain itu, hal yang sama pentingnya ketika kedisiplinan diajarkan
adalah faktor pembiasaan, sesuai dengan pendapat Ivan Pavlov dalam hukum
belajarnya Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang
dituntut, menyatakan bahwa jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(salah satunya berfungsi sebagai reinforce/ penguat stimulus), maka refleks dan
stimulus lainnya meningkat.6 Pembiasaan yang dituntut adalah sikap kedisiplinan
yang dilakukan selama 21 hari, dan pembiasaan 21 hari juga diperkuat kembali
oleh Pavlov pada bukunya yang berjudul Conditioned Reflexes: An Investigation
of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex, yang menyatakan perlakuan
yang

dilakukan

terus

menerus

selama

21

hari

dapat

mempengaruhi

pembiasaannya.
Selanjtnya, baru-baru ini kalangan pendidikan sedang gencar membicarakan
tentang rancangan teknik yang tepat untuk perubahan sikap (disiplin) peserta didik.
Jadi pembahasan kali ini, memfokuskan pada rancangan pembelajaran di lapangan
itu sendiri. Pendekatan pembelajaran behavioral mengatakan bahwa, perilaku
harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses
mental.7 Oleh karena itu, checklist reflektif digunakan sebagai alat penilaian diri
berprilaku disiplin. Alat kontrol checklist reflektif dirancang sesuai dengan
psikologi pemahaman siswa kelas 1 SD yang di dalamnya mengandung 5
indikator yang disertakan reward yang dapat memotivasi peserta didik mematuhi
tata tertib yang ada di sekolah.

John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.

266

Ratna Yudhawati, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka


Publisher, 2011) h: 4
7
Ibid.,h. 266

Penerapan kedisipilinan dengan reward akhir-akhir ini mulai menjadi trend


pengembangan karakter peserta didik dibeberapa sekolah di kota-kota besar. Salah
satu sekolah yang telah menerapkan nilai-nilai kedisiplinan dengan pemberian
reward beserta punishment adalah SD Al-Fath Cirendeu, Ciputat. Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan selama melaksanakan Praktik Profesi Keguruan
Terpadu (PPKT) selama 4 bulan, peneliti melihat bahwa sebagai sekolah unggulan,
sekolah ini sudah dapat dikatakan berhasil menerapkan nilai-nilai kedisiplinan
dalam diri peserta didik. Penerapan kedisiplinan yang dilakukan adalah penerapan
terpadu yang dalam hal ini guru berperan penting dalam mengarahkan peserta
didik untuk memahami nilai kedisiplinan tersebut secara terpadu. Keterpaduan
antara pemahaman peserta didik pada hal yang baik dan buruk dengan
pemahaman yang diberikan guru, menjadikan peserta didik secara sadar
berperilaku disiplin dalam setiap kegiatan di sekolah. Selain itu, keberhasilan ini
juga sangat didukung oleh perhatian yang diberikan guru terhadap setiap tingkah
laku peserta didik, hal ini membuat peserta didik menyadari setiap perilaku yang
dilakukan, sehingga mereka dapat membedakan perilaku yang boleh dilakukan
dan perilaku yang tidak boleh dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ety Marwatu ditemukan bahwa
sebagian besar peserta didik merasa nyaman melanggar tata tertib yang ditetapkan
di sekolah. 8 Pelanggaran yang masih sering dilakukan peserta didik di sekolah
adalah 1). Peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh
guru. 2). Seringnya peserta didik keluar kelas ketika proses pembelajaran. 3).
Peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru. 4). Seringnya kondisi
peserta didik yang gaduh.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ternyata belum mampu
menjawab semua masalah pelanggaran kedisiplinan di berbagai sekolah.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama mengajar kurang lebih
satu semester di SD Hikari pada anak kelas satu, peneliti menemukan kesulitan
dalam menerapkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik. Meskipun nilai
8

Eti, Marwatu, MP 2010. 105018200675. Pemberian Reward dan Punishment dalam


Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat, Skripsi pada sarjana UIN Syarif
Hidayatulaah Jakarta, Jakarta, 2009, h.48, tidak dipublikasikan

kedisiplinan terus diterapkan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung


di sekolah, peneliti melihat masih banyak peserta didik yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditentukan. Pelanggaran tersebut,
seperti: 1). Peserta didik yang melakukan kegaduhan pada saat pembelajaran
berlangsung. 2). Peserta didik yang tidak mendengarkan penjelasan guru ketika
sedang belajar. 3). Peserta didik yang melanggar kesepakatan bersama, seperti
dilarang menggunakan bahasa gaul 4). Peserta didik yang mengabaikan tugasnya.
5). Dan peserta didik yang berkelahi di jam istirahat.
Bila pelanggaran ini terus berlangsung dan dibiarkan tanpa adanya tindakan
yang nyata, dampaknya akan sangat buruk

terhadap pembentukkan karakter

peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa penting untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan disiplin peserta didik.
Karena perkembangan psikologis peserta didik pada tingkat SD/MI
memerlukan tindakan yang konkrit, maka peneliti akan menggunaan teknik yang
lebih konkrit pula untuk mempermudah penerapan reward di sekolah. Teknik
tersebut yaitu dengan penggunaan star di dalam proses belajar mengajar. Star
disini digunakan sebagai reward yang diberikan kepada peserta didik, dan Star
bisa didapatkan bagi peserta didik yang menerapkan disiplinnya dengan baik.
Check list reflektif digunakan sebagai alat untuk melihat sejauh mana siswa secara
jujur menerapkan kedisiplinan di sekolah. Checklist reflektif bersifat penilaian diri
diharapkan dapat membuat peserta didik menilai dirinya sendiri, sehingga
tujuannya adalah peserta didik secara sadar menerapkan kedisiplinan itu sendiri.
Dari berbagai permasalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul DAMPAK REWARD DENGAN STAR MELALUI CHECKLIST
REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD
HIKARI DESA KARANGGAN

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah yang
diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih banyaknya peserta didik yang tidak disiplin

2. Sekolah yang belum serta merta menerapkan nilai kedisiplinan secara optimal
3. Penggunaan cara, alat atau strategi yang belum tepat untuk menerapkan
disiplin di sekolah dasar
4. Kurangnya pengawasan disiplin di berbagai sekolah
5. Belum terealisasikannya tekhnik Reward yang tepat untuk menerapkan disiplin
peserta didik kelas 1 SD.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dan tidak mungkin semuanya dapat diteliti
dalam waktu yang bersamaan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :
pemberian Reward dengan menggunakan teknik star melalui checklist reflektif
untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik .

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, maka
penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian adalah:
bagaimana dampak dari penggunaan reward dengan starmelalui checklist
reflektif terhadap sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan
reward dengan star melalui checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan
peserta didik

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada
semua pihak yang terkait langsung terhadap dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Secara teoritis, dapat memperkaya khasanah pendidikan khususnya tentang
bagaimana pemberian reward yang baik dalam meningkatkan kedisiplinan

peserta didik. Dan hasil penelitian ini sebagai penambah bahan kepustakaan
UIN Syarif hidayatullah Jakarta tentang alat pendidikan
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian lebih
lanjut
3. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat
menerapkan penggunaan reward yang tepat ketika pembelajaran berlangsung.
Sehingga memberikan efek yang positif bagi kemajuan pengajaran di kelas.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat disiplin dalam pendidikan


1.

Pengertian Disiplin
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti tata tertib (di

sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan terhadap


peraturan atau tata tertib.1 Selanjutnya pengertian disiplin yang diterangkan oleh
Elizabet B. Hurlock dan artikel tentang perkembangan sosial anak, disiplin berasal
dari kata disciple, yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela
mengikuti seorang pemimpin.2 Lebih luas lagi dalam kamus populernya
menerangkan pengertian disiplin adalah sama dengan hukuman. Menurut
konsep ini, disiplin digunakan apabila anak melanggar peraturan dan perintah
yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur
kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal. 3
Demikian pula pernyataan Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti dari
disiplin ialah untuk mengajarkan seseorang mengikuti ajaran dari seorang
pemimpin. Dimana tujuan dari disiplin ialah untuk membuat anak-anak anda
terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka berbagai bentuk tingkah laku
yang pantas atau yang tidak pantas atau masih asing bagi mereka.

Sama halnya

dengan pernyataan sebelumnya. Psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji,


menjelaskan bahwa disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan
menananmkan pola prilaku dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka,2002), Cet. Ke-2, h.268
2
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada
bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39
3
Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak , jilid
2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82
4
Charles Schaefer (alih Bahasa: Drs. R. Turman Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik
dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif How to Influence Children,5 (Jakarta: Restu Agung,
1996). Cet. Ke-1, h. xi

10

11

kualitas mental dan moral. 5 Sama halnya dengan pengertian disiplin selanjutnya,
menerangkan bahwa, disiplin sendiri adalah cara masyarakat (orang tua, guru,
orang dewasa lain) mengajarkan tingkah laku moral pada anak yang dapat
diterima oleh kelompoknya.

tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah

laku, oleh karenanya harus disesuaikan dengan peran yang ditentukan oleh
kelompok sosialnya.
Seperti yang disampaikan dalam seminar Seminar Sehari Sinar Harapan, 28
November 1987. Displin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi tuntutan dari
lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan
antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat
dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan
pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan di mana
ia hidup.7
Disiplin

juga

membantu

dalam

mengendalikan

tingkah

laku

dan

mengembangkan hati nurani, sehingga peka dengan nilai kebenaran. Disiplin


memungkinkan anak melakukan hal yang dapat diterima lingkungannya dan
mendapat penghargaan atau pujian. Disiplin berkaitan erat dengan cara
mengkoreksi, memperbaiki dan mengajarkan seseorang anak dalam bertingkah
laku yang baik tanpa merusak harga diri anak. Disiplin juga berperan penting
dalam perkembangan anak, karna dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan
kepastian tingkah laku. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
disiplin adalah suatu sikap moral individu yang terbentuk melalui serangkaian
prilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan
ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.

36

Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004) ,h:

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta: gaya favorit Press) h. 39
7
Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya
Cemerlang, 2008) h: 89

12

2.

Pentingnya Disiplin
Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti sekarang ini, pendidikan nilai

bagi anak merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan di era global
dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pilihan tentang nilai yang
mungkin dianggapnya baik. Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai suatu
masyarakat akan mungkin terjadi secara terbuka. Seperti yang telah diutarakan
Prof. Wina Sanjaya bahwa, Nilai-nilai yang dianggap baik pada suatu kelompok
masyarakat bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai
baru yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat8.
Disiplin adalah satu dari banyaknya karakter yang harus dikembangkan di
dalam diri anak-anak. Menurut Emile Durkeim, disiplin berguna bukan hanya
demi kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak, melainkan demi
kesejahteraan

individu

itu

sendiri.

Melalui

kedisiplinan

kita

belajar

mengendalikan keinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mendapatkan


kebahagiaan. 9Lebih lanjut lagi, Elizabet B. Hurlock mengatakan bahwa anak
membutuhkan disiplin. Disiplin dapat mengantarkan mereka pada kebahagiaan,
dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya10. Melalui disiplinlah mereka dapat
belajar berprilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya
diterima oleh anggota kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk
perkembangan anak, karna ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan
demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial
anak.
Disiplin memberikan manfaat kepada anak, sebagaimana dijelaskan
Hurlock dan artikel perkembangan sosial anak menjelaskan bahwa ada
5 manfaat yang diberikan oleh disiplin, yaitu: (1) disiplin memberi anak
rasa aman dengan memberi tahukan yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan. (2) disiplin membantu anak terhindar dari rasa bersalah dan
rasa malu akibat prilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan
rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin
8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:


Kencana Prenada Media,2006) h: 275
9
Emile Durkheim (Alih Bahasa: Drs. Lukas. Ginting) Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori
dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga,1990), h.35-36
10
Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak ,
jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82

13

memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok


sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. (3) disiplin
mengajarkan anak belajar untuk bersikap menurut cara yang akan
mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih
sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil
dan kebahagiaan. (4) disiplin yang sesuai dengan perkembangan
berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak
mencapai apa yang diharapkan darinya. (5) disiplin membantu anak
mengembangkan hati nurani suara dari dalam pembimbing dalam
pengambilan keputusan dan pengendalian prilaku.11 12
Dari banyaknya manfaat disiplin yang dibutuhkan oleh anak dan merupakan
penemuan pada proses penelitian ini, penerapan disiplin yang baik seyogyanya
memberikan keluasan untuk berpendapat sesuai dengan kemauan mereka. Karena
pada saat kedisiplinan diterapkan seorang anak akan senang jika peraturan dan
hakikat dari kedisiplinan tersebut keluar dari dalam hati mereka, dan kesan
tersebut sungguh memberikan dampak positif untuk membiasakan hidup disiplin.
Artinya, menerapkan disiplin yang baik tidak harus dengan pengekangan dan
kekerasan yang membuat mereka takut melainkan disaat disiplin diterapkan
mereka harus merasa nyaman untuk melakukan kedisiplinan di lingkungannya.
Selanjutnya, meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan
mereka bervariasi. Terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak
akan disiplin, enam diantaranya dianggap sangat penting, diantaranya:13
(1) karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak
semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai
kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun disiplin yang sama. (2)
kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari. (3)
kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin.
(4) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. (5)
disiplin lebih dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil.
(6) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia.

11

Ibid., h.83
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39
13
Ibid, h: 83-84
12

14

3.

Tujuan Disiplin
Seperti beberapa pernyataan tentang pentingnya disiplin dalam kehidupan

manusia, disiplin juga memiliki tujuan berbeda yang diungkapkan beberapa


ilmuan. Diantaranya, Elizabeth menyatakan bahwa tujuan disiplin ialah
membentuk prilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran
yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu berada.

14

Selanjutnya,

menurut Seto Mulyadi pendidikan disiplin pada anak bertujuan untuk membuat
anak bertanggung jawab dan membuat anak menyadari bahwa terdapat segala
konsekuensi dari segala tindakan yang dilakukannya.15 Tujuan berikutnya adalah
untuk membantu dan membimbing anak dalam menananmkan tingkah laku yang
baik dan mengajarkan anak menghindari tingkah laku yang buruk. Tujuan
disiplin yang ketiga adalah untuk membimbing, mendidik, dan melatih anak agar
ia mampu menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana.

16

Dari tujuan yang diterangkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa,
sikap kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan sejak dini. Seperti
pertumbuhan fase-fase awal pada umumnya, usia dini perlu diarahkan
kemauannya.

Kemauan

ini

harus

dibina

dan

dituntun

sesuai

tingkat

perkembangannya. Sehingga dengan pendidikan kedisiplinan mereka memahami


dengan sadar kesalahan yang mungkin pernah mereka lakukan, untuk kemudian
tidak akan mengulanginya lagi.
4.

Unsur-unsur Disiplin
Disiplin diharapkan mampu untuk membentuk dan mendidik anak sesuai

dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Disiplin memiliki


unsur-unsur pokok yang harus dipahami diantaranya: 17
a. Peraturan sebagai pedoman prilaku
Pokok pertama disiplin adalah peraturan, sebagaimana yang telah diterangkan
sebelumnya, bahwa disiplin adalah salah satu pokok yang ditetapkan untuk
14

Ibid., h. 82.
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)

15

h.36

16
17

Ibid.,h: 38
Op.cit, h:84

15

tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru, atau temanteman bermainnya. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman prilaku
yang disetujui dan tidak di setujui dalam situasi tertentu. Tentu saja dengan
adanya peraturan yang jelas maka anak akan memahami dengan baik mengapa
peraturan tersebut harus diikuti dan tidak diikuti, peraturan tersebut membantu
anak bersikap tegas atas pembentukan karakternya.
Peraturan sendiri memiliki dua fungsi yang sangat penting dalam membantu
anak menjadi manusia yang bermoral. (1) peraturan mempunyai nilai pendidikan,
sebab peraturan memperkenalkan pada prilaku anak yang disetujui oleh anggota
kelompok tersebut. (2) peraturan membantu mengengkang perilaku yang tidak
diinginkan. Jika seorang anak dihukum ketika melakukan kesalahan, maka anak
tersebut belajar tentang perilaku yang ia lakukan tidak diterima oleh masyarakat
atau golongan tertentu. Dan alhasil anak akan jera untuk melakukan kesalahan
yang sama.
2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
Pokok kedua disiplin adalah hukuman, hukuman berasal dari bahasa latin
punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, bahwa hukuman ini akan mendidik anak mempelajari halhal yang baik untuk dirinya, jika sebuah hukuman secara jelas di terapkan maka
dipastikan seorang anak tidak akan melakukan hal yang salah tersebut, sehingga
hasil akhirnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tegas.
Fungsi hukuman memiliki tiga peran penting yaitu: (1) hukuman
menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat. (2) hukuman berfungsi sebagai pendidik, sebelum seorang
anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar tindakan tertentu benar
dengan tidak dihukumnya mereka, dan tindakan tertentu yang salah
dengan dihukumnya mereka. (3) sebagai motivasi untuk menghindari
prilaku yang tidak diterima, pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan
yang salah perlu sebagai motivasi untuk meninghindari kesalahan
tersebut.18

18

Ibid., h.87

16

Dari ketiga fungsi diatas, jelas bahwa hukuman penting bagi tumbuh
kembang psikologi anak. Tentu saja dengan di dasari pemberian hukuman yang
mendidik (tidak ke fisik) dan hukuman yang bermakna (mengajarkan seorang
anak untuk memahami mengapa mereka dihukum). Selanjutnya, hukuman akan
dibahas pada bab punishment.
3. Penghargaan untuk prilaku yang baik.
Pokok

ketiga

dari

disiplin

ialah

penggunaan

penghargaan.

Istilah

penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian,
senyuman atau tepukkan dipunggung.
Penghargaan memiliki tiga peranan penting: (1) penghargaan
mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui maka tindakan
itu bernilai baik. (2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. Dan yamg (3)
penghargaan berfungsi sebagai memperkuat prilaku yang disetujui secara
sosial. Dan lemahnya penghargaan melemahkan keinginan untuk
mengulangi perilaku ini. Selanjutnya penghargaan akan dijelaskan lebih
jauh di bab reward.19
4. Konsistensi
Konsistensi adalah pokok keempat, konsistensi berarti tingkat keseragaman
atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya
perubahan. Dalam pembahasan tentang konsistensi, Hurlock menjelaskan bahwa,
konsistensi mempunyai tiga peran penting, diantaranya: (1) ia mempunyai nilai
mendidik yang besar. (2) konsiten memiliki nilai motivasi yang kuat. (3)
konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang
berkuasa. 20
Selanjutnya, pembahasan yang sama mengenai konsisten menerangkan
bahwa, konsisten akan membuat anak tidak bingung terhadap apa yang
diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin memegang tiga peran penting:
pertama, mendidik. Aturan yang konsisten mempercepat anak mempelajari
aturan. Kedua, konsistensi dapat meningkatkan motivasi. Anak yang selalu
19
20

Ibid., h.90
Ibid., h.91

17

mendapatkan ganjaran setiap menunjukan tingkah laku tersebut akan termotivasi


untuk mempertahankan tingkah laku tersebut. ketiga, konsistensi membuat anak
menghargai aturan dan figur otoritas. 21
Konsistensi mempunyai beberapa nilai penting. Ia memacu proses belajar
dengan membantu anak mempelajari peraturan dan menggabungkan peraturan
tersebut kedalam suatu kode moral. Hasilnya, anak-anak yang terus menerus
diberikan pendidikan moral secara konsisten cenderung secara keseluruhan
menjadi lebih matang secara moral dibandingkan teman sebayanya yang diberikan
pendidikan moral yang tidak konsisten. Pengetahuan bahwa disiplin yang
diterima di rumah dan di sekolah konsisten, akan menciptaka dalam diri anak rasa
hormat terhadap orang tua dan guru.
Selanjutnya, Soegeng Prijodarminto, sebagaimana dikutip oleh Dr.Soedijarto
dalam bukunya, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu,
mengatakan bahwa kuat tidaknya disiplin diri seseorang akan dipengaruhi oleh
pengalaman pribadinya dalam melatih dan mempribadikan disiplin kedalam
dirinya. Seorang anak yang menginjak dewasa akan memiliki disiplin pribadi
yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh pengalaman yang
positif dari usanya melaksanakan disiplin, tetapi sebaliknya akan goyah kalau
dalam perjalan menuju kedewasaan mengalami kekecewaan dalam mencoba
berdisiplin.22
Disiplin tidak akan terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan
proses untuk menumbuhkanya. Oleh karena itu, disiplin harus dimulai dan
dibiasakan dengan melakuknya secara berulang-ulang atau terus menerus
sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi kepribadian.
Seperti telah dijelaskan oleh teori belajar behaviorisme, Mengenai
pembiasaan yang membutuhkan kontinuitas, mendapatkan penjelasan yang sama
oleh John B.Watson yang menyatakan bahwa, yang terpenting dalam belajar

21

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
22
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h.
165

18

adalah latihan yang kontinu. 23Yang diutamakan dari teori ini adalah belajar yang
terjadi secara otomatis. Teori ini juga mengatakan bahwa segala tingkah laku
manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu hasil latihan atau kebiasaan
bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam
kehidupannya. Selanjutnya, teori Watson berpendapat bahwa, 24 (a) perangsang
atau stimulus itu adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam,
perubahan sikap peserta didik yang perlu diobservasi secara bermakna digunakan
oleh manager kelas yaitu guru sebagai alat pengendalian sikap disiplin peserta
didik. (b) respons adalah reaksi objektif dari pada individu terhadap situasi
sebagai perangsang. Hal yang sama diutarakan oleh Wina Sanjaya, berpendapat
yang sama yaitu perubahan sikap terjadi disebabkan kebiasaan (conditioning).
Cara belajar sikap demikian menjadi dasar penanaman sikap tertentu terhadap
suatu objek.25
Lebih jauh lagi, pendekatan behavioral menekankan pentingnya bagaimana
peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Proses
pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan
proses pembiasaan sikap yang dilakukan oleh Skinner, Skinner menekankan pada
proses peneguhan respon anak. Setiap kali anak akan menunjukan prestasi yang
baik diberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah atau
perilaku yang menyenangkan. Lama kelamaan anak akan berusaha meningkatkan
sikap positifnya26. pembahasan reinforcement atau penguatan akan lebih luas
dijelaskan pada bab reward.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kontinuitas akan
menghasilkan perubahan sikap. Wina Sanjaya pada buku yang sama menerangkan
bahwa selain pola pembiasaan, perubahan sikap juga dipengaruhi oleh
modeling, yaitu, pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses
mencontoh. Namun, anak harus diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan,
23

Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara, 2006) h. 86


Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 2010) h.267
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media,2006) h: 278
26
Ibid., h: 278
24

19

hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu
keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai. Selanjtnya, pemodelan dalam
proses pembelajaran juga dijelaskan oleh Dra.Sumiati yaitu, proses pembelajaran
dengan menghadirkan pemodelan akan lebih mudah dipahami dan diterapkan
oleh siswa

5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif


a. Mengenal akibat disiplin yang dipaksakan
Kedisiplinan diterapkan sejak dini, tetapi penerapan disiplin tidak selamannya
dapat diterima dengan sepenuh hati oleh peserta didik. Peserta didik mungkin
tidak menyukai peraturan yang diterapkan oleh guru atau orang tuanya. Akibatnya
anak merasa terpaksa menjalankan disiplin. Berikut ini Seto mulyadi menjelaskan
beberapa akibat yang ditimbulkan karena disiplin yang dipaksakan, diantaranya:
(1) Disiplin yang terjadi sesaat saja, peserta didik cenderung berlaku
disiplin hanya saat ada guru atau orang tua. Hal ini dilakukan untuk
menghindari konsekuensi dari ketidakdisiplinannya. (2) Anak
cenderung lebih mengingat hal-hal negatif dari disiplin dari pada halhal positif, orang tua berharap agar anak dapat menjalankan disiplin
dengan senang hati dan sukarela. Anak yang menjalankan disiplin
dengan keterpaksaan justru melakukannya dengan hati yang berat dan
merasa terbebani. Akibatnya anak menjadi tertekan atau justru
melakukan pelanggaran atas bentuk protesnya terhadap paksaan dalam
menjalankan disiplin. (3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif, karena
adanya tekanan dari guru dan orang tua yang memaksakan anak harus
berdisiplin sehingga ada keterpaksaan dari diri anak membuat tujuab
disiplin menjadi kurang efektif, padahal tujuan disiplin sebenarnya
adalah membantu membentuk anak bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Tolak ukur keberhasilan penerapan kedisiplinan
tidak dilihat dari sejauh mana anak mematuhi setiap aturan yang
ditetapkan atau sejauh mana ia memenuhi keinginan orang tuanya.
Kepatuhan seperti itu ialah hanya tujuan jangka pendek dari pendidikan
disiplin. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi hakikat dari disiplin.27
Sama seperti dokter yang selalu memberika obat sebagai solusi dari sebuah
penyakit. Permasalahan kedisiplinan pun harus dicari solusi yang tepat agar tujuan
disiplin dapat diterapkan secara hakikat. Beverly LaHaye sebagaimana dikutip
27

h:37

Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)

20

dalam bukunya Seto Mulyadi, mengajukan beberapa ciri disiplin yang baik
sebagai berikut: (1) Disiplin harus bersikap membangun. (2) Disiplin
menyebabkan anak membuat pilihan yang bijaksa. (3) Disiplin harus konsisten.
(4) Disiplin sebagai tanda kasih sayang kepada anak. (5) Disiplin bersifat
rahasia.28
Selanjutnya agar disiplin dapat diterapkan pada anak Seto Mulyadi, dalam
bukunya yang berjudul Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya,
menjelaskan bahwa ada 9 trik yang dapat dipakai untuk mendisiplinkan anak,
yaitu:
(1) Menyadari bahwa ada faktor motivasi di balik tingkah laku buruk yang
ditampilkan anak. (2) Tetapkan batasan yang jelas dan tepat. (3)
Hubungkan disiplin dengan situasi yang telah terjadi. (4) Konsekuensi. (5)
Jangan memberi sanksi disiplin di muka umum (6) Hindari amarah yang
meledak-ledak. (7) Tetapkan disiplin yang sesuai untuk prilaku buruk. (8)
Sanksi disiplin diberikan segera setelah prilaku buruk ditampilkan. (9)
Pengawasan hingga beberapa waktu. 29
Lebih dari itu, selain beberapa perlakuan yang telah dijelaskan diatas tadi,
ada pula perlakuan yang tidak kalah pentingnya salah satunya adalah mengajak
anak berdiskusi mengenai apa saja hal positif yang anak dapatkan ketika
mengikuti kedisiplinan dengan baik, seperti mendapatkan pujian, acungan jempol
bahkan hadiah. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Reisman dan Payne yang
dikutip dalam buku karangan Prof.Dr. H.Mulyasa, mengemukakan lebih banyak
lagi trik ataupun cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak, ada sembilan strategi
untuk mendisiplinkan peserta didik, diantaranya sebagai berikut:
(1) konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa konsepkonsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap
perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap
empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat
mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
(2) keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus
memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima
semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik. (3)
konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical
consequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik
28
29

Ibid., h:38
Ibid., h:39-41

21

telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. (5)


analisis transaksional (transactional analysis), disarankan agar guru
belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta
didik yang menghadapi masalah. (6) terapi realistis (reality therapy),
sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan
keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan
bertanggungjawab. (7) disiplin yang terinteraksi (assertive discipline),
metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk
mengembangkan dan mempertahankan peraturan. (8) modifikasi prilaku
(behavior modivication), perilaku salah disebabkan oleh lingkungan,
sebagai tindakan remediasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam
pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. (9) tantangan
bagi disiplin (dare to discipline) guru diharapkan cekatan, sangat
terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.
Selanjutnya, diterangkan pada artikel ibu dan anak bahwa, ada tiga macam
teknik disiplin, yaitu:
(1). Teknik disiplin otoriter. Dalam teknik disiplin otoriter, aturan
ditegakkan secara kaku. Bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan
patokan yang berlaku, pasti ada hukumannya. Tapi, hanya sedikit atau
bahkan tidak ada pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan.
(2) Teknik disiplin permisif. Teknik ini bisa dikatakan tidak mengarahkan
anak untuk sesuai dengan masyarakat. Mereka diperbolehkan untuk
melakukan apa saja. (3) Teknik Demokratis. Yang menjadi pemikiran
dasar teknik disiplin ini adalah mengembangkan kendali tingkah laku
sehingga anak mampu melakukan hal yang benar tanpa harus ada yang
mengawasi. 30
Dari banyak macam teknik yang dijelaskan diatas, terlihat sekali bahwa
kedisiplinan bisa diberikan dengan banyak cara. Tujuan nya hanya satu yaitu
mengajarkan anak bertindak sesuai dengan hukum lingkungannya, sehingga anak
akan mudah untuk diterima di masyarakat dengan baik.

B. Hakikat Reward dalam pendidikan


1.

Pengertian Reward
Reward adalah ganjaran Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa

Inggris reward yang berarti penghargaan atau hadiah. Sementara itu, dalam

30

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40

22

bahasa Arab ganjaran di istilahkan dengan tsawab. Kata tsawabbisa juga


berarti: pahala, upah dan balasan.31
Sedangkan reward menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut:
Sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arief Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam menjelaskan bahwa, kata tsawab dalam
kaitannya dengan pendidikan islam adalah pemberian ganjaran yang baik
terhadap perilaku baik dari anak didik. Dalam pengertian yang luas, pengertian
istilah ganjaran adalah: (a). ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan
represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar
bagi murid, dan (b). ganjaran adalah hadiah dari perilaku yang baik dari anak
didik dalam proses pendidikan.32 Selanjutnya, Ngalim Purwanto menjelaskan arti
ganjaran adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang
karna perbuatan atau pekerjaannya mendapatkan penghargaan.33
Penjelasan berikutnya adalah, menurut Amir Daien Indrakusuma reward
adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajar siswa.34 Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Alisuf Sabri, reward merupakan alat pendidikan yang
diberikan kepada anak-anak yang menunjukan prestasi atau hasil pendidikan yang
baik, baik dari segi prestasi kepribadiannya (kelakuan, kerajinan, dan sebagainya)
maupun dalam prestasi belajarnya.35Selanjutnya menurut Ramayulis, reward
adalah suatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang
berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap prilaku.36
Dalam agama Islam juga dikenal metode reward. Ini terbukti dengan adanya
pahala. Pahala adalah bentuk penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada
umat manusia yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, misalnya: shalat,
puasa, membaca Al-Quran, dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Kata tsawab
31

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:Ciputat


Pers,2002)., h:125
32
Ibid., h:127
33
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182.
34
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1973)
,h.159.
35
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) , Cet.ke-18, h.182.
36
Ramayulis, ilmu pendidikan islam (jakarta:kalam mulia. 2008) Cet.ke 6 hal. 210.

23

tersebut terdapat dalam surah Al-Imran ayat 145 dan 148, surah An-Nisa ayat 134.
Kata tsawab selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah
satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah SWT:

)
145
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagaimana ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan pahala dunia itu, dan
barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) pahala
akhirat. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur. ( Q.S. Ali Imran [3] :145)


148
Maka Allah Swt, berikan ganjaran pada mereka di dunia dan di akhirat
dengan ganjaran yang baik, dan Allah Swt, cinta kepada orang-orang
yang berbuat baik. (Q.S. Ali Imran [3] 148)


134

barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi),


karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah maha
mendengar lagi maha melihat. (Q.S. An- Nisa [4] 134)
Dari ketiga ayat diatas dapat dipahami, bahwa kata tsawab identik
dengan ganjaran yang baik. Seiring dengan hal ini, maka yang dimaksud

24

dengan kata tsawab dalam kaitannya dengan pendidikan islam adalah


pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. 37
Dari berbagai pengertian tentang reward di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa: (1) Reward merupakan hal yang menyenangkan (2) Reward bertujuan
untuk memberikan kebahagian bagi siapapun yang mendapatkannya. (3) Reward
didapatkan ketika telah mengerjakan sesuatu yang membanggakan

2. Fungsi Reward
Reward digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak bersikap sesuai
dengan harapan, bagi anak usia dini, cara paling termudah adalah dengan
mengunakan reward berupa hadiah mainan atau pujian ketika ia melakukan
sesuatu yang sesuai dengan harapan, target penerapan reward pada anak usia dini
adalah pembiasaan, misalnya, belajar tepat waktu, tidur tepat waktu dan makan
tepat waktu. Sesuai dengan penjelasannya, menurut Harlock fungsi reward terbagi
menjadi tiga diantaranya: (1) Reward atau penghargaan mempunyai nilai
mendidik. (3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. (3) Reward atau penghargaan
berfungsi sebagai memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial.38
Selanjutnya maksud dari pemberian reward kepada peserta didik adalah
supaya peserta didik menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain peserta didik
menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik
lagi.39 Fungsi berikutnya dikutip dalam bukunya oleh Prof. Mulyasa reward
atau penghargaan dapat menumbuhsuburkan rasa cinta, bangga, dan tanggung
jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. Rasa cinta, bangga, dan tanggung

37

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182.
38
Elizabet. B. Harlock. Perkembangan Anak, jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1978).h. 90
39
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182..

25

jawab memungkinkan seseorang dapat melaksanakannya dengan baik, disiplin,


dan penuh kesungguhan; sehingga mencapai hasil yang maksimal. 40

3. Bentuk-bentuk Reward
Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses pembelajaran
untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward yang diberikan kepada peserta
didik ada berbagai macam bentuk. Secara garis besar reward dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Pujian
Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian
dapat berupa kata-kata, seperti: baik,bagus, bagus sekali dan sebagainya,
tetapi juga dapat berupa kata-kata yang berupa sugesti, misalnya; Nah
lain kali akan lebih baik lagi jika..... Kamu pasti bisa kalau kamu rajin
belajar. Selain, berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat atau
pertanda misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan
menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya.
b. Penghormatan
Reward yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula.
Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu peserta didik yang
mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan temantemannya. Dapat juga dihadapan teman-teman sekelas, teman-teman
sekolah, atau mungkin juga dihadapan oranga tua siswa. Misalnya, pada
malam perpisahan yang diadakan diakhir tahun. Kemudian ditampilkan
siswa yang telah berhasil menjadi bintang kelas, penobatan dan
penampilan bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, dan lain
sebagainya. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan
untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada siswa yang menyelesaikan
soal yang sulit disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh
teman-temannya, disuruh mengikuti lomba, dan lain sebagainya.
c. Hadiah
Yang dimaksud dengan hadiah disini adalah reward yang berbentuk
pemberian berupa barang. Reward yang berupa pemberian barang ini
disebut juga reward materil. Yaitu, terdiri dari alat-alat keperluan sekolah,
seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagainya.
d. Tanda Penghargaan
Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda penghargaan
adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan
kegunaan barang-barang tersebut, sepertihalnya pada hadiah. Melainkan,
tanda penghargaan dinilai dari segi kesan atau nilai kenangkenangannya. Oleh karena itu reward atau tanda penghargaan ini disebut
40

Mulyasa,Managemen Pendidikan Karakter (Jakarta:Pt.Bumi aksara,2011)h:106

26

juga reward simbolis. Reward simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda
jasa, sertifikat-sertifikat.41
Sama seperti penjelasan diatas, reward dikenal sebagai penguatan
(Reinforcement) oleh Skinner. Menurut Skinner ada berbagai cara untuk
menunjukan penguatan yang positif kepada siswa, diantaranya dengan 2 respon,
respon verbal (kata-kata) atau respon non verbal (gerakan isyarat). Berikut ini
penjelasan atas pernyataan tersebut:
Respons verbal terdiri dari: (1). Penguatan verbal menurut kata-kata
pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. (2). Penguatan verbal
berbentuk kalimat. Respons non verbal (gerakan-gerakan fisik, gestural)
penguatan dengan menggunakan isyarat dari anggota tubuh misalnya: (1)
gerakan kepala (2) wajah ceria/cerah (3) wajah mendung, (4) tersenyum,
(5) tertawa, (6) kontak pandang mata, (7) mengangkat jempol, (8) tepuk
tangan. Pengutan selanjutnya adalah penguatan yang menggunakan
sentuhan (contact), seperti: (1) memegang atau menepuk bahu, (2)
mengusap kepala (3) jabat tangan. Penguatan dengan pendekatan kepada
siswa, diantaranya: guru berdiri disamping siswa, guru duduk dekat siswa.
Penguatan dengan memberikan hadiah, seperti: (1) benda, seperti alat-alat
tulis, boneka, mobil-mobilan dan sebagainya. (2) simbol, seperti simbol
bintang ketika mendapatkan juara 1, (3) kegiatan, seperti sisiwa yang
paling cepat menyelesaikan tugas ditunjuk sebagai pemimpin kelas.
Menurut buku yang sama, penguatan diberikan dengan didasari beberapa
tujuan, diantaranya: (1) memberikan umpan balik (feedback) bagi siswa atas
perilakunya (2) meningkatkan dan memusatkan perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran yang sedang dibahas (3) mendorong, membangkitkan, dan
meningkatkan motivasi belajar (4) memberikan ganjaran dan membersarkan hati
siswa agar lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. 42
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wina Sanjaya, keterampilan dasar
penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian
dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau
responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi.43
41

Amier Daien Indrakusuma, loc.cit, h. 159-161.


Sumiati Metode Pembelajaran (Bandung: CV Wacana Prima. 2009) h:125-127
43
Wina Sanjaya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran (Jakarta:
Kencana Prenada Media: 2006) h: 37
42

27

Dari berbagai macam reward tersebut diatas dalam penerapannya seorang


guru dapat memilih bentuk macam-macam reward yang cocok dengan peserta
didik dan disesuaikan denan situasi dan kondisi. Dalam memberikan reward
seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan
reward. Peserta didik yang pada suatu ketika menunjukkan hasil yang berbeda
dari biasanya, mungkin sangat baik diberi reward. Seorang guru harus selalu ingat
akan maksud dari pemberian reward itu.
Selanjutnya, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa peran reward
sebagai salah satu alat menerapkan disiplin merupakan teknik yang baik untuk
mendidik disiplin anak. Dengan adanya hadiah atau ganjaran, mereka menjadi
termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai yang baik bagi diri mereka.
Berikut ini adalah berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memberikan
ganjaran, antara lain: (a) Pujian yang indah, diberikan agar anak lebih
bersemangat dalam belajar. (b) Imbalan materi atau hadiah, karena tidak sedikit
anak-anak yang termotivasi dengan pemberian hadiah. (c) Doa misalnya semoga
Allah Swt, menambah kebaikan padamu. (d) tanda penghargaan, hal ini
sekaligus menjadikan kenang-kenangan bagi murid atas prilaku yang diperoleh.
(e) Wasiat kepada orang tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu yang
berkenaan dengan kebaikan murid di sekolah, kepada orang tuanya di rumah

4.

Reward berupa Star

Reward berupa Staryang dimaksud pada penelitian ini adalah, star yang
dibuat dengan menggunakan kertas warna yang sudah tidak terpakai.
Pemodifikasian yang dilakukan adalah langkah awal untuk menghemat
pengeluaran dana pembelajaran yang diperlukan, star tersebut dicetak dengan
menggunakan cetakan yang lucu dan memakai kertas yang berwarna-warni
sehingga siswa merasa termotivasi untuk bisa mendapatkan star. selain itu, proses
pemberian yang dibubuhi kalimat pujian berupa good job, you smart boy/ girl),
acungan jempol, serta senyuman dapat menambah kebanggaan terhadap diri
siswa. Tidak hanya reward yang diterapkan dalam penanaman disiplin ini,
punishment juga mempunyai peranan penting terhadap penanaman kedisiplinan

28

siswa. Ketika siswa memiliki kebanggan terhadap sesuatu yang dia dapatkan yaitu
star, ternyata star mampu juga untuk mempertahankan sikap disiplin yang mereka
lakukan. Hal tersebut juga sama dijelaskan oleh artikel ibu dan anak yang
mengatakan bahwa anak yang secara konsisten mendapatkan ganjaran setiap
menunjukan tingkah laku tertentu akan termotivasi untuk mempertahankan
tingkah laku tersebut. 44
Teknik star ini diperoleh melalui pengamatan ketika peneliti melaksanakan PPKT
selama 4 bulan. Peneliti melihat bahwa teknik star seperti ini cukup membuat
anak termotivasi untuk melakukan semua hal yang diperintahkan oleh gurunya,
hal tersebut tentu saja merupakan tindakan yang positif. Jika hal ini banyak
diterapkan maka bukan tidak mungkin siswa mampu berkonsentrasi terhadap
proses pembelajaran.

5.

Syarat-syarat Reward

Dalam menerapkan reward seorang guru hendaklah bijaksana jangan sampai


reward menimbulkan iri hati pada peserta didik yang lain, sehingga ketika salah
satu peserta didik yang merasa dirinya lebih pandai, tidak akan merasa iri ketika
tidak mendapatkan reward

yang sama. Kalau diperhatikan apa yang telah

diuraikan tentang maksud reward, serta macam-macam reward yang baik,


ternyata bukanlah soal yang mudah. Berikut adalah syarat-sayarat yang perlu
diperhatikan guru ketika menggunakan reward dalam proses pembelajrannya,
diantaranya: (1) mengenal betul-betul murid-muridnya (2) janganlah hendaknya
menimbulkan rasa cemburu atau iri hati (3)

hemat. (4) Janganlah memberi

reward dengan menjanjikan lebih dahulu (5) Pendidik harus berhati-hati


memberikan reward 45
Adapun prinsip-prinsip dalam pemberian reward ada prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan oleh orang tua maupun guru. Prinsip-prinsip itu menurut
Lukman bin Masa adalah sebagai berikut: (1)

Penilaian didasarkan pada

prilaku bukan pelaku. (2) Pemberian reward harus ada batasnya. (3) Reward
44

Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
45
M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h.184

29

berupa perhatian. (4) Dimusyawarahkan kesepakatannya. (5) Didasarkan pada


proses bukan hasil.46
Berdasarkan prisnsip-prinsip diatas pemberian reward haruslah dipersiapkan
dengan matang, karna reward yang akan diberikan pada dasarnya sangat
berpengaruh sekali pada perkembangan psikologis peserta didik itu sendiri. Guru
atau orang tua harus dengan bijaksana mungkin memberikan reward

pada

seorang peserta didik. Karna kesalahan sedikit saja dalam pemberian reward ini
maka akan berdampak buruk bagi pserta didik itu sendiri.
Karena reward merupakan salah satu alat pendidikan, meka reward memiliki
kelemahan dan kelebihan, sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arif ada
dua kelebihan dan dua kelemahan reward.
Kelebihan reward adalah: (1) Memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap jiwa peserta didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan
bersifat progresif. (2) Dapat menjadi pendorong bagi peserta didik lainnya
untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya.
Pemberian reward memberikan kontribusi terhadap tercapainya tujuan
pendidika. Kekurangan reward, diantaranya: (1) Dapat menimbulkan
dampak negatif apabila guru melakukannya secara berlebihan, sehingga
peserta didik merasa lebih tinggi dibandingkan teman-temanya. (2)
Umumnya reward membutuhkan alat tertentu sehingga membutuhkan
biaya. 47
6.

Pelaksanaan Reward dalam Pengendaliaan Kedisiplinan Siswa


a. Implementasi disiplin di Sekolah
Masalah disiplin di dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari pertumbuhan

disiplin anak sejak dini di rumah, kualitas emosional yang habitual (sudah
menjadi kebiasaan) akan ikut menentukan bagaimana ia menyesuaikan dirinya;
kemudian di sekolah dan berlanjut di masyarakat sebagai dasar yang diperoleh
sebelumnya. Kehidupan yang terkait inilah yang pada dasarnya membentuk pola
pribadi seorang anak.
Oleh karena itu, jika sikap disiplin menjadi amat penting,

langkah

selanjutnya adalah memahami dahulu psikologi perkembangan anak sebelum ia


46

Lukman bin Masa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam,
http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009
47
Loc, cit ., Armai hal: 128-129

30

memasuki sekolah, prinsip dan asas pertumbuhannya.48 Guru yang akan


menerapkan sikap disiplin pada anak harus mampu mengambil hati atau membuat
peserta didik menyenangi kesan-kesan pertama yang diberikan oleh guru,
sehingga kemudian menjadi pola perasaan yang habitual yang akan menjadi dasar
untuk menempa disiplin di sekolah. Untuk menempa disiplin di sekolah sebaiknya
memahami mekanisme yang terpenting di dalam penerapan disiplin, sebagaimana
di jelaskan pada pembahasan berikut ini bahwa, Tahap pertama yang khas dari
kesadaran diri itu tampak bila si anak menarik perhatian pada dirinya, self
conscious, serta penampilan kebanggan, sakit hati ataupun rasa malu bila ia
melanggar ketentuan tertentu dari lingkungan yang langsung berkenaan dengan
proses pembentukan disiplin itu.49 Tahap inilah yang dapat digunakan oleh guru
untuk menjadi pengkontrol pola prilaku peserta didik, sebagaimana yang
diharapkan oleh pendidikan ataupun perkembangan psikologi anak yang positif.
Seperti yang kita tahu disiplin lebih dikenal dengan banyaknya peraturan
yang harus dituruti, dan disiplin sering sekali menjadi momok yang dilanggar,
bagi sebagian anak- anak disiplin membuatnya tidak leluasa mengungkapkan
ekspresi yang menjadikannya terkengkang. Pada akhirnya disiplin adalah kalimat
yang disepelekan oleh anak. Ini adalah salah satu dari banyaknya tantangan di
dunia pendidikan, bagaimana kedisiplinan menjadi sesuatu yang dibutuhkan
bukan sesuatu yang dilupakan. Conny semiawan, menjelaskan tentang disiplin
pribadi yang menuntut pemahaman siswa yang dalam ketika kedisiplinan
diterapkan. Kesimpulan tentang disiplin pribadi dalam mendidik menuntut:50
1. Hubungan emosional yang secara kualitatif kondusif melandasi
pengembangan disiplin itu.
2. Keteraturan yang ajek berkesinambungan dalam menjalankan berbagai
aturan, melalui suatu sistem yang komponennya saling berinteraksi
menuju tujuan pendidikan.
3. Keteladanan yang bermula dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin.
Hal ini perlu adanya kerjasama dari orang tempat bergantung untuk
melakukan percontohan atau simulasi tentang semua hal yang berkaitan

48

Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya
Cemerlang,2008) hal : 90
49
Ibid.,hal : 90
50
Ibid., h: 95

31

dengan ketaatan terhadap disiplin. Bahkan orang kedua ini harus terjun
langsung untuk menerapkan nilai-nilai disiplin itub sendiri.
4. Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan, dalam hal ini
lingkungan rumah, dan berarti memadukan (match) kondisi yang
menstimulasi setiap titik dalam perkembangan anak dengan tantangan
untuk menemukan cara memperlakukan dirinya sendiri dalam suatu
lingkungan dunia yang terus menerus berubah.
5. Ketergantungan dan wibawa dalam penerapan yang disertai
pemahaman dalam dinamisme perkembangan peserta didik diperlukan
dalam membina kualitas emosional habitual yang positif.
2.

Implementasi Reward dan Punisment di Sekolah


Disiplin selalu dipandang sebagai dasar untuk berfungsinya peraturan sekolah

dengan benar, jika peraturan sekolah berjalan dengan benar maka akan terciptanya
proses pendidikan yang diharapkan. Pendidikan yang dimaksud adalah perubahan
tingkah laku dan juga menambahnya ilmu pengetahuan pada setiap individu
peserta didik. Tugas yang berat tersebut berada di pundak sekolah-sekolah yang
pada dasarnya mengantarkan peserta didik untuk berwawasan luas serta memiliki
karakter (disiplin) yang baik.
Penegakan disiplin di sekolah menjadi sangat penting, hal ini disebabkan
karena tumbuhnya keprihatinan atas banyaknya masalah prilaku atau kurangnya
penegakan disiplin. Seperti yang telah diungkapkan oleh Geoff Colvin menurut
polling Gallup dari anggota masyarakat dan para pendidik selama beberapa tahun
lalu telah memeringkatkan tata tertib sekolah dan prilaku murid dalam peringkat
tiga tertinggi dari masalah utama yang dihadapi sekolah-sekolah kita.

51

Oleh

sebab itu ketercapaian menciptakan disiplin pada diri setiap peserta didik
sungguhlah tidak mudah. Ada banyak sekali yang harus dirombak demi
ketercapaian keinginan tersebut. Salah satunya adalah mempersatukan cara
pandang penentu keberhasilan, Geoff Colvin lebih lanjut akan menjelaskan kunci
yang paling esensial dari penegakan disiplin di sekolah-sekolah sebagai kerangka
acuan mempersatukan cara pandang penentu keberhasilan, diantarannya:52 a).
menetapkan perlunya penengakan disisplin yang proaktif, b). karakteristik penting
51

Geoff Colvin, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (Jakarta: Indeks,
PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008), cet ke: I hal: 1
52
Ibid., h:1

32

rencana penegakan disiplin sekolah yang proaktif, c). Peran utama kepala sekolah
dan dukungan administratif, dan d). Membentuk tim kepemimpinan bentukan.
Selanjutnya, dalam buku karangan Geoff Colvin yang berjudul 7 Langkah
dalam Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, menjelaskan bahwa ada
komponen-komponen yang menjadi landasan berlangsungnya disiplin di sekolah,
diantaranya: 53
(1). Pernyataan tujuan. Langkah ini penting karna ada dua alasan. Yang
pertama, langkah ini memulai proses para guru bekerja bersama, yang
menghasilkan suatu produk yang jelas. Yang kedua, pernyataan tujuan
merancang panggung dan tempo untuk keseluruhan rencana. (2). Perilaku
yang diharapkan dari keseluruhan sekolah. (3). Mengajarkan perilaku yang
diharapkan. Inti pendekatan proaktif untuk membentuk disiplin dalam buku
ini adalah keadaan dimana prilaku yang diterapkan di sekolah merupakan
serangkaian keterampilan yang harus dibelajarkan kepada peserta didik (4).
Mempertahankan prilaku yang diharapkan. (5) Perbaikan perilaku
bermasalah. Sekolah harus memiliki rancangan yang kuat dalam
menerapkan disiplin ini, termasuk memiliki model yang proaktif untuk
memperbaiki perilaku yang bermasalah dengan efektif (6). Menggunakan
data, komponen data tersebut diantaranya: a). mendefinisikan peran tim
kepemimpinan, b). mengerti tujuan-tujuan sistem manajemen data yang
efektif, c). Memiliki petunjuk-petunjuk dalam mengembangkan sebuah
sistem menejemen data. (7) Mempertahankan rencana untuk jangka
panjang.
Pengenalan Punishment di sekolah
Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak
di Timur Ontario, dalam Jurnal Asosiasi Medis Kanada, mengungkapkan,
mendisiplinkan

anak

lewat

hukuman

fisik

merupakan

sesuatu

yang

kontraproduktif. Kekerasan pada masa pertumbuhan akan membuat anak berisiko


lebih tinggi mengalami gangguan mental, seperti depresi. Selain itu penelitian
yang melibatkan 500 keluarga ini juga mengungkapkan bahwa anak yang jarang

53

dalam project PREPARE (Sugai, Kameenui, dan Colvin, 1990) dengan penenlitian dan
dari prosedur-prosedur praktik terbaik yang digunakan di beberapa sekolah distrik di Amerika ,
dalam melaksanakan rencana disiplin sekolah

33

dihukum secara fisik jauh lebih penurut kepada orang tua mereka.

54

Hal ini jelas

menjadi hal yang sangat penting ketika sebuah lembaga menerapkan punishment
di sela-sela pendidikan kedisiplinan, karena seperti yang kita tahu kedisplinan erat
sekali dengan aturan yang mengikat kepada setiap orang, bahkan disiplin sering
disebut-sebut sebagai ketaatan terhadap peraturan yang diberikan dari seorang
penguasa atau pimpinannya. Lembaga yang baik seyogyanya menerapkan
kedisplinan dengan cara yang menyenangkan dan diterima oleh anggotanya,
sehingga yang tercipta adalah kerjasama dan sikap menghormati terhadap aturan
tersebut (aturan tersebut adalah kedisiplinan itu sendiri).
Sebelum lebih jauh mengenal punishment di sekolah, terlebih dahulu akan
diterangkan tentang beberapa pengertian punishment, diantaranya: Punishment
sama dengan hukuman menurut bahasa, kata hukuman berasal dari bahasa Inggris,
yaitu dari kata punishment yang berarti hukuman (law) atau siksaan.55
Sedangkan menurut istilah, hukuman memiliki banyak makna. Roestiyah
memaknai hukuman sebagai suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari
orang yang lebih tinggi kedudukannya terhadap pelanggaran dan kejahatan yang
dilakukan, dengan maksud memperbaiki kesalahan anak.56 Definisi ini memiliki
kesamaan dengan yang diungkapkan oleh Amier Daien, hukuman dimaknai
sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan disengaja
sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan
menjadi sadar akan perbuatannya serta berjanji untuk tidak mengulanginya.57
Sedikit berbeda dengan dua definisi tersebut. Hukuman (punishment) sering
dimaknai sebagai usaha edukatif yang digunakan untuk memperbaiki dan
mengarahkan anak ke arah yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang

54

. Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak di
Timur Ontario, mendisiplinkan anak lewat hukuman: Jurnal Asosiasi Medis Kanada, (kosmo.
Vivanews.com)
55
. John M. Echole da Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta:Gramedia Pustaka
utama,1996), h:456
56
. Y. Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta: Rineka Cipta, 1978), h:63
57
. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1937),
h:159

34

memasung kreativitas.58 Hukuman juga sering diartikan sebagai penderitaan


yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru,
dan sebagainya). Setelah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan . 59
Selanjutnya, definisi hukuman dalam pendidikan memiliki pengertian yang
sangat luas, mulai hukuman yang ringan sampai hukuman yang berat, mulai dari
lirikan yang menyengat sampai pukulan yang menyakitkan. Namun, meskipun
hukuman banyak macamnya, pengertian pokok dalam hukuman tetap satu, yaitu
adanya unsur yang menyakitkan, baik jiwa maupun raga. Dari bebagai pengertian
tentang hukuman, terlihat sekali bahwa hukuman mengarah pada nilai yang
negatif, karena adanya perlakuan yang tidak menyenangkan, mempunyai tujuan
yang sama yaitu membuat si pelaku jera atau tidak akan mengulangi kesalahan
yang sama. Hanya Malik fajar yang berani secara tegas mengatakan bahwa
hukuman bukanlah praktik penyiksaan yang memasung kreativitas anak.
Pemaknaan punishment atau hukuman yang mengarah kenegatif, sungguh
menjadi momok yang menyeramkan di dunia pendidikan, baik di lingkungan
sekolah, rumah, ataupun di masyarakat. Hukuman seharusnya memberikan efek
jera yang positif untuk anak, anak jera karena mereaka memahami dengan baik
hal negatif apa yang mereka dapatkan jika mereka tetap melakukan kesalahan
yang sama. Sejatinya hukuman diberikan, karena si pemberi hukuman merasa
takut jika si penerima hukuman akan mendapatkan nestapa yang lebih buruk, ini
membuktikan bahwa adanya kasih sayang dari si pemberi hukuman. Dengan kata
lain hukuman dalam dunia pendidikan bukanlah suatu bentuk siksaan, melainkan
suatu usaha untuk mengembalikan anak ke arah yang lebih baik serta memotivasi
mereka agar menjadi pribadi yang imajinatif, kreatif, dan produktif.60
Hukuman bisa berjalan dengan baik apabila hukuman yang diberikan justru
menorehkan kesan penyesalan yang mendalam. Hukuman menjadi hal yang
58

. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h:202
. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h: 186
60
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 18
59

35

positif jika hukuman menjadikan anak termotivasi untuk tidak melakukan


kesalahannya di kemudian hari tanpa meninggalkan bekas rasa sakit hatinya,
sehingga motivasi selanjutnya menjadikannya selalu bersikap baik pada setiap
saat. Dengan kata lain, hukuman pada konteks ini justru menjadi alat pendidikan
yang positif yang dapat membangun karakter dan kepribadiaan anak menjadi lebih
baik dari sebelumnya.
Dalam pemberian hukuman yang tujuannya adalah mendidik dan merupakan
alat koreksi terhadap tingkah laku yang rumit. Hukuman yang diberikan tentu saja
bukan hukuman yang bersifat fisik, seperti mencubit, memukul, menjewer atau
yang lainnya. Hukuman yang dberikan harus memenuhi prinsip pemberian
huikuman. Berikut ini adalah prinsip hukuman dari beberapa pakar diantaranya,
M.J. Langeveld mengatakan, (1) titik pandang yang berpendirian bahwa
hukuman itu ialah sebagai akibat dari pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat,
bukan kesalahan yang diperbuat di masa lampau, (2) titik pandang yang
berpendirian bahwa hukuman itu adalah titik tolak untuk mengadakan perbaikan.
Selanjutnya prinsip hukuman dijelaskan secara umum, memiliki enam prinsip,
diantaranya: (1) tetapkan hukuman bersama-sama, (2) jangan menunda hukuman,
(3) berikan hukuman yang sesuai dan tidak berlebihan, (4) perhatikan batas
waktunya, (5) tunjukan akibat alaminya, seperti anak dibiarkan untuk menerima
akibat dari perbuatannya, (6) berikan penghargaan atas usahanya61. Menurut
Ngalim Purwanto, prinsip hukuman diantaranya:
(1) tiap-tiap hukuam hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, (2)
hukuman haruslah bersikap memperbaiki, (3) hukuman tidak boleh
bersifat ancaman atau pembalasan dendam, (4) jangan menghukum saat
ada tengah marah, (5) setiap hukuman harus diberikan secara sadar atau
dipertimbangkan terlebih dahulu, (6) bagi si terhukum, hukuman
hendaknya dapat dirasakan sebagai pelajaran yang berharga, (7) jangan
melakukan hukuman fisik, (8) hubungan hendaknya tidak boleh

61

. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 22- 24

36

menceredai hubungan antara si pemberi hukuman dan yang terhukum, (9)


adanya kesanggupan memberikan maaf kepada si penerima hukuman. 62
Melalui penjelasan di atas, hukuman adalah alat pendidikan yang mudah serta
positif untuk diikuti, prinsip-prinsip tersebut ada untuk diikuti dan diaplikasikan
secepat mungkin di berbagai ranah kehidupan. Selanjutnya, Yanuar A
berpendapat bahwa, dalam menjatuhkan hukuman, guru atau orang tua selalu
dituntut untuk berfikir secara serius dan cerdas, sehingga bisa benar-benar mampu
memberikan hukuman yang efektif dan tepat kepada anak, disertai dengan pujian
atau pelukan ketika anak telah mampu berprilaku dengan baik atau mencapai
target perilaku yang diharapkan.63 Karangan serta buku yang sama, Yanuar A
mengungkapkan bahwa ada 18 trik menghukum anak diantaranya:
(1) bersikap tegas, (2) jangan plinplan, (3) kompromi, (4) berikan
bimbingan, (5) berikan peringatan, (6) berikan alasan, (7) jangan
menunda-nunda hukuman, (8) tetaplah tenang, (9) ambil posisi yang tepat,
(10) jangan berceramah, (11) tunjukan sikap positif, (12) bermainlah
bersama, (13) hindari rasa jengkel, (14) jangan menampar, (15) jangan
lakukan penyuapan, (16) bersikaplah dewasa, (17) hadapi rengekan, (18)
berikan contoh yang baik. 64
Tujuan menghukum anak adalah agar ia menyadari kesalahannya serta tidak
mengulagi kesalahan yang serupa di kemudian hari. Pemberian hukuman lebih
ditekankan pada sisi edukatif guna membentuk pribadi anak yang selalu
bertanggung

jawab

atas

setiap

perbuatannya,

berikut

ini

Yanuar

mengungkapkan dua puluh dua ragam hukuman edukatif untuk anak, diantaranya:
(1) memperlihatkan wajah masam untuk anak, (2) memberikan Time-Out
untuk anak, (3) memberi anak tugas bersih-bersih, (4) menyuruh anak
meminta maaf kepada orang yang bersangkutan, (5) menyuruh anak
belajar, (6) menyuruh anak mengerjakan PR, (7) menyuruh anak
membantu pekerjaan anda, (8) menyuruh anda berjanji untuk tidak
mengulangi kesalahannya, (9) menyuruh anak membaca buku, (10)
menyuruh anak menceritakan isi bacaan, (11) menyuruh anak menghafal,
62

. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006)
63
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 23-24
64
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h:
97-106

37

(12) menyuruh anak menulis, (13) menyuruh anak menggambar, (14)


menyuruh anak bernyanyi, (15) menyuruh anak bercerita tentang
pengalamanannya. (16) menyuruh anak menyatakan, aku sayang ayah/
ibu, (17) menyuruh anak menuliskan hobi dan cita-citanya, (18)
menyuruh anak membuat rangkuman tugas-tugas sekolah, (19) menyuruh
anak mencatat hal-hal penting dari koran atau menyusunnya menjadi
sebuah kliping, (20) menyuruh anak menerjemahkan, (21) mengurangi
uang saku anak, (22) memotong jam menonton televisi.65
Rreward dan punishment adalah salah satu dari banyaknya alat pengontrol bagi
sikap anak. Harapan akhirnya, anak tumbuh menjadi anak yang baik
penyesuaiannya dan bahagia hidupnya.

65

. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 111-174

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 21 hari, sesuai dengan pembiasaan yang
dilakukan Pavlov dalam bukunya yang berjudul Conditioned Reflexes: An
Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex, perlakuan
yang terus menerus dilakukan selama 21 hari mampu mengantarkan fikiran untuk
terbiasa melakukan hal tersebut, terbukti dengan perlakuan kepada seekor anjing
yang menyatakan bahwa ini berarti 21 kali anjing tersebut diberikan perlakuan
yang sama, anjing itu mengeluarkan air liurnya pada waktu dan suara lonceng
yang sama1. Penelitian ini dilaksanakan di bulan April Semester genap tahun
pelajaran 2011-2012, adapun lokasi yang peneliti lakukan sebagai tempat
penelitian adalah di SD Hikari yang beralamat di Kp. Koceak Ds. Keranggan Kec.
Setu Tangerang Selatan Banten.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen bentuk pre-eksperimental designs (nondesigns). Dikatakan preeksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen yang
sungguh-sungguh. Ada variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu
bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi,
karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. 2
Bentuk pre-eksperimental design memiliki beberapa macam. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian yang digunakan adalah bentuk
One-Shot Case Study, dengan desain penelitian ini kelompok akan diberikan
1

Pavlov, Conditioned Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of


the Cerebral Cortex, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov).
2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,


(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 107

38

39

treatment atau perlakuan (reward dan check list reflektif) selama 21 hari
kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya. Dalam design ini kelompok
eksperimen sebelumnya tidak diberikan pretest, proses pembelajaranpun berjalan
seperti biasanya, hanya saja peserta didik harus mematuhi peraturan yang tertera
pada lembar checklist reflektif. Lembar checklist reflektif selalu diamati setiap
hari. Hal ini dilakukan karna dua alasan, pertama subyek yang diteliti adalah
peserta didik kelas 1 SD yang pola pemahamannya masih dilakukan dengan cara
yang nyata dan alasan yang ke dua adalah untuk mengurangi resiko ketidak
akuratan lembar checklist tersebut.
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu tekhnik reward
melalui checklist reflektif sebagai variabel yang menjadi sebab perubahan
(variabel X) dan sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD sebagai variabel yang
menjadi akibat dari variabel sebab (variabel O). Adapun desain penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Desain penelitian dalam One-Shot Case Study3
X : treatment yang diberikan
X

O1 - O2

(variabel bebas)
O1: (variabel terikat)
Sikap kedisiplinan ketika proses 21 hari
O2: Sikap Kedisiplinan selama 6 hari pasca
reward dan checklist reflektif di
hentikan

Hasil akhir dari penelitian ini adalah melihat sikap kedisiplinan siswa
setelah adanya treatment atau perlakuan yang diberikan selama 21 hari4. Adapun
indikator kedisiplinan pada peserta didik adalah: 5
3
4

Ibid., h. 107
Pavlov, Conditioned

Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of


the Cerebral Cortex, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov).
5

Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

40

1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya,


2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya,
3. Duduk pada tempat yang telah ditetapkan,
4. Menaati peraturan sekolah dan kelas,
5. Berpakaian rapih dan,
6. Mematuhi aturan permainan.
Karena menyesuaikan dengan karakteristik sekolah tempat penelitian, maka
indikator disederhanakan menjadi 3 indikator pokok yaitu: 1. Ketepatan waktu, 2.
Menaati peraturan, 3.kerapihan berbusana.

C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitan.6 Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

Tabel 3.2
Variabel Penelitian

Variabel X

Variabel O

5 Indikator Kedisiplinan dan Reward

Sikap Kedisiplinan Siswa

melalui Checklist Reflektif

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.7 Dengan kata lain populasi
merupakan keseluruhan dari subjek penelitian, yang kemudian akan diambil
6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), Cet ke-14, h. 161
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 124

41

sampel untuk melakukan penelitian dan sampel yang baik merupakan sampel
yang bersifat representatif terhadap populasinya.8 Populasi pada penelitian ini
adalah semua peserta didik kelas 1 SD yaitu sebanyak 32 orang. Karena jumlah
populasi kurang dari 100 orang, maka keseluruhan populasi dijadikan sebagai
subyek penelitian, maka dari itu penelitian ini adalah penelitian populasi.9

E. Instrumen Pengumpul Data


Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah
data dan diperkirakan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
atau untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: instrument observasi berupa angket
checklish reflektif, anecdotal record, wawancara, serta catatan guru dan siswa
yang dalam penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah
ditetapkan, yaitu: penyusunan kisi-kisi, konsultasi kepada dosen pembimbing,
validasi instrumen dan uji coba instrument. Lebih lanjut lagi, dalam pembuatan
indikator, ada aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator, aspek bahasa,
dan aspek materi. Instrument yang disusunpun meliputi soal-soal yang sesuai
dengan aspek (affective domain) perkembangan kedisiplinan siswa kelas 1 SD
Taksonomi Bloom yaitu:10
1. Recesiving
Pada tingkatan ini, peserta didik diajak untuk memilih. Mana yang akan mereka
ambil mematuhi tata tertib sebagai hasil kedisiplinan atau melanggar tata tertib
pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Peserta didik mengungkapkan
pendapatnya mengenai proses pembelajaran tersebut.
Selanjutnya peserta didik mengikuti secara baik peraturan yang telah ditetapkan
oleh guru, diantaranya: datang kesekolah dan masuk kelas pada waktunya,
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, duduk pada tempat
8

Ibid., h. 118
Loc, Cit... Suharsimi
10
Suharsimi Arikunto. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009)
cet: 10. h: 138
9

42

yang telah ditetapkan, menaati peraturan sekolah dan kelas, berpakaian rapih,
serta mematuhi aturan permainan.
2. Responding
Peserta didik pada tahap ini dapat melakukan sikap disiplin yang dinginkan
sebelumnya tanpa harus ada paksaan dari sang guru.
3. Valuing
Pada tingkatan ini peserta didik diajak untuk menerangkan kejadian di sekitarnya
dengan

menggunakan

bahasa

yang

sederhana.

Mereka

diajak

untuk

mengungkapkan pendapatnya terhadap pelanggaran yang mungkin terjadi di


setiap siklusnya, hal ini diharapkan akan membantu peserta didik belajar secara
bermakna. Meraka mampu mengingatkan temannya tentang kewajiban untuk
menaati tata tertib yang ada, sehingga hasil akhirnya peserta didik mampu
menerapkan kedisiplinan secara baik.
4. Organization
Setelah peserta didik mampu untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak
baik, selanjutnya tingkatan ini mengajak peserta didik untuk menggabungkan
pengetahuan serta pengalaman mereka kedalam penerapan yang dilakukan secara
terus-menerus sehingga menghasilkan kebiasaan hidup berdisiplin.
5. Characterization by value or value complex
Pada tingkatan yang terakhir, peserta didik diharapkan dapat menerapkan
kebiasaan baik dalam diri mereka, sehingga nilai kedisiplinan dapat membentuk
karakter yang baik yang tentu saja berguna bagi peserta didik itu sendiri.
Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah angket dalam bentuk checklist reflektif

dibuat dengan menyesuaikan

keadaan perkembangan psikologi peserta didik. Pengisian hanya membubuhi


tanda checlist pada indikator yang mereka ikuti dan membubuhi tanda silang jika
mereka tidak mengikuti indikator tersebut. Pilihan difokuskan pada peningkatan
kedisiplinan peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan dibawah ini:
1.

Lembar checklist reflektif


Checklist reflektif sebagai pengganti angket. Adalah alat pengumpulan

data yang dibuat menyerupai alat penilaian diri yang dilengkapi dengan

43

gambar dan lembar kerja siswa. Checklist reflektif dirancang sesuai dengan
tingkat pemahaman dini yaitu peserta didik kelas 1 SD yang pada kali ini
adalah subyek penelitian. Checklist reflektif berfungsi tidak hanya sebagai alat
penelitian biasa, namun lebih dari itu berfungsi sebagai alat penilaian diri bagi
setiap individu peserta didik. Tujuan utamanya adalah peseta didik mampu
menilai dirinya sendiri melalui tanda cheklist yang mereka kumpulkan (ketika
berprilaku disiplin), dan mampu mengubah prilaku yang buruk (ketika tidak
disiplin) dengan melihat tanda silang pada raportnya. Lebih lanjut lagi fungsi
lainnya dari checklist reflektif adalah sebagai pedoman penilaian yang
berfungsi sebagai alat laporan tertulis antara guru dan orang tua wali murid.
Selanjutnya, checklist reflektif dibuat menyerupai buku raport yang
nantinya dapat dimiliki dan diisi oleh masing-masing peserta didik. Buku
rapor yang diberi nama My Discipline Report ini adalah trobosan baru yang
dirancang menyesuaikan tingkat pemahaman peserta didik yang didalamnya
dilengkapi dengan gambar, lembar kerja siswa dan tabel checklist. Proses
pemberian buku raport ini nantinya dimasukan dalam rancangan proses
pembelajaran, peserta didik pada mulanya diajak membahas materi tata tertib
yang mengerucut pada pembiasaan sikap disiplin. Pembiasaan ini akan
berlangsung selama 21 hari yang pada intinya peserta didik hanya membubuhi
tanda checklist pada setiap indikator yang diharapkan. Indikator yang
digunakan pada daftar checklist reflektif adalah 3 indikator yang sudah
disesuaikan dengan karakteristik sekolah diantaranya:

44

datang tepat
waktu
ketepatan waktu
mengumpulkan
tugas tepat waktu

3 indikator

peraturan kelas
menaati
peraturan
peraturan
bersama
kerapihan
berbusana

Diagram 3.1
Indikator Disiplin yang disesuaikan dengan Karakteristik Sekolah
2. Lembar Observasi, jenis anecdotal record
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengamati kejadian dalam proses kedisiplinan peserta didik setelah 21 hari
selama diberikannya treatment berupa reward melalui checklist reflektif. Proses
pembelajaran terjadi sepaerti biasanya, penelitipun terjun langsung sebagai guru
yang berperan aktif mengamati kedisplinan peserta didik, hanya saja pada lembar
observasi ini peneliti mengamati gejala-gejala yang terjadi setelah reward dan
checklist reflektif dilepaskan. Gejala-gejala tersebut meliputi dua kejadian yaitu,
seberapa jauh peserta didik terbiasa dalam hal sikap disiplin ataukah peserta didik
justru tidak mengalami pembiasaan yang berarti. Adapun lembar observasi ini
berupa lembar observasi jenis anecdotal record digunakan untuk mengetahui
aktivitas dan sikap peserta didik dalam sikap kedisiplinannya.

F. Teknik pengumpulan data


Sugiono menjelaskan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.

11

Karena subyek

penelitian adalah peserta didik kelas 1 SD, setting dan caranyapun sedikit
dimodifikasi, mengingat pemahaman peserta didik belum pada tahap yang tinggi.
11

Loc.cit h: 308

45

Maka, penelitian ini memilih teknik pengumpul data triangulasi, yaitu teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekhnik
pengumpul data dan sumber data yang telah ada.

12

Adapun teknik pengumpulan

data adalah sebagai berikut:


1. Observasi, anecdotal record
Yang pertama adalah teknik observasi jenis partisipatif, yaitu peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan sehari-hari dalam proses pembiasaan kedisiplinan siswa,
peran peneliti atau guru disini adalah, sebagai pemodelan atas aturan yang telah
ditetapkan dan juga sebagai pengontrol dari aturan-aturan yang telah berlaku
tersebut. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah anecdotal record.

2. Dokumentasi
Karena perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap disiplin peserta
didik, alangkah baiknya jika perubahan sikap tersebut dapat di dokumentasikan
secara nyata, mengingat banyaknya indikator yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Hasil yang diharapkan peneliti adalah, tumbuhnya kesadaran bahwa sikap
disiplin sangat diperlukan oleh peserta didik, selain itu disaat perubahan itu
berlangsung peserta didik dalam keadaan senang mengikuti semua peraturan yang
telah diberikan. Dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
rekaman kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Checklist Reflektif
Pengukuran sikap kedisiplian peserta didik yang menggunakan daftar
checklist reflektif. Masing-masing indikator mewakili satu sub indikator (biru
muda) indikator ini diberi bobot skor 1 apabila disiplin dan 0 apabila tidak
disiplin. Adapun penjelasan tentang skala pengukuran yang dipakai dalam
penelitian ini adalah skala Guttman, yaitu skala pengukuran yang ingin
mengetahui hasil sacara tegas atau jawaban yang jujur. Skala Guttman selain
dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist.
Jawaban dapat dibuat skor 1 tertinggi dan 0 terendah, misalnya 1 untuk disiplin

12

Ibid., h:330

46

dan 0 untuk tidak disiplin.

13

Skala pengukuran hanya menggunakan 2 jawaban

yaitu, tanda checklist jika peserta didik mengikuti peraturan atau bersikap disiplin.
Dan tanda silang jika peserta didik tidak mengikuti peraturan atau tidak bersikap
disiplin. indikator tersebut disusun berdasarkan lima indikator sikap kedisplinan
peserta didik yang akan diteliti, yaitu: tentang ketepatan waktu, 1. Membiasakan
diri untuk datang dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan dan
mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat
waktu. Tentang menaati peraturan, 1. Membiasakan diri untuk mematuhi
peraturan kelas, 2. Memebiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang
telah disepakati sebelumnya. Tentang kerapihan berbusana,1. Berpakaian rapih
dan sopan. Adapun kisi-kisi diantaranya:

Tabel 3.1
Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi

Aspek Sikap
Kedisiplinan

Ketepatan waktu

Menaati Peraturan

13

Indikator Sikap
Kedisiplinan
Membiasakan diri
untuk datang
langsung masuk
kelas pada
waktunya
Melaksanakan dan
mengumpulkan
tugas-tugas yang
menjadi tanggung
jawabnya dengan
tepat waktu

Membiasakan diri
untuk mematuhi
pearaturan kelas

Sub Indikator Sikap Kedisiplinan

1. Melaksanakan tugas-tugas yang


menjadi tanggung jawabnya
2. Mengumpulkan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya
1. Berbaris rapih ketika bel berbunyi
2. Memberi salam ketika bertemu
dengan setiap orang
3. Makan dan minum sambil duduk
4. Meminta izin ketika ingin memakai
barang milik orang lain
5. Membuang sampah pada tempatnya

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,


(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 139

47

Kerapihan
Berbusana

Membiasakan diri
untuk memetuhi
peraturan berasama
yang telah
disepakati
sebelumnya
Berpakaian rapih
dan sopan

6. Tidak merusak tumbuhan


7. Menyimpan sepatu dan tas pada
tempatnya
8. Menyimpan sandal pada tempatnya
9. Memperhatikan ketika guru
menjelaskan pelajaran
10. Tidak mencoret- coret meja dan
tembok
11. Berkata baik dan sopan pada setiap
pelajaran
1. Tidak mengobrol sewaktu bu guru
menjelaskan
2. Bekerjasama setelah belajar untuk
membersihkan kelas
3. Salaing memebantu jika ada teman
yang kesulitan mengisi LKS
1. Berpakaian rapih
2. Berpakaian sopan

Daftar checklist reflektif ini diisi sendiri oleh peserta didik setiap harinya
selama 21 hari, disetiap hari jumat peserta didik dapat menghitung tanda
checklist tersebut lalu dapat ditukarkan dengan bintang yang dapat
ditempelkannya di papan disiplinnya. Kemudian di hari senin ketika upacara
bendera peserta didik yang mendapatkan bintang terbanyak akan mendapatkan
pin star, yang akan dipakainya seminggu penuh. Star disini berperan sebagai
reward bagi peserta didik yang berhasil menerapkan sikap disiplin dengan
baik. Untuk memperkecil kesalahan pada data yang dikumpulkan, maka
peneliti selalu memandu dan mengobservasi lembar checklist reflektif peserta
didik setiap harinya

F.Validitas Instrument
Validitas berasal dari kata Validity, dapat diartikat tepat atau sahih, yakni
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

48

ukuranya.14 Selanjutnya hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. Dr. Sugiono,
Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. dengan kata lain validitas diperlukan
untuk menentukan alat pengukuran yang tepat dalam sebuah penelitian. 15
Penelitian ini adalah penelitian yang mengukur sikap peserta didik (sikap
kedisiplinan), jadi validitas yang dipakai adalah validitas nontest. Sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Prof. Sugiono, validitas nontest yang digunakan untuk
mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct).

16

Selanjutnya

Sutrisno Hadi menyatakan bahwa construct validity sama dengan logical validity
atau validity by definition.17 Artinya, Instrument yang mempunyai validitas
konstruksi, jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala
sesuai dengan yang didefinisikan. Dalam hal ini Sutrisno Hadi menyatakan bahwa
bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur
(intrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang
valid.18
Selanjutnya sesuai dengan pemahaman ditas, maka definisi yang dijabarkan
dengan sangat jelas adalah definisi sikap kedisiplian peserta didik itu sendiri.
Ketercapaiaan tujuan harus didasarkan pada teori yang jelas pula. Oleh karena itu,
indikator yang dipakai dalam instrument penelitian sikap kedisplinan ini, adalah
Instrument yang dicanangkan oleh KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa 20011-2012. Yang menyatakan ada 6 indikator kedisiplinan
peserta didik yang harus dikuasai oleh siswa kelas 1 SD. Diantaranya adalah: . 1.
Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan tugas-tugas
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, 3. Duduk pada tempat yang telah

14

Ahmad Sofyan,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN


Jakarta Press, 2006), Cet Ke-1,h. 105
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 173
16
Ibid. ,h.176
17
Ibid
18
Ibid, h: 177

49

ditetapkan, 4. Menaati peraturan sekolah dan kelas, 5. Berpakaian rapih dan, 6.


Mematuhi aturan permainan. 19
Karena subyek penelitian adalah peserta didik kelas 1 SD, maka instrumen
disesuai dengan psikologi peserta didik, yaitu instrument dipenuhi gambar dan
instrument tersebut berupa indikator-indikator singkat yang nantinya peserta didik
hanya membubuhi tandan checklist (checklist reflektif) pada setiap kolom
pernyataan yang dianggap mereka kerjakan pada satu hari penuh di sekolah.
Setelah instrument dibuat, langkah selanjutnya adalah pengujian validitas dan
realibilitas instrument. Pengujian penelitian ini mengunakan cara pengujian
validitas konstrak (construct validity), yaitu pengujian yang dapat menggunakan
pendapat para ahli (judgement experts), yang nantinya akan dimintai pendapatnya
tentang instrument yang telah disusun itu. Para ahli tersebut akan memberikan
keputusan, apakah instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, atau mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai
dengan lingkup yang diteliti.

20

dan pada penelitian ini validasi konstruk untuk

instrument dilakukan oleh:


1. Eri Rossatria, M.Ag
Guru SDI. Padang 1966-1968
Guru PGAN selama 6 tahun di Jakarta 1970 1981
Ketua Program Study PGMI 2007- 2012
Dosen Fakultas Tarbiyah 1982 Sekarang

2. Kenti Martiastuti, M.Si


Alumnus S2 Ilmu Kehidupan
IPB bergerak di pendidikan Usia Dini
Pengajar Psikologi perkembangan peserta didik di UT

19

Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h.177

50

3. Yanti Herlanti
Pernah mengajar di MI Ash Putera 1997-2006
Trainer Pendidikan di dompet dhuafa 2007- 2008
Dosen di Pendidikan Biologi dan PGMI UIN Jakarta 2008- sekarang

4. Nafia Wafiqni, M.Pd


Dosen PGMI UIN Jakarta, konsentrasi pada psikologi perkembangan anak

G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data-data yang diperoleh dari hasil instrument (checklist reflektif) selanjutnya
akan diolah dan dianalisis melalui tahap editing, tabulasi, dan scoring.
a. Editing adalah, memeriksa instrumen yang diisi tentang kebenaran dan
kelengkapannya, kemudian dikelompokan sesuai dengan isinya. kelengkapan
data pengisian checklist reflektif setiap harinya
b. Tabulating adalah, membuat tabel-tabel untuk memasukan jawabam-jawaban
responden yang kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa, memasukan
data-data dari checlist reflektif yang diisi siswa.
c. Skorsing, untuk menentukan skor hasil penelitian ditetapkan bahwa jawaban
item diberi skor, skor 1 untuk disiplin dan 0 untuk pelanggaran. terdapat 3 kali
pengolahan data, diantaranya
Data pertama adalah data yang didapatkan selama 21 hari menggunakan
checklist reflektif dan reward. Diedit, ditabulating dan dan diskorsing seuai
dengan data checklist reflektif
Data kedua adalah data yang diperoleh melalui pengamatan salam 6 hari pasca
di tariknya checklist reflektif (diperlukan untuk melihat profres dari checklist
reflektif). Diedit, ditabulating dan dan diskorsing seuai dengan pengamatan
Data ketiga adalah data yang diperoleh dari penggabungan antara 21 hari
ketika menggunakan checklist reflektif dan reward dan 6 hari pasca dicabutnya
checklist reflektif

d. Presentase

51

Agar data yang terkumpul dapat memberikan angka yang sesuai dengan yang
diinginkan, maka peneliti melalui data checklist reflektif dianalisa secara
deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan
persentase, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Rumus persentase
a. Teknik analisis data checklist reflektif selama 21 hari

P =
x 100%
21
b. Teknik analisis data pasca 21 hari
P =

x 100%

2. Kategorisasi
Sedangkan untuk menyimpulkan tentang efektifitas pemberian reward dan
punishment selama 21 hari dengan menggunakan checklist reflektif dalam
meningkatkan disiplin paserta didik, penulis menggunakan statistik
deskriptif yakni melalui nilai mean (rata-rata) dan nilai median (nilai
tengah) yang didapatkan melaui rumus persentase sabagai berikut:21
a. Nilai rata-rata

NS
BS

Ket: M

: Nilai Rata-rata

NS : Nilai Skor
BS : Banyaknya Siswa

b. Mencari nilai Median, median adalah nilai tengah

21

Zamzam Muhazir, Lembaga Bimbingan Belajar Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan


Prestasi Belajar Siswa, (KI-Manajemen Pendidikan,2008), 35

52

Untuk memberikan Interpretasi hasil rata-rata dari data checklist reflektif


yang diperoleh, digunakan pedoman interpretasi sikap sebagai berikut:22
Sangat Baik : Jika nilai presentase berada dalam interval lebih atau diatas
median (berwarna hijau)
Baik

: Jika nilai presentase berada dalam interval antara median dan

rata-rata (berwarna kuning)


Buruk

: Jika nilai presentase berada dalam interval kurang atau dibawah

rata-rata (berwarna merah)

22

Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung:UPI Press,1988)

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Hikari


Sekolah Hikari adalah sekolah dasar yang didirikan pada tahun 2010. Sekolah
yang dibangun di atas tanah seluas 4400 m2 ini, terletak di Desa Keranggan,
Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Sekolah Hikari berkibar di bawah
naungan bendera Yayasan Semarak Pendidikan Indonesia, yang memiliki Visi
yaitu; sebagai generasi penerus yang memiliki pengetahuan dasar yang kokoh
dan karakter yang tangguh. Dan misi dari sekolah ini adalah: 1.
Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang sederhana, ceria, dan
efektif sesuai dengan perkembangan anak. 2. Melengkapi pembekalan
pengetahuan dasar untuk anak-anak dengan pembentukan karakter, kematangan
emosinal, kearifan lokal dan wawasan global.1
Selanjutnya, sesuai dengan bunyi visi dari sekolah Hikari adalah mencetak
generasi penerus yang kokoh, tangguh dan berkarakter maka sekolah ini sangat
mendukung

100% penerapan sikap kedisiplinan siswanya. Pergerakan untuk

memiliki sekolah yang berkarakter selalu di canangkan pada setiap saat. Seminar
demi seminar, diskusi demi diskusi, bahkan pertemuan demi pertremuan selalu
diadakan rutin oleh yayasan Semarak Pendidikan Indonesia demi terciptanya
sekolah yang berkarakter. Demi cita-cita tersebut sekolah ini rela menyisihkan
pendapatannya untuk mendidik guru-gurunya mengikuti studi banding ke
berbagai sekolah di negara-negara yang sudah berhasil mencetak siswa yang
berkarakter. Keunikan selanjutnya terdapat pada lokasi dibangunnya sekolah ini.
Sekolah ini sengaja dibangun di tengah-tengah perkampungan yang sebagian
besar orang tua wali murid bekerja sebagai buruh pabrik yang berpenghasilan
menengah ke bawah. Sistem pendaftaranpun tidak memberatkan orang tua wali
murid yang berpenghasilan menengah ke bawah, cukup dengan mengganti
pembayaran dengan kotoran kambing atau bekerja membuat batako di sekolah.
1

Profil Sekolah Hikari

53

54

Lebih lanjut lagi, proses pembelajaran di sekolah Hikari adalah active


learning dan kontekstual learning, yaitu proses pembelajaran yang menggali
pengetahuan siswanya dan mengikut sertakan siswa secara langsung apa yang
akan dipelajari. Selanjutnya, kurikulum sekolah Hikari menganut kurikulum
Indonesia dengan mengkolaborasikan beberapa nilai baik yang dimiliki kurikulum
dari negara-negara lain, hal ini dikarenakan tujuan yang utama dari sekolah ini
yaitu membentuk karakter yang positif pada diri siswa.

B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian Treatment


Untuk mengetahui kondisi kedisiplinan dan pemberian treatment yang tepat,
maka dilakukan beberapa langkah, diantaranya:
a. Observasi Awal:
Pada tahap observasi ini, peneliti atau guru menganalisis sikap yang
membuat proses pembelajaran terganggu, setidaknya hampir 90% peserta
didik melakukan kegaduhan di kelas, seperti berlarian, mengobrol, bersuara
kencang, bahkan sampai berkelahi. Dugaan sementara, sikap gaduh yang
dilakukan oleh siswa dikarenakan proses pembelajaran yang tidak menarik
atau boring. Melalui observasi awal, sikap boring yang ditunjukan peserta
didik salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya aturan main yang
jelas di kelas. Seperti, ketika peserta didik yang melakukan kegaduhan,
peserta didik tersebut bersikap seperti acuh tak acuh terhadap perlakuannya.
Kurangnya pengajaran tentang konsekuensi menyebabkan sikapnya sulit
untuk dikendalikan, tidak adanya konsekuensi juga menyebabkan peserta
didik tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran (karena mereka berfikir
bahwa tidak adanya pengaruh untuk mereka jika mereka melanggar
peraturan). Melalui observasi tersebut, maka perlu adanya pemodifikasian
tekhnik dan alat yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa, salah
satunya adalah pemberian rangsangan berupa reward star kepada peserta
didik.

55

b. Perencanaan Tindakan:
Tindakan pada penelitian ini, diawali dengan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS), sedangkan materi yang diajarkan pada tindakan ini adalah tata
tertib di Sekolah pada pembelajaran Kewarganegaraan. Selanjutnya RPP yang
dibuat didiskusikan dengan pengampu kurikulum sekolah (Ibu. Yanti
Herlanti) untuk mengetahui kelayakan RPP yang akan disajikan kepada
peserta didik. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan discipline report
atau daftar check list reflektif, papan star, dan pin star. Media ini digunakan
sebagai alat bantu penerapan reward dan punishment di kelas maupun di
sekolah. Tidak hanya alat yang dipersiapkan, guru dalam hal ini
mempersiapkan kertas anekdotal record untuk digunakan sebagai catatan
yang menceritakan gerak gerik perubahan sikap peserta didik
Penelitian dilaksanakan di kelas I yang berjumlah 32 siswa. Pada saat
pembelajaran berlangsung siswa diajak membahas pentingnya hidup dengan
cara mengikuti tata tertib yang ada dan juga siswa diajak memahami bahwa di
sekeliling mereka banyak sekali tata tertib yang wajib di ikuti. Temuan
mengenai tata tertib dibagi oleh guru menjadi 3, yaitu tata tertib yang ada di
rumah, tata tertib yang ada di sekolah, dan tata tertib yang ada di masyarakat.
Selanjutnya penemuan dibahas dengan cara memberikan contoh tata tertib
dari ketiga bagian tersebut melalui kegiatan sehari-hari yang telah mereka
jalani. Adapun kegiatan tersebut diantaranya:
1. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di rumah : pulang sekolah ganti
baju dan menggantungkannya di tempat yang telah disediakan, mencuci
tangan dan kaki, mengerjakan PR, dan meminta izin sewaktu ingin
bermain ke luar rumah.
2. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di sekolah: datang tepat waktu (10
menit sebelum masuk sekolah), mengerjakan tugas LKS, tidak membuat
kegaduhan sewaktu jam pelajaran berlangsung, menggunakan seragam
yang sesuai, dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

56

3. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di masyarakat : mengikuti ramburambu lalau lintas dengan baik, tidak membuang sampah disembarang
tempat, tidak berkelahi, tidak berkata kasar, dll.
4. Pada tahap ini, peneliti ingin memeberikan pemahaman kepada peserta
didik mengenai tata tertib yang harus diikuti dengan proses pembelajaran
yang bermakna. Pemahaman yang nantinya dibekalkan dengan discipline
report (dijelaskan pada pembahasan berikutnya) atau check list reflektif
selama 21 hari, diharapkan mampu mengubah kebiasaan buruk peserta
didik sewaktu berada di sekolah. Selanjutnya, pembekalan pemahaman
melalui materi pembelajaran yang bermakna ini menitik beratkan pada
seberapa jauh peserta didik memahami secara dalam mengenai pentingnya
bersikap disiplin demi terciptanya tata tertib yang selaras dengan
lingkungan mereka.

c. Tahap Pelaksanaan Pemberian Checklist Reflektif Dan Reward.


Pembelajaran

mengenai

materi

tata

tertib

pada

pembelajaran

Kewarganegaraan berlangsung selama 1 hari. Peserta didik diajak membahas


tata tertib yang harus mereka ikuti, proses pembahasan didapatkan melalui
temuan siswa mengenai contoh-contoh kegiatan yang mereka rasakan sebagai
contoh tata tertib, dan penekanan terkahir, mengerucut kepada pengenalan
mengenai alat-alat penelitian seperti discipline report, papan star, dan pin
star.
1. Discipline Report; digunakan sebagai refleksi dari penerapan disiplin
di Sekolah. Penilaian diberlakukan seperti penilaian ranah afektif, yaitu
penilaian diri. Diharapkan dengan catatan yang dimiliki masing-masing
peserta didik, maka dapat memberikan shock terapi mengenai penerapan
disiplin di Sekolah.
2. Papan Atau Kartu Star: digunakan sebagai refleksi dari penerapan
disiplin secara nyata. Papan star nantinya akan digunakan apabila peserta
didik mampu menerapkan disiplin dengan baik selama 1 hari penuh,
dilihat dari discipline report yang diisi masing-masing peserta didik

57

maka 1 kali check list akan digantikan dengan 1 star. Jadi peserta didik
setiap melaksanakan tata tertib dengan baik selama 1 hari penuh maka
akan mendapatkan bintang sebanyak 19 star. Namun hal yang berbeda
akan terjadi jika peserta didik melanggar tata tertib yang telah mereka
sepakati. Setidaknya mereka mendapat teguran berupa; berkurangnya star
atau pencabutan star apabila terjadi pelanggaran yang berat. Pelanggaran
tersebut berupa melukai teman, tidak meminta maaf jika berbuat salah,
dan berkata kasar atau jorok. star tersebut selanjutnya akan ditempelkan
oleh peserta didik di papan Save My Discipline
3. Pin Star : digunakan sebagai hasil akhir dari penerapan disiplin.
Pembagian star diberikan pada setiap akhir pekan sekolah atau pada hari
Jumat. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi pembangkit atau
shock refleksi dari penerapan disiplin disekolah dengan baik. Pin star
tersebut akan dipakai peserta didik kemanapun mereka pergi bermain,
baik di rumah maupun di Sekolah.

d. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan ini tertuju pada pengolahan hasil check list reflektif
atau discipline report yang telah diisi selama 21 hari setiap kali jam pulang
sekolah oleh siswa. Sebelumnya, guru atau peneliti mengulang terus-menerus
aturan main yang tertulis di discipline report. Hal ini dilakukan agar
peraturan main selalu diingat siswa dan tidak lagi melanggar hal yang sama.
Selain itu, data juga diperkuat dengan adanya anekdotal record, yaitu catatan
yang menceritakan mengenai perkembangan dan perubahan sikap disiplin
peserta didik selama berada di sekolah.
Berdasarkan

pengamatan

atau

anekdotal

record

selama

proses

pembelajaran berlangsung, berikut ini adalah catatan kondisi awal siswa


sebelum diberikannya treatment berupa check list reflektif melalui reward,
diantaranya:

58

Tabel 4.1
Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment
No
1

Kondisi awal

Indikator disiplin
Membiasakan

diri

datang tepat waktu dan

datang terlambat di setiap harinya (lihat

masuk

Anecdotal record pada tanggal: 29 maret dan 2

kelas

pada

waktunya
2

Masih ada 2-3 bahkan 6 peserta didik yang

april 2012)

Melaksanakan

dan

Ketika mengerjakan tugas, peserta didik

mengumpulkan tugas-

banyak

tugas

mengobrol, sampai dengan bersuara kencang

kelas

menjadi
jawab

yang

tanggung
dengan

tepat

yang

bercanda

seperti

berlarian,

3-6 peserta didk yang belum menyelesaikan


tugasnya dengan baik (A R: 12 April 2012)

waktu
3

Membiasakan
untuk

diri

mematuhi

minum sambil berjalan atau berdiri

peraturan kelas

Masih ada peserta didik yang makan dan

Masih ada peserta didik yang tidak meminta


izin ketika pembelajarn berlangsung seperti; ke
kamar kecil, minum ataupun bertanya

Masih adanya peserta didik yang tidak


menaruh alat-alat sekolahnya tidak pada
tempatnya. Seperti; tas di loker dan sepatu di
rak sepatu

Masih adanya peserta didik yang gaduh


sewaktu proses pembelajaran berlangsung

Masih adanya peserta didik yang membuang


sampah tidak pada tempatnya.

Dan masih adanya peserta didik yang berkata


kotor dan menggunakan bahasa yang gaul
(A R : 2 maret 2012)

Membiasakan

diri

Masih adanya peserta didik yang merusak

59

untuk
peraturan

mematuhi

tanaman, berkelahi dan mengucapkan kata-kata

bersama

yang telah disepakati

kotor (lihat A R : 18 April 2012)

sebelumnya

Masih adanya peserta didik yang mengobrol


sewaktu guru bicara

Masih adanya peserta didik yang acuh ketika


kondisi kelas kotor

Masih adanya peserta didik yang acuh dengan


teman sebangkunya. (A R: Catatan guru kelas,
A R: 2 maret dan 2 April 2012)

Memahami tata tertib

berpakaian rapih

Masih adanya peserta didik yang memakai


seragam yang tidak sesuai dengan harinya

Masih adanya peserta didik yang tiak memakai


dasi dan topi sewaktu upacara hari senin

Masih adanya peserta didik yang acuh dengan


kerapihan seragamnya (A R: 2 Maret 2012)

Berdasarkan tabel pengamatan terlihat jelas bahwa sikap disiplin peserta


didik sangat memprihatinkan. Sikap tidak disiplin tersebut akan menjadi penyakit
yang sulit dihilangkan jika tidak ditangani sedini mungkin.

C. Pembahasan dan Analisis Penelitian


Dari keseluruhan pembahasan, berikut ini adalah hasil penelitian yang
diuraikan secara rinci berupa tabel dan grafik yang menginterpretasikan
perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap indikator. Analisis data
menggunakan

tekhnik

katagorisasi,

yaitu

tekhnik

yang

membantu

menginterpretasikan data mengenai perubahan sikap. Dikarenakan penelitian ini


memfokuskan pada perubahan sikap disiplin siswa, maka katagorisasi yang dapat
menginterpretasikan data dengan tepat adalah; katagori sangat baik, baik dan
buruk. Perubahan tersebut terinterpretasikan sebagai berikut:

60

Indikator 1; Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya


Melihat kondisi awal, bahwa banyaknya peserta didik yang selalu datang
terlambat ke Sekolah sehingga menggangu proses pembelajaran yang telah
berlangsung, maka sekolah mengharuskan peserta didiknya untuk tiba dan masuk
kelas pada waktunya. Peraturan yang mengikuti karakteristik sekolah ini,
memutuskan bahwa jam tiba di sekolah pada pukul 07.10 yaitu 20 menit sebelum
bel sekolah berbunyi yaitu, pukul 07.30 WIB. Sosialisasi peraturan ini,
mengikutsertakan RPP sehingga peserta didik tidak hanya dipaksa untuk
melakukan peraturan yang

berlaku, melainkan mereka memahami dengan

hakiki untuk apa mereka melakukan hal tersebut. Treatment ini dilakukan
dengan proses pembiasaan yang mengikutsertakan reward di dalamnya, yaitu
mereka akan mendapatkan bintang jika

mereka tidak datang terlambat ke

Sekolah. Untuk memudahkan proses pembiasaan indikator tiba dan masuk kelas
pada waktunya, guru membekalkan setiap anak beberapa alat yang dapat mereka
gunakan untuk mengisi discipline report terkait dengan indikator 1 ini,
diantaranya: jam digital dan pensil yang ditempelkan di tembok. Ketika anakanak tiba di Sekolah, mereka akan langsung disambut dengan jam analog, pensil,
dan discipline report. Mereka harus menuliskan di rapor disiplinnya yang
disesuaikan dengan waktu yang ada di jam tersebut, dan proses ini berlangsung
selama 21 hari. Berikut ini adalah akumulasi perubahan sikap selama proses dan
pasca yang disertai pengkategorian, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Membiasakan Diri Untuk Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya
Kategori
Sangat Baik
Baik
Buruk
Total

Pasca

Proses
Interval

Interval

> 92,9
86,9 - 92,9
< 86,9

16
4
12
32

50
12,5
37,5
100

100
99,4 - 100
< 99,4

29
0
3
32

90,625
0
9,375
100

61

Deskripsi
Data diatas menjelaskan bahwa, disiplin pada indikator datang dan masuk
kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif. Terjadi peningkatan
pada proses ke pasca, terlihat angka yang berubah pada setiap kategori, interval
dan frekuensi, dengan data angka sebagai berikut; sangat baik memiliki
peningkatan dengan selisih frekuensi 13 point dan kategori buruk memiliki
penurunan dengan selisih frekuensi 9 point.
Indikator 2; Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang
Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu
Sama seperti indikator sebelumnya bahwa, yang menjadi dasar perlunya
diberlakukan peraturan pada indikator 2 ini adalah gambaran awal situasi peserta
didik yang menyederhanakan tugas yang telah diberika oleh guru. Sikap peserta
didik yang acuh terhadap tugas membuat guru harus ekstra strategi untuk
menumbuhkan minat belajar siswa ketika mengerjakan tugas. Seperti yang kita
tahu bahwa, fungsi dari tugas (LKS) adalah sebagai penilaian dan juga feedback
dari peserta didik atas pemahaman pembelajaran yang telah berlangsung
sebelumnya. Seperti biasa pada indikator ini, ketika siswa mengerjakan tugasnya
maka siswa akan membubuhi tanda check list pada disciplin report dan kemudian
akan ditukarkan dengan star yang dapat mereka tempelkan di kartu star miliknya.
Untuk mengatahui progres perubahan sikap pada indikator 2, berikut ini adalah
tabel yang menerangkan perubahan tersebut.
Tabel 4.3
Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya
dengan Tepat Waktu
Kategori
Sangat Baik
Baik
Buruk
Total

Interval
100
92,7 - 100
< 92,7

Proses
f
17
5
10
32

Pasca
%

Interval

53,125
15,625
31,25
100

100
100
< 100

32
0
0
32

100
0
0
100

62

Deskripsi
Sama seperti indikator sebelumnya bahwa terjadi peningkatan ke arah
yang positif, hanya saja pada indikator ini peningkatannya sangat terlihat. Data
diatas menunjukan angka maksimal yaitu 100% pada perubahan sikap peserta
didik pasca check list reflektif

diberlakukan. Semua peserta didik merasa

termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan tepat waktu.


Indikator 3; Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas
Pada indikator ini peserta didik diharuskan mematuhi 11 sub peraturan yang
telah disepakati sebelumnya oleh sekolah. Pertimbangan ini didasari oleh
karakteristik sekolah dan lingkungan Sekolah Hikari. Pada 11 sub tersebut
diantaranya: (1) berbaris rapih ketika bel berbunyi, (2) memberi salam ketika
bertemu denga seseorang, (3) makan dan minum sambil duduk, (4) meminta izin
ketika ingin memakai barang milik orang lain, (5) membuang sampah pada
tempatnya, (6) tidak merusak tumbuhan, (7) menyimpan sepatu dan tas pada
tempatnya, (8) menyimpan sandal pada tempatnya, (9) memperhatikan ketika
guru menjelaskan pelajaran, (10) tidak mencoret-coret meja dan tembok, (11)
berkata baik dan sopan pada setiap pelajaran. Kondisi peserta didik ketika proses
dan pasca diberikannya pembiasaan kedisiplinan dapat terlihat pada tabel berikut
ini:
Tabel : 4.4
Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas
Kategori
Sangat Baik
Baik
Buruk
Total

Interval
> 98,3
97,8 - 98,3
< 97,8

Proses
f
21
0
11
32

Pasca
%

Interval

65,625
0
34,375
100

> 83
80,4 - 83
< 80,4

15
7
10
32

46,875
21,875
31,25
100

Deskripsi
Berbeda dengan indikator yang lainnya, pada indikator ini sikap
kedisiplinan peserta didik justru mengalami perubahan yang negatif. Pernyataan

63

tersebut terlihat dari data diatas bahwa, peserta didik justru

mengalami

penurunan. Kategori sangat baik mempunyai selisih frekuensi penurunan


sebanyak 6 point dan kategori buruk hanya mempunyai selisih frekuensi
peningkatan sebanyak 1 point. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya
sub indikator yang harus diikuti oleh peserta didik dan ketidak sengajaan peserta
didik melakukan pelanggaran yang ada pada indikator ketiga.
Indikator 4; Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah
Disepakati Bersama
Pada indikator ke 4 ini, peserta didik harus mengikuti 3 sub indikator yang telah
disepakati bersama-sama, diantaranya: (1) tidak mengobrol sewaktu bu guru sedang
menjelaskan, (2) bekerjasama setelah belajar untuk memebersihkan kelas, (3) saling
membantu jika ada teman yang kesulitan mengisi LKS. Terbentuknya indikator ini
didasari oleh kondisi kelas yang gaduh. Untuk memudahkan pemahaman peserta didik,
sub indikator disisipi kedalam proses pembelajaran. Pada awalnya peserta didik
diberikan pertanyaan tentang kenyamanan yang mereka harapkan ketika ada di dalam
kelas. Kemudian guru menuliskan semua pendapat peserta didik yang berkaitan dengan
pernyataan tersebut. Setelah terkumpul, pendapat tersebut di kaji bersama-sama antara
guru dan peserta didik, dan disepakati ada 3 sub indikator yang harus dipatuhi bersamasama. Berikut ini data yang menunjukan perubahan sikap disiplin peserta didik pada
indikator yang ketiga, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama
Kategori
Sangat Baik
Baik
Buruk
Total

Interval
> 96,0
94,5 - 96,0
< 94,5

Proses
f
16
4
12
32

Pasca
%

Interval

50
12,5
37,5
100

100
95,6 - 100
< 95,6

18
4
10
32

56,25
12,5
31,25
100

64

Deskripsi
Berbeda dengan indikator sebelumnya, pada indikator ini peserta didik justru
mengalami perubahan ke arah yang positif. Mudah untuk mengikuti peraturan
yang diberlakukan adalah alasan peserta didik mengapa indikator disiplin ini
mengalami peningkatan. Terlihat pada meningkatnya interval dan frekuensi dari
proses ke pasca, kategori baik naik sebanyak 2 point dan kategori buruk turun
sebanyak 2 point. Hal tersebut membuktikan bahwa indikator ke 4 ini menunjukan
peningkatan yang baik untuk sikap kediaplinan peserta didik.

Indikator 5; Berpakaian Rapih dan Sopan


Indikator terakhir yang harus diikuti oleh peserta didik adalah berpakaian
rapih dan sopan, untuk memahami indikator ini peserta didik hanya mengerjakan
LKS yang berkaitan dengan kerapihan berpakaian. Kerapihan ini meliputi:
memakai seragam tepat pada hari yang telah ditentukan, penggunaan dasi dan topi
pada saat upacara, selalu memperhatikan kerapihan seragam sekolah ketika masuk
kedalam kelas, dan memperhatikan kebersihan seragamnya. Sedangkan berpakaian
sopan meliputi: memakai rok dibawah lutut dan memakai seragam yang tidak ketat
di badan, peraturan ini berlaku sama, pada pakaian yang mereka gunakan diluar
jam pelajaran sekolah. Berikut ini perubahan sikap kedisiplinan peserta didik di SD
Hikari pada proses ke pasca, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Berpakaian Rapih dan Sopan
Kategori
Sangat Baik
Baik
Buruk
Total

Interval
> 95,2
93,7 - 95,2
< 93,7

Proses
f
23
0
9
32

Pasca
%

Interval

71,875
0
28,125
100

100
94,2 - 100
< 94,2

25
0
7
32

78,125
0
21,875
100

Deskripsi
Sama seperti indikator sebelumnya, indikator berpakaian rapih dan sopan
mengalami peningkatan dari proses ke pasca. Terlihat dari data diatas,kategori

65

sangat baik mengalami peningkatan sebanyak 2 point dan penurunan pada


kategori buruk sebanyak 2 point. Hal ini membuktikan bahwa indikator
berpakaian rapih dan sopan mengalami keberhasilan yang positif.
dibawah ini adalah grafik perubahan sikap kedisiplinan berkategori secara
keseluruhan, diantaranya:

35
30
25
20
sangat baik

15

baik
10

buruk

5
0
proses

pasca

Indikator 1

proses

pasca

Indikator 2

proses

pasca

Indikator 3

proses

pasca

Indikator 4

proses

pasca

Indikator 5

Grafik 4.1
Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa

Deskripsi
Diagram diatas menerangkan bahwa penerapan kedisiplinan dengan
menggunakan checklist reflektif + reward mengalami perubahan yang positif.
Terlihat dari data kuantitatif diatas, bahwa 4 indikator berada dalam katagori
sangat baik dengan keterangan meningkat, sedangkan 6 indikator disiplin
berkategori buruk berada dalam keterangan menurun. Dengan deskripsi data,
indikator 1 terdapat penurunan sebesar 9 point, indikator 2 sebesar 10 point,
indikator 4 sebesar 2 point, dan indikator 5 sebesar 2 point., dan indikator 3
sebesar 1 point. Dari hasil data kuantitatif diatas membuktikan bahwa sebagian

66

besar peserta didik sudah terbiasa berprilaku disiplin dan penggunaan checklist
reflektif + reward mengalami keberhasilan.
Gambaran umum tentang hasil penelitian diuraikan berupa tabel dan grafik
yang menginterpretasikan perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap
indikator, adalah sebagai beriku:

Tabel 4.7
Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca

Indikator

Proses
%
86,91

Pasca
%
99,4

92,7

100

7,3

Meningkat

Membiasakan diri mematuhi peraturan kelas

97,78

80,47

-17,31

Menurun

Membiasakan diri mematuhi peraturan

94,55

95,63

1,08

Meningkat

93,75

94,27

0,52

Meningkat

Membiasakan diri untuk datang kesekolah

Selisih Keterangan
%
12,49
Meningkat

dan masuk kelas pada waktunya


Melaksanakan dan mengumpulkan tugastugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya
dengan tepat waktu

bersama yang telah disepakati sebelumnya


Berpakaian rapih dan sopan

Peningkatan dan penurunan sikap disiplin siswa akan lebih terlihat pada
grafik berikut ini

67

120
100
80
60
40
20
0
proses

pasca

proses

Indikator 1

pasca

Indikator 2

proses

pasca

Indikator 3

proses

pasca

Indikator 4

proses

pasca

Indikator 5

Grafik 4.2
Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap
Deskripsi
Diagram 4.1 menunjukan bahwa perubahan sikap siswa ketika proses ke
paska terjadi peningkatan hampir pada setiap indikator. Pada indikator 1 terdapat
peningkatan sebesar 12,49%, indikator 2 sebesar 7,3 %, indikator 4 sebesar
1,08%, dan indikator 5 sebesar 0,52%. Namun pada indikator 3 terjadi penurunan
sebesar 17,31%. Hal tersebut terjadi karena,

peraturan yang dituntut pada

indikator 3 lebih banyak, sedangkan waktu yang disedikan untuk mendisiplinkan


peserta didik sangat singkat. Sehingga peserta didik merasa kesulitan untuk
mematuhi peraturan peraturan yang diberikan. Selain itu, karena terlalu banyak
peraturan yang diberikan ada beberapa peserta didik lupa dengan peraturanperaturan yang diberikan

D. Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak terhadap sikap


kedisiplinan siswa
Dari penyajian data diatas terlihat bahwa hasil keseluruhan indikator
kedisiplinan yang diteliti terjadi peningkatan yang signifikan. Pada aspek datang
dan masuk kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif, mengalami

68

peningkatan

sebesar

90,6

%.

Bahkan

pada

aspek

melaksanakan

dan

mengumpulkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu


menunjukan hasil yang maksimal yaitu 100%. Adapun pada aspek membiasakan
diri mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya mengalami
peningkatan sebesar 56,25 %. Dan pada aspek berpakaian rapih dan sopan
mengalami peningkatan sebesar 78,1 %. Berbeda pada aspek membiasakan diri
untuk mematuhi peraturan kelas, mengalami penurunan pada kategori sangat baik
sebesar 46,8 % namun terjadi peningkatan pada kategori baik sebesar 21,8 %, dan
kategori buruk menurun sebesar 31,2 %. Menurut data yang terkumpul indikator
yang mengalami pelanggaran cukup berfariasi dari hari ke hari salah satunya
adalah menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya. Setelah menjalani wawancara
pelanggaran pada aspek tersebut dikarenakan tidak terbiasanya peserta didik
melakukan hal itu, itu artinya butuh kontinuitas pada aspek ini. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa reward melalui checklist reflektif memberikan dampak
terhadap sikap kedisiplinan peserta didik, khususnya kelas 1 SD Hikari desa
Keranggan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan skripsi ini ditemukan bahwa, reward dengan star
melalui checklist reflektif berdampak positif dalam meningkatkan sikap
kedisplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari desa Karanggan. Hal ini dapat dilihat
dari menurunnya presentase kategori buruk hampir pada semua indikator
kedisiplinan. Keberhasilan penarapan reward dengan star melalui checklist
reflektif ini di dukung oleh dua hal, diantaranya: (1) setelah memperoleh reward
berupa star anak merasa bangga dan terdorong untuk meningkatkan
kedisiplinannya, dan (2) tanggung jawab yang besar dari guru dalam mengawasi
pembinaan kedisiplinan siswa secara konsekuensi. Berdasarkan temuan tersebut
dapat disimpulkan bahwa reward menggunakan star melalui checklist reflektif
mempunyai dampak positif dalam meningkatkan sikap disiplin peserta didik

B. Saran
Karena reward menggunakan star mlalui checklist reflektif dapat
meningkatkan sikap kedisiplinan peserta didik, maka penulis mengajukan saran
sebagai berikut:
1. Untuk guru dan sekolah,

perlu disosialisasi penggunakan reward melalui

checklist reflektif secara intensif dalam mengembangkan pembiasaan disiplin


peserta didik di berbagai sekolah.
2. Untuk orang tua, perlu adanya kolaborasi antara guru dan orang tua wali murid
demi terciptanya sikap kedisplinan yang diharapkan.

69

Daftar Pustaka
Amini, Ibrahim, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Cetakan:1, Jakarta: Al-Huda,
2006.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam ,Jakarta: Ciputat
Pers,2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet:14,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa.
Bernhardt, Karl, Discipline and Child Guidance, London: Mc Graw Hill Book
Company.
Colvin, Geoff, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif,
Cet:1, Jakarta: Indeks, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008.
Daien, Amir Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional,1973.
Djaali, Prof.Dr, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Durkheim, Emile, Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis
Pendidikan, Alih Bahasa: Drs. Lukas Ginting, Jakarta: Erlangga,1990.
Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007.
Effendi, Rust, Statistika Pendidikan, Bandung:UPI Press,1988.
Eti, Marwatu, MP 2010. 105018200675. Pemberian Reward dan Punishment
dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat,
Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta, Jakarta, 2009.
Gunarsa, Singgih, Psikologi untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 2000
Hurlock, Elizabeth, Perkembangan Anak , jilid 2, Alih Bahasa: dr. Med Meitasari
Tjandrasa, Jakarta: Erlangga, 1978.
Irwanto, Drs, Psikologi Umum, Jakarta: PT Prenhallindo, 2002.
Jareonsettasin, Teerakiat, Pendidikan Sathya Sai: Filosofi dan Praktisnya, Edisi:1,
Thailand: International Institute of Sathya Sai Education, 2002.

Jumsai, Art-ong, Na Ayudhya, B.A, M.A., D.I.C.,Ph.D, Lima Nilai Kemanusiaan


dan Keutamaan Manusia (Human Excellence), Edisi:1, Thailand:
International Institute of Sathya Sai Education, 2002.
Jumsai, Art-ong, Na Ayudhya, B.A, M.A., D.I.C.,Ph.D, Model Pembelajaran
Nilai-Nilai Kemanusiaan Terpadu Pendekatan yang Efektif untuk
Mengembangkan Nilai-nilai Kemanusiaan atau Budi Pekerti pada Peserta
Didik, Jakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia, 2008.
Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
2011.
Khalsa, Sirnam, Teaching Discipline and Self Respect: Effective strategies,
Anecdotes, and Lessons for Successful Classroom Management,
California: Corwin Press, 2007.
Lickona, Thomas, Educating for Character Bagaimana Sekolah Dapat
Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Tanggung Jawab,
Edisi: 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012.
Lukman bin Masa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam,
http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009.
Madsen, Charles, Teaching Discipline A Positive Approach for Educational
Development, Edisi:3, Florida: United States of America, 1933.
Majalah Ayah Bunda dan Mead Johnson, dari A Sampai Z Perkembangan Anak,
Buku Pegangan Untuk Pasangan Muda, Jakarta: PT. Gaya Favorit Press.
Muhazir, Zamzam, Lembaga Bimbingan Belajar Sebagai Alternatif Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, KI-Manajemen Pendidikan,2008.
Mulyadi, Seto, Dr, M. Psi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya,
Jakarta: Erlangga, 2004.
Mulyasa,M.Pd, Prof. Dr.H.E, Managemen Pendidikan Karakter, Jakarta:Pt.Bumi
aksara,2011
Nur, Muhammad, Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung:
Kelompok Penerbit Mizan, 1997
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Ramayulis, ilmu pendidikan islam, Cet: 6, Jakarta: Kalam mulia. 2008.

Rohani, Ahmad,
2004

Pengelolaan Pengajaran, Cet. Ke-2, Jakarta: Rineka Cipta,

Ruseffendi, Prof, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, Bandung: CV


Andira Bandung, 1998.
Sanjaya, Wina, Prof. Dr , M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media,2006.
Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,2008.
Semiawan, Conny, Prof. Dr, Penerapan Pembelajaran pada Anak, Jakarta:
Indeks, PT Macana Jaya Cemerlang,2008.
Schaefer, Charles, Bagaimana Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak
Secara Efektif How to Influence Children, Cet. Ke-1, Jakarta: Restu
Agung, 1996.
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka,
1989.
Soemanto, Wasty, Drs, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan, Jakarta: Rhineka Cipta, 1990.
Sofyan, Ahmad,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Cet:1,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.
Sumiati, Dra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima. 2009.
Suryabrata, Sumadi, Drs, B.A.,M.A.,Ed.s.,Ph.D, Psikologi Pendidikan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada 2010.
Sylvia,

Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah,


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Cet. Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka,2002.
Uno, Hamzah, Dr, M.Pd, Orientasi Baru dalam Strategi Pembelajaran, Cet:3,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.

Webe, Agung, Smart Teaching 5 Metode Aktif Lejitkan Prestasi Anak Didik,
Yogyakarta: Galangpress, 2010.
Wheldall, Kevin, Discipline in Schools, Psychological Perspectives on the Elton
Report, New York: Routledge London and New York, 1992.
Yanuar, A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif untuk Anak SD, Cet:1, Jogjakarta:
DIVE Press, 2012

LAMPIRAN A
INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran A.1 :

Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa


1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes

Lampiran A.2 :

Instrumen Non Tes


1. Angket:

a. Lembar Checklist Reflektif


b. Catatan Anekdotal Record

2. Profil SDS Hikari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MINGGUAN


BERBASIS PAIKEM
TEMA : KOTAK MAINANKU
By: Miss. Novi

A. Identitas
NamaSekolah

: SD HIKARI

Kelas/Smester

: I (Satu) / II (Dua)

MateriPokok

: Gerak Benda

Waktu

: 22 jam (35) / 805 menit

Hari/Tanggal

: Senin- jumat / 09 - 13 April 2012

B. TEMA : Kotak mainanku


No Mata

SK

KD

Indikator

Mengenal berbagai

(1.2) Mengidentifikasi penyebab benda

bentuk energi dan

bergerak (batere, per/pegas, dorongan

benda bergerak melalui mainan yang telah

manfaatnya dalam

tangan, dan magnet) => FOKUS

dipilihnya

Pelajaran
1

IPA

kehidupan sehari-

Mengamati secara sederhana penyebab

hari

MATERI: BATERE dan PER/ PEGAS

Menjelaskan penyebab gerak benda

Menyimpulkan jenis penyebab gerak


benda

MTK

Mengenal

(5.1) Membandingkan berat benda

pengukuran berat

melalui percobaan

Melakukan penimbangan satuan tidak


baku dengan menggunakan benda- benda
yang ada di sekitarnya

(5.2) Menyelesaikan masalah yang


berkaitan dengan berat benda

Memecahkan masalah yang berkaitan


dengan berat benda

IPS

PKN

Study kasus mengenai berat benda

Mengekspresikan melalui ungkapan kata-

Mendeskripsikan

(2.1) Menceritakan kembali peristiwa

lingkungan rumah

penting yang dialami sendiri

kata mereka mengenai membuat mainan

dilingkungankeluarga

bersama

Menerapkan

(4.1) Mengikuti tata tertib di rumah dan di

kewajiban anak di

sekolah

- Penilaian diri mengenai pembiasaan


menjalankan beberapa kewajiban dirumah

rumah dan di

dan di sekolah bertanggung jawab atas

sekolah

mainan yang sudahdipakai

Memahami indikator kedisiplinan


dengan membahas bersama-sama tata
tertib yang ada di daftar Checklist

Reflektif
5

Bahasa

Menulis,

Indonesia menulispermulaan

Menuliskan huruf tegak bersambung

yang dicontohkan oleh guru

bahasanya sendiri tentang penyebab

dengan huruf
tegakbersambung
melalui kegiatan
dikte dan menyalin

Beragumen dengan menggunakan

gerakbenda
-

Menceritakan dengan singkat proses


pembelajaran yang telah berlangsung

C. Tujuan Pembelajaran
Siswa Mampu:
1. Menyebutkanberbagai cara benda bisa bergerakmelaluipengamatan
2. Menjelaskan penyebab gerak benda
3. Menyimpulkan penyebab gerak benda
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan gerak benda
5. Mamapu memecahkan masalah yang berkaitan dengan berat benda pada kehidupan sehari-hari
6. Memahami kewajiban di rumah dan disekolah
7. Membiasakan diri dengan membereskan mainan yang telah selesai dimainkan
8. Mengungkapkan bahasa yang baik ketika menceritakan tentang peristiwa membua tmainan bersama
9. Mampu menulis huruf tegak bersambung dengan baik

D. MateriPembelajaran => Peta Konsep


Sub materi: Penyebab benda bergerak

E. Metode Pembelajaran
1.Pendekatan : Pendekatan Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan
2.Metode

: Ceramah, Diskusi, TanyaJawab, Inquiry, Observasi, Pengamatan,

F. Langkah-langkah

Senin
Aktivitas dengan Komponen PAIKEM
Tahap

Waktu

Indikator

Nilai Karakter
Guru

Pendahuluan

Siswa

07.30

Guru menanyakan keadaan siswa di pagi

Siswa

(20 )

hari

mengikuti

Guru bersama siswa berbaris di luar kelas

Santun

intruksi guru

duduk hening untuk berdoa


Guru mengecek baju siswa seperti biasa
Religius

Telling Story tentang Tanggung Jawab


Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,

Siswa

namun terlebih dahulu guru meminta siswa

mendengarka

untuk duduk rapih.

n cerita guru

Guru bertanya kepada siswa (Questioning)

kebersihan
keperduli
Tanggung
jawab

menurut kamu barisan manakah yang

Siswa duduk

Sungguh-

paling rapih dan siapa yang terlebih dahulu

dengan rapih

sungguh

untuk masuk kedalam kelas, anak laki-laki


atau anak perempuan?

Siswa
bertanya
dengan
antusias
Kegiatan Eksplorasi
Inti

07.50
(35)

Guru menyapa siswa dan mempersiapkan

Siswa

siswa untuk siap belajar

mengikuti

Guru meberikan motivasi kepada siswa,

instruksi guru

pembelajaran hari ini (mengenalkan tokoh


baru yang akan menemani pembelajaran
Siswa
bersemangat
Guru mengajak siswa bermain bersama
tokoh baru
Guru mengajak siswa fokus kepada tas

Kesungguhan
Kemandirian

seperti memberitahukan tujuan dan fungsi

hari ini)

Kedisiplinan

mainan bu guru.
Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok
Guru mengajak sisiwa untuk memilih mainan
yang ada di tas mainanku
Guru memerintahkan siswa untuk
mengamati bagaimana cara benda tersebut
bergerak.

Siswa
mengikuti

Guru memberikan waktu selama 5 menit


Guru bertanya kepada siswa tentang diskusi
yang meraka lakukan tentang mainan itu
Guru menuliskan jawaban siswa di papan
tulis
IPA: Mengamati
secara
sederhana
penyebab
benda bergerak
melalui mainan
yang telah
dipilihnya
IPA:
Menjelaskan
penyebab gerak

Guru memberikan siswa LKS untuk


dikerjakan (autentic assesment => tes
tulis)
Guru membahas pengetahuan siswa secara
bersama-sama.
Guru bersama siswa bersiap-siap untuk

permainan
tersebut

benda
Elaborasi

(35)

snack time selama (20)


Guru mengulang membahas hasil kerja

Siswa

siswa secara bersama-sama.

memperhatika

(Konstruktivisme)

n terlebih

Guru bersama siswa mengamati permainan


yang bergerak dengan cara yang baru,
seperti dengan bantuan batre dan pegas
Guru bertanya kembali kepada siswa
pengalaman yang dia temukan diluar sana,
tentang bagaimana cara menggerakan
mainan tersebut? (Questioning).
Guru berkolaborasi bersama-sama dengan
siswa, dengan membahas penyebab mainan
IPA:

boneka bu guru bergerak (Learning

Menyimpul

Comunity)

kan jenis
penyebab

Guru bersama siswa mengamati mainan

gerak

tersebut

benda

Guru mencabut dan menerapkan baterai di


mainan tersebut
Guru bertanya mengapa si Jalu bisa bicara

dahulu cara
menjawab
lembar
pengamatann
ya

Kesungguhan
Kepedulian
sosial dengan
kerja kelompok

dan terkadang tidak bisa bicara?


Adakah sesuatu yang bisa membuat dia
hidup?
Guru menunggu jawaban siswa dan
menulisnya di papan tulis
Guru bertanya lalu benda apa saja yang
bisa hidup dengan menggunakan baterai?
Guru menulis jawaban siswa di papan tulis
Guru menanyakan tentang pegas. Tahukah
kamu pegas?
Pernahkah kamu melihatnya?
Guru membongkar pulpen, dan
mengenalkan apa itu pegas.
Guru menanyakan benda apa lagi yang bisa
bergerak dengan menggunakan pegas?

Siswa
mengikuti

Guru mencatat jawaban siswa di papan tulis


Guru bersama siswa menyimpulkan
pembahasan hari ini dengan membaca

proses
pembelajaran
secara tertib

bersama-sama
Guru meminta siswa untuk menulisnya di
kertas yang telah disediakan.
Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
mengerjakannya.
Konfirmasi 09.15
(35)

PKn: penilaian
diri mengenain
pembiasaan
menjalankan
beberapa
kewajiban di
rumah dan di
sekolah
bertanggung
jawab atas
semua mainan
yang sudah di
pakai

Guru bersama siswa merapihkan mainan

Siswa

Bersungguh-

dan kelas sesudah pengamatan

menuliskan di

sungguh

Guru menanpilkan Main map meteri


pembelajaran mengenai gerak benda dan
manafaat energi dalam kehidupan seharihari.
Guru meminta siswa membuat yang sama

kertas yang
telah

Kedisiplinan

disediakan

Tanggung

oleh guru untik

jawab

membuat
maind map

dengan yang di papan tulis dengan membuat


dan menambahkan konsep yang telah
ditemukan oleh siswa (autentic assesment
=> fortofolio)
Guru mempersilahkan siswa istirahat selama
(25)

Penutup

10.15

Guru memberikan kesempatan kepada siswa

Siswa

untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran

mengikuti

Keberanian

(45)

(Learning Comunity)

instruksi guru

Kemandirian

Guru menutup pelajaran dengan bersama-

Bertanggung

sama merapihkan kelas dan mempersiapkan

jawab

untuk berdoa pulang


quis (5 pertanyaan) (autentic assesment
=> individu)

Selasa
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap

Waktu

Indikator

Nilai Karakter
Kegiatan Guru

Pendahuluan

Kegiatan Siswa

07.30

Guru menanyakan keadaan siswa di pagi

Siswa

(20)

hari

mengikuti

Guru bersama siswa berbaris di luar kelas


duduk hening untuk berdoa
Telling Story atau membahas pertanyaan
siswa
Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,
namun guru meminta siswa untuk duduk

Kedisiplinan

instruksi guru
Religius
Bersungguhsungguh
kedisiplinan

rapih terlebih dahulu


Kegiatan Eksplorasi
Inti

07.50
(35)

Guru bersama siswa mengulang sekilas

Siswa

pembelajaran kemarin dengan membuka

menjawab

maind mapp yang sudah di buat

pertanyaan

Guru meminta satu siswa untuk menjelaskan


maind mapp yang telah dibuat

guru dengan

Guru masih menggunakan mainan untuk


media pembelajaran

bergerak (yaitu beratnya).

Kewajiban
kebenaran

yaitu matematika.

yang menyebabkan suatu benda sulit

Kejujuran

gembira

Guru mengaitkan dengan meteri selanjutnya

Guru menegaskan bahwa ada sebab lain

Kedisiplinan

Siswa maju
dengan
percaya diri

Guru sebelumnya bertanya apakah sebab


itu? (Questioning)
Guru memancing siswa dengan melakukan
percobaan yang sesuai dengan materi
Guru mengeluarkan benda yang sama

Siswa

namun berbeda berat dan ukurannya. Seperti

memperhatika

bola dan balok

n guru

Guru bertanya kepada siswa mengapa

Siswa

bendanya tidak bergerak bersama-sama?.

menjawab

Padahal bendanya sama? (questioning)

pertanyaan

Guru menunggu dan menuliskan jawaban


siswa di papan tulis (Konstruktivisme)
Elaborasi

(35)

guru dengan
tertib

Jika belum sampai pada materi, guru

Siswa

mengajukan pertanyaan kembali coba lihat,

menjawab

apa perbedaan dari kedua benda

pertanyaan

ini?(Questioning)

guru dengan

Guru menunggu jawaban siswa


MTK:

Guru mengajak siswa untuk mencoba


- Melakukan

melakukan penimbangan dengan satuan

penimbangan

tidak baku yang ada di sekitar mereka ambil

satuan tidak

mengerjakan tugas yang telah guru berikan

baku dengan

sebelumnya (inquiry dan konstruktivisme)

tertib dan
mengacungka
n tangan

menggunakan
benda- benda
yang ada di
sekitarnya

Guru berdoa bersama siswa sebelum snack


time
Guru meminta siswa untuk duduk hening dan
tertib untuk mencuci tangan dan mengambil

Siswa

Kedisiplinan
Kesungguhan
kesantunan

- Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
berat benda
Konfirmasi 09.15
(35)

kotak makannya
Guru mempersiapkan siswa untuk snack time

mengikuti
intruksi guru

selama 15

Guru melanjutkan materi dengan melakukan

Siswa bermain

permainan yaitu tebak berat benda dengan

bersama-

menggunakan satuan tidak baku yaitu

sama dengan

kelereng (inquiry)

guru dengan

Tanggung

gembira

jawab

Guru menanyakan permainan apa yang

Siswa

Kesungguhan

dimainkan di luar sewaktu jam istirahat tadi

menjawab

Guru mengingatkan kembali peraturan

Ketertiban
Kedisiplinan

bermain di luar dengan jelas


Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat
selama 25
Penutup

10.15
(45)

Bahasa
Indonesia:

Guru mengulas sedikit pembelajaran hari ini


- Menceritakan
dengan singkat
proses

dengan memberi kesempatan kepada siswa


menjelaskan materi apa yang dia dapatkan
hari ini.

pertanyaan
guru dengan

Guru bersama siswa merapihkan kelas dan

berlangsung

mempersiapkan untuk berdoa pulang

jawab

gembira dan

Kepedulian

semangat

sosial

pembelajaran
yang telah

Tanggung

kesantunan
Siswa

mengikuti
perintah
dengan tertib

Rabu
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap

Waktu

Indikator

Nilai Karakter
Kegiatan Guru

Pendahuluan

Kegiatan Siswa

07.30

Guru menanyakan keadaan siswa di pagi

Siswa

(20)

hari

menjawab

Guru mengecek kebersihan siswa dalam


berseragam
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas
duduk hening untuk berdoa

pertanyaan

oleh guru
Kebersihan
Guru
mengikuti
perintah guru

YANG BERBUAH MANIS

dengan tertib

namun terlebih dahulu guru meminta siswa


untuk duduk rapih

Kedisiplinan

yang diberikan

Telling Story tentang KESUNGGUHAN

Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,

Kesantunan

Religius

kesungguhan
Kegiatan
Inti

Eksplorasi

07.50
(35)

Guru mengulang materi yang telah

Siswa

dipelajari kemarin secara singkat dan jelas

mengikuti

dengan sekali lagi menunjuk satu siswa

materi yang

untuk menjelaskan di depan kelas

sedang

Guru meminta siswa untuk mengeluarkan

Siswa

rumah

mengikuti

dengan mainan tersebut (autentic

Tanggung
jawab

diajarkan

mainan kesukaan mereka yang ada di

Guru memberikan lks yang berkaitan

Kesungguhan

instruksi yang
guru berikan

assesment => individu)


Elaborasi

(35)

Bahasa

Guru meminta siswa satu persatu untuk

Siswa

Indonesia:

menceritakannya di depan kelas dengan

mengikuti

suara yang kencang

proses

Mengekspresikan

Guru mengajak siswa untuk berdoa

melalui ungkapan

sebelum snack time

cerita singkat
mengenai mainan

Guru meminta siswa untuk duduk tertib

kesukaan yang

Guru mempersiapkan siswa untuk snack

didapat dari

time selama 15

pembelajaran
dengan tertib

Kesungguhan
santun

keluarga
Konfirmasi 09.15
(35)

Guru menanyakan makan yang telah

Siswa

dibawa oleh anak-anak

mengikuti

Guru mengkaitkan mainan itu dengan


materi yang kemarin, yaitu cara benda

intruksi guru

Kesungguhan
Kedisiplinan

dengan tertib

ketertiban

Kedisiplinan

bergerak, berat benda, dan bagaimana


benda itu dapat bergerak
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan
(Konstruktivisme dan inquiry)
Guru mengulang aturan permainan ketika
jam istirahat sedang berlangsung
Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat
selama 25
Penutup

10.15

Guru meminta siswa untuk duduk dengan

Siswa

(45)

rapih

mengikuti

Guru bertanya keadaan mereka setelah


istirahat
Guru bertanya kepada siswa, apa yang

perintah bu
guru
Siswa
berterimakasih

ketertiban

- Penilaian diri
mengenai

sudah mereka pelajari hari ini

dengan

(questioning)

teman-

Guru memberikan kesempatan kepada

temannya

siswa untuk menjawab

pembiasaan

Guru membagikan pr kepada siswa.

menjalankan

Mengenai pembiasaan menjalankan

beberapa

kewajiban di rumah (autentic assesment

kewajiban

=> penilaian diri)

dirumah dan di
sekolah

Guru bersama siswa merapihkan kelas dan


mempersiapkan untuk berdoa pulang

Kamis
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap

Waktu

Indikator

Nilai Karakter
Kegiatan Guru

Pendahuluan

Kegiatan Siswa

07.30

Guru menanyakan keadaan siswa di pagi

Siswa

(20)

hari

menjawab

Guru mengecek kebersihan dan kerapihan


siswa
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas

pertanyaan

Kesantunan
Ketertiban

guru
Siswa

Kebersihan

duduk hening untuk berdoa


Telling Story atau membahas pertanyaan

mengikuti
intruksi guru

Religius

siswa
Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,
namun guru meminta siswa untuk duduk
rapih terlebih dahulu
Kegiatan
Inti

Eksplorasi

07.50
(35)

Guru mengulas kembali pembelajaran yang

Siswa

telah berlangsung dari hari senin sampai

mendengarkan

rabu.

dan mengikuti

Guru menanyakan apa yang kalian


lakukan ketika selesai bermain?. Dan
pernahkah kalian di minta ibu untuk

instruksi guru
dengan

Kesungguhan
Tanggung
jawab
kesantunan

gembira

membereskan mainan nya?. (questioning)


Guru menunggu jawaban siswa

Elaborasi

(35)

Guru bertanya kepada siswa apa yang

Siswa

dilakukan untuk menjaga mainan kalian?.

menjawab

Seperti di lap, disimpan, dibersihkan, atau di

pertanyaan

tata di tempat yang baik

guru

Guru bertanya kembali untuk apa mainan

Siswa
menjawab

Tanggung

di simpan dan di jaga? (questioning)


Guru menunggu jawaban siswa

pertanyaan
guru

Guru menjelaskan bagaimana mengerjakan

jawab
Kesungguhan
kesantunan

lks selanjutnya
PKn:

Guru bersama siswa membahas mengenai


lks yang diberikan yaitu, lks penilaian diri

- Penilaian diri
mengenai
pembiasaan
menjalankan
beberapa
kewajiban
dirumah dan di
sekolah

mengenai tanggung jawab yang


dilaksanankan di sekolah membersihkan
dan membereskan mainan yang selesai
digunakan (autentic assesment =>
penilaian diri).
Guru mempersiapkan siswa untuk snack
time selama 15

Konfirmasi 09.15
(35)

PKn:
Memahami

Guru menanyakan kepada siswa, tahukah

Siswa

kamu untuk apa kita mengikuti tata tertib?

mengikuti

indikator

Guru menunggu jawaban siswa dan

kedisiplinan

menulis jawabannya di papan tulis

dengan
membahas
bersama-sama

Guru menyampaikan kepada siswa, bahwa


sekolahpun memiliki peraturan.

intruksi untuk

Kesungguhan
Ketertiban

mengerjakan

Tanggung

lks yang telah

jawab

diberikan

tata tertib yang

Guru mengenalkan dan membahas

ada di daftar

bersama-sama mengenai peraturan

Checklist

tersebut.

Reflektif
Guru mengenalkan lembar checlist reflektif
kepada siswa, lembar perlembar.
Guru mengenalkan media pemotivasi
kedisiplinan siswa seperti: Papan Star, Star,
pin disiplin.
Guru menjelaskan cara mengisi lembar
checklist reflektif (seperti mengenalkan jam
analog, pulpen, kaca) dan bagaimana cara
siswa mendapatkan media tambahan
tersebut.
Guru bersama siswa mengisi lembar
checklist reflektif, seperti membubuhi nama,
memberikan gambar, mengisi LKS halaman
4, halaman 7, dan halaman 9.
Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat
selama 25
Penutup

10.15

Guru menanyakan keadaan mereka setelah

Siswa

Kesungguhan

(45)

beristirahat

mengikuti KBM

Guru meminta siswa meneruskan tugas

Tanggung

yang belum diselesaikan di unfinis foldernya

jawab

sambil menunggu waktu jam pulang


sekolah
Jika waktu masih berlanjut, guru meminta
siswa untuk mengerjakan lks yang telah
disediakan dan bagi siswa yang belum
menyelesaikan tugasnya bisa dibawa
pulang untuk PR
Guru bersama siswa merapihkan kelas dan
mempersiapkan untuk berdoa pulang
Desa Koceak, 13 Januari 2012
Mengetahui
Kepala sekolah

(.................................)

Pengampuh Kurikulum

(......................................)

Guru Pengampuh KBM

(.....................................)

8 Indikator Disiplin pada peserta didik kelas 1 Sekolah Dasar menurut kemen diknas
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya


Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Duduk pada tempat yang telah ditetapkan
Menaati peraturan sekolah dan kelas
Berpakaian rapih
Mematuhi aturan permainan

Comment [N1]: Secara Umum:


1.Indikatornya 8 atau 6 kah?
2.Jika mengacu pada judul , bentuk Reward dan
Punishmentnya tidak terlihat
3.Sulit untuk melihat skor total Disiplin karena ada
yg kualitatif, ada juga yg bisa dikuantitatif

SARAN:
1.PERJELAS JUDUL
2.BEDAKAN INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR
VARIABEL DENGAN METODE ATAU MODUL YANG
KITA GUNAKAN DALAM MELAKUKAN TREATMENT,
MISAL PADA INDIKATOR DUDUK PADA TEMPATNYA
APA YANG AKAN DIUKUR?

Riwayat Singkat Validator


Nama Validator (dengan gelar)

: Kenti Martiastuti, M,Pd

Riwayat singkat validator yang berhubungan dengan keahlian :


1. Dosen Psikologi Anak UPI Bandung Sekarang
Catatan/ Rekomendasi/ Perbaikan terhadap instrument:
Perbaikan dikirimkan lewat internet, di lembar berikutnya.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2012

( _________________________ )

Instrument Observasi
PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Name:
Kelas :

My Star:

Sign:
Teacher
Parents

MY DISCIPLINE REPORT

Comment [N2]: report

Mata Pelajaran

: PKn

SK

: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tertib di Sekolah

Indikator

: Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30

Hari

Tanggal

Aku Tiba di Sekolah pada Jam?

Comment [N3]: Kenapa bukan check list saja?


Misalnya diganti dengan kalimat : hari ini aku datang
tepat waktu, beri check list jika ya dan sebaliknya

Mata Pelajaran

: PKn

SK

: Menerapkan Kewajiban Anak di Rumah dan di Sekolah

KD

: Mengikuti Kewajiban Anak di Sekolah

Indikator

: Melaksanakan Tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya

Isi sesuai dengan contoh, lalu beri tanda Check list ( ) jika kamu sudah mengerjakan Pr dan LKS ok!!

No

Hari

Tanggal

PR ku

LKS Ku
1

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Apa yang kamu bersihkan hari ini?


3

Mata Pelajaran

: PKn

SK

: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah

Indikator

: Duduk pada tempat yang telah ditetapkan

Comment [N4]: instrumennya mana?

Aku anak yang baik


Aku harus mengikuti tata tertib dengan baik pula
Sekarang aku akan warnai dimana aku duduk
Karna duduk pada tempat yang ditetapkan adalah tata tertib yang harus
aku ikuti

Papan Tulis

18

17

16

15

14

19

20

21

22

34

33

32

31

Meja Guru

10

13

12

11

23

24

25

26

30

29

28

27

Lembar Pemahaman Siswa


PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Mata Pelajaran

: PKn

SK

: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah

Indikator

: Menceritakan dengan menggunakan bahasa mereka mengenai peraturan


yang udah terbentuk di rumah atau di awal semester sekolah

Asik... hari ini aku akan menceritakan kegiatanku sewaktu di rumah dan di sekolah,
lalu aku akan menceritakan pula peraturan yang aku jalani ketika aku ada di rumah dan di sekolah

Peraturan di sekolah:
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
Peraturan di rumah:
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................

INGAT:
KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB, dan
MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURUKU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING
PENTING!!!!

Comment [N5]: Deskriptif sajakah? Bagaimana


mengukurnya?
SARAN:
1.LBuat daftar tata tertib yang ada di sekolah dan
buat kolom check list
2. Lembar ini jadikan sebagai modul/metode yang
diterapkan

Instrument Observasi - Check list


PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Mata Pelajaran

: PKn

SK

: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah

Indikator

: Menaati Peraturan Sekolah dan Kelas

Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib sekolah dan kelas
Berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib sekolah dan kelas
Dengarkan penjelasan ibu guru!!
Bulan: .....................................
Tanggal
Hadir tepat waktu dan
1
2

3
4
5
6
7
8

9
10
11

segera berbaris rapih


Selalu berpakaian
rapih dan memakai
alas kaki ketika keluar
kelas
Selalu 4 S (senyum,
salam, sapa dan
santun)
Berkata baik dan
sopan
Makan dan minum
sambil duduk
Saling menghargai dan
menjaga barang milik
sendiri/ orang lain
Menjaga kebersihan
lingkungan
Tidak merusak
tumbuhan dan tidak
mencoret-coret meja,
kursi,tembok
Selalu mendengarkan
dan tertib ketika guru
menjelaskan
Mengejakan tugas
tepat waktu
menyimpan alas kaki
dan loker dengan
benar

Lembar Pemahaman Siswa


PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Mata Pelajaran

: Seni Rupa

Kelas/ Semester

: 1/2

SK

: Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

KD

: mengekspresikan diri melalui teknik mewarnai, menggunting, dan


menempel.

Indikator

: Memahami tata tertib Berpakaian Rapih melaui kegiatan mewarnai


dengan tepat dan menempelkan gambar atribut yang dianggap kurang
dari seragam sekolah yang telah ditetapkan

Instrument Observasi Cheklist


PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Mata Pelajaran

: PKn

SK

: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tertib di Sekolah

Indikator

: Berpakaian Rapih dan Sopan

Anak yang baik selalu berpakaian rapih loh.


Ayo kita lihat cermin, apakah kamu sama seperti contoh?
Cek satu persatu atribut sekolahmu, lalu beri tanda check list (
jika tidak berilah tanda silang (

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Hari

Apa warna baju


dan celanamu?

) jika kamu memakainya, namun

).
Apakah
bajuku
rapih?

(Dasi)

(Topi)

(Kaos kaki)

(Sepatu)

Rapih tidak
ya rambut
ku?

Instrument Observasi _ Catatan Harian


PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Indikator

: Mematuhi Aturan Permainan

Hari dan Tanggal

: .......................................................................................................

Mata Pelajaran

: .......................................................................................................

Sub Materi

: .......................................................................................................

Perintah yang harus dilaksanankan :


..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Ceritakan seluruh kejadian ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatikan aktifitas peserta
didik mengenai aktifitasnya mengikuti aturan permainan
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
Tanggerang Selatan, ........................... 2012
Observer

(...........................................................)

Lembar Pemahaman Siswa


DAMPAK REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF TERHADAP SIKAP
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Indikator

: II (Menaati Peraturan )

SK

: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah

Tujuan

: Memahami dengan menggunakan bahasa siswa apa yang disebut


peraturan

Seringkah kamu mendengar kata peraturan ?


Untuk apakah kita mamatuhi peraturan itu?
Ayo.. kita tulis jawabannya di bawah ini !!!

Dimana saja kamu mendengar kata Peraturan ?


............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
.........................................................
Untuk apa kita mematuhi peraturan ?
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
.........................................................

INGAT:
KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB,
dan MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING
PENTING!!!!

Indikator

: II (Menaati Peraturan ) Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan


kelas

Mata Pelajaran/ SK

: PKn/ Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah


Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib kelas
Dan berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib kelas
Dengarkan penjelasan ibu guru!!

Bulan: .....................................
Tanggal
1

Berbaris rapih ketika


bel berbunyi

Memberi salam ketika


bertemu dengan
setiap orang

Makan dan minum


sambil duduk

Meminta izin ketika


ingin memakai barang
milik orang lain

Membuang sampah
pada tempatnya

Tidak merusak
tumbuhan

Menyimpan sepatu dan


tas pada tempatnya

Menyimpan sandal
pada tempatnya

Memperhatikan ketika
guru menjelaskan
pelajaran

10

Tidak mencoretcoret meja dan


tembok

11

Berkata baik dan


sopan pada setiap
pelajaran

Indikator

: II (Menaati Peraturan ) Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan


bersama yang telah disepakati sebelumnya

Mata Pelajaran/ SK

: PKn/ Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tata tertib di Sekolah


Ayo... kita sebutkan apa yang menjadi peraturan bersama.
Lalu Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib itu
Dan berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib itu
Dengarkan penjelasan ibu guru!!

Bulan: .....................................
Tanggal
1
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................

2
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................

3
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................

4
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................

5
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................

Lembar Pemahaman Siswa


DAMPAK REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF TERHADAP SIKAP
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Indikator

: III (Kerapihan Berbusana)

Mata Pelajaran/ SK

: Seni Rupa/ Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa

KD

: Mengekspresikan diri melalui teknik mewarnai, menggunting, dan

Tujuan

:Memahami tata tertib Berpakaian Rapih melalui kegiatan mewarnai

menempel.
dengan tepat dan menempelkan gambar atribut yang dianggap kurang
dari seragam sekolah yang telah ditetapkan

Indikator

: III (Kerapihan Berbusana) Berpakaian Rapih dan Sopan

Mata Pelajaran/ SK

: Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah

KD

: Melaksanakan Tertib di Sekolah

Anak yang baik selalu berpakaian rapih loh.


Ayo kita lihat cermin, apakah kamu sama seperti contoh?
Cek satu persatu atribut sekolahmu, lalu beri tanda check list (
jika kamu memakainya, namun jika tidak berilah tanda silang (

No

Hari

Apa warna baju

Apakah

Rapih

dan celanamu?

bajuku

tidak ya

rapih?
(Dasi)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

)
).

(Topi)

(Kaos kaki)

(Sepatu)

rambut
ku?

REKAPITULASI HASIL UJI INSTRUMEN


1. Berikut ini adalah prosentase berkategori dan diagram batang perubahan sikap
disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari Desa Karanggan selama 21 hari menggunakan
checklist reflektif dan reward dan pasca 6 hari, diantaranya:

a. Prosentase berkategori, indikator: Ketepatan waktu, membiasakan diri untuk datang


ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya
no nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

L1
P2
P3
L4
L5
P6
P7
L8
L9
L10
L11
P12
L13
L14
P15
P18
L19
P20
L21
L22
P23
L24
P26
L27
L28
P29
L30
L31
P32
P33
P34
P35

1. Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya
hasil 1
hasil 2
81 buruk
95,2 buruk
90,5 baik
95,2 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
52,4 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
95,2 sangat baik
100 sangat baik
61,9 buruk
90,5 buruk
85,7 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
90,5 baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
95,2 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
81 buruk
100 sangat baik
85,7 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
95,2 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
81 buruk
100 sangat baik
90,5 baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
28,6 buruk
100 sangat baik
95,2 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
76,2 buruk
100 sangat baik
81 buruk
100 sangat baik
61,9 buruk
100 sangat baik
61,9 buruk
100 sangat baik
90,5 baik
100 sangat baik

Diagram batang perubahan sikap kedisplinan indikator 1

35
30
25
20

sangat baik

15

baik

10

buruk

5
0
proses

pasca

Dengan rata-rata

102.00
100.00
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
86.00
84.00
82.00
80.00
proses

pasca

b. Prosentase berkategori, indikator 2: Ketepatan waktu, melaksanakan dan


mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu

no nama
1
2
3
4
5

L1
P2
P3
L4
L5

2. Melaksanakan dan mengumpulkan Tugas-tugas kelas yang menjadi


tanggung jawabnya dengan tepat waktu
hasil 1
hasil 2
71,4 buruk
100 sangat baik
95,2 baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

P6
P7
L8
L9
L10
L11
P12
L13
L14
P15
P18
L19
P20
L21
L22
P23
L24
P26
L27
L28
P29
L30
L31
P32
P33
P34
P35

100
100
95,2
100
81,0
100
95,2
90,5
57,1
90,5
100
57,1
90,5
100
90,5
100
95,2
90,5
100
100
95,2
100
100
100
71,4
100
100

sangat baik
sangat baik
baik
sangat baik
buruk
sangat baik
baik
buruk
buruk
buruk
sangat baik
buruk
buruk
sangat baik
buruk
sangat baik
baik
buruk
sangat baik
sangat baik
baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik

Diagram batang perubahan sikap indikator 2

35
30
25
20
proses

15

pasca

10
5
0
sangat baik

baik

buruk

Dengan rata-rata

102.00
100.00
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
proses

pasca

c. Prosentase berkategori, indikator: Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan kelas


no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

nama
L1
P2
P3
L4
L5
P6
P7
L8
L9
L10
L11
P12
L13
L14
P15
P18
L19
P20
L21
L22
P23
L24
P26
L27
L28

3. membiasakan diri untuk memanuhi peraturan kelas


97,8
100
98,3
92,6
98,3
93,1
93,9
94,8
100
100
100
100
97
100
100
100
93,9
98,3
94,8
98,7
99,6
98,3
97,4
96,5
97

hasil 1
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
buruk
buruk
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
buruk
buruk

77,3
83,3
80,3
83,3
83,3
81,8
83,3
78,8
83,3
83,3
83,3
81,8
74,2
83,3
66,7
83,3
81,8
81,8
81,8
81,8
81,8
63,6
80,3
81,8
83,3

hasil 2
buruk
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
baik
buruk
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
baik
buruk
sangat baik
buruk
sangat baik
baik
baik
baik
buruk
baik
buruk
buruk
baik
sangat baik

26
27
28
29
30
31
32

P29
L30
L31
P32
P33
P34
P35

99,6
99,1
93,5
98,3
100
100
98,3

sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik

83,3
83,3
83,3
83,3
83,3
83,3
66,7

sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk

Diagram batang perubahan sikap kedisiplinan indikator 3


25
20
15
proses

10

pasca

5
0
sangat baik

baik

buruk

Dengan rata-rata

120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
proses

pasca

d. Prosentase berkategori, indikator 4: Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan


bersama yang telah disepakati sebelumnya

no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

nama
L1
P2
P3
L4
L5
P6
P7
L8
L9
L10
L11
P12
L13
L14
P15
P18
L19
P20
L21
L22
P23
L24
P26
L27
L28
P29
L30
L31
P32
P33
P34
P35

4. membiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang telah


disepakati sebelumnya
hasil 1
hasil 2
98,4 sangat baik
84 buruk
98,4 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 buruk
90,5 buruk
100 sangat baik
93,7 buruk
89 baik
90,5 buruk
95 buruk
93,7 buruk
100 buruk
93,7 buruk
89 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
95,2 baik
89 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
95,2 baik
95 baik
100 sangat baik
100 sangat baik
77,8 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
87,3 buruk
100 sangat baik
95,2 baik
100 sangat baik
100 sangat baik
100 sangat baik
77,8 buruk
72 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
88,9 buruk
84 buruk
87,3 buruk
89 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik
81 buruk
95 baik
96,8 sangat baik
95 baik
95,2 baik
100 sangat baik
96,8 sangat baik
100 sangat baik
93,7 buruk
84 buruk
98,4 sangat baik
100 sangat baik

Diagram batang perubahan sikap kedisiplinan indikator 4


20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

proses
pasca

sangat baik

baik

buruk

Dengan rata-rata

95.80
95.60
95.40
95.20
95.00
94.80
94.60
94.40
94.20
94.00
proses

pasca

e. Prosentase berkategori, indikator 5: Berpakaian rapih dan sopan


No
1
2
3
4
5
6

nama
L1
P2
P3
L4
L5
P6

5.berpakaian rapih dan sopan


hasil 1
hasil 2
95,2 sangat baik
83,3 buruk
95,2 sangat baik
100 sangat baik
85,7 sangat baik
100 sangat baik
81 buruk
100 sangat baik
81 buruk
83,3 buruk
100 sangat baik
100 sangat baik

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

P7
L8
L9
L10
L11
P12
L13
L14
P15
P18
L19
P20
L21
L22
P23
L24
P26
L27
L28
P29
L30
L31
P32
P33
P34
P35

81
90,5
76,2
100
100
100
90,5
100
100
100
100
100
95,2
100
100
85,7
100
95,2
95,2
81
100
95,2
100
90,5
100
85,7

buruk
buruk
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk

66,7
100
66,7
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
66,7
100
100
100
83,3
100
66,7

buruk
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
sangat baik
buruk

Diagram batang perubahan sikap indikator 5


30
25
20
15

proses

10

pasca

5
0
sangat baik

baik

buruk

Dengan rata-rata
94.4
94.3
94.2
94.1
94
93.9
93.8
93.7
93.6
93.5
93.4
proses

pasca

Prosentase dan kategori keseluruhan sikap disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari
Desa Karanggan
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

nama
L1
P2
P3
L4
L5
P6
P7
L8
L9
L10
L11
P12
L13
L14
P15
P18
L19
P20
L21
L22
P23
L24
P26

88,8
95,9
96,8
83,3
94,6
95,8
86,1
92
95,2
94,3
100
99
94,6
90,5
97,1
96,2
82,9
97,7
94,5
96,9
96,1
89,5
97,6

hasil keseluruhan sikap kedisiplinan siswa


hasil 1
hasil 2
baik
87,9 buruk
baik
95,7 sangat baik
sangat baik
96,1 sangat baik
baik
96,7 sangat baik
baik
91,1 buruk
sangat baik
95,3 baik
baik
88,1 buruk
baik
93,6 baik
sangat baik
90 buruk
baik
96,7 sangat baik
sangat baik
96,7 sangat baik
sangat baik
96,4 sangat baik
baik
92,7 buruk
baik
96,7 sangat baik
sangat baik
92,3 buruk
sangat baik
96,4 sangat baik
baik
96,4 sangat baik
sangat baik
96,4 sangat baik
baik
96,4 sangat baik
sangat baik
96,4 sangat baik
sangat baik
96,4 sangat baik
baik
87,2 buruk
sangat baik
96,1 sangat baik

24
25
26
27
28
29
30
31
32

L27
L28
P29
L30
L31
P32
P33
P34
P35

81,8
94,9
95,2
96
92,4
94,9
84,1
91,1
94,6

baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
baik
sangat baik
baik
baik
baik

93,1
94,5
90
95,6
95,6
96,7
93,4
93,4
86,7

buruk
baik
buruk
sangat baik
sangat baik
sangat baik
buruk
buruk
buruk

Apa pendapatmu tentang gambar ini?.


Maukah kamu mencetaknya?
Lalu kamu beri warna
Lihat gambar ini dengan gambar yang telah kamu buat
Adakah perbedaannya??
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

Ayo kita tebalkan gambarnya lalu diberi warna???

Setelah kamu meberikan warna, jadi lebih indah bukan


Selanjutnya, ayo.... kita beri nama dan berikan alasanmu mengapa kamu berikan
nama itu?
Nama robotku :........................................................
Alasan ku
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................

Bagus ya gambarnya.
Tahukah kamu siapa kedua tokoh itu??? Ayo... coba diingat
Dan Apa pekerjaannya?, pekerjaannya sangat mulia loh
Dan yang paling baik mereka berteman sangat baik
Ayo.. kita cari tahu

Siapakah nama kedua tokoh itu?..............................................................................................


Apa pekerjaannya ?....................................................................................................................
Pernahkah kamu berfoto bersama temanmu? ....................................................................
Siapa saja, sebutkan ya? ..........................................................................................................
.........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
Ayo...kita cetak, dikertas lain. lalu beri warna

Ayo tebak
Siapa nama tokoh diatas? ....................................................................................................
Ayo... kita beri warna!!!!

Ayo.... kita cetak gambarnya di kertas lain.


Kemudian kamu warnai ulang
Samakah dengan gambar diatas?
dia itu temannya jalu, tapi sewaktu ibu Novi temukan dijalan dia tidak memiliki
nama, maukah memebantu ibu Novi untuk memberikan nama kepada temannya
jalu ini?

Namanya adalah?
Tahukah kamu, hewan apakah itu?.................................................................................

Ayo kita tebalkan gambarnya lalu diberi warna???. O...ya, gambar ini belum selesai,
jadi tugasmu adalah meneruskan gambar gaunnya menjadi lebih indah

LAMPIRAN B
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik

DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK


Ayat
Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 .................................................... 24
Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ................................................................... 25
Tabel
Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ............................. 39
Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ......................................................................... 40
Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ........................... 46

Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ........................... 57


Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas
Pada waktunya .............................................................................. 59
Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi
Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ................................... 60
Tabel 4.4 : Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas ......................61
Tabel 4. 5 : Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah
Disepakati Bersama ..........................................................................62
Tabel 4.6 : Berpakaian rapih dan Sopan ............................................................63
Tabel 4.7 : Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa
Ketika Proses dan Pasca ...................................................................65
Diagram
Diagram 3.1 : Indikator Disiplin yang disesuaikan
dengan Karakteristik Sekolah ........................................................ 43
Grafik
Grafik 4.1 : Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa ........... 64
Grafik 4.2 : Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap ....................................... 66

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Instrumen Penelitian
Lampiran A.1 :

Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa

1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes
Lampiran A.2 :
1. Angket:

Instrumen Non Tes


a. Lembar Checklist Reflektif

b. Catatan Anekdotal Record


2. Profil SDS Hikari

Lampiran B: surat-surat
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik

PAPAN STAR

PIN STAR

Anda mungkin juga menyukai