OLEH:
100100023
IKHSAN AIDIL
100100117
HASNI HAYATI
100100242
100100244
DILA NANDARI
100100375
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan kurnia-Nya, penulisan laporan kasus : Stroke Iskemik, dapat diselesaikan. Makalah ini
diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Departemen Neurologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Meskipun penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan kendala,
namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari berbagai pihak, penulisan
makalah ini dapat diselesaikan. Di sini kami mengambil kesempatan untuk mengucapkan
banyak terima kasih kepada pembimbing kami, dr. Qorina.
Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan dan
waktu, laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan.........................................................................................................1
1.3. Manfaat......................................................................................................2
BAB 2 LAPORAN KASUS
2.1. Anamnesis..................................................................................................3
2.2. Pemeriksaan Jasmani.................................................................................4
2.3. Pemeriksaan Neurologis.............................................................................5
2.4. Kesimpulan Pemeriksaan.........................................................................12
2.5. Diagnosa...................................................................................................14
2.6. Penatalaksanaan.......................................................................................14
2.7. Rencana Prosedur Diagnostik..................................................................14
2.8. Follow Up................................................................................................15
2.9. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................19
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi.....................................................................................................20
3.2. Anatomi Medula Spinalis....20
3.3. Epidemiologi....22
3.4. Etiologi Trauma Medula Spinalis....23
3.5. Patofisiologi.............................................................................................23
3.6. Manifestasi Klinik................................................................................25
3.7. Prosedur Diagnostik.................................................................................27
3.8.Penatalaksanaan.......31
3.9.Komplikasi...34
3.10.Prognosis.............................................................................................34
BAB 4 DISKUSI KASUS............................................................................................35
BAB 5 KESIMPULAN................................................................................................41
BAB 6 SARAN.............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................42
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung
maupun tidak langsung, yang menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga
menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau
kematian.1 Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika
Serikat. Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4 kasus
dalam 1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda. Penyebab
tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan cedera yang berhubungan
dengan olahraga(10%). Sisanya akibat kekerasan dan kecelakaan kerja. Hampir 40%50% trauma medulla spinalis mengakibatkan defisit neurologis, sering menimbulkan
gejala yang berat, dan terkadang menimbulkan kematian. Walaupun insiden pertahun
relatif rendah, tapi biaya perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis
sangat besar, yaitu sekitar US$ 1.000.000 / pasien. Angka mortalitas diperkirakan 48%
dalam 24 jam pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian. Tiap lesi di
medula spinalis yang merusak daerah jaras kortikospinal lateral dapat menimbulkan
kelumpuhan upper motor neuron (UMN) pada otot-otot bagian tubuh yang terletak
dibawah tingkat lesi. Bila lesi bilateral atau transversal medula spinalis di bawah
tingkat servical maka dapat muncul suatu paraplegi spastik, bila lesinya di tingkat
servical maka akan muncul suatu tetraplegi spastik.2 Paraplegi dan tetraplegi spastik
dapat terjadi secara tiba-tiba atau akut yang disebabkan oleh dislokasi atau fraktur
tulang belakang akibat trauma atau lesi vaskuler seperti: trombosis arteri spinalis,
hematomielia, aneurisma aorta disektans. Paraplegia atau tetraplegi spastik pada anakanak pada umumnya merupakan gejala cerebral palsy atau manifestasi penyakit
herediter yang menyertai keterbelakangan mental. Paraplegia atau tetraplegi spastik
yang berkembang secara sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang bertahun-tahun
biasanya disebabkan oleh Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), biasanya disertai defisit
sensorik pada permukaan tubuh yang terletak dibawah lesi, bahkan sebagian besar dapat
terjadi gangguan miksi dan defekasi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melaporkan kasus dan
memahami aspek teori dari trauma medulla spinalis yang ditemukan di lapangan dan
membandingkannya dengan landasan teori yang sesuai. Penyusunan makalah ini
sekaligus dilakukan untuk memenuhi persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3. Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemempuan penulis
maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih mengetahui tentang teori yang ada
dengan aplikasi kasus yang dijumpai di lapangan.
BAB 2
2
LAPORAN KASUS
2.1. ANAMNESIS
2.1.1. IDENTITAS PRIBADI
Nama
:
Jenis Kelamin
:
Usia
:
Suku Bangsa
:
Agama
:
Alamat
:
Status
:
Pekerjaan
:
Tanggal Masuk :
2.1.2. ANAMNESA
Keluhan Utama :
Telaah
:
RP
Perempuan
37 tahun
Batak
Protestan
Onan Ganjang Kab. Dolok Sanggul
Sudah Menikah
Petani
19 Juni 2014
Lemah kedua tungkai
Hal ini dialami os +/- 7 hari sebelum masuk rumah
:
:
:
:
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
110/70 mmHg
82 x/i
20 x/i
37.0 0C
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Dalam batas normal
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Rongga dada
Rongga abdomen
Simetris fusiform
Stem Fremitus Ka=Ki
Sonor
Vesikuler
Simetris
Soepel
Timpani
Peristaltik (+)
Normal
2.2.4. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
Inspeksi
:
Ictus normal
Palpasi
:
Nadi teraba regular pada semua ekstremitas
Perkusi
:
Batas jantung normal
Auskultasi
:
murmur (-), gallop (-), bunyi jantung normal
2.2.5. GENITALIA
Toucher
Compos mentis
Bulat
Tertutup
Pulsasi a.temporalis, a.carotis reguler
Cracked Pot Sign (-)
Bruit (-)
Transluminasi
Normal
Okuli Dextra
3mm
Bentuk
RC Langsung
Normal
Okuli
Normal
:
:
:
:
:
DBN
(-)
(-)
(-)
(+)
DBN
(-)
(-)
(-)
(+)
:
:
:
:
:
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
Meatus Nasi
Oculi Dextra
:
:
DBN
(-)
isokor, 3mm
:
:
bulat
(+)
Okuli
DBN
(-)
isokor,
bulat
(+)
RC Tidak langsung
Rima palpebra
Deviasi konjugasi
Dolls eye phenomena
Strabismus
:
:
:
:
:
(+)
7mm
(-)
TDP
(-)
NERVUS V
Motorik
Membuka & Menutup mulut
:
Palpasi otot masseter & temporalis :
Kekuatan gigitan
:
Sensorik
Kulit
:
Selaput lendir
:
Refleks kornea
Langsung
:
Tidak langsung
Refleks masseter
Refleks bersin
:
:
:
NERVUS VII
Motorik
Mimik
Kerut kening
Menutup mata
Meniup sekuatnya
Memperlihatkan gigi
Tertawa
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah
Produksi kelenjar Ludah
Hiperakusis
Refleks stapedial
NERVUS VIII
Auditorius
Pendengaran
Test rinne
Test weber
Test schwabach
Vestibularis
Nistagmus
(+)
7mm
(-)
TDP
(-)
Kanan
Kiri
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
TDP
Kanan
Kiri
:
:
:
:
:
:
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
Simetris
:
:
:
:
TDP
(+)
(-)
DBN
TDP
(+)
(-)
DBN
Kanan
Kiri
:
:
:
:
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
(-)
(-)
Reaksi kalori
Vertigo
Tinnitus
NERVUS IX,X
Pallatum mole
Uvula
Disfagia
Disartria
Disfonia
Reflek muntah
Pengecapan 1/3 belakang
:
:
:
TDP
(-)
(-)
:
:
:
:
:
:
:
Simteris
Medial
(-)
(-)
(-)
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
NERVUS XI
TDP
(-)
(-)
Kanan
Kiri
DBN
DBN
DBN
DBN
Mengangkat bahu
NERVUS XII
Lidah
Tremor
Atropi
Fasikulasi
:
:
:
(-)
(-)
(-)
Medial
Medial
:
Eutrofi
Normotonus
:
ESD : 55555 ESS : 55555
EID : 11111 EIS : 11111
:
Berbaring
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
:
:
:
:
:
2.3.9. REFLEKS
2.3.9.1.
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan
Kiri
Biceps
(++)
(++)
Triceps
(++)
2.3.9.2.
2.3.9.3.
(++)
Radioperiost
:
APR
:
KPR
:
Strumple
:
REFLEKS PATOLOGIS
Babinsky
:
Oppenheim
:
Chaddock
:
Gordon
:
Schaefer
:
Hoffman-trommer :
Klonus lutut
:
Klonus kaki
:
REFLEKS PRIMITIF
2.3.10. KOORDINASI
Lenggang
Bicara
Menulis
Percobaan apraksia
Mimik
Tes telunjuk-telunjuk
Tes telunjuk-hidung
Diadokhokinesia
Tes tumit-lutut
:
:
:
:
:
:
:
:
:
(++)
(+)
(+)
(+)
(++)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sulit dinilai
DBN
DBN
DBN
Simetris
DBN
DBN
DBN
Sulit dinilai
Tes Romberg
2.3.11. VEGETATIF
Vasomotorik
Sudomotorik
Pilo-erektor
Miksi
Defekasi
Potens & libido
Sulit dinilai
:
:
:
:
:
:
2.3.12. VERTEBRA
BENTUK
Normal
Scoliosis
Hiperlordosis
:
:
:
(+)
(-)
(-)
:
:
Terbatas
Sulit dinilai
PERGERAKAN
Leher
Pinggang
(-)
Cross laseque
(-)
Test Lhermitte
(-)
Test Naffziger
(-)
Ataksia
Sulit dinilai
Disartria
(-)
Tremor
(-)
Nistagmus
(-)
Fenomena rebound
(-)
Vertigo
(-)
Dan lain-lain
(-)
(-)
Rigiditas
(-)
Bradikinesia
(-)
Dan lain-lain
(-)
Kesadaran kualitatif
Compos Mentis
Ingatan baru
Ingatan lama
:
:
:
:
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
:
:
:
:
:
:
Orientasi
Diri
Tempat
Waktu
Situasi
Intelegensia
pemeriksaan
Daya pertimbangan
pemeriksaan
Reaksi emosi
pemeriksaan
Afasia
Ekspresif
Represif
Apraksia
Agnosia
Agnosia visual
Agnosia jari-jari
Akalkulia
Disorientasi kanan-kiri
10
STATUS PRESENS
Compos Mentis
110/70 mmHg
82 x/i
20 x/i
37 0C
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium
Compos Mentis
Muntah (-)
Peningkatan TIK
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Perangsangan meningeal
Kernig sign (-)
Brudzinski I/II (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI
Normosmia
N II, III
RC +/+, pupil isokor 3mm
N III, IV, VI
Gerakan bola mata (+)
NV
Buka tutup mulut (+)
N VII
sudut mulut simetris
N VIII
Pendengaran (+) N
N IX, X
Uvula medial
N XI
Angkat bahu (+) N
N XII
Lidah dijulurkan medial
REFLEKS FISIOLOGIS
Kanan
Biceps / Triceps
++/++
Kanan
KPR / APR
+/+
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan
Babinsky
+
Kanan
Hoffman / Tromner
-/KEKUATAN MOTORIK
ESD: 55555/55555 ESS: 55555/55555
Sensorium
Tekanan Darah
Heart Rate
Respiratory Rate
Temperatur
Kiri
+/+
Kiri
+/+
Kiri
Kiri
-/-
2.5. DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional :
11
Diagnosa Etiologik
Trauma
Diagnosa Anatomik
Medula Spinalis
Diagnosa Banding
Diagnosa Kerja
2.6. PENATALAKSANAAN
IVFD R.SOL 20 tetes/menit
Inj. Dexamethasone 2 amp bolus
Inj. Ranitidin 1 amp/12 j
Tab B.Comp 3x1
2.7. RENCANA PROSEDUR DIAGNOSTIK
1) Cek darah lengkap / RFT/ LFT/ KGD ad
2) Foto thoracolumbal ap. lat
3) EKG
4) Perspirasi test
5) MRI
6) CT Scan thoracal kontras
2.8. FOLLOW UP
TANGGAL
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Laju Pernafasan
Temperatur
Sensorium
Peningkatan TIK
STATUS PRESENS
20 Juni 2014
21 Juni 2014
Compos Mentis
Compos Mentis
150/100 mmHg
110/90 mmHg
96 x/i
80 x/i
22 x/i
20 x/i
36 0C
36.8 0C
STATUS NEUROLOGIS
Compos Mentis
Compos Mentis
Muntah (-)
Muntah (-)
Kejang (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Sakit kepala (-)
22 Juni 2014
Compos Mentis
130/70 mmHg
64 x/i
22 x/i
36.7 0C
Compos Mentis
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
12
TANGGAL
Diagnosis Kerja
22 Juni 2014
Paraparese tipe UMN +
Retensi urin et alvi +
Hipestesi setentang T9 T10 ec dd/
1. Trauma Medula
Spinalis
Myelitis Transvesalis
Perangsangan
Meningeal
20 Juni 2014
Paraparese tipe UMN +
Retensi urin et alvi +
Hipestesi setentang T9 T10 ec dd/
1. Trauma Medula Spinalis
2. Myelitis Transvesalis
21 Juni 2014
Paraparese tipe UMN +
Retensi urin et alvi +
Hipestesi setentang T9 T10 ec dd/
1. Trauma Medula
Spinalis
Myelitis Transvesalis
Normosmia
Rc +/+
Pupil isokor 3mm
Gerakan bola mata (+)
Buka & tutup mulut (+)
Sudut mulut simetris
Pendengaran (+) N
Uvula medial
Angkat bahu (+) N
Lidah dijulurkan medial
Kanan
++/++
Kanan
+/+
Kiri
+/+
Kiri
+/+
Kanan
Kiri
+
Kanan
Kiri
ESD: 55555/55555
ESS: 11111/11111
EID: 55555/55555
EIS: 11111/11111
13
Terapi
IVFD R.SOL 20
IVFD R.SOL 20
IVFD R.SOL 20
tetes/menit
Inj. Dexametason 2 amp
tetes/menit
Inj. Dexametason 1
tetes/menit
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
bolus
amp/ 6 jam
jam
Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 Inj. Ranitidine 1 amp/ Inj. Dexametason 1
jam
Vit B complex tab 3x1
12 jam
Vit B complex tab 3x1
amp/ 6 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/
12 jam
Vit B complex tab 3x1
Dulcolax supp II
14
STATUS PRESENS
TANGGAL
23 Juni 2014
24 Juni 2014
Sensorium
Compos Mentis
Compos Mentis
Tekanan Darah
130/80 mmHg
120/80 mmHg
Nadi
86 x/I
83 x/I
Laju Pernafasan
24 x/i
24 x/I
0
Temperatur
37,0 C
37,50c
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium
CM
CM
Muntah (-)
Muntah (-)
Peningkatan TIK
Kejang (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kaku kuduk (-)
Perangsangan
Kernig sign (-)
Kernig sign (-)
Meningeal
Brudzinski i/ii (-/-)
Brudzinski i/ii (-/-)
NERVUS KRANIALIS
NI
Normosmia
Normosmia
Rc +/+
Rc +/+
N II, III
Pupil isokor 3mm
Pupil isokor 3mm
N III, IV, VI Gerakan bola mata (+)
Gerakan bola mata (+)
NV
Buka & tutup mulut (+)
Buka & tutup mulut (+)
N VII
Sudut mulut simetris
Sudut mulut simetris
N VIII
Pendengaran dbn
Pendengaran dbn
N IX, X
Uvula medial
Uvula medial
N XI
DBN
N XII
DBN
Biceps / Triceps
KPR / APR
Babinsky
Hoffman /
Tromner
Kekuatan Motorik
Sternocleidomastoideus(+)
Lidah dijulurkan medial
REFLEKS FISIOLOGIS
25 Juni 2014
Compos Mentis
130/80 mmHg
85x/I
25x/I
37,30C
CM
Muntah (-)
Kejang (-)
Sakit kepala (-)
Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Brudzinski i/ii (-/-)
Normosmia
Rc +/+
Pupil isokor 3mm
Gerakan bola mata (+)
Buka & tutup mulut (+)
Sudut mulut simetris
Pendengaran dbn
Uvula medial
Sternocleidomastoideus(
+)
Lidah dijulurkan medial
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
++/++
++/++
++/++
++/++
++/++
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
++/++
Kiri
+/+
+/+
+/+
+/+
REFLEKS PATOLOGIS
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
-/-/-/-/-/-/-/-/ESD: 55555/55555
ESD: 55555/55555
ESS: 55555/55555
ESS: 55555/55555
EID: 11111/11111
EID: 11111/11111
EIS: 11111/11111
EIS: 11111/11111
+/+
+/+
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
-/-/-/-/ESD: 55555/55555
ESS: 55555/55555
EID: 11111/11111
EIS: 11111/11111
15
TANGGAL
Diagnosis Kerja
Terapi
20 Juni 2014
CM + Paraparese tipe
UMN + Hipestesi Th 910 ec trauma medulla
spinalis
Bedrest,
IVFD NaCl 20 gtt/i
B Comp 2x1 tab
R/ CT SCAN
21 Juni 2014
CM + Paraparese tipe
UMN + Hipestesi Th 910 ec trauma medulla
spinalis
Bedrest,
IVFD NaCl 20 gtt/i
B Comp 2x1 tab
22 Juni 2014
CM + Paraparese tipe
UMN + Hipestesi Th 910 ec trauma medulla
spinalis
Bedrest,
IVFD NaCl 20 gtt/i
B Comp 2x1 tab
Hasil Laboratorium
19 Juni 2014
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
16
Hemoglobin
12 g/ dl
11.7-15.5 g/dl
Hematokrit
35.50 %
38-44 %
Leukosit
12.95 .103 / mm
4.5-11.103/uL
Trombosit
151.103/ mm
150-400.103/uL
MCV
87 fl
85-95 fl
MCH
29.40 pg
28-32 pg
MCHC
33.80 gr %
33-35 gr%
RDW
12.30 %
11.6-14.8 %
MPV
9.30 fl
7-10.2 fl
PCT
0.14%
PDW
10.5 fl
99 mg/ dl
Ureum
41.30 mg/dl
<50 mg/dl
Kreatinin
0.62 mg/dl
0.5-0.9 mg/dl
Natrium
132 mEq/L
135-155 mEq/L
Kalium
3.7 mEq/L
3.6-5.5 mEq/L
Klorida
104 mEq/L
96-106 mEq/L
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.
Definisi
Trauma medula spinalis (spinal cord injury) adalah trauma langsung atau tidak
17
tindakan yang cepat, tepat dan cermat untuk mengurangi angka kecacatan dan kematian.
Pengertian lain dari trauma medula spinalis adalah trauma pada tulang belakang yang
menyebabkan lesi di medula spinalis sehingga menimbulkan gangguan neurologis,
dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian. Trauma tulang belakang adalah
adalah kerusakan pada sumsum tulang belakang. Ini merupakan hasil cedera langsung
maupun tidak langsung dari suatu penyakit yang ada disekitar tulang, jaringan atau
pembuluh darah.1
3.2.
sistem saraf pusat dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang. Fungsi utama
medulla spinalis adalah transmisi pemasukan rangsangan antara perifer dan otak.
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat. Terbentang dari
foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut
conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah cornu terminalis serabutserabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Terdapat 31 pasang syaraf spinal , 8 pasang syaraf servikal, 12 pasanag syaraf torakal, 5
pasang syaraf lumbal, 5 pasang syaraf sacral dan 1 pasang syaraf coxigeal. Akar syaraf
lumbal dan sacral terkumpul yang disebut dengan cauda equina. Setiap pasangan syaraf
keluar melalui intervertebral foramina. Syaraf spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan
ligamen dan juga oleh meningen spinal dan CSF.2
18
Struktur internal terdapat subtansi abu-abu dan subtansi putih. Subtansi abu-abu
membentuk sperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh subtansia putih. Terbagi
menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior median fisure dan median septum yang
disebut dengan posterior median septum. Keluar dari medulla spinalis merupakan akar
ventral dan dorsal dari syaraf spinal. Subtansia abu-abu mengandung badan sel dan
dendrit dan neuron afferen, akson tak bermyelin, syaraf sensoris dan motoris dan akson
19
terminaldari neuron. Subtansi abu-abu membentuk seperti huruf H dan terdiri dari tiga
bagian yaitu: anterio, posterior, dan dan comissura abu-abu. Bagian posterior sebagai
input/afferen, anterior sebagai output/efferent, comissura abu-abu untuk refleks silang
dan subtansi putih merupakan kumpulan serat syaraf bermyelin.2
3.3.
Epidemiologi
Sebanyak 500 000 orang mengalami cedera tulang belakang setiap tahunnya.
Orang dengan cedera tulang belakang berisiko 2 sampai 5 kali lebih mungkin
mengalami kematian dini, dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih buruk pada
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.3
Insiden cedera tulang belakang di Amerika Serikat adalah sekitar 40 kasus per
juta penduduk, atau sekitar 12.000 pasien per tahun berdasarkan data di National Spinal
Cord Injury database. Perkiraan dari berbagai studi menunjukkan bahwa jumlah orang
di Amerika Serikat hidup di tahun 2010 dengan cedera tulang belakang adalah sekitar
265.000 orang.
Pria adalah paling berisiko mengalami cedera tulang belakang antara usia 20-29
tahun dan 70 tahun atau lebih, sementara perempuan yang paling berisiko antara usia
20
15-19 tahun dan 60 tahun atau lebih. Studi melaporkan rasio laki-laki dengan
perempuan mengalami trauma medulla spinalis adalah 2: 1 di antara orang dewasa.
Sekitar 50% dari cedera tulang belakang terjadi antara usia 16 dan 30 tahun, 3,5%
terjadi pada anak usia 15 tahun atau lebih muda, dan sekitar 11,5% pada mereka yang
berusia lebih dari 60 tahun (11,5%). Kematian yang lebih besar dilaporkan pada pasien
lebih tua yang mengalami cedera tulang belakang.4
3.4.
Cedera medula spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti
yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak
medula spinalis. cedera medula spinalis traumatik mencakup fraktur, dislokasi dan
kontusio dari kolum vertebra.
Cedera medula spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan seperti
penyakit, infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medula spinalis, atau
kerusakan yang terjadi pada medula spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik
eksternal. Faktor penyebab dari cedera medula spinalis mencakup penyakit motor
neuron, myelopati spondilotik, penyakit infeksius dan inflamatori, penyakit neoplastik,
penyakit vaskuler, kondisi toksik dan metabolik dan gangguan kongenital dan
perkembangan.1
3.5.
Patofisiologi
Trauma medulla spinalis (SCI), merupakan proses dinami dari semua sindrom
saraf yang akut. Lesi saraf yang tidak lengkap dapat berkembang menjadi lesi yang
lebih lengkap. Secara umum, tingkat cedera naik di 1 atau 2 level spinal selama jam
sampai hari setelah kejadian awal. Patofisiologis trauma spinalis berkaitan dengan
radikal bebas, edema vasogenik, dan perubahan aliran darah yang menyebabkan
perburukan klinis. Oksigenasi normal, perfusi, dan keseimbangan asam-basa diperlukan
untuk mencegah memburuknya trauma medulla spinalis.
21
22
Manifestasi Klinis
Sindroma
Kausa Utama
Hemicord (Brown
Sequard Syndrom)
Trauma tembus,
Kompresi ekstrinsik
Paresis UMN
ipsilateral di bawah
lesi dan LMN
setinggi lesi
Gangguan
eksteroseptif (nueri &
suhu) kontralateral
Gangguan
propioseptif (raba &
tekan) ipsilateral
23
Sindroma Spinalis
Anterior
Cedera yang
menyebabkan HNP
pada T4-6
Sindroma Spinalis
Sentral Servikal
Hematomielia
Trauma Spinalis
( fleksi-ekstensi)
Sindroma Spinalis
Posterior
Trauma, infark
a.spinalis posterior
Sindroma Konus
Medullaris
Trauma lowet
sacral cord
Sindroma Cauda
Equina
3.7.
ejakulasi
Gangguan motorik
sedang sp berat,
asimetris, dan atrofi
Gangguan sensibilitas
saddle anestesi,
asimetris, timbul
lebih lambat, disosiasi
sensi bilitas (-)
Nyeri menonjol,
hebat, timbul dini,
radikular, asimetris.
Gangguan refleks
bervariasi
Gangguan sphincter
timbul lambat, jarang
berat, refleks jarang
terganggu, disfungsi
seksual jarang.1
Penegakan Diagnostik
2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
- Darah perifer lengkap
- Urin lengkap
- Gula darah sewaktu
- Ureum Kreatinin
- Analisa gas darah
b. Radiologi
- Foto Vertebra posisi AP/LAT dengan sesuai letak lesi
25
- Ct Scan / MRI jika dengan foto konvensional masih meragukan atau bila akan
dilakukan tindakan operasi
c. Pemeriksaan Lain
- EKG bila terdapat aritmia jantung
Penegakan diagnosis pada lesi medula spinalis meliputi anamnesis riwayat
trauma, serta keluhan-keluhan yang dirasakan penderita, lamanya berlangsung keluhan
tersebut, pola keluhan yang dirasakan apakah semakin hari semakin berat. Ditambah
pemeriksaan penunjang seperti X-Ray, CT Scan, dan MRI. Kelainan berdasarkan gejala
dan tanda klinis untuk kasus-kasus trauma medulla spinalis sering digunakan ASIA
scale, berdasarkan tipe dan lokasi lesi atau trauma1.
Skala kerusakan berdasarkan American spinal injury association/International
medical society of Paraplegia (IMSOP)1
Grade
Tipe
Komplit
Inkomplit
Inkomplit
Inkomplit
Normal
i)
(a) Unilevel
(b) Multilevel
ii)
(f)
iii)
iv)
27
Trauma or mechanicalContusionCompression
Disc herniation
Disc embolus
Vascular
Epidural hematoma
Nutritional deficiency
Vitamin B12
Vitamin E
Epidural ebscess
Infections myelitis
Viral, including HIV
Tertiary syphilis
Tropical spastic paraparesis
Schistosomiasis
Inflammatory myelitis
Multiple sclerosis
Lupus
Postinefectious myelitis
Neoplasms
Epidural metastasis
Meningomia
Schawannoma
Carcinomatous meningitis
28
Astrocytoma
Ependymoma
Hemangioblastoma
Degenarative / developmental
Spina bifida
Chiari malformation
Syringomyelia
3.8.
29
untuk 47 jam
o Bila > 8 jam tidak dianjurkan pemberian methylprednisolone 1,2.
3. Manajemen di Ruang Rawat
- Perawatan umum
o Lanjutkan A, B, C sesuai keperluan
o Usahakan suhu badan tetap normal (jika lesi diatas C-8,
termoregulasi tidak ada)
o Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter
-
Medikamentosa
o Lanjutkan pemberian methylprednisolon (mencegah proses skunder)
o Ant spastisitas otot sesuai keadaan klinis
o Analgetik
o Mencegah decubitus , kalau perlu pakai kasur khusus
o Mencegah thrombosis vena dalam (DVT) dengan stoking kaki
khusus atau fisioterapi. Kalu perlu dapat diberikan antikoagulan
(heparin atau LMWH)
o Mencgah proses skunder (radikal bebaas, dll) dengan pemberian anti
oksidan (vit. C, vit. E)
o Stimulasi sel saraf dengan pemberian GM1-Ganglioside. Dimulai
dalam kurun waktu 72 jam sejak onset sampai dengan 18-32 hari
o Terapi obat lain sesuai dengan indikasi, seperti antibiotic bila ada
infeksi, dll.
o Memperbaiki sel saraf yang rusak dengan stem sel1.
Operasi
Waktu operasi
o Waktu operasi antara 24 jam sampai dengan 3 minggu
o Tindakan operatif awal (<24 jam) lebih bermakna menurunkan
perburukan neurologis, komplikasi, dan keluaran skor motorik satu
3.9.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pasca cedera medula spinalis antara lain yaitu
instabilitas dan deformitas tulang vertebra, fraktur patologis, syringomyelia
pasca trauma, nyeri dan gangguan fungsi seksual.
3.10.
Prognosis
Pasien dengan trauma medulla spinalis memiliki peluang kurang dari
5% dari pemulihan. Jika kelumpuhan lengkap berlanjut pada 72 jam setelah
cedera, pemulihan pada dasarnya tidak terjadi. Prognosis jauh lebih baik pada
incomplete syndrome cord.4
31
BAB 4
DISKUSI KASUS
TEORI
KASUS
32
Cedera medula spinalis traumatik, terjadi Pada pasien ini, dijumpai riwayat
ketika benturan fisik eksternal seperti yang terjatuh di lantai, Nyeri pinggang (+),
nyeri dengan intensitas sedang dan nyeri
diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan
terasa semakin memberat jika os duduk
bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak
medula spinalis. cedera medula spinalis
traumatik mencakup fraktur, dislokasi dan
kontusio dari kolum vertebra.
Kelumpuhan tipe UMN ditandai dengan
hiperfleksik pada deep tendon reflex juga
terjadi Babinsky
sign dan klonus
10
meningkat.
Manajemen :
Terapi pada pasien ini adalah:
Tindakan yang dilakukan mengacu
IVFD R.SOL 20 tetes/menit
Inj. Dexamethasone 2 amp bolus
pada:
Inj. Ranitidin 1 amp/12 j
- A (airway)
Tab B.Comp 3x1
Menjaga jalan nafas tetap
-
lapang1,2.
B (breathing)
Mengatasi gangguan pernafasan,
kalau perlu lakukan intubasi
endotrakeal (pada cedera medulla
spinalis
servikalis
atas)
dan
antara
syok
hipovolemik
dengan
syok
neurogenik.
Syok
(hipotensi,
hipovolemik
tachycardia,
ekstermitas
33
dingin/basah).
dalam
hal
dengan
Tindakan
ini
adalah
memberikan
kalau
perlu
neurogenik
(hipotensi,
bradikardia,
ekstermitas
hangat/kering),
pemberian cairan tidak
akan
menaikkan
tensi
diberi
obat
vasopressor:
o Dopamine
untuk
menjaga MAP>70
o Bila
perlu
adrenalin 0,2 mg
s.k
o Dan
boleh
diulangi
-
kemudian
foley kateter
Pasang
monitor
hasil
urine
jam
untuk
dan
pada
cedera
servikal),
almbung
pada distensi
o Kepentingan
nutrisi
enteral1.
34
Pemberian kortokosteroid
o Bila diagnosis ditegakkan
<3 jam pasca trauma
berikan:
Methylprednisolone
mg/KgBB
selama
i.v
30
bolus
15
menit,
diberikan
methylprednisolone
dalam kurun waktu ini),
selanjutnya
infus
diberikan
terus
menerus
methylprednisolone
selama 23 jam dengan
dosis 5,4 mg/KgBB/jam.
o Bila 3-8 jam, idem, hanya
infus methylprednisolone
dilanjutkan untuk 47 jam
o Bila > 8 jam tidak
dianjurkan
pemberian
methylprednisolone 1,2.
4. Manajemen di Ruang Rawat
- Perawatan umum
o Lanjutkan A, B, C sesuai
keperluan
o Usahakan
suhu
badan
ada
retensi
alvi,
35
berikan laksan/klisma1.
Pemeriksaan
neurofisiologi
klinik SSEP
Medikamentosa
o Lanjutkan
pemberian
methylprednisolon
(mencegah
proses
skunder)
o Ant spastisitas otot sesuai
keadaan klinis
o Analgetik
o Mencegah decubitus
thrombosis
dalam
dengan
(DVT)
stoking
kaki
perlu
diberikan
dapat
antikoagulan
bebaas,
dll)
GM1Dimulai
36
o Memperbaiki
sel
saraf
Kortikosteroid
hanya
diberikan
bila
medikamentosa
sesuai
gejala
diantaranya analgetik.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Pada kasus ini seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke RSUP HAM
Medan pada tanggal 19 Juni 2014. Os di diagnosa dengan Paraparese tipe UMN +
Hipestesi Th 9-10 ec trauma medulla spinalis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
jasmani, pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan penunjang lainnya. Dari hasil
anamnesa didapati bahwa os mengalami lemah pada kedua tungkai. Hal ini dialami os
+/- 7 hari sebelum masuk rumah sakit yang terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya Os
terjatuh ke lantai +/- 1 kali. Nyeri pinggang (+), nyeri dengan intensitas sedang dan
nyeri terasa semakin memberat jika os duduk. Sulit BAB dan BAK +/- 1 minggu ini.
Demam (-), batuk (-), sesak nafas (-).
Riwayat muntah tidak dijumpai. Riwayat kejang tidak dijumpai. Riwayat
hipertensi (-). Riwayat DM disangkal pasien dan keluarga pasien. Riwayat penyakit
jantung tidak jelas. Riwayat stroke sebelumnya tidak dijumpai. Pada pemeriksaan
37
5.2. SARAN
Saran yang perlu diberikan pada pasien ini adalah :
1. Praktisi kesehatan menjelaskan kepada keluarga penderita mengenai gejala-gejala,
pilihan pengobatan, lamanya masa pengobatan, estimasi durasi rawat inap dan masa
penyembuhan, serta efek samping yang mungkin timbul dari pilihan pengobatan
serta komplikasi yang mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita oleh pasien.
2. Keluarga pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang teratur
dan taat terhadap anjuran dokter dalam hal pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
38
39