Anda di halaman 1dari 9

Nama kelompok

Naim matuszuhriah
m.reza pahlevy
m.zakaria
novy maharani
BAB 1
SLAMETAN PESTA KOMUNAL SEBAGAI UPACARA INTI
Selamatan bisa jadi adalah bentuk dari upacara keagamaan pada umumnya
yangmelambangkan ssuatu yang mistis dan juga sosial. Di Mojokuto, slamatan
merupakan semacam wadah bersama masyarakat, yang mempertemukan berbagai
aspk kehidupan sosial dan pengalaman perseorangan,yang diadakan untuk
memperingati suatu hal.
Pola Slametan
Slametan biasanya diawali dengan pembukaan oleh tuan rumah dengan
Bahasa jawa tinggi yang sangat resmi. Mengucapkan terimakasih, menyampaikan
maksud dan tujuan diupacar, kemudian minta maaf atas kekurangan. Acara
kemudian ditutup dengan doa.
Makna Slametan
Pada intinya isi dari upacara slametan itu bergantung dari tujuan
penyelenggaraan upacara itu sendiri, sehingga antara upacara satu dengan yang
lain itu berbeda. slametan juga menjaga anda dari roh-roh halus agar neraka tidak
mengganggu. Karena menurut bahasa sendiri slametan berasal dari bahasa Jawa
yang berarti selamat.
BAB II
KEPERCAYAAN TERHADAP MAKHLUK HALUS
Menurut seorang tukang kayu di mojokuto, ada tiga jenis pokok makhluk halus :
memedi, lelembut, dan tuyul.
Memedi: Roh yang menakut-nakuti
Memedi, adalah istilah jawa untuk jenis roh yang paling mudah dipahami
orang barat. Karena ia hampir sama dengan apa yang orang barat sebut spooks.
Lelembut : Roh yang Menyebabkan Kesurupan

adalah roh yang yang masuk dan membuat seseorang kesurupan..


jmerupakan yang lebih serius karena perjumpaan mereka bisa berakhir dengan
sakit yang tak bisa disembuhkan bahkan sampai pada kematian mampir. Dibagi
balagi menjadi berbagai macam.

Tuyul : Makhluk Halus yang Karijenis anakb


Makhluk sejenis anak-anak yang membantu manusia untuk mengumpulkan uang
namun dengan imbalan yang setimpal.
Danyang : Roh Pelindung
Danyang tinggal menetap pada suatu punden, mereka menerima permohonan
orang untuk minta tolong dan sebagai imbalanya menerima persembahan
slametan
Makna Kepercayaan Terhadap Makhluk Halu
Dunia makhluk halus adalah dunia sosial yang dirubah bentuknya secara
simbolis, Semuanya itu melukiskan kebudayan atas alam, dan keunggulan
manusia atas bukan manusia. Serupa itu pula,bila seseorang jadi makin beradab
dalam pola Jawa. Dalam konteks ini, slametan merupakan penegasan dan
penguatan kembali tata budaya umum kekuasaannya untuk menghilangkan
kekuatan-kekuatan yang mengacau. Slametan memusatkan, mengorganisasikan,
serta meringkas ide umum abangan tentang pola hidup.
BAB 3
SIKLUS SLAMETAN
Slametan terbagi dalam 4 jenis: (1) yang berkisar sekitar krisis krisis
kehidupan kelahiran, khitanan, perkawinan, dan kematian; (2) yang ada dengan
hubunganya agama agama islam seperti idul fitri, idul adha, dan sebagainya; (3)
yang ada kaitanya dengan integrasi sosial seperti bersih desa (membersihkan desa
dari roh roh jahat); (4) slametan selo yang diselenggarakan dalam waktu tertentu
tergantung kejadian yang dialami seseorang(keberangkatan untuk perjalanan jauh,
pindah tempat, ganti nama, sakit, terkena santet, dan sebagainya).
Petungan: Sistem Numerologi Orang Jawa

Orang jawa tidak menganggap suatu peristiwa yang menimpa dirinya


bukanlah suatu kebetulan peristiwa itu dianggap di tentukan oleh sang pencipta.
Upacara perkawinan dan khitanan seperti juga pergantian tempat tinggal perlu
ditetapkan kehendak manusia maksudnya adalah seseorang tidak boleh
sembarangan dalam menetapkan hari hari tersebut melihat ramalan numerology
yang disebut petungan atau hitungan. Sistem Petungan digunakan untuk
menentukan dari mana orang harus masuk rumah, mencuri tanpa ketauhan, untuk
menentukan orang harus duduk adu ayam, untuk meramalakan seseorang akan
rugi atau untung dalam berdagang memilih obat yang tepat untuk suatu penyakit,
dan juga hari baik buat khitanan dan perkawinan. Nomer atau hari yang ditetapkan
harus cocok sesuai dengan perhitungan. tiap hari mempunyai angka(neptu): senen
4, selasa 3, rabu 7, kamis 8, jumat 6 sabtu 9, minggu 5; Legi 5, Pahing 9, pon 7,
wage 4, kliwon 8. untuk yang mau pindah rumah lalu juga memperhatikan arah
mata angin untuk yang mau ke arah barat yang baik bulan rejeb, ruwah, pasa; lalu
untuk ke arah utara yang baik bulan sawal, sela, besar; ke arah timur bulan sura,
sapar, mulud; yang ke arah selatan, bakda mulud, jumadil awal, jumadil akhir.
BAB 4
SIKLUS SLAMETAN KELAHIRAN
Tingkeban
Di sekitar kelahiran terkumpul 4 slametan utama dan berbagai selametan
kecil. Slametan utama di selenggarakan pada bulan ke tujuh masa
kehamilan(tingkeban: yang diselenggarakan apabila si ayah dan ibu memperoleh
anak pertama), pada kelahiran si bayi itu sendiri(babaran), lima hari sesudah
kelahiran(pasaran), dan tujuh bulan setelah kelahiran(pitonan). Slametan slametan
yang lain juga bisa di diadakan juga tidak , yakni pada bulan ketiga masa
kehamilan(telonan), bulan pertama sesudah kelahiran(selapanan), dan setahun
sesudahnya(taunan). Tingkeban itu diadakan di rumah si calon ibu, dan harus
mencungkupi syarat syarat yang telah di lestarikan hingga sekarang. Intinya
syarat yang di berikan oleh sang ibu adalah bentuk permohonan doa agar si anak
yang lahir mengalami kesalamatan dan kecerdasan.

Babaran
Dekat menjelang kelahiran, beberapa orang mengadakan selametan kecil
dengan keluarga keluarga saja. Dalam keadaan apaun jika merasa sakit menjelang
kelahiran , dukun bayi itu dipanggil; setelah tiba ia meletakan sajen di samping
tempat tidur si ibu dan kamar kecil(karena mahluk halus kamar kecil tidak senang
bau darah yang menyertai kelahiran). Kemudian ia mengembangkan tikar di lantai
lalu menidurkan si ibu diatasnya sambil memijit perutnya dan mengucapkan
mantra. Setelah anak di lahirkan dukun mengambil pisau bamboo tradisional
untuk memotong tali pusar sambil mengucap doa/ mantra. Kemudian dia
membubuhkan kunir untuk segala penyakit dalam luka itu dan mengikat tali
pusarnya. Bayi lalu dimandikan dan juga ibunya, juga dengan mantra mantra
khusus. Tali pusar dan tembuni bayi dibungkus dalam kain putih lalu dikubur di
luar rumah. Jika laki laki di kubur di depan rumah, lalu jika perempuan di
samping rumah lalu di pagar dengan anyaman kecil agar tidak ada binatang yang
menggalinya. Dan di beri palita kecil yang dibiarkan menyala Selama 35 hari agar
mencegah gangguan roh roh jahat. Paling akhir bayi itu diletakan dukun pada
sebuah meja rendah dan menggebrak meja tiga kali untuk mengejutkan sang bayi.
Agar ia terbisa dengan kejutan serup dan kemudian hari tidak gampang kaget dan
jatuh sakit. Dukun menggeprak meja 3 kali sambil mengucapkan syahadat dalam
bahasa arab untuk memperkenalkan sang bayi dalam kehidupan manusia.
Pasaran
Lima hari sesudah selametan pertama untuk bayi, sebuah selametan yang
agak lebih besar di selenggarakan pula dimana antar lain bayi itu di beri nama.
Menurut teori ayah anak itulah yang memegang keputusan terakhir dalam
penanaman anaknya dan biasanya ia mengumumkan dalam dalam sambutan ujub
pada upacara selametan. Sampai suatu tingkatan yang luas nama anak ditentukan
oleh kategori sosial keluarganya di bagi dalam kelompok; nama dusun; nama
priayi; nama santri, Namun kadang kadang juga di tentukan oleh hari dan juga
bulan anak itu dilahirkan. Penentuan waktu pasaran tergantung pada saat
terlepasnya sisa tali pusar si anak, kalau hari kelima belum lepas maka pasaran
harus di tunda sampai hari ke-enam bahkan ketujuh.

Pitonan
Makin sedikit orang yang menyelenggarakan acara tiga bulan ini tetapi
selametan tujuh bulan atau pitonan masih banyak di selenggarakan. Lewat suatu
tradisi tradisi yaitu dari membangunkan bayi jam 4 pagi lal meltakakan nya dalam
kandang ayam, sampai menuntunya berjlan menuju bak yang berisi bubur yang
ada di jalannya ada pisangnya.
Intinya selametan itu adalah bentuk rasa syukur dan memanjat kan doa dengan
cara tradisionl yang memberikan filosofi akan doanya agar di kabulkan.
BAB 5
SIKLUS SLAMETAN KHITANAN DAN PERKAWINAN
Khitanan: Sunatan
Khitanan mungkin telah ada di jawa sebelum mulainya jaman islam pada
abad keenam belas. Sekalipun demikian, hampir tak ada bekas-bekas upacara
inisiasi pra-islam. Upacara untuk merayakan khitanan pada umumnya menyerupai
pola cara upacara perkawinan, tentu saja dengan meniadakan unsur-unsur yang
berhubungan dengan upacara bersanding bagi kedua mempelai. menurut
kebiasaan penyunatan dikerjakan oleh seorang ahli yang di sebut calak (atau
bong) yang sering kali juga merangkap sebagai tukang cukur, jagal, atau dukun.
Sistem petungan di terapkan dan hari baik dipilih, suatu slametan
diselenggarakan di malam hari menjelang sunantan di lakukan. . Di dalamnya
dihidangkan semua jenis penganan yang telah kita sebut di muka, ditambah
sejenis panganan yang di buat dari beras ketan yang dilumatkan pada satu talam
besar hingga berbentuk sebuah piringan biskuit yang tipis. Di samping bubur tiga
warna yang biasa merah, putih, dan campuran ada lagi bubur yang keempat.
Dibuat dari sekam beras yang ditumbuk, bubur ini disebut paru-paru. Orang jawa,
atau kebanyakan dari mereka, percaya bahwa letak kehidupan adalah pada nafas
manusia yang bagaimanapun juga berhubungan dengan detak jantung karena
paru-paru itu dimaksudkan untuk memuliakan "roh hidup yang ada di dalam
nafas orang yang akan di sunat atau dikawinkan itu.
Perkawinan: Kepanggihan

perkawinan di jawa masih di atur oleh orang tua mempelai wanita atau
pria. Bahkan kalau seorang anak laki-laki berpikiran sendiri tentang gadis mana
yang akan dinikahinya, ia akan melaksanakan maksudnya dengan bantuan orang
tuanya kalau ia bisa meyakinkan mereka bahwa pilihannya memang bijaksana.
Untuk kebanyakan orang, walaupun dalam banyak kasus anak laki-laki dan gadis
itu sudah sampai kepada saling pengertian dalam hal ini namun pola lama
mengenai lamaran resmi dari orang tua pihak pria masih dilaksanakan, setidaktidaknya dalam bentuk resminya. Dalam lamaran itu sekeluarga pihak pria
mengunjungi keluarga pihak perempuan untuk saling tukar basa-basi formalisme
kosong yang diperkorek dan sudah menjadi keahlian orang jawa sejak dahulu.
Ayah pihak laki-laki mungkin membuka percakapan itu dengan ucapan seperti
"embun dipagi hari berartu hujan dimalam hari," yang maksudnya mengatakan
bahwa soal yang ingin diperbincangkannya adalah soal yang "dingin" atau
sederhana saja dan tidak perlu membangkitkan perasaan yang bukan-bukan.
Upacara perkawinan itu di sebut kepanggihan ("pertemuan") dan selalu
diselenggarakan di rumah pengantin perempuan. Semua orang tua, menurut teori,
mempunyai kewajiban yang tak bisa dielakkan untuk menyelenggarakan satu
pesta besar untuk anaknya; sunatan untuk anak laki-laki dan perkawinan untuk
anak perempuan. Anak laki-laki menurut tradisi harus memberikan dua macam
hadiah perkawinan kepada pihak perempuan: Paningset yang biasanya berupa
pakaian dan perhiasan yang sering diberikan dengan sebuah slametan untuk orang
orang tua pihak perempuan, sesudah putusan perkawinan ditetapkan dan sasrahan
biasanya berupa seekor kerbau atau sapi atau perabot rumah tangga.

Aspek Sosial dan Ekonomi Upacara Khitanan dan Perkawinan


Orang Jawa menyebut upacara perkawinan dan khitanan dengan duwe
gawe, atau "mempunyai kerja", dan menganggapnya sebagai contoh yang baik
sekali untuk sebuah nilai yang mereka sebut rukun, yang barangkali akan sangat
tepat jika diterjemahkan dengan "kerja sama yang dijadikan tradisi. Rukun,
sebagai suatu nilai, tidak mengikat orang-orang komunis primitif yang
disosialisasikan secara berlebih-lebihan, tetapi mengikat petani-petani materialis
yang agak merasa diri cukup dengan pengetahuan yang jelas mengenai dimana

adanya kepentingan mereka. Pada sesi kosumsi, aspek sekuler perkawinan dan
khitanan biasanya agak terpisah dari aspek-aspek religius yang langsung.
Kemampuan untuk menarik sumbangan tenaga dari orang lain barangkali
merupakan modal yang paling besar bagi seorang penyelenggara pesta. Untuk
slametan, hal ini secara tradisional ditetapkan di antara sanak keluarga saja,
karena pola yang ideal dalam hal ini adalah bahwa ada kelompok keluarga yang
menyiapkan slametannya dan ada kelompok tetangga yang menghabiskannya.
Dalam situasi semacam itu suatu imbalan jasa timbal balik dipelihara.
BAB 6
SIKLUS SLAMETAN : KEMATIAN
Pemakaman: Layatan
Kalau terjadi kematian di suatu keluarga, maka hal pertama yang harus
dilakukan adalah memanggil modin, dan kedua menyampaikan berita di daerah
sekitar bahwa suatu kematian telah terjadi. Segera setelah mendengar berita
kematian itu, para tetangga meninggalkan semua pekerjaan yang sedang
dilakukannya untuk pergi ke rumah keluarga yang tertimpa kematian itu. Setiap
perempuan membawa sebaki beras, yang setelah diambil sejumput oleh yang
sedang berdukacita untuk disebarkan ke luar pintu, lalu segera ditanak untuk
slametan.
Semua slametan kematian ditandai oleh dua hidangan perlambang: kue
dari beras yang disebut apem, yang merupakan makanan khusus almarhum dan
para nenek moyang. Beberapa slametan yang bentuknya persis sama, tetapi
dengan ukuran yang lebih besardalam arti jumlah tamu dan panjangnya
pembacaan doa, diselenggarakan pada hari ketiga, ketujuh, keempat puluh, dan
keseratus si mati meninggal, pada peringatan tahun pertama dan kedua, dan hari
keseribu si mati meninggal. Slametan terakhir yang menandai saat jasad
almarhum sudah seluruhnya menjadi debu adalah yang paling meriah.
Kepercayaan dan Sikap Terhadap Kematian
Ikhlas, merelakan keadaan secara sadar, merupakan kata yang jadi
pedoman, dan walaupun seringkali sulit diperoleh, namun senantiasa diusahakan
orang. Tiga pengertian terpisah tentang hidup dan sesudah mati. Yang pertama
adalah versi islam mengenai konsep balas jasa abadi, mengenai hukum dan pahala

di akhirat untuk dosa-dosa dan amal saleh yang bersangkutan. Yang lebih populer
di kalangan abangan adalah konsep sempurna, yang secara harfiah berarti
lengkap memberikan indikasi dalam konteks ini bahwa kepribadian individual
menghilang seluruhnya sesudah ia meninggal dan tak ada lagi yang tinggal
kecuali debu. Pandangan ketiga yang dipegang secara sangat luas oleh semua
orang santri, yang menganggapnya sebagai bidah adalah pengertian tentang
reinkarnasi bahwa ketika seorang meninggal, jiwanya masuk segera sesudah itu ke
dalam suatu embryo dalamrangka kelahirannya kembali.
BAB 7
SIKLUS SLAMETAN: SLAMETAN MENURUT PENANGGALAN,
SLAMETAN DESA DAN SLAMETAN SELA
Muludan, slametan untuk hari lahir Nabi, dan maleman, slametan malam
hari menjelang akhir bulan puasa adalah yang paling penting dari semua upacara
menurut kalender. Sehubungan dengan slametan menurut kalender ini kita bisa
memperbincangkan upacara-upacara di sekitar siklus pertanian. Pada umumnya
slametan panen hanya diadakan dalam hubungannya dengan tanaman padi. Tetapi
upacara tanam yang paling penting adalah slametan metik, suatu upacara panen
atau upacara buah pertama, dan slametan ini sering diselenggarakan dalam ukuran
yang cukup meriah, khususnya di desa-desa.
Slametan Desa: Bersih Desa
Slametan bersih desa berhubungan dengan pengudusan perhubungan
dalam ruang, dengan merayakan dan memberikan batas-batas kepada salah satu
dasar kesatuan territorial struktur sosial orang jawa- desa.
Slametan Selingan
Slametan selingan yakni slametan yang diadakan sekali-sekali untuk suatu
peristiwa atau maksud khusus yang tidak secara khas berulang kembali pada
rangkaian jarak waktu tertentu. Slametan pindah rumah, ganti nama, memulai
perjalanan, mimpi buruk, menolak atau meminta hujan, ulang tahun klub-klub dan
organisasi persaudaraan, slametan karena terkena tenung, untuk pengobatan, dan
slametan untuk anak tunggal, semuanya ini termasuk dalam kategori slametan

selingan.

Anda mungkin juga menyukai