Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan
Perbedaan Ilmu Dengan Pengetahuan
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat
pada waktunya. Karya tulis yang berjudul Perbedaan Ilmu dengan
Pengetahuan ditinjau dari Filsafat Ilmu dibuat sebagai upaya untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Universitas Udayana.
Melalui kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada staf pengajar S3 di Program Pascasarjana Universitas Udayana,
khususnya kepada Prof. dr. I Gusti Ngurah Nala, MPh atas segala bimbingan
dan arahannya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Ucapan
terimakasih juga kami sampaikan ke hadapan teman seperjuangan di
Program S3 Ilmu Kedokteran yang ikut menyempurnakan karya tulis ini.
Agar karya tulis ini lebih sempurna maka kami berharap kepada
semua pihak agar memberi sumbangan pikiran, kritik maupun saran yang
positif demi kesempurnaannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................ii
I PENDAHULUAN.....................................................................1
Latar Belakang Masalah...........................................................1
Permasalahan.......................................................................3
Tujuan dan Manfaat...............................................................3
II Tinjauan Pustaka...................................................................4
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan............................................4
2. Definisi Ilmu Pengetahuan.....................................................5
3. Objek Ilmu Pengetahuan......................................................7
4. Dasar Ilmu.......................................................................8
5. Prosedur Pencarian Ilmu.......................................................9
III Pembahasan......................................................................11
Pengetahuan......................................................................11
Ilmu................................................................................. 13
IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................16
Kesimpulan........................................................................16
Saran...............................................................................16
Daftar Pustaka......................................................................17
ii
I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu ciri khas manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu
tentang sesuatu hal. Rasa ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada
dirinya, juga ingin tahu tentang lingkungan sekitar, bahkan sekarang ini
rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini tidak
dibatasi oleh peradaban. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin
tahu walaupun variasinya berbeda-beda. Orang yang tinggal di tempat
peradaban yang masih terbelakang, punya rasa ingin yang berbeda
dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat yang sudah maju.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
sekitarnya dapat bersifat sederhana dan juga dapat bersifat kompleks.
Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu
tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks
meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa
peristiwa itu terjadi (epistemologi), serta untuk apa peristiwa tersebut
dipelajari (aksiologi).
Ke tiga landasan tadi yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi
merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan. Ketiga landasan
ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara satu
dengan lainnya. Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau
memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya.
Bila usaha tersebut berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan
sebagai ketahuan atau pengetahuan.
Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa
semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para Dewa. Karenanya para
Dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Adanya
perkembangan jaman, maka dalam beberapa hal pola pikir tergantung
pada Dewa berubah menjadi pola pikir berdasarkan rasio. Kejadian alam,
1
seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai bulan dimakan Kala Rau, tetapi
merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan dan bumi
berada pada garis yang sejajar. Sehingga bayang-bayang bulan menimpa
sebagian permukaan bumi.
Perubahan pola pikir dari mitosentris ke logosentris membawa
implikasi yang sangat besar. Alam dengan segala-galanya, yang selama ini
ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi. Perubahan yang
mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah
yang
menjelaskan
perubahan
yang
terjadi,
baik
di
jagat
raya
dirangkum
menjadi satu kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini
sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan tentang
ilmu pengetahuan. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu
disamakan dengan pengetahuan, sehingga ilmu adalah pengetahuan.
Namun jika kata pengetahuan dan kata ilmu tidak dirangkum menjadi satu
kata majemuk atau berdiri sendiri, akan tampak perbedaan antara
keduanya. Berdasarkan asal katanya, pengetahuan diambil dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan pengetahuan berasal dari kata
Science. Tentunya dari dua asal kata itu mempunyai makna yang berbeda.
2
Permasalahan
Berdasarkan
latar
belakang
di
atas
maka
dapat
diangkat
permasalahan :
1. Apakah ada perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan?
2. Bagaimana perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan ?
Tujuan dan Manfaat
Melalui karya tulis ini diharapkan nantinya bisa mengungkapkan
secara detail perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan, sehingga bisa
membuat suatu katagori antara ilmu dengan pengetahuan. Diharapkan
nantinya hasil dari proses tahu tersebut akan dapat diputuskan termasuk
dalam katagori ilmu atau pengetahuan.
II Tinjauan Pustaka
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu
khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat
merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena
objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal
ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya
ilmu dari filsafat.
Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan
diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu
khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu,
hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu.
Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung
ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu
padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi
dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman
kemanusian yang luas.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak
masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah
apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu
dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang
berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide
filsafati
yang
tepat
sehingga
sejalan
dengan
pengetahuan
ilmiah
(Siswomihardjo, 2003).
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang
sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu
itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini
filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral.
Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian
4
masalah
ilmu
pengetahuan
beserta
definisinya
hakikat
ilmu
pengetahuan
itu.
Sekarang
orang
lebih
menerangkan
bahwa
ilmu
merupakan
akumulasi
menyatakan
ilmu
adalah
manusia
tentang
alam,
antara
ilmu
dengan
pengetahuan.
Pengetahuan
adalah
terhadap
objek
materialnya
serta
prinsip-prinsip
yang
pandangan
sehingga
menimbulkan
(Mudhofir, 2005).
ilmu
yang
berbeda-beda
4. Dasar Ilmu
Ada tiga dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Dasar
ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indera manusia. Jadi masih dalam jangkauan pengalaman manusia
atau bersifat empiris. Objek empiris dapat berupa objek material seperti
ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu
sendiri.
Ontologi
merupakan
salah
satu
objek
lapangan
penelitian
kefilsafatan yang paling kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek
ilmu ada beberapa asumsi yang perlu diperhatikan yaitu asumsi pertama
adalah suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk,
sifat (substansi), struktur atau komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi
kedua adalah kelestarian relatif artinya ilmu tidak mengalami perubahan
dalam periode tertentu (dalam waktu singkat). Asumsi ketiga yaitu
determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak terjadi secara
kebetulan (Supriyanto, 2003).
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang
berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaianpengandaian
dan
dasar-dasarnya
serta
pertanggung
jawaban
atas
ilmu bagi kebutuhan umat manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu
yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu segala keperluan dan
kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah.
Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan
etika dan estetika.
10
III Pembahasan
Sebelum penjabaran tentang perbedaan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan, perlu diuraikan tentang pengertian pengetahuan dan ilmu
pengetahuan. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendalami
perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge.
2.
3.
suatu
11
Pengetahuan
(Ontologi, epistemologi, Aksiologi)
Ilmu
Lingkup
pengalaman,
objektif.
Memahami apa
adanya
Umum dan
Impersonal
Konsisten
Agama
Transedental
Pesan Etika
Moral
(Pendidikan
moral pikiran
dan pekerti)
Seni
Subjektif
Beri makna pada
objek (emosi dan
pikiran)
Komunikatif
Deskripsi, ruang
lingkup terbatas
Ilmu
Pada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan
mensitematisasikan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari
12
terhadap
dunia
faktual.
Ini
diperoleh
melalui
observasi,
sangat
konsern
pada
kaidah-kaidah
universaI,
kontemplasi,
imajinasi,
observasi,
eksperimentasi,
beserta
hasil
penerapannya,
baik
yang
Ilmu
Ilmu Pengetahuan
Abstrak
(The Abstract
Sciences)
Metafisika
Logika
Matematika
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(The Natural
Sciences)
Fisika
Kimia
Biologi
Ilmu Pengetahuan
Humanis
(The Natural
Sciences)
Psikologi
Sosiologi
Antropologi
15
objektif
dengan
menyampingkan
unsur
pribadi,
2.
ilmu
pengetahuan
berkonotasi
ganda,
sehingga
dalam
Daftar Pustaka
Bakhtiar A. 2005. Filsafat Ilmu. Ed 1. Cetakan ke 2. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Kattsoff, L.O. 1992. Pengantar Filsafat: Penerjemah Soejono Soemargono.
Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya.
Mulyadhi Kartanegara, 2003. Pengantar Epistemologi Islam. Mizan.
Bandung
Mudhofir, A. 2005. Pengenalan Filsafat. Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga.
Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Siswomihardjo, K.W. 2003. Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum
Mengenai Kelahiran dan Perkembangannya sebagai Pengantar untuk
Memahami Filsafat Ilmu. Dalam Filsafat Ilmu. Cetakan ketiga.
Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Soeprapto, S. 2003. Landasan Penelaahan Ilmu. Dalam Filsafat Ilmu.
Cetakan ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Suriasumantri, Jujun S, 2000. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Cetakan XIII. Sinar Harapan Jakarta.
Supriyanto, S. 2003. Filsafat Ilmu. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga. Surabaya.
Tjahyadi, S. 2005. Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan. Dalam Filsafat Ilmu.
Cetakan ketiga. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
17