Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE
1. Definisi
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah
sekitar 1 3 kali dan banyaknya 200 250 gr sehari. Beberapa penderita
mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar
walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman
Sarwono Waspadji,1990).
2. Jenis Diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (
umumnya kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2
minggu sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2
minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang.
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.

d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan
dan gangguan metabolisme.
3. Penyebab diare
a. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
1). Faktor infeksi
a). Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella,
Shigella, Yersina,
b. Infeksi Virus : Enterovirus,
c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris,
Strongiloides),
d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia,
Thricomonas hominis,
e. Infeksi jamur : Candida albicans.
b). Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti tonsilofaringitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak
dibawah

tiga

tahun.

Makanan

dan

miniman

yang

terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat


makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang
tertular penyakit

diare tersebut (Azrul Azwar, 1989). Adapun

sumber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui : air,


makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan
secara pribadi.
Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari
penyakitnya, maka

amoeba akan bertukar bentuk menjadi

bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama faeces dan dapat
hidup terus karena tahan terhadap segala

pengaruh dari luar.

Buang air besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat,


apabila lalat tersebut hinggap pada makanan, maka akan terjadi
kontaminasi (Depkes RI, 1991).
2). Faktor Malabsorbsi
Faktor malabsorbsi ini meliputi :
a) malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerans laktosa,
maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terserang ialah intoleransi laktosa,
b) Malabsorbsi lemak,
c) Malabsorbsi protein,
3). Factor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan,
4). Factor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang
tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih
besar.

4. Patofisiologi diare
Terjadinya diare bisa disebabkan oleh salah satu mekanisme di bawah ini :
1). Diare osmotik:
Substansi hipertonik nonabsorbsi menyebabkan peningkatan tekanan
osmotikintralumen usus sehingga cairan masuk ke dalam lumen.
Diare osmotik terjadi karena:
a) Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan
magnesium sulfat atau antasida mengandung magnesium.
b) Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi
konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus.
c) Pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau
malasorbsi glukosa-galaktosa.
2). Diare sekretorik:
Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan
penurunan absorbsi / diare dengan volume tinja sangat banyak.
a) Malasorbsi asam empedu dan asam lemak:
b) Pada diare ini terjadi pembentukan micelle empedu.
c) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit:
d) Terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif pada Na K
ATP-ase di enterosit dan gangguan absorbsi Na dan air.
e) Gangguan motilitas dan waktu transit usus:
f) Hipermotilitas usus tidak sempat di absorbsi diare.
g) Gangguan permeabilitas usus:

10

h) Terjadi kelainan morfologi usus pada membran epitel spesifik


gangguan permeabilitas usus.
3). Diare inflamatorik:
a) Kerusakan sel mukosa usus eksudasi cairan, elektrolit dan mukus
yang berlebihan diare dengan darah dalam tinja.
4). Diare pada infeksi:
a) Virus
b) Bakteri
-

Penempelan di mukosa.

Toxin yang menyebabkan sekresi.

Invasi mukosa.

c) Protozoa
-

Penempelan mukosa (Giardia lamblia dan Cryptosporidium)


Menempel

pada

epitel

usus

halus

dan

menyebabkan

pemendekan phili yang kemungkinan menyebabkan diare.


5. Akibat Diare
a. Kehilangan air ( dehidrasi )
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak dari pemasukan
air
b. Gangguan keseimbangan asam basa
Terjadi karena kehilangan

natrium bicarbonat bersama tinja,

metabolisme lemak tidak sempurna sehingga kotoran tertimbun dalam


tubuh, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia

11

jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena


dapat dikeluarkan oleh ginjal dan terjadinya pemindahan ion natrium
dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intracelular.
c. Gangguan sirkulasi
Dapat terjadi shock hipovolemik akibat persuasi jaringan berkurang
dan

erjadi

Hipoksia

Asidosis

yang

bertambah

berat

dapat

mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan jika


tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
6. Gejala penyakit diare
a. Badan letih atau lemah
b. Muntah
c. Panas
d. Tidak nafsu makan
e. Darah dan lendir dalam faeces
7. Pencegahan penyakit diare
a. Menggunakan air yang bersih
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
c. Menggunakan jamban untuk buang air besar
d. Terapi untuk penyakit diare, dan mencegah timbulnya kekurangan
cairan bila terjadi dehidrasi ( www. medicastore.com )

12

B. PROTOZOA
1. Pengertian Protozoa
Secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa berasal dari bahasa
Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,
Protozoa adalah hewan pertama. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu
terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa
merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan
oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya
antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti
bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya
tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia. Protozoa hidup di air
atau tempat yang basah. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni.
Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukaan
tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable,
yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya

mudah

berubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok)


dari zat kersik dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tibatiba menjadi jelek, Protozoa membentuk kista dan menjadi aktif lagi.
Organel yang terdapat didalam sel antara lain nucleus, badan golgi,
mikrokondria, plastida, dan vakuola. Nutrisi protozoa bermacam-macam.
Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme
lainnya. Ada pula yang holofilik (autotrof), yaitu dapat mensintesis
makanannya sendiri dari zat organic dengan bantuan klorofil dan cahaya.

13

Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan
organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik.
Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak
perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan
bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam
perjalanan evolusinya. Perkembangbiakan amoeba dan bakteri yang biasa
dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka
mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai
dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti
dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing-masing
menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma
menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah
sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru
yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.
Pada amoeba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau
panas atau kurang makan, maka amoeba akan membentuk kista. Didalam
kista amoeba dapt membelah menjadi amoeba-amoeba baru yang lebih
kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista
akan pecah dan amoeba-amoeba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya
amoeba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu dia akan
membelah diri seperti semula. Selain penyakit ini masih endemis di
hampir semua daerah, juga sering muncul sebagai kejadian luar biasa .
( Andrean SE , Chrsiye SF , Dhedy, 2001 ).

14

Protozoa merupakan makhluk hidup bersel satu yang sering


menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa
biasanya dapat diindikasikan dari konsistensi faeces yang cair. Namun
demikian adanya faeces yang encer / cair belum tentu disebabkan oleh
amoebiasis. Salah satu spesies patogen dari amoeba ini adalah Entamoeba
histolytica. Spesies lainnya lebih sering berperan sebagai flora normal
pada manusia sehingga tidak akan berdampak negatif.
2. Ciri ciri Protozoa
a. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
b. Organisme uniseluler ( bersel tunggal )
c. Eukariotik ( memiliki membran nukleus )
d. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri ( heterotrof )
e. Hidup bebas, saprofita atau parasit
f. Dapat membentuk kista untuk bertahan hidup
g. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela.
3. Klasifikasi Protozoa
Kelas yang dibedakan berdasarkan alat geraknya
a) Rhizopoda
Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan
penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat
basah, dan sebagian ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia.
Jenis yang paling mudah diamati adalah amoeba

15

b) Flagellata ( Mastigophora )
Bergerak dengan falgel ( bulu cambuk ) yang digunakan juga
sebagai alat indera dan alat bant intuk menangkap makanan.
Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1). Fitoflagellata
Flagellata autotrofik ( berkloroplas ), dapat berfotosintesis.
Contohnya : Noctiluca milliaris, Volvox globator, Zooflagellata,
Euglena viridis
2). Flagellata heterotrofik ( tidak berkloroplas ). Contohnya :
Trypanosoma gambiens, Leishmania.
c) Ciliata ( Ciliophora )
Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada
suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari
makanan. Ukuran silia pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel
(nukleus), yaitu makronukleus ( inti besar ) yang mengendalikan funsi
hidup sehari-hari dengan cara mensintesis RNA, juga penting untuk
reproduksi aseksual, dan mikronukleus ( inti kecil ) yang dipertukarkan
pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan
vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air
dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun air tawar.
Contoh Stentor, Paraemecium caudatiun, Didinium, Vorticella,
Balantidium coli.

16

d) Sporozoa
Tidak memiliki alat gerak khusus, mengahasilkan spora
(sporozoid) sebagai cara perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki
organel organel kompleks pada salah satu ujung selnya yang
dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Hospes parasit
pada manusia dan hewan.
Contoh : Plasmodium sp.
1. Protozoa yang sering menjadi penyebab diare
a. Entamoeba histolytica
b. Cryptosporium
c. Giardia lamblia

C. AMOEBA
Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda pada filum Protozoa.
Manusia merupakan hospes enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga
usus besar, yaitu :
a. Entamoeba histolytica menyebabkan amoebiasis ( diare amoeba )
b. Entamoeba coli yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
c. Endolimax nana yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
d. Iodomoeba butshii yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
e. Dientamoeba fragilis yamg sifatnya tidak pathogen pada manusia
f. Entamoeba hartmani yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

17

Parasit kelas Rhizopoda tersebut diatas berkembang biak dengan


aseksual atau belah pasang dan juga hidup didalam tubuh manusia (Srisari
Gandahusada, 1998 ).
a. Morfologi
Morfologi spesies amoeba masing-masing stadium
1). Entamoeba histolytica
Gambar a. Stadium perkembangan Entamoeba histolytica
Keterangan gambar a :

1. Tropozoit
-

Bentuk tidak tetap dan merupakan bentuk yang tumbuh,


Berkembangbiak dan aktif mencari makan, bergerak dengan
menggunakan pseudopodia. Ukuran berkisar antara 15 60
Micron. Mudah mati diluar tubuh manusia.

18

2. Kista
-

Bentuk bulat, dinding kista dari hialin, inti 1 4 (sukar


dilihat), berukuran antara 10 15 mikron.

2). Entamoeba coli


Keterangan gambar b :
1. Tropozoit
Ukuran 15 50 mikron, gerakan lambat, ekstoplasma sedikit,
pseudopodia tumpul sebagian, batang kromidial jarang terlihat

2. Bentuk Kista
Bentuk bulat, ukuran antara 15 20 mikron, dinding jelas refraktil
berlapis dua, inti 1 8

19

3). Endolimax nana


Gambar d, stadium perkembangan Endolimax nana
Keterangan gambar d :

20

1. Bentuk tropozoit

Mempunyai ukuran 8 10 mikron, gerakannya lamban, inti


Umumnya tidak tampak, ekstoplasma sedikit, pseudopodia
tumpul.
2. Bentuk kista
Berdinding oval, dinding kista tipis. Jumlah inti 4 buah ( pada
Salah satu kutup ), ukurannya 5 14 mikron.

4). Iodamoeba bustchii


Gambar e, stadium perkembangan Iodamoeba butschii
Keterangan gambar e :
1. Bentuk tropozoit
Berukuran rata rata 10 mikron, gerak aktif, ekstoplasma sedikit,
pseudopodia tumpul, inti umumnya tidak tampak.

2. Bentuk kista

21

Berukuran 5 18 mikron jumlah inti hanya 1, dinding tipis,


vakuola berbatas jelas.

5). Dientamoeba fragilis


Gambar e, Bentuk tropozoit Dientamoeba fragilis
Keterangan gambar e :

Mempunyai ukuran rata rata 12 mikron, gerak sangat aktif,


ekstoplasma banyak, pseudopodi berbentuk segitiga, seperti daun atau
segi empat dan jernih.
6). Entamoeba hartmani
Mempunyai 2 stadium yaitu :
a. Bentuk tropozoit
Berukuran 4 12 mikron, bergerak kurang cepat.

22

b. Bentuk kista
Berukuran 5 10 mikron.

Entamoeba hartmani cara penularannya sama dengan

protozoa

yang lain yaitu berhubungan dengan air atau makanan yang


terkontaminasi dengan kista (Garcia, 1996).
b. Daur hidup
Infeksi terjadi bila menelan kista matang dari parasit. Bila
tropozoit

tertelan,

maka

ia

dihancurkan

dalam

lambung

tanpa

menyebabkan infeksi. Ekskistasi terjadi di usus bagian kecil bawah dan


metakista dengan cepat membelah menjadi 8 amoeba yang kecil. Amoeba
amoeba ini masuk usus dan : ( 1 ) dapat menginfeksi jaringan hospes, ( 2
) hidup di lumen usus besar tanpa invasi, atau ( 3 ) menjadi kista.
Hanya kista bertahan di lingkungan luar dalam jangka waktu yang
lama. Dalam tinja ditemukan kista yang tidak matang ( yang berinti satu
atau dua ) atau kista yang matang ( 4 inti ). Kista yang tidak matang dapat

23

menjadi matang di lingkungan luar dan infektif. Tropozoit tidak bisa


membentuk kista di luar tubuh dan tidak lagi efektif.
Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel sel
darah merah akan dimakan oleh tropozoit. Tropozoit ini memasuki
jaringan usus dan merusak epitel dari usus besar dengan memproduksi
enzim proteolitik . Luka luka akibat destruksi epitel dapat dangkal
karena hanya mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai submukosa.
Pada submukosa tropozoit memperbanyak diri dan secara cepat luka
menjalar ke lateral dan menyebabkan ulkus yang mengganggu. Selain itu
tropozoit dapat menimbulkan mikroabses di submukosa, yang akhirnya
pecah melalui epitel, yang juga akan menimbulkan ulkus ulkus
berbentuk botol.
Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstraintestinal
vena porta. Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya Entamoeba
histolytica

dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai

penyakit bawaan makanan ( Food Borneo Disease ). Penyebabnya antara


lain Entamoeba histolytica.
Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan
oleh Entamoeba histolytica, suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal
(protozoon). Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan banyak terdapat di
negara (sub) tropis dengan tingkat social ekonomi rendah dan hygiene
yang kurang. Penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi serta kontak

24

seksual. Bila tidak diobati dengan tepat dapat menjadi sistemis dan
menjalar ke organ-organ lain, khususnya hati .
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia
1-5 tahun . Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista
amoeba . Kista ini memegang peranan dalam penularan penyakit lebih
lanjut bila terbawa ke bahan makanan atau air minum oleh lalat atau
tangan manusia yang tidak bersih. Di negara beriklim tropis banyak
didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang.
Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain
amoeba memegang peranan. Di negara yang sudah maju misalnya
Amerika Serikat prevalensi amoebiasis berkisar antara 1-5 %. Di
Indonesia diperkirakan insidensinya cukup tinggi. Penyakit ini cenderung
endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air
minum yang tercemar .
Prognosis disentri amoeba ditentukan oleh berat ringannya
penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan amoeba
terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis disentri amoeba
adalah baik terutama yang tanpa komplikasi.
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja.
Penyebab yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya
Shigella flexneri dan Shigella dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica
menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada
balita.

25

D. AMOEBIASIS
Amoebiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun
diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih
dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu
tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu,
penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh
dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli,
penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar (konstipasi) (
T.Declan Wash, 1997 )
Sifat-sifat yang khas pada disentri amoeba adalah :
1. Volume tinja pada setiap kali buang air besar pada disentri amoeba lebih
banyak
2. Bau tinja yang menyengat
3. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak
bercampur dengan tinja ( Soedarto, 1990 )
a.

Entamoeba histolytica
Diuraikan pertama kali oleh Losch, di Rusia ( 1875 ), dari tinja
seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar
manusia. Namun Losch tidak bisa membuktikan adanya hubungan kausal
antara parasit ini dengan kelainan ulkus usus tersebut (Garcia, Lynne S, 2002)
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai
komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan

26

dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus,


menembus dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri
amoeba.
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5
tahun. Disentri amoeba ditularkan lewat fekal oral, baik secara langsung
melalui tangan, maupun tidak langusng melalui air minum atau makanan
yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung
kista amoeba. Laju infeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat
penampungan anak cacat atau pengungsi dan di negara sedang berkembang
dengan sanitasi lingkungan hidup yang jelek. Di negara beriklim tropis
banyak didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim
sedang. Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain
amoeba memegang peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya cukup
tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya : pencemaran air
minum, pupuk kotoran manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung,
seksual kontak oral-anal pada homoseksual. Penyakit ini cenderung endemik,
jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang
tercemar.
a). Distribusi Geografik
Amoebiasis terdapat di seluruh dunia, lebih sering di daerah tropis
ataupun subtropis. Namun di frekuensi dingin dengan keadaan sanitasi
buruk, frekuensi penyakitnya setara dengan di daerah tropis (
www.pubmed.gov )

27

b). Morfologi dan Siklus Hidup


Siklus hidup E. histolytica ini sangat sederhana, dimana parasit ini
di dalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan
terbentuk 8 trofozoit yang apabila tinja dalam usus besarnya padat, maka
trofozoit akan langsung menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja.
Sementara apabila cair, pembentukan kista akan terjadi di luar tubuh.
Dalam siklus hidupnya, Entamoeba histolytica mempunyai 3
stadium, yaitu:
a. Bentuk histolitika
b. Bentuk minuta
c. Bentuk kista
Bentuk histolitika dan minuta merupakan bentuk trofozoit.
Perbedaan dari kedua bentuk trofozoit tersebut yaitu bentuk histolitika
bersifat patogen dan berukuran lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika
berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti entamoeba yang terdapat di
dalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan pseudopodium
yang dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di
jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina.
Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk minuta daur
hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron.
Inti entamoeba terdapat di endoplasma yang berbutir-butir.
Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista berukuran
10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan

28

ada inti entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan
bentuk infektif. Jadi, Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan
penyakit (Gracia,Lynne S. 2002).
c). Infeksi
Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan
keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun
pada pH netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif, untuk
kemudian berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik. Stadium ini
kemudian berkembang lebih lanjut menjadi trofozoit di dalam usus besar.
Di rongga usus halus dinding kista dihancurkan, terjadi eksistasi dan
keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk
minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup
di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah,
bentuk histolitika dapat tersebar ke hati, paru dan otak ( L.A,Juni Prianto,
2004 ).
d). Patologi dan Gejala Klinis
Cara kerjanya yaitu sebagai berikut : Bentuk histolitika memasuki
mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim yang dapat
menghancurkan jaringan. Enzim ini yaitu cystein proteinase yang disebut
histolisin. Lalu bentuk histolitika masuk ke submukosa dengan menembus
lapisan muskularis mukosae. Di submukosa ini, bentuk histolitika akan
membuat kerusakan yang lebih besar daripada di mukosa usus. Akibatnya
terjadi luka yang

disebut ulkus amoeba. Bila terdapat infeksi sekunder,

29

maka terjadi peradangan. Proses ini dapat meluas di submukosa bahkan


sampai sepanjang sumbu usus. Bentuk histolitika banyak ditemukan di
dasar dan dinding ulkus. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan
bersama isi ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus
yang sehat atau dikeluarkan bersama tinja. Tinja ini disebut disentri, yaitu
tinja yang bercampur lendir dan darah.
Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) adalah sekum, rektum,
sigmoid. Seluruh kolon dan rektum akan dihinggapi apabila infeksi sudah
berat.
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yaitu :
buang air besar berisi darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera
makan, turun berat badan, demam, dan rasa dingin. Yang adakalanya,
infeksi / peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan dan
menyebabkan suatu bisul seperti amoba. Salah satu dari organ/bagian
badan yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai
hepatic amoebiasis ( Gandahusada S, 2000 )
Bentuk amoebiasis klinis yang biasa dikenal yaitu :
a. Amoebiasis Intestinalis
Sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak
diperut yang samara-samar. Infeksi menahun dapat menimbulkan kolon
yang irritable. Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14
minggu. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan
menurunnya berat badan.

30

b. Amoebiasis Ekstra- Intestinalis


Gejalanya tergantung pada lokasi absesnya. Yang paling sering
dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa
usus melalui aliran system portal. Gejala amoebiasis hati berupa demam
berulang, disertai menggigil, sering ada rasa sakit pada bahu kanan.
Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan
intercostals, dengan demam dan menggigil. Amoebiasis ekstra
intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, kulit, atau tempat
lain dengan tanda-tanda mudah berdarah ( Gandahusada Srisasi, 2000 ).
e). Diagnosa
1). Amoebiasis Kolon Akut
Pada amoebiasis kolon akut biasanya diagnosisklinis ditetapkan
bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya
gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Diagnosis
laboratorium ditegakkan dengan manamukan Entamoeba histolytica
bentuk histolitika dalam tinja.
2). Amoebiasis Kolon Menahun
Amoebiasis kolon menahun biasanya terdapat gejala diare yang
ringan diselingi dengan obstipasi. Diagnosis laboratorium ditegakkan
dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam
tinja. Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulang 3
hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang
diagnosis.

31

3). Amoebiasis Hati


Diagnosis klinis amoebiasis hati yaitu berat badan menurun,
badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran
hati. Pada pemeriksaan radiology biasanya didapatkan peninggian
diafragma. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan
Entamoeba histolytika. Bila amoeba tidak ditemukan, perlu dilakukan
pemeriksaan ulang ( Gandahusada Srisasi, 2000 )
f) Pengobatan
Pengobatan amoebiasis umumnya menggunakan antibiotic :

Mertonidazole
Obat ini efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk kista.
Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah dan pusing. Dosis
untuk orang dewasa adalah 2 gr sehari selama 3 hari berturut-turut.

Emetin hidroklorida
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Toksisitasnya
relative tinggi, terutama pada otot jantung. Dosis untuk orang dewasa
adalah 65 mg sehari, untuk anak-anak di bawah 8 th 10 mg sehari.
Lama pengobatan 4-6 hari berturut-turut. Pada orang tua dan orang
yang ounya sakit berat, pemberian harus dikurangi. Tidak dianjurkan
pada wanita hamil, penderita gangguan ginjal dan jantung.

Klorokuin
Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap
bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan,

32

antara lain mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Dosis untuk orang
dewasa adalah 1 gr sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari
selama 2-3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amoebiasis hati
(Gandahusada Srisasi, 2000).
g) Pencegahan
Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih
secara menyeluruh menggunakan sabun dan air panas setelah mencuci
anus dan sebelum maka. Menghindari berbagai handuk atau kain wajah.
Kebersihan lingkungan antara lain memasak air minum sampai
mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran atau memasaknya sebelum
dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia
untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan,
membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari
lalat ( Gandahusada Srisasi, 2000 ).

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1). Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit
dari sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar
2). Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3). Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

33

4). Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan
pada penderita diare kronik.
5). Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis
adanya inflamasi mukosa atau keganasan.
6). Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya
72 jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak.
7). Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang
ditemukan pada sindrom usus iritabel.

34

Anda mungkin juga menyukai