TINJAUAN PUSTAKA
A. DIARE
1. Definisi
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah
sekitar 1 3 kali dan banyaknya 200 250 gr sehari. Beberapa penderita
mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar
walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman
Sarwono Waspadji,1990).
2. Jenis Diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (
umumnya kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2
minggu sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2
minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang.
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan
dan gangguan metabolisme.
3. Penyebab diare
a. Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu :
1). Faktor infeksi
a). Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella,
Shigella, Yersina,
b. Infeksi Virus : Enterovirus,
c. Infeksi parasit : cacing ( Ascaris, Tricuris, Oxyuris,
Strongiloides),
d. Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lambia,
Thricomonas hominis,
e. Infeksi jamur : Candida albicans.
b). Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti tonsilofaringitis.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak
dibawah
tiga
tahun.
Makanan
dan
miniman
yang
bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama faeces dan dapat
hidup terus karena tahan terhadap segala
4. Patofisiologi diare
Terjadinya diare bisa disebabkan oleh salah satu mekanisme di bawah ini :
1). Diare osmotik:
Substansi hipertonik nonabsorbsi menyebabkan peningkatan tekanan
osmotikintralumen usus sehingga cairan masuk ke dalam lumen.
Diare osmotik terjadi karena:
a) Pasien memakan substansi non absorbsi antara lain laksan
magnesium sulfat atau antasida mengandung magnesium.
b) Pasien mengalami malabsorbsi generalisata sehingga cairan tinggi
konsentrasi seperti glukosa tetap berada di lumen usus.
c) Pasien dengan defek absorbtif, misalnya defisiensi disakaride atau
malasorbsi glukosa-galaktosa.
2). Diare sekretorik:
Peningkatan sekresi cairan elektrolit dari usus secara aktif dan
penurunan absorbsi / diare dengan volume tinja sangat banyak.
a) Malasorbsi asam empedu dan asam lemak:
b) Pada diare ini terjadi pembentukan micelle empedu.
c) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit:
d) Terjadi penghentian mekanisme transport ion aktif pada Na K
ATP-ase di enterosit dan gangguan absorbsi Na dan air.
e) Gangguan motilitas dan waktu transit usus:
f) Hipermotilitas usus tidak sempat di absorbsi diare.
g) Gangguan permeabilitas usus:
10
Penempelan di mukosa.
Invasi mukosa.
c) Protozoa
-
pada
epitel
usus
halus
dan
menyebabkan
11
erjadi
Hipoksia
Asidosis
yang
bertambah
berat
dapat
12
B. PROTOZOA
1. Pengertian Protozoa
Secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa berasal dari bahasa
Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,
Protozoa adalah hewan pertama. Tubuh protozoa amat sederhana, yaitu
terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian, Protozoa
merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan
oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuran tubuhnya
antaran 3-1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti
bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya
tidak menentu. Juga ada memiliki flagel atau bersilia. Protozoa hidup di air
atau tempat yang basah. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni.
Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukaan
tubuh Protozoa dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable,
yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya
mudah
13
Selain itu ada yang bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan
organic dari organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik.
Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak
perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan
bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam
perjalanan evolusinya. Perkembangbiakan amoeba dan bakteri yang biasa
dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang sesuai mereka
mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai
dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti
dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua yang masing-masing
menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma
menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah
sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru
yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.
Pada amoeba bila keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau
panas atau kurang makan, maka amoeba akan membentuk kista. Didalam
kista amoeba dapt membelah menjadi amoeba-amoeba baru yang lebih
kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista
akan pecah dan amoeba-amoeba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya
amoeba ini akan tumbuh setelah sampai pada ukuran tertentu dia akan
membelah diri seperti semula. Selain penyakit ini masih endemis di
hampir semua daerah, juga sering muncul sebagai kejadian luar biasa .
( Andrean SE , Chrsiye SF , Dhedy, 2001 ).
14
15
b) Flagellata ( Mastigophora )
Bergerak dengan falgel ( bulu cambuk ) yang digunakan juga
sebagai alat indera dan alat bant intuk menangkap makanan.
Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1). Fitoflagellata
Flagellata autotrofik ( berkloroplas ), dapat berfotosintesis.
Contohnya : Noctiluca milliaris, Volvox globator, Zooflagellata,
Euglena viridis
2). Flagellata heterotrofik ( tidak berkloroplas ). Contohnya :
Trypanosoma gambiens, Leishmania.
c) Ciliata ( Ciliophora )
Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada
suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari
makanan. Ukuran silia pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel
(nukleus), yaitu makronukleus ( inti besar ) yang mengendalikan funsi
hidup sehari-hari dengan cara mensintesis RNA, juga penting untuk
reproduksi aseksual, dan mikronukleus ( inti kecil ) yang dipertukarkan
pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan
vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air
dalam tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun air tawar.
Contoh Stentor, Paraemecium caudatiun, Didinium, Vorticella,
Balantidium coli.
16
d) Sporozoa
Tidak memiliki alat gerak khusus, mengahasilkan spora
(sporozoid) sebagai cara perkembangbiakannya. Sporozoid memiliki
organel organel kompleks pada salah satu ujung selnya yang
dikhususkan untuk menembus sel dan jaringan inang. Hospes parasit
pada manusia dan hewan.
Contoh : Plasmodium sp.
1. Protozoa yang sering menjadi penyebab diare
a. Entamoeba histolytica
b. Cryptosporium
c. Giardia lamblia
C. AMOEBA
Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda pada filum Protozoa.
Manusia merupakan hospes enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga
usus besar, yaitu :
a. Entamoeba histolytica menyebabkan amoebiasis ( diare amoeba )
b. Entamoeba coli yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
c. Endolimax nana yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
d. Iodomoeba butshii yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
e. Dientamoeba fragilis yamg sifatnya tidak pathogen pada manusia
f. Entamoeba hartmani yang sifatnya tidak pathogen pada manusia
17
1. Tropozoit
-
18
2. Kista
-
2. Bentuk Kista
Bentuk bulat, ukuran antara 15 20 mikron, dinding jelas refraktil
berlapis dua, inti 1 8
19
20
1. Bentuk tropozoit
2. Bentuk kista
21
22
b. Bentuk kista
Berukuran 5 10 mikron.
protozoa
tertelan,
maka
ia
dihancurkan
dalam
lambung
tanpa
23
24
seksual. Bila tidak diobati dengan tepat dapat menjadi sistemis dan
menjalar ke organ-organ lain, khususnya hati .
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia
1-5 tahun . Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista
amoeba . Kista ini memegang peranan dalam penularan penyakit lebih
lanjut bila terbawa ke bahan makanan atau air minum oleh lalat atau
tangan manusia yang tidak bersih. Di negara beriklim tropis banyak
didapatkan strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang.
Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain
amoeba memegang peranan. Di negara yang sudah maju misalnya
Amerika Serikat prevalensi amoebiasis berkisar antara 1-5 %. Di
Indonesia diperkirakan insidensinya cukup tinggi. Penyakit ini cenderung
endemik, jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air
minum yang tercemar .
Prognosis disentri amoeba ditentukan oleh berat ringannya
penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan amoeba
terhadap obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis disentri amoeba
adalah baik terutama yang tanpa komplikasi.
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja.
Penyebab yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya
Shigella flexneri dan Shigella dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica
menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada
balita.
25
D. AMOEBIASIS
Amoebiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun
diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih
dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu
tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu,
penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh
dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli,
penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar (konstipasi) (
T.Declan Wash, 1997 )
Sifat-sifat yang khas pada disentri amoeba adalah :
1. Volume tinja pada setiap kali buang air besar pada disentri amoeba lebih
banyak
2. Bau tinja yang menyengat
3. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak
bercampur dengan tinja ( Soedarto, 1990 )
a.
Entamoeba histolytica
Diuraikan pertama kali oleh Losch, di Rusia ( 1875 ), dari tinja
seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar
manusia. Namun Losch tidak bisa membuktikan adanya hubungan kausal
antara parasit ini dengan kelainan ulkus usus tersebut (Garcia, Lynne S, 2002)
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai
komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan
26
27
28
ada inti entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan
bentuk infektif. Jadi, Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan
penyakit (Gracia,Lynne S. 2002).
c). Infeksi
Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan
keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun
pada pH netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif, untuk
kemudian berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik. Stadium ini
kemudian berkembang lebih lanjut menjadi trofozoit di dalam usus besar.
Di rongga usus halus dinding kista dihancurkan, terjadi eksistasi dan
keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk
minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup
di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah,
bentuk histolitika dapat tersebar ke hati, paru dan otak ( L.A,Juni Prianto,
2004 ).
d). Patologi dan Gejala Klinis
Cara kerjanya yaitu sebagai berikut : Bentuk histolitika memasuki
mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim yang dapat
menghancurkan jaringan. Enzim ini yaitu cystein proteinase yang disebut
histolisin. Lalu bentuk histolitika masuk ke submukosa dengan menembus
lapisan muskularis mukosae. Di submukosa ini, bentuk histolitika akan
membuat kerusakan yang lebih besar daripada di mukosa usus. Akibatnya
terjadi luka yang
29
30
31
Mertonidazole
Obat ini efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk kista.
Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah dan pusing. Dosis
untuk orang dewasa adalah 2 gr sehari selama 3 hari berturut-turut.
Emetin hidroklorida
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Toksisitasnya
relative tinggi, terutama pada otot jantung. Dosis untuk orang dewasa
adalah 65 mg sehari, untuk anak-anak di bawah 8 th 10 mg sehari.
Lama pengobatan 4-6 hari berturut-turut. Pada orang tua dan orang
yang ounya sakit berat, pemberian harus dikurangi. Tidak dianjurkan
pada wanita hamil, penderita gangguan ginjal dan jantung.
Klorokuin
Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap
bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan,
32
antara lain mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Dosis untuk orang
dewasa adalah 1 gr sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari
selama 2-3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amoebiasis hati
(Gandahusada Srisasi, 2000).
g) Pencegahan
Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih
secara menyeluruh menggunakan sabun dan air panas setelah mencuci
anus dan sebelum maka. Menghindari berbagai handuk atau kain wajah.
Kebersihan lingkungan antara lain memasak air minum sampai
mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran atau memasaknya sebelum
dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia
untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan,
membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari
lalat ( Gandahusada Srisasi, 2000 ).
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1). Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit
dari sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar
2). Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
3). Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan
fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
33
4). Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan
pada penderita diare kronik.
5). Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis
adanya inflamasi mukosa atau keganasan.
6). Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya
72 jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak.
7). Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang
ditemukan pada sindrom usus iritabel.
34