Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK SENILIS

Oleh :

DHINI AFRILIA ERVINDA


RENNY WULANDARI
DM Kelompok S
_________________________________
Pembimbing :
dr. Lutfi Zein, Sp.M
dr. Bagas Kumoro, Sp.M
dr. Pinky Endriana Heliasanty, Sp.M

Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Dokter Muda


di SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD dr. Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus

cahaya menjadi keruh. Lensa mata yang normal adalah jernih. Bila terjadi
proses

katarak,

lensa

menjadi

buram

seperti

kaca

susu.

Katarak

menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas. Lensa mata


penderita menjadi keruh dan tak tembus cahaya sehingga caha ya sulit
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. 1
Sebagian besar katarak terjadi akibat adanya perubahan komposisi
kimia

lensa

mata

yang

mengakibatkan

lensa

mata

menjadi

keruh.

Penyebabnya dapat faktor usia, paparan sinar ultra violet dan faktor gizi.2
Gejala gangguan penglihatan penderita katarak tergantung dari letak
kekeruhan lensa mata. Bila katarak terdapat di bagian pinggir lensa, maka
penderita akan merasa adanya gangguan penglihatan. Bila kekeruhan
terdapat pada bagian tengah lensa, maka tajam penglihatan akan terganggu.
Gejala awal biasanya ditandai adanya penglihatan ganda, peka atau silau
terhadap cahaya sehingga mata hanya merasa nyaman bila melihat pada
malam hari. Dan biasanya mata mengalami perubahan tajam penglihatan
sehingga sering mengganti ukuran kaca mata.2
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan dengan prevalensi lebih
dari separuh prevalensi penyebab kebutaan. Penyakit ini menjadi fokus
perhatian karena jumlah kasusnya yang banyak, akan tetapi dapat segera
diatasi dengan hasil yang memuaskan yaitu dengan operasi. Menurut data
WHO tahun 1990, ditemukan sebanyak 40 juta kasus orang buta diseluruh
dunia, yang lebih dari separuhnya disebabkan oleh katarak. Di Indonesia
sendiri terdapat 0,76 % dari seluruh jumlah penduduk (atau sekitar 1.900.000
jiwa) menderita buta katarak.3

Katarak senilis merupakan salah satu jenis katarak yang paling lazim
dijumpai.Penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit degeneratif (age
related dissease) yang bersifat progresif dan dapat berakhir dengan hilangnya
fungsi penglihatan yang akan memberikan dampak medik, sosial dan ekonomi
Adanya berbagai macam usaha peningkatan kualitas kesehatan, menjadikan
usia harapan hidup menjadi makin panjang. Dengan meningkat nya jumlah
manula

ditahun-tahun

mendatang

akan

memungkinkan

peningkatan

prevalensi penyakit ini. Dengan demikian penanganan penyakit katarak akan


semakin memerlukan perhatian yang serius dari aspek medis.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ANATOMI LENSA
Pembentukan pertama kali dari lensa dapat dilihat pada embrio 4 mm,

yaitu berupa suatu penebalan dari surface ectoderm yang disebut lens plate.
Pada embrio 5 mm bagian sentral dari lens plate mengadakan depresi yang
disebut dengan lens pits. Sementara itu optic vesicle juga mengadakan
invaginasi dan membentuk optic cup. Invaginasi lens vesicle makin lama
makin dalam, sehingga terbentuk suatu lens vesicle yang dihubungkan
dengan surface ectoderm oleh suatu stalk. Stalk ini mengadakan kontraksi
sehingga lumennya menghilang, dan pada embrio 9 mm lens vesicle lepas
dari

surface

ectoderm, segera

jaringan

mesoderm mengisi

ruangan

diantaranya. Mulai stadium ini sel-sel lens vesicle bagian sentral mengadakan
diferensiasi, memperpanjang diri ke arah anterior dan mengisi ruangan
vesicle.
Kapsul lensa mulai terbentuk pada akhir minggu ke-5 (embrio 15 mm)
yang mungkin berasal dari suatu sekresi lens epitel dan lens fiber. Jadi sejak
embrio 13 mm protein lensa sudah terpisah dari protein tubuh lainnya dan
merupakan satu-satunya protein asing yang terdapat dalam tubuh, karena
sejak itu protein tubuh lainnya tidak mempunyai kesempatan untuk
mengenalinya. Maka bila waktu dewasa terjadi ruda paksa disertai robeknya
kapsul lensa ke dalam bilik mata depan (karena protein ini merupaka n benda
asing), maka akan timbul dua kemungkinan yaitu: tidak timbul reaksi apa-apa
atau akan timbul reaksi alergi sehingga terjadi lens induced uveitis.
Lensa adalah jaringan di dalam bola mata yang memiliki kekuatan
refraksi sekitar +20 D. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks yang
terletak di dalam bilik mata belakang, avaskular, tidak berwarna dan hampir

bening sempurna, dengan ukuran tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa di


dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi
akomodasi. Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa
di dalam kapsul lensa. Di bagian depan terdapat epitel subkapsul di bagian
belakang kapsul tidak memiliki epitel. Epitel lensa akan membentuk serat
lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di
bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa
merupakan serat lensa yang paling dini dibentuk atau serat lensa yang tertua
di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional,
fetal, dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih
muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah
depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya
korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding
korteks lensa yeng lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula
Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
-

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam


akomodasi untuk menjadi cembung.

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.

Terletak di tempatnya.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:


-

Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia.

Keruh atau apa yang disebut sebagai katarak.

Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah


besar dan berat.

2.2

BATASAN KATARAK
Katarak berasal daru Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin

Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan
dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan
penuaan.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata menjadi keruh akibat
dari berbagai macam penyebab.4 Kekeruhan pada lensa mata yang semula
jernih. Adanya kekeruhan tersebut menyebabkan gangguan terhadap jalannya
sinar kedalam mata sehingga timbul beberapa keluhan. Keluhan yang paling
ringan adalah seperti ada lalat atau bintik hitam yang beterbangan didepan
mata, selanjutnya akan menjadi seperti awan atau asap dan akhirnya akan
menjadi tidak dapat melihat sama sekali. Keluhan keluhan tersebut diatas
berhubungan dengan bertambahnya kekeruhan pada lensa mata.5

Gambar Mata Katarak5

Salah pengertian tentang katarak pada masyarakat awam:

Katarak bukan selaput yang menutupi mata


Katarak bukan terjadi karena penggunaan mata secara berlebihan
Katarak bukan suatu kanker
Katarak tidak menular
Katarak tidak menyebabkan kebutaan permanent

2.3

EPIDEMIOLOGI
Menurut survey morbiditas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan

pada tahun 1996-1997 pada 7 propinsi tentang kebutaan, didapatkan bahwa


angka kebutaan yang terjadi di Indonesia adalah 1,47 %. Sedangkan dari
angka kebutaan tersebut diketahui bahwa 90 % dari angka kebutaan tersebut
adalah kebutaan yang disebabkan oleh penyakit katarak.6 Penyebab kebutaan
3 terbesar adalah : katarak (1,02%), glaukoma (0,16 %), kelainan refraksi
(0,11 %) Secara lengkap hasil survey tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Prevalensi Penyebab Kebutaan pada 2 Mata
(7 propinsi th.1996-1997)
1.

Kelainan lensa /katarak

1.02 %

2.

Glaukoma /n II

0.16 %

3.

Kelainan refraksi

0.11 %

4.

Retina

0.09 %

5.

Kornea

0.06 %

6.

Lain-lain

0.03%
6

Sumber : Departemen Kesehatan RI

2.4

PATOGENESIS TERJADINYA KATARAK

6,10

Mekanisme terjadinya katarak dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor


sebagai berikut: oksidasi, kadar gula darah tinggi, sinar ultraviolet, derajat
kesehatan dan faktor-faktor resiko.
1. Oksidasi
Proses oksidasi merupakan mekanisme utama untuk terjadinya ikatanikatan protein lensa yang akan membentuk suatu agregasi protein
dengan berat molekul yang tinggi. Agregasi protein ini terutama
terbentuk pada rantai sulfida. Selanjutnya sistein dengan paparan sinar
ultraviolet akan menghasilkan produk degradasi lantoin.
Pada usia lanjut histidinolalanin akan memadatkan jaringan ikat pada
lensa sehingga nukleus menjadi keras.
2. Kadar gula darah tinggi
Kadar gula darah yang tinggi berakibat meningkatnya galaktosa,
xylosa, dan glukosa yang dapat mencetuskan timbulnya katarak.
Gangguan metabolisme glukosa menimbulkan perubahan tekanan
osmotik yang toksik untuk fibril-fibril lensa.
Bila

terjadi

galaktosemia

galaktoepimerase

dan

maka

akan

galaktokinase

timbul

yang

defisiensi

akan

enzim

menyebabkan

timbulnya galaktiol, suatu produk efek samping dalam polyol pathway.


Galaktiol tidak dapat menembus kapsula lentis sehingga terjadi
perubahan tekanan osmotik di dalam lensa yang berakibat terjadinya
katarak.
Kataraktogenik pada xylose maupun glukosa lebih kurang sama
dengan terbentuknya galaktitol melalui osmo tic stress.

Pada

penderita diabetes, kadar glukosa yang meningkat dengan enzim


aldose reductase akan membentuk glukosa alkohol sorbitol atau
biasa disebu sorbitol. Sorbitol ini tidak dapat menembus kapsula lentis,

akumulasi sorbitol akan menimbulkan stres osmoik pada epitel dan


fibril.

Diagram metabolisme glukosa di dalam lensa dalam keadaan normal

Hexokinase
Glukosa

Glukosa 6P

Laktat

CO2 + Pentosa P

Diagram reaksi sampingan yang terjadi dalam keadaan peningkatan kadar


gula di sekitar lensa

Glukosa
Aldose reduktase

NADPH
NADP

Sorbitol
Polyoldehidrogenase

Fruktosa

Pada penderita diabetes melitus kadar gula darah dan lamanya


mengidap

penyakit

biasanya

berakibat

terjadinya

katarak

sub

kapsularis posterior.
3. Sinar ultraviolet
Pemaparan

lensa

mata

dengan

sinar

matahari

yang

banyak

mengandung unsur sinar ultraviolet dapat menimbulkan gangguan


struktur protein lensa. Ultraviolet diserap oleh nukleus dan terjadi

fotodegradasi dari triptofan yang dapat mengakibatkan terjadinya


perubahan ikatan fibril-fibril lensa.
4. Derajat kesehatan dan faktor-faktor resiko
Faktor resiko yang merupakan kataraktogenik meliputi penggunaan
obat-obatan anti hipertensi, tranquilizer, dan penyakit jantung koroner.
Sudah lama diketahui bahwa penggunaan kortikosteroid jangka
panjang dapat merangsang timbulnya katarak. Kebiasaan-kebiasaan
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh seperti perokok berat atau
kebiasaan minum minuman yang mengandung alkohol juga dapat
memicu untuk terjadinya katarak. Hal ini disebabkan oleh karena
peningkatan absorbsi cadmium pada lensa.

2.5

PEMBAGIAN STADIUM KATARAK SENILIS 3,9,10


Pembagian katarak senilis pada dasarnya adalah berdasarkan pada

tebal dan tipisnya kekeruhan lensa yang terjadi. Adapun pembagiannya


secara lengkap adalah:
1. Katarak insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa yang tampak terutama pada bagian
perifer korteks yang berupa garis-garis yang melebar dan makin ke
sentral menyerupai jeruji sebuah sepeda.
Pada stadium ini umumnya belum memberikan keluhan terhadap tajam
penglihatan dan masih dapat dikoreksi hingga mencapai visus 6/6.
2. Katarak immatur atau katarak intumessen
Kekeruhan terutama di bagian posterior nukleus dan belum mengenai
seluruh lapisan lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa
menyerap

cairan,

menyebabkan
menimbulkan

yang

bilik

dapat

mata

glaukoma

mendorong

depan

sekunder

menjadi
yang

iris

kedepan

dangkal

lazim

dan

disebut

yang
dapat

sebagai

Glaukoma Fakomorfik.

Lensa yang menjadi lebih cembung akan meningkatkan daya bias


sehingga kelainan refraksi menjadi lebih miopa (artifical myopia). Pada
stadium

ini,

pasien

mulai

mengeluh

terjadi

penurunan

tajam

penglihatan.
Pada stadium ini katarak juga masih dapat dibagi berdasarkan letak
kekeruhan lensanya yaitu :
Kortikal katarak
Subkapsular katarak posterior
Sentral nuclear katarak
Punctata katarak
Dan masih banyak lagi
Namun pembagian berdasarkan lokasi kekeruhan ini tidak terlalu
banyak memiliki nilai klinis, terutama dalam hal terapi yang diperlukan.

Gambar Katarak Imatur

3. Katarak matur
Kekeruhan yang terjadi telah mengenai seluruh bagin lensa,

yang

menyebabkan lensa berubah menjadi warna putih keabu-abuan.


Pada stadium ini tajam penglihatan sangat menurun, sehingga pasien
hanya dapat melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya.

10

Gambar Katarak Matur

4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur terlewati tanpa adanya terapi yang sesuai, maka
akan terjadi pencairan korteks yang dapat menyebabkan

nukleus

tenggelam kebawah (katarak Morgagni) atau lensa akan terus


kehilangan cairan dan menjadi keriput (Shrunken Cataract).
2.6

GEJALA DAN TANDA PADA KATARAK SENILIS


Secara klinis gejala katarak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu secara

subyektif dan obyektif. Adapun gejala katarak secara subyektif antara lain
adalah :
1. Gejala paling awal yang dapat muncul adalah rasa silau atau intoleransi
terhadap sinar terang.8
2. Penderita pada stadium immature dapat mengeluh melihat dobel atau
lebih (diplopia/poliplia) yang diakibatkan oleh refraksi ireguler akibat
kekeruhan lensa yang belum menyeluruh.11
3. Tajam pengelihatan menurun, makin tebal kekeruhan lensa maka tajam
pengelihatan makin mundur. Demikian pula bila kekeruhan terletak di

11

sentral dari lensa, penderita akan merasa lebih kabur dibandingkan


kekeruhan yang letaknya di perifer.9
4. Penderita lebih merasa enak membaca dekat tanpa kacamata sepertri
biasanya karena miopisasi.9
5. Kekeruhan di sub kapsular posterior menyebabkan penderita mengeluh
silau dan penurunan penglihatan pada keadaan terang.9
Adapun gejala objektif yang dapat ditemukan pada penyakit katarak adalah:9
1. Leukokorea: pupil berwarna putih pada katarak matur
2. Tes iris shadow (bayangan iris pada lensa) : yang positif pada katarak
immmatur dan negative pada katarak matur
3. Reflek fundus yang berwarna jingga akan menjadi gelap (reflek fundus
negatif) pada katarak matur
2.7

PEMERIKSAAN
Katarak pada stadium perkembangannya dapat diketahui melalui pupil

yang

dilatasi

maksimum dengan oftalmoskop, kaca

pembesar, atau

pemeriksaan sinar celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata, bila
mungkin tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan
lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat
penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum. Derajat
klinis pembentukan katarak dengan menganggap bahwa tidak terdapat
penyulit lain, dinilai terutama dengan:
1. Uji ketajaman penglihatan (optotic snellen), karena secara umum
penurunan ketajaman penglihatan berhubungan langsung dengan
kepadatan katarak.
2. Lampu senter : menilai refleks pupil terhadap cahaya. Taampak
kekeruhan pada lensa terutama bila pupil dilebarkan, berwarna putih
keabu-abuan yang harus dibedakan dengan refleks senil. Diperiksa

12

juga proyeksi iluminasi dari segala arah untuk mengetahui fungsi retina
secara garis besar.
3. Oftalmoskop : untuk mengevaluasi refleks fundus. Fundus okuli
menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya
kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang.
4. Slit lamp biomikroskopi : dengan alat ini dapat dievaluasi luas, tebal
dan lokalisasi kekeruhan lensa.
5. Tonometri : merupakan standar pemeriksaan tekanan cairan intraokuler
untuk mendeteksi kemungkinan adanya tanda-tanda glaukoma.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan
sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding
dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia
tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin
penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan
pembedahan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan.
Sebaiknya pada katarak kortikal posterior yang kecil akan mengakibatkan
penurunan tajam penglihatan yang sangat berat pada penerangan yang
sedang ataupun keras akan tetapi bila pasien berada di tempat gelap maka
tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuannya.
Pengobatan

katarak

adalah

tindakan

pembedahan.

Setelah

pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa
tanam intraokular.
2.8

KOMPLIKASI 3
Dengan kemajuan teknologi, saat ini beberapa jam setelah operasi

penderita sudah boleh pulang. Untuk itu dapat dibedakan komplikasi yang
terdiri dari jangka pendek maupun jangka panjang berdasarkan waktunya.
Komplikasi jangka pendek terdiri dari:
1. Prolapsus iris, diatasi dengan eksisi, insisi, dan dijahit kembali.

13

2. Hifema, bila volumenya besar diperlukan evakuasi untuk mencegah


terjadinya penyulit glaukoma.
3. Striae keratopati pada endotel kornea, akan membaik dalam beberapa
hari dan bila berat memerlukan keratoplasti.
4. Luka jahitan yang tidak menutup sempurna. Bila lebar diperlukan
penjahitan ulang.
5. Blok pupil yang ditandai dengan iris bombans dan bilik mata depan
cembung atau dangkal.
6. Uveitis anterior sampai endoftalmitis. Dalam waktu 24 48 jam pertama
terdapat nyeri, merah, kehilangan penglihatan, edema kelopak mata,
kemosis, flare, sinekia posterior, eksudat atau hipopion di bilik mata
depan.
Komplikasi jangka panjang terdiri dari:
1. Cystoid Macular Edema (CME)
2. Posterior Capsular Oppacity (PCO)
3. Ablasio retina
4. Flitering blep
5. Vitreus touch syndrome
6. Sunset syndrome
2.9

MANAGEMEN TERAPI
Untuk pemulihan visus, satu-satunya cara untuk penanganan katarak

adalah operasi, obat-obatan yang beredar di pasaran saat ini hanya bertujuan
memperlambat penebalan katarak.6
Obat - obat katarak berupa obat tetes mata, vitamin atau anti oksidan
hanya menghambat proses bertambah matangnya katarak, tetapi tidak dapat
mengurangi atau menghilangkan katarak. Operasi katarak dilakukan jika
penglihatan sudah mengganggu pasien, tidak harus menunggu sampai
katarak matang. Katarak tidak dapat diatasi dengan laser, akan tetapi harus

14

dengan pembedahan untuk mengeluarkan lensa yang keruh tersebut,


kemudian diganti dengan lensa tanam buatan.7
Indikasi operasi pada bedah katarak dibagi menjadi 5 yaitu:5
a) Indikasi optik
Apabila kemunduran tajam penglihatan dirasakan oleh penderita
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari, misalnya: pilot, pelukis,
operator komputer, dll
b) Indikasi pencegahan komplikasi, misalnya pada kasus penyakit
glaukoma dan uveitis.
c) Indikasi kosmetik (jarang)
d) Indikasi pengobatan dan diagnosis
Untuk melihat kelainan pada fundus okuli dimana diperlukan media
optik yang jernih.
e) Indikasi sosial
Operasi Katarak
Dikenal 3 macam operasi katarak:
1.

Operasi katarak intra kapsuler (ICCE)


Katarak secara keseluruhan termasuk kapsul lensa dikeluarkan secara

utuh. Untuk keperluan ini digunakan cara Cryo (alat pendingin), atau pinset
lensa yang ditempelkan pada lensa kemudian ditarik keluar perlahan-lahan.
Hanya digunakan pada katarak matur atau luksasio lentis. Cara ini sudah
banyak ditinggalkan karena banyaknya komplikasi termasuk vitreous prolaps.
Di samping pasien masih harus memakai kacamata afakia yang tebal.
2.

Operasi katarak ekstra kapsuler (ECCE)


Kapsul anterior dirobek sebelumnya, kemudian nukleus serta sisa

massa lensa dibersihkan, sedang kapsul posterior dibiarkan pada tempatnya.


Tehnik ini bisa dikerjakan pada semua stadium katarak, kecuali pada luksasio

15

lentis. Memungkinkan diberi lensa tanam / IOL untuk pemuli han visus.
Komplikasi lebih jarang timbul durante operasi dibanding ICCE.

Gambar Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular

3.

Phaco emulsification (PE)


Tehnik operasi tidak berbeda jauh dengan ECCE, tetapi nukleus lensa

diambil dengan alat khusus (emulsifier). Dibanding ECCE, maka irisan luka
operasi lebih kecil sehingga setelah diberi IOL rehabilitasi visus lebih cepat di
samping penyulit pasca bedah lebih sedikit ditemukan.

16

Gambar Alat Fakoemulsifik asi

Rehabilitasi

visus

pasca

ekstraksi

katarak

bisa

menggunakan

kacamata afakia, lensa kontak ataupun dengan intra okular lens (IOL) / lensa
tanam.
Tabel 2.1 Perbandingan pemakaian lensa koreksi setelah operasi
katarak
Perbedaan

IOL

Lensa kontak

Kacamata

Lapang pandang

Penuh

Penuh

Terbatas

Pembesaran benda

Normal

7-10%

25-30%

Benda melengkung

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Saat operasi

Saat kerja

Saat kerja

(-)

Harus bersih

Berat

Kerja berdebu

Dapat

Tidak dapat

Tidak dapat

Pasien tremor

Dapat

Tidak dapat

Sukar

Rehabilitasi visus

Segera

2-3 bulan

2-3 bulan

Penampilan wajah

Tidak berubah

Biasa

Kacamata tebal

Pemakaian 24jam/hari
Dipasang
Penyulit Pemakaian

17

2.10

PROGNOSIS
Prognosis paska operasi sangat ditentukan oleh 3 faktor, yaitu: fungsi

dan anatomis segmen belakang mata, penyakit-penyakit sistemik yang


menyertai, dan problema durante operasi.
Fungsi ditentukan oleh tanjam penglihatan yang masih tersisa dan
proyeksi cahaya, sedangkan anatomis segmen belakang bola mata ditentukan
oleh funduskopi dan USG. Penyakit sistemik yang menyertai pada paska
operasi katarak adalah diabetes melitus dan hipertensi. Kedua penyakit
tersebut merupakan penyakit sistemik terbesar yang menyebabkan gangguan
fungsi retina berupa retinopati diabetik dan oklusi pembuluh darah retina.
Kedua faktor yang telah dijelaskan diatas bisa diduga dalam menentukan hasil
operasinya sedangkan faktor terakhir yakni problema durante operasi sangat
dipengaruhi ketenangan operator dan penderita. Oleh karena itu untuk
menjamin lancarnya operasi katarak yang dilakukan dengan pembiusan lokal
sangat memerlukan pramedikasi yang baik, anestesi lokal yang akurat, dan
keadaan penderita yang prima.6

18

BAB III
KESIMPULAN

1.

Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih da n tembus


cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas.

Lensa mata penderita menjadi keruh dan tak

tembus cahaya sehingga cahaya sulit mencapai retina dan akan


menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
2.

Mekanisme terjadinya katarak senilis dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor


sebagai berikut: oksidasi, kadar gula darah tinggi, sinar ultraviolet,
derajat kesehatan dan faktor-faktor resiko.

3.

Pembagian katarak senilis pada dasarnya

adalah berdasarkan pada

tebal dan tipisnya kekeruhan lensa yang terjadi. Terdiri dari 4 stadium
yaitu: stadium insipien, stadium imatur, stadium matur, dan stadium
hipermatur.
4.

Gejala katarak meliputi: penurunan ketajaman penglihatan tanpa rasa


nyeri, silau, ukuran kacamata menjadi sering berubah, perlu cahaya
terang untuk membaca, semakin rabun pada senja hari, melihat ganda
dengan satu mata, dan melihat bercak pada lapang pandang satu mata .

5.

Untuk pemulihan visus, satu-satunya cara untuk penanganan katarak


adalah operasi, obat-obatan yang beredar di pasaran saat ini hanya
bertujuan memperlambat penebalan katarak.

19

DAFTAR PUSTAKA
1

Anonymous. Available from: www.infomedika.com: Katarak, Jakarta


Eye Center, Thursday, 5 June 2004

Anonymous. Available from: www.detik.com: Advertorial Katarak,


Kekeruhan Lensa Mata, detikHealth - Jakarta, Kontributor: RS
Internasional Bintaro, 2004.

Refa, Safarudin, dr. 1996. Simposium Kiat Mencegah dan


Menanggulangi Kebutaan. Malang; RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang

Anonymous.
Available
http://www.klinikmatanusantara.com/katarak.htp

Anonymous. Available from: http://www.hnerviadi.wordpress.com/

Soewono, Wisnujono. 1999. Patogenesis dan Peranan Obat-obatan


pada Katarak. Surabaya: Lab/SMF Ilmu Penyakit Mata-RSUD dr.
Soetomo Surabaya

Anonymous. Available from: http://www.bandung-eye-center.com/


tips.php?id=11

Ilyas, Sidarta. 200. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan keempat. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI.

Tim Dokter Mata RSU dr. Soetomo. 2006. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Mata. Surabaya: RSU dr. Soetomo/FK Unair

10

Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum. Edisi 14, Alih


Bahasa Tambajong J, Pendit UB. Jakarta: Widya Medika, 2000:

11

Anonymous. Available from: http://www.rsisultanagung.co.id/


detailartikel.php?id=1

12

Anonymous.
Available
from:
http://www.surgeryencyclopedia.com/extra-capsular-catarractextraction.html

13

Anonymous. Available from: http://icarelasikcenter.com/katarak.php

from:

20

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................................1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3

BAB III

2.1

Anatomi Lensa ...............................................................................3

2.2

Batasan Katarak.............................................................................5

2.3

Epidemiologi ...................................................................................6

2.4

Patogenesis Terjadinya Katarak .................................................7

2.5

Pembagian Stadium Katarak .......................................................9

2.6

Gejala dan Tanda ....................................................................... 11

2.7

Komplikasi .................................................................................... 13

2.8

Managemen Terapi .................................................................... 14

2.9

Prognosis ..................................................................................... 18

KESIMPULAN ........................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

21

Anda mungkin juga menyukai