Anda di halaman 1dari 21

RIWAYAT HIDUP RINGKAS TUANKU TAMBUSAI

TUANKU TAMBUSAI namanya banyak yang sekaligus bercerita mengenai hidup dan
kehidupannya.
1. Hamonangan atau si Monang panggilan sehari-hari di Batangonang.
2. Si Kosim panggilan sehari-hari di Daludalu sewaktu menjadi kernet penjaga kuda
Pedagang Garam.
3. Abu Qasim namanya yang dikenali sewaktu menjadi murid diparpondokan
(pesantren) Maulana Syekh Abdullah Halim dan Syekh Muhammad Saleh Tembusai.
4. Fakih Muhammad gelar yang diberikan kedua Syekh tersebut setelah dia
menyelesaikan pelajaran dari mereka.
5. Tuanku Tambusai gelar yang diberikan Gerakan Wahabi (Padri) sebagai Panglima
Padri untuk mengislamkan Tanah Batak bagian Timur. Yang dimulai dari Bentengnya
di Tambusai (Daludalu).
6. Datuk Sutan Bagindo Ilang. Na Ilang-ilang tarida. Ilang di Lumban Bata Ditoru tarida
di Lumban Bata Diginjang. Ilang di Lumban Bata Diginjang tarida di Lumban Bata
Ditoru. Na sumolom laut Jabarulla. Lumban Bata Diginjang maksudnya di atas
Khatulistiwa seperti negeri Arab, Turki dan Eropa. Laut Jabarulla maksudnya Selat
Gibraltar. Kepergiannya ke Inggiris untuk mengikat perjanjian itu secara rahasia.
Itulah sebabnya disebut na sumolom atau yang menyelam dia ke Inggiris itu.
7. Datuk Tuongku Aji Malim Leman namanya dalam turi-turian (folklore - cerita rakyat)
yang sudah tersebar luas di Tapanuli Selatan.
8. Dolidoli Manjalak Dongan Guru na Baun Margondang Dua Saraban. Maksudnya
seorang yang selalu mencari kawan dia orang Batak yang pandai membawakan irama
Batak dan Minangkabau. Tidak canggung.
9. Syekh Abdul Wahab Tuan Guru Babussalam (Besilam). Nama Tuanku Tambusai
selama bersembunyi di bawah ketiak Belanda di Langkat. Sejarah hidupnya dimulai
dari Daressalam (Daludalu) dan berakhir di Babussalam (Besilam).
10. Nama Tuanku Tambusai dikenali setelah meninggal ialah:
Syekh Abdul Wahab Rokan Alkhalidi Naqsyabandi. Guru dari Guru aliran Naqsyabandi.
Aliran Naqsyabandi tidak pernah absen dalam menentang penjajahan begitupun dalam
Perang Kemerdekaan Indonesia. Ulama Besar sebagian orang menganggap beliau seorang
Aulia. Karena mendapat kelebihan dari Tuhan. Umur yang panjang 140 tahun, orang yang
mengislamkan masyarakat dari Rokan sampai ke Asahan dan diberi kurnia untuk mengisi
keislaman masyarakat yang diislamkannya. Seorang yang menguasai ilmu gaib; Sastrawan
dan Pujangga Ulung; Imam; Peramal. Seorang Pejuang yang tidak mau menyerah kepada

Penjajah. Hatinya lembut seperti sutra, tetapi kekerasan hatinya dan semangatnya lebih keras
dari baja. Itulah Tuanku Tambusai Pahlawan di mata manusia dan Tuhan.

Sebuah episod perang Padri. Askar Belanda dan Padri berjuang pada tahun 1831.

PENJELASAN RINGKAS MENGENAI IDENTITAS TUANKU TAMBUSAI


1.

NAMA

Nama dari Tuanku Tambusai dari data-data Sutan Martua Raja yang terdapat dalam buku
TUANKU RAO karangan Ir. Onggang Parlindungan adalah Momonangan Harahap.
Di Batangonang sewaktu beliau masih kecil dipanggil si Monang. Di Daludalu kecamatan
Tembusai beliau dipanggil si Kosim.
Dari penjelasan Pak Bahrum adik Mr. Amir Syarifuddin mantan Perdana Menteri Republik
Indonesia, nama-nama keturunan mereka selalu terdiri dari dua kata. Jadi nama Tuanku
Tambusai sewaktu kecil adalah KOSIM HAMONANGAN HARAHAP.
Setelah Kosim Hamonangan menamatkan pelajaran agama dari Tuan Syekh Tembusai dia
mendapat gelar Fakih Muhammad. Fakih adalah gelar yang diberikan kepada orang yang ahli

dalam ilmu Syaraf. Sebutlah sarjana bidang Hukum Syariat Islam.


Dalam cerita turi-turian yang disebar luaskan Tuanku Tambusai untuk membakar semangat
rakyat supaya tetap anti kepada penjajahan nama beliau disebut Datuk Tuangku Aji Malim
Leman.
Datuk nama yang biasa di daerah Minangkabau. Seakan memberitahu beliau banyak
tersangkut dengan masyarakat Minangkabau. Tuanku dalam bahasa dan kebiasaan Batak
disebut Tuongku. Seakan bercerita bahwa beliau bangga akan jabatan dan pangkatnya dalam
pasukan Padri dengan pangkat jendral Padri tersebut. Aji nama kehormatan kepada orang
yang memiliki ilmu gaib dan mistik.
Malim sebutan kepada orang yang taat melaksanakan agama Islam. Si Leman nama lelaki di
Tapanuli Selatan berasal dari nama Nabi Sulaiman. Seorang Nabi yang bisa berhubungan
dengan makluk halus dan Jin.
Beliau juga dalam turi-turian itu menyebut namanya sewaktu muda Datuk Baginda Ilang, na
ilang-ilang tarida. Na pulang balik tu Moka Madina na manyolom laut Jabarulla.
Begitulah Tuanku Tambusai bercerita mengenai kehidupan dan domisilinya yang tidak tetap.
Hilang dari tempat satu muncul di tempat lain. Bahkan entah berapa kali mengunjungi Mekah
dan Medina.
Tuanku Tambusai pernah belajar ilmu perang pada Tentera Turki di Arabia terutama bidang
perbentengan (Fortification Technics). Pernah menjadi Duta Khusus Gerakan Wahabi untuk
Saudi Arabia. Menggantikan Tuanku Tinaro yang meninggal di Arabia. Tuanku Tambusai
berada di sana tahun 1818 - 1821. Dalam tahun ini juga Tuanku Tambusai berbulan-bulan
mengikuti Raja Faisal bergerilya di Gurun Nesyed Hadramaut melawan kekuasaan Turki di
Negeri Arab. Na Sumolom Laut Jabarullah atau menyelam Laut Gibraltar maksudnya Tuanku
Tambusai pernah juga ke Eropah menyeberangi Selat Jibraltar. Mungkin ke Inggiris secara
rahasia kepergiannya itu.
Di dalam negeri juga Tuanku Tambusai selalu berpindah-pindah sewaktu bergerilya melawan
Penjajah Belanda untuk menghilangkan jejak. Kuburan Tuanku Tambusai yang palsu ada 6
tempat yang diketahui. Demikian Tuanku Tambusai memilih namanya Datuk Baginda Ilang
yang dapat bercerita panjang tentang kehidupan dan perjalanannya.
Dalam buku Riwayat Hidup Syekh Abd. Wahab pendiri pesantren Babussalam (Besilam)
yang dikarang Fuad Said disebut nama kecil Tuan Guru Syekh Abd. Wahab adalah Abu
Qasim. Sedang menurut penyelidikan Penulis (Ir. L.P. Hasibuan) Tuan Guru tersebut adalah
Tuanku Tambusai yang bersembunyi di bawah ketiak Penjajah Belanda selama ini.
Penjelasan dan bukti-bukti Tuan Guru Syekh Wahab adalah Tuanku Tambusai dapat
dilihat pada buku yang berjudul: "Menapak Jejak Tuanku Tambusai" dan buku berjudul:
"Menyingkap Riwayat Hidup Tuan Guru Syekh Abd. Wahab", karangan Ir. L.P. Hasibuan.
Tuanku Tambusai adalah nama yang diberikan Gerakan Wahabi kepadanya. Tuanku
maksudnya pimpinan Padri (Jendral) di dalam kemiliteran. Sedang Tambusai adalah nama
daerah di Riau sebesar kecamatan. Daludalu adalah ibukota Kecamatan Tembusai. Karena
dari Daludalu inilah titik tolak Tuanku Tambusai dalam mengislamlkan daerah bagian timur
Tapanuli.

Benteng Daludalu itu oleh Tuanku Tambusai disebut Benteng Daressalam (pintu
keselamatan).
Ompu Baleo adalah nama Tuanku Tambusai setelah beliau melepaskan semua yang berbau
Minangkabau, dan selanjutnya berjuang melawan Belanda menurut versi orang Batak di
Daerah Batak.
Sebagai kesimpulan nama beliau dapatlah disebut:
KOSIM HAMONANGAN alias FAKIH MUHAMMAD alias TUANKU TAMBUSAI alias
OMPU BALEO alias SHAKH ABD. WAHAB ROKAN ALKHALIDI
NAQSYABANDI, bermarga HARAHAP.

Strait of Gibraltar

2. TEMPAT / KAMPUNG KELAHIRAN


Dari Buku Tuanku Rao
Dari data-data Sutan Martua Raja (SMR) yang terdapat pada buku Tuanku Rao jelas disebut,
bahwa Tuanku Tambusai berasal dari Batangonang. Umur 10 tahun dia telah menjadi anak
yatim piatu. Hatinya yang kuat untuk menuntut ilmu agama Islam dia mengikutkan
rombongan kuda kuli pedagang garam ke Daludalu. Batangonang kebetulan merupakan
daerah lintas mereka dari Siabu - Damar Nagodang ke Daludalu. Pedagang Garam ini selalu
bermalam di Batangonang sebelum melanjutkan perjalanan. Dari Pedagang Garam inilah
ayah Tuanku Tambusai memperoleh kabar bahwa di Tambusai ada dua orang Tuan Syekh
yang dalam pengetahuannya dibidang agama. Tetapi belum sempat ayahnya mengantar dia ke
Tembusai ayahnya sudah meninggal. Itulah sebabnya dia mengikutkan rombongan pedagang
itu supaya bisa meneruskan cita-cita ayahnya.
Guna mengumpulkan belanja selama bersekolah nantinya, untuk beberapa tahun dia menjadi

kernet Pedagang-Pedagang tersebut di Daludalu. Sewaktu Pedagang itu istirahat ataupun


berbelanja di pasar dialah yang memberi makan dan memandikan kuda-kuda Pedagang itu.
Daludalu pada waktu itu merupakan persimpangan lintas Pedagang Garam. Dari pantai
dibawa barang-barang dari luar negeri, sedang dari pedalaman dibawa hasil bumi. Mereka
disebut Pedagang Garam karena mereka selalu membawa garam ke pedalaman disamping
dagangan lainnya.

Gambar Hiasan: Tuanku Tambusai rajin melaksanakan tugasnya sebagai kernet

Tuanku Tambusai rajin melaksanakan tugasnya sebagai kernet itu sehingga PedagangPedagang itu senang kepadanya. Bukan saja dia dapat mengumpulkan uang untuk belanja
mengaji, tetapi juga dia menguasai sifat-sifat kuda yang dijaganya.
Pengetahuannya mengenai sifat-sifat kuda ini ternyata dapat mengangkat namanya di dalam
pasukan Padri yang menitik beratkan kepada Cavalrist/Pasukan Berkuda.
Setelah dia menamatkan pelajaran agama dari kedua Tuan Syekh di Tembusai, dia mendapat
gelar Fakih Muhammad.
Umur yang masih muda dan haus akan memperdalam agama dia pergi ke Kamang masuk ke
Pesantren Tuanku Nan Renceh. Demikian advis dari Pedagang Garam dari Minangkabau,
bahwa di Pesantren Tuanku Nan Renceh diajarkan pengetahuan Islam yang baru dari Mazhab
Hambali.
Pada saat itu Tuanku Nan Renceh (Gerakan Wahabi) hendak mengislamkan masyarakat
Batak secara massal. Itulah sebabnya dia memasuki anggota Pasukan Padri tersebut.
Kebetulan kepadanya dipercayakan memimpin Pasukan Padri di bagian Timur Tanah Batak
tersebut.

Dari Folklore Turi-Turian


Turi-turian ni Datuk Tuongku Aji Malim Leman adalah salah satu turi-turian yang
disebarluaskan Tuanku Tambusai untuk membakar semangat rakyat supaya tetap anti kepada
Penjajah. Masih banyak judul turi-turian lainnya yang disesuaikan kepada tempat dan
masyarakat yang hendak diinsyafkan. Seperti turi-turian ni "Tunggang Hayuara Mera", turiturian ni "Sutan Naposo Di Langit", dan lain-lain.
Turi-turian ni Datuk Tuongku Aji Malim Leman seakan merupakan induk turi-turian yang
dibuat Tuanku Tambusai. Turi-turian ini boleh dikatakan "The Story Tell Himself".
Dalam turia-turian ini disebut dia tinggal di Kuala Batang Muar. Tetapi kampung
kelahirannya di "Pulo Alang Pulo Iling Pulo Haluang Mambariba". Terselubung.
Pulo Alang = Satu daerah yang terdiri dari alang-alang atau padang yang luas = Padang
Laweh = Padang Lawas.
Pulo Iling = Orang Minangkabau kalau ke Tapanuli melalui daerah yang iling atau daerah
yang miring. Kampung-kampung pun di sana dibuat di daerah iling (miring) di lereng bukit.
Seperti Muara Sipongi, Pakantan dan lain-lain. Orang Minang mengambil inde (ibu) ke
daerah Iling. Mengambil inde atau kawin dalam bahasa Minang adalah mande. Jadi Mande
ke daerah Iling menjadi Mandeiling atau Mandailing.
Pulo Haluang Mambariba = Satu daerah itu setengahnya masih tempat kelelawar tidur. Belum
terusik oleh pengaruh luar terutama agama Islam. Tuanku Tambusai sudah beragama Islam
jadi dia datang dari bagian yang telah terusik atau Tapanuli Selatan.
Jadi Pulo Alang Pulo Iling Pulo Haluang Mambariba = Dari Tapanuli Selatan antara Padang
Lawas dan Mandailing. Kampung termaksud adalah Batangonang. Lihat peta.
Dari Buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam Karangan H.A. Fuad Said.
Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam tidak lain adalah Tuanku Tambusai. Demikian
terungkap pada buku "Menyingkap Tabir Riwayat Hidup Tuan Guru Babussalam Syekh Abd.
Wahab" karangan Ir. L.P. Hasibuan.
Dalam buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam karangan H.A. Fuad Said ada
disebut Tuan Guru tinggal di Tanah Putih, tetapi kampung kelahirannya di kampung Danau
Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten Kampar, Propinsi
Riau.
Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kabupaten
Kampar, Propinsi Riau.
Penjelasan mengenai lokasi kampung ini begitu panjang. Terasa berlebihan sehingga menjadi
janggal.
Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Negeri Tinggi. Seperti terselubung ada yang
disembunyikan yang hendak diterangkan penjelasan tersebut.

Umpamanya kampung Danau Toba itu tidak ada. Yang ada mungkin Kampung Toba atau
kampung Danau. Atau kampung dekat Danau Toba.
Jadi kampung Danau atau kampung Runda mungkin ada. Tetapi kampung Danau Runda itu
tidak ada yang ada kampung dekat Danau Runda.
H.A. Fuad Said mengatakan beliau membuat buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru
Babussalam itu hanya menukar tulisan Arab Melayu ke tulisan Latin. Siapa yang menulis
manuskrip tulisan Arab Melayu itu beliau tidak tahu. Diterimanya dari Haji Bakri anak Syekh
Wahab yang selalu mengikuti Syekh Wahab kemana pergi.
Ramda dan Runda dalam tulisan Arab tidak jauh berbeda. Bisa saja salah baca, apalagi kalau
manuskripnya sudah tua. Jika kesalahan itu terjadi seharusnya terbaca:
"KAMPUNG DANAU RAMDA, RANTAU BINUANG SAKTI, NEGERI TINGGI".
Ramda jika ditukar suku katanya dan dibalik-balik menjadi DAMAR. Sehingga Kampung
Danau Ramda kemungkinan yang dimaksud kampung di dekat DANAU DAMAR.
Batangonang terletak dekat Danau Damar. Jalan yang mengelilingi Danau Damar itu dikenal
orang sampai sekarang jalan lintas Damar Nagodang-Siabu. Jalan pintas dari Padang Lawas
ke Mandailing. Dulu jalan itu jalan lalu-lintas Pedagang Sira (Garam). Kol. Elout pada tahun
1834 pernah menyerang Padang Lawas/ Pasukan Tuanku Tambusai datang dari jalan Damar
Nagodang ini. Tetapi dipukul mundur Pasukan Tuanku Tambusai di bawah pimpinan istrinya
bernama Srikandi Nan Duri Batang Sosa. Tentunya merupakan kenangan manis yang tak
mudah dilupakan oleh Tuanku Tambusai.
Pada agresi II tahun 1949 kampung Morang yang terletak di jalan lintas Damar Nagodang ini
pernah dibakar serdadu Belanda. Sebab orang kampung itu tidak mau memberi keterangan
mengenai pasukan kita yang lewat di situ menuju Benteng Huraba.
RANTAU BINUANG SAKTI
Ranto dalam bahasa Batak artinya tempat yang dangkal
Binuang (bahasa Batak) artinya tempat kerbau berendam
Sakti jika hurufnya dibalik-balik bisa menjadi TASIK
Dekat Kampung Batangonang ada danau yang bernama Danau Tasik
Danau Damar dan Danau Tasik berendeng tidak jauh dari Batangonang.
Disebut Danau Damar karena di sekitar danau banyak kayu damar. Yang menarik pada Danau
Tasik, hampir setengah dari danau itu tetap dangkal (ranto). Tempat kerbau milik rakyat
berendam. Waktu dulu ratusan kerbau berendam di situ. Merupakan pemandangan yang
menarik. Anak-anak juga turut mandi-mandi di danau itu di antara kerbau-kerbau tersebut.
Danau Tasik terletak di tengah dataran tinggi steppe yang paling ideal tempat jalangan
kerbau.
Bukan tidak mungkin Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam itu waktu kecil selalu
mandi sambil menunggang kerbau. Pindah-pindah dari kerbau satu ke kerbau yang lain. Atau
turut pula berpacu menunggang kerbau yang berenang dari pinggir satu ke pinggir lain danau
Tasik tersebut. Itu semua merupakan kenangan di masa kanak-kanak yang tak mungkin

terlupakan.
Ada pepatah Batak yang menyangkut kata binuang.
"Nada tarparhorbo BINUANG, nada tarparbaju SANGKOTAN"
artinya: Orang kaya yang sudah jatuh miskin atau orang yang pernah berkuasa kemudian tak
bisa berbuat apa-apa karena kuasanya telah hilang tidak perlu mengkhayal di masa
kejayaannya. Walaupun bekasnya masih jelas tertinggal seperti bajunya yang banyak dulu
sekarang tinggal sangkutannya saja. Kerbau yang banyak dulu sekarang sudah tiada tinggal
binuangnya saja (tempat berendamnya saja).

Bukan tidak mungkin Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam itu waktu kecil selalu mandi sambil
menunggang kerbau. Pindah-pindah dari kerbau satu ke kerbau yang lain.

TANAH TINGGI
Batangonang terletak di dataran tinggi di lereng Bukit Barisan.
Dari penjelasan ini dapat diketahui kampung asal kelahiran Tuan Guru Babussalam Syekh
Abd. Wahab alias Tuanku Tambusai adalah di "Batangonang" di tempat yang TINGGI dekat
DANAU DAMAR dan DANAU TASIK antara PADANG LAWAS dan MANDAILING di

TAPANULI SELATAN.
3. TAHUN KELAHIRAN
Dari buku TUANKU RAO karangan Ir. Onggang Parlindungan ada disebut Benteng
Tambusai didirikan tahun 1811. Kemudian diangkatlah Fakih Muhammad menjadi Tuanku
Tambusai mengepalai pasukan Padri yang bergerak dari Benteng itu untuk mengislamkan
Tapanuli. Umur Tuanku Tambusai pada waktu itu jalan 27 tahun atau sebutlah 26 tahun.
Tentunya Tuanku Tambusai lahir pada tahun 1785.
Setelah tahun 1863 Sutan Martua Raja ayah Ir. Onggang Parlindungan tidak bisa memantau
kehidupan Tuanku Tambusai lagi.
Sehingga Ir. Onggang Parlindungan dalam bukunya TUANKU RAO menyebut:
Makam dari Tuanku Tambusai tidak pernah diketahui entah di mana. Tidak pun diketahui,
entah kapan, di mana, dan bagaimana Tuanku Tambusai wafat.
"An Old Soldier Never Dies. He Simply Fades Away". Orang-orang Padanglawas percaya,
bahawa Tuanku Tambusai tidak mati. How??? Katanya: Tuanku Tambusai dengan kudanya
"Si Ganding Bara", masuk ke dalam gua di dalam tanah. Di situ hidup terus hingga ini hari
masih.
Demikian pandai Tuanku Tambusai menghilangkan jejak. Sehingga orang-orang apalagi
Penjajah Belanda betul-betul kehilangan jejak beliau. Yang tinggal hanya cerita yang
dimythoskan terhadap dirinya. Tentang kekeramatannya, tentang keperkasaannya, tentang
kekerasan hatinya yang tidak mau berkompromi dengan bangsa Penjajah.
Dari buku Syekh Abd. Wahab Tuan Guru Babussalam karangan H.A. Fuad Said disebut
Syekh Abd. Wahab wafat tanggal 27 Desember 1926.
Karena Syekh Abd. Wahab adalah Tuanku Tambusai juga maka umur Tuanku Tambusai
adalah 141 tahun.

"Si Ganding Bara"

4. PENDIDIKAN
Umur 10 tahun beliau sudah hafal Quran. Karena keistimewaannya inilah maka Pedagang
Garam yang lewat di kampung itu menganjurkan kepada ayahnya supaya dia memperdalam
ilmu ke Tuan Syekh yang ada di Tembusai.
Dalam waktu singkat pengetahuan kedua Tuan Syekh yang ada di Tembusai selesai
dipelajarinya. Dengan bangga hati kedua Tuan Guru memberi gelar Fakih Muhammad
kepada beliau. Serta menganjurkan supaya dia pergi ke Kamang ke pesantren Tuanku Nan
Renceh. Sebab di sana ada ajaran Islam yang baru Mazhab Hambali.
Tahun 1818-1821 Tuanku Tambusai menjadi Duta Gerakan Wahabi di Arabia. Pada waktu ini
beliau memperdalam ilmu Thariqat Naqsyabandi. Sehingga di Indonesia beliau dikenal Guru
dari Guru ilmu Thariqat Naqsyabandi. Sebab murid-muridnya banyak yang menjadi GuruGuru ilmu Thariqat tersebut tersebar bukan saja di Indonesia ini. Tetapi banyak di Malaysia,
India dan Tiongkok.
Sewaktu serdadu Belanda menyerang pasukannya yang datang dari Tangga Begu dan
membunuhi anggota pasukannya dengan mudah termasuk istrinya yang tercinta Nan Duri
Batang Sosa turut gugur di situ. Hatinya sedih dan kecewa sehingga beliau putus asa. Tuanku
Tambusai pergi ke hutan Aek Hayuara Tanah Adat Hasahatan di atas Pagaranbira (Tangga
Begu) bersuluk/ berkhalwat.

Tuanku Imam Bonjol

Karena desakan ibunya yang tercinta Tuan Aji Layan Bolon dan mengingat pesan terakhir
ayahandanya juga Tuan Syekh Panjang Janggut, maka beliau bangkit dari persulukannya.
Bangkit menyusun kekuatan melanjutkan perjuangan melawan Penjajah Belanda.
Yang dimaksudkan dengan ibunda yang tercinta Tuan Aji Layan Bolon itu ialah Tanah Air
Bumi Persada Indonesia.
Sedang ayahandanya Tuan Syekh Panjang Janggut adalah Tuanku Imam Bonjol. Begitu pesan
Tuanku Imam Bonjol pada beliau Tuanku Tambusai, supaya perjuangan mengusir Penjajah
Belanda harus dilanjutkannya.
Mengenai ilmunya yang dalam dibidang agama Islam, dapat diketahui dari pernyataannya
dalam turi-turian Datuk Tuongku Aji Malim Leman yang dibuatnya. Beliau katanya:
Hayuara Junjungan Datuk Tuongku Aji Malim Leman
Na kiramat mate na sati mangolu
Na sumbayang pitu noli sadari saborngin
Di toru payung abar-abar ditoru payung obur-obur
Na marmandersa pangajian
Na puangka-ungkap Quraan
Na liput sapanjang gala
Na pulang balik tu Moka Madina
Na sumolom laut Jabarulla
Raja worling raja Panasunan Bulung
artinya:

Paduka Yang Mulia Datuk Tuongku Aji Malim Leman orang yang dikiramatkan setelah mati
dan penuh wibawa semasa hidup.
Yang sembahyang tujuh kali sehari semalam (termasuk tahajjud dan dhuha tidak pernah
tinggal).
Dihormat orang dibidang agama dan memiliki ilmu gaib dan dihormati dibidang adat karena
menguasai adat. (selain adat Batak mungkin juga adat Minang).
Mesjidnya sekaligus tempat pengajian, persulukan dan lain-lain.
Yang selalu membaca Quran hingga tammat entah beberapa kali dan membaca buku-buku
agama yang banyak. Jika ditumpukkan tingginya melebihi panjang galah.
Galah yang terpanjang kira-kira 7 meter, tumpukan buku yang dibacanya lebih tinggi lagi.
Beberapa kali mengunjungi Mekah dan Medina.
Orang yang pernah melewati Laut Gibraltar secara sembunyi-sembunyi. Mungkin ia ke
Inggiris sewaktu mengadakan perjanjian rahasia dengan Inggeris.
Raja yang berkuasa di atas raja-raja Panasunan di Padanglawas dan Kampar.
Pendidikan Kemiliteran
1. Tuanku Tambusai telah lulus dari ajaran Tuanku Lintau guru penjak silat yang termasyhur
dari Pasaman.
2. Lulus dari pendidikan perang-perangan dengan berkuda dari Zafrullah Khan gelar Tuanku
Hitam ex-serdadu
Inggiris dari Bengkulen dan lulus dari pendidikan Mayor Sumanik, bekas Perwira
Artillery Tentera Turky.
3. Lulus dari pendidikan General Staff & Command di Kamang asuhan Kolonel Haji
Piobang. Bekas perwira
Janitsar Cavalry Tentera Turky dan gemblengan mengenai Mazhab Hambali dari Haji
Miskin bekas Hermit di
gurun-pasir Nesyed/ Arabia dan Guru Besar Haji Hasan Nasution gelar Tuanku Kadi
Malikul Adil.
4. Khusus dibidang Perbentengan (Fortification Tecniques)
Tuanku Tambusai dikirim belajar kepada Tentera Turky di Arabia.
Demikian pendidikan Tuanku Tambusai di bidang agama dan Kemiliteran di sampaing beliau
adalah seorang yang fasih berbahasa Arab sehingga beliau selalu diutus menghubungi rajaraja Arab dan Turky.
5. LOKASI DOMISILI
1785 - 1795
1795 - 1803
1803 - 1811
di Minangkabau
1811 - 1816

: Di batangonang
: menjadi kernet kuda dan mengaji di Tembusai
: mengaji di pesantren Tuanku Nan Renceh dan belajar ilmu kemiliteran
: menjadi pimpinan pasukan Padri di Daludalu Benteng Daressalam

(Benteng Daludalu) Tembusai


1816 - 1818
: masuk ke Tapanuli dan mengislamkan masyarakat Batak Bagian Timur
sampai ke Asahan
1818 - 1821
: menjadi Duta Padri/ Gerakan Wahabi di Arabia
1821 - 1838
: di Daludalu dan Siborna.
di Siborna Kecamatan Sosa beliau mengatur pengiriman bahan makanan
ke Bonjol seperti
beras, daging saleh, ikan saleh dan merekruit tentera untuk
pasukannya sendiri serta untuk
dikirim sebagai bala-bantuan ke Bonjol. Tempat melatih
anggota pasukan itu di Padang
Pangasaan.
1838 - 1860
: setelah serdadu Belanda masuk dari Tangga Begu membakar Mandersa
Tuanku Tambusai di
Siborna dan membumi hangus Benteng Daludalu, beliau
mendirikan Mandersa di Padang
Mandersa Sipagabu Kecamatan Barumun Tengah
1860 - 1871
: setelah Kesultanan Panai yang didirikan Dasopang hancur dibuat
Bajaklaut yang di organisir
Belanda dan Belanda mendirikan Bivak di Tanjung Kopiah
muara Sungai Barumun. Tuanku
Tambusai pindah ke Rimbo Mahato. Mendirikan Mandersa di pinggir
Sungai Putih anak Sungai
Rokan. Aliran perdagangan dan hubungan keluar sudah putus melalui
Sungai Barumun, karena
itulah Tuanku Tambusai beralih ke Sungai Rokan supaya ada hubungan
keluar.
Sultan Panai ada lah sekutu Tuanku Tambusai. Karena itu Belanda
berusaha menghancurkan
kesultanan tersebut dengan mengerahkan Bajaklaut beberapa kali
dan mengadu-domba
Kesultanan Panai dan Kotapinang. Kotapinang pro Belanda. Belanda
tidak langsung
menghantam Panai, karena takut kalau Tuanku Tambusai ikut campur.
Ikut campurnya Tuanku
Tambusai berarti mengundang Inggiris ikut campur.
1870 - 1879
: bermukim di Kualuh mendirikan Kampung Mesjid.
Gunung Tinggi adalah kampung marga Ritonga pimpinan Sutan Humala
Panjang. Sutan Humala
Panjang sudah tua digantikan anaknya Patuan Nan Lobi. Patuan Nan
Lobi telah dipersiapkan
Tuanku Tambusai untuk memimpin Perang Padanglawas dengan benteng
yang dibangun
Tuanku Tambusai di Gunung Tinggi tersebut. Patuan Nan Lobi telah
terpancing Ja Huala dan Ja
Mambale Raja Dasopang dan Raja Tamba untuk menyerang Kala Pane
(Kotapinang). Dengan
alasan penyerangan ini Belanda mendatangkan serdadu pasukan
khususnya untuk
menghancurkan kekuatan Tuanku Tambusai di Gunung Tinggi

tersebut. Itulah sebabnya Tuanku


Tambusai pindah dari Rokan ke Kualuh membawa pasukannya ke
Kampung Mesjid supaya
dekat ke Gunung Tinggi.
1880 - 1889
: pindah ke Langkat setelah Belanda memenangkan perang Padanglawas
tersebut dan mendiri
kan kampung Besilam (Babussalam).
1889 - 1892
: pindah ke Malaysia untuk membangun Kontingen Mandailing dengan
Imam Perangnya
Ja Paruhum.
1892 - 1926
: kembali ke Besilam, Langkat.
27-12-1926
: Tuanku Tambusai wafat di Besilam dengan nama Syekh Abd. Wahab
Rokan Alkhalidi
Naqsyabandi dalam usia 141 tahun.

Makam Nan Renceh

6. PERJUANGAN
1816 - 1818 : Dari benteng Daressalam (Daludalu), beliau mengislamkan masyarakat
Batak sebelah Timur, dari
Sungai Rokan sampai ke Sungai Asahan secara massaal.
1818 - 1821 : Menjadi Duta Gerakan Wahabi Minangkabau kepada Gerakan Wahabi di
Arabia, menggantikan
Tuanku Tinaro yang meninggal dalam perjalanan sewaktu menuju
ke Arabia.
Berbulan-bulan Tuanku Tambusai mengikuti keluarga Saudi di bawah
pimpinan Faisal Ibnu Saud,
putra dari Abdullah Ibnu Saud yang pada tahun 1816 dipancung Tentera
Turky di Stambul.
Pengalaman bergerilya bersama Faisal Ibnu Saud di Gurun Nesyed/

Hadramaut melawan tentera


Turky inilah yang telah membentuk kekerasan hati Tuanku Tambusai
untuk terus bergerilya
mengusir Penjajah Belanda.
1821 - 1837 : Sekembalinya dari Arabia Benteng Bonjol sudah dikepung Belanda.
Bantuan dari Masyarakat
Masyarakat Minangkabau sudah putus tidak bisa diharapkan lagi, karena
semua sudah dikuasai
Belanda.
Dalam mengepung Benteng Bonjol, Belanda telah mendirikan Benteng
Fort de Kockn di
Bukittinggi. Fort van der Capellen di Batusangkar, Benteng Penyerangan
dari Lubuksikaping
dan Pakantan dan lain-lain.
Tuanku Tambusai mendirikan Mandersa di Siborna yang dikenal sampai
sekarang Padang
Mandersa di dekat Mondang (Mondang Baru).
Dari Benteng Daressalam Tuanku Tambusai menyerang Fort van der
Capellen dan iring-iringan
serdadu Belanda antara Fort van der Capellen yang bergerak ke Benteng
Bonjol.
Dari Padang Mandersa Siborna Pasukan Tuanku Tambusai bergerak
melalui Sopodua di Bukit
Barisan menghadang iringan serdadu Belanda yang bergerak dari
Pakantan menuju Benteng
Bonjol. Malahan Benteng BElanda di Pakantan juga diserang Pasukan
Tuanku Tambusai kalau
serdadu Belanda telah terkumpul mengepung Bonjol.
: Sehingga rencana Belanda menyerang Benteng Bonjol buyar
sekali. Demikian taktik yang
dibuat Tuanku Tambusai, sehingga Benteng Bonjol dapat bertahan
15 tahun dalam kepungan
ketat serdadu Belanda dan Benteng Bonjol telah terisolasi
dari masyarakat Minangkabau.
Kekuatan Pasukan Tuanku Tambusai hanya mampu menyerang "hit and
run", tetapi betul-betul
menyusahkan serdadu Belanda.
Dari Padang Madersa Siborna ini juga bahan makan ke Benteng Bonjol
yang sudah terkepung
disuply. Melalui poa Pinarik - Bukit Barisan - Bonjol, yang berjarak 1
(satu) hari perjalanan.
Seperti beras, daging saleh, ikan saleh. bahkan juga pasukan dikirim ke
Benteng Bonjol

tersebut.
Tempat latihan pasukan yang dikirim itu di Padang Pangasaan dekat
Siborna. Tugas pengiriman
bahan makanan ke Bonjol dan merekrut anggota pasukan diserahkan
kepada isternya Tuanku
Tambusai bernama Nan Duri Batang Sosa. Tempat mengawasi
jalannya latihan perang-perangan
itu dikenal orang Tor Panoduran sampai sekarang.
1838
: Belanda masuk melalui Tangga Begu menyerang Pasukan Tuanku
Tambusai di Padanglawas.
Tangga Begu terletak antara Mandailing dan Padanglawas di
Bukit Barisan. Tempat yang curam
di sana berupa tangga dan karena dilewati serdadu Belanda disebut
Tuanku Tambusai Tangga
Begu. Tuanku Tambusai menyebut Belanda adalah Begu.
Anggota Pasukan Tuanku Tambusai habis dibunuhi serdadu Belanda
dalam pertempuran ini
"Suang Songon Na Mangarabi Bira", kata Tuanku Tambusai. Istrinya
yang tercinta Srikandi Nan
Duri Batang Sosa turut gugur dalam pertempuran ini. Tempat
pertempuran ini diberi Tuanku
Tambusai namanya Pagaran Bira. Pagar Bira (keladi) yang tidak
bisa diharapkan sebagai pagar
(handang).
Dari Pagaran Bira Belanda menyerang anggota Pasukan Tuanku
Tambusai yang mundur ke
Siborna.
Di Siborna juga terjadi pertempuran habis-habisan. Alat persenjataan
yang jauh lebih unggul
dari unggul dari alat persenjataan yang dimiliki Pasukan Tuanku
Tambusai dapat menundukkan
semangat yang begitu berapi-api. Maleu kata Tuanku Tambusai.
: Setelah serdadu Belanda memukul Pasukan Tuanku dan membakar
Mandersanya di Mondang
Baru, serdadu Belanda bergerak menyerang Benteng Daressalam di
Daludalu. Perlawanan yang
begitu gigih dari anggota pasukan Tuanku Tambusai tidak
mempan kepada kekuatan serdadu
Belanda yang begitu besar dan ampuh. Kekuatan serdadu Belanda yang
mengepung Benteng
Bonjol ditambah serdadu Belanda dari Pakantan,
Benteng Lubuksikaping dan lain-lain semua

dikerahkan menyerang Pasukan Tuanku Tambusai.


Serdadu Belanda dari Benteng Fort van der Capellen dan Fort de Kokn
turut mengepung
Benteng Daressalam dari arah Selatan. Benteng Daressalam habis
dibubur meriam-meriam
Belanda. Benteng Daressalam dibumi hangus serdadu Belanda maka
habislah pertahanan
perlawanan Pasukan Padri yang terakhir pada tahun 1838.
1839
: Setelah Mandersa di Padang Mandersa Siborna dan Benteng Daressalam
di Daludalu dibumihangus Belanda; Tuanku Tambusai mendirikan Mandersa di
Sipagabu. Sampai sekarang dikenal
orang tempat Mandersanya itu Padang Mandersa ni Baleo i
di Sipagabu. Tuanku Tambusai
bermukim di sini lebih kurang 21 tahun.
1860
: Tuanku Tambusai pindah ke Rimbo Mahato dan mendirikan Mandersa
sambil pengajian di
pinggir Sungai Putih. Karena Sungai Barumun tidak bisa dimanfaatkan
untuk hubungan ke luar
dan lalu lintas perdagangan. Belanda sudah mendirikan Bivak di Pulau
Kopiah di mulut/muara
Sungai Barumun.
1839 - 1860 : Pasukan Tuanku Tambusai turut memperkuat Pasukan Kesultanan Panai
terhadap penyerangan
serdadu Belanda ke Labuhanbilik. Walaupun yang menyerang
Kesultanan Panai di Labuhanbilik
itu disebut Bajaklaut. Itu hanya politik Belanda untuk
meghindari campur tangan Inggiris.
1840
: Tuanku Tambusai mengikat perjanjian dengan Inggiris dan Sultan Siak
Sri Indrapura. Untuk
perjanjian ini Tuanku Tambusai pernah pergi ke Inggiris secara rahasia.
Yang di dalam turiturian ni Datuk Tuongku Aji Malim Leman yang dibuat Tuanku
Tambusai disebut Na Sumolom
Laut Jabarullah.
Laut Jabarullah = Laut Gibraltar.
1843
dan Kampar.

: Akibat dari perjanjian ini Inggiris mengusir Belanda dari Padanglawas


Belanda meninggalkan Padanglawas dan Kampar dengan ketentuan:

1. Pemerintah Belanda diizinkan oleh Pemerintah Inggiris merebut


Kesultanan Aceh. Hal mana
belum diizinkan pada London Cobvention tahun 1814 serta pada

London Tractat pada


tahun 1824.
2. Dengan syarat bahwa: Daerah Pengaliran Sungai siak serta Daerah
Pengaliran Sungai
Rokan, merupakan Sphere Of interest Pemerintah Inggiris!!
Setelah Belanda meninggalkan Padanglawas dan Kampar Tuanku
Tambusai bebas menyusun
kekuatan untuk melawan Belanda. Beliau mendirikan Benteng di Gunung
Tinggi. Mempersiapkan
Patuan Nan lobi menjadi Panglima Perang Padanglawas yang
di rencanakan itu.
Pertempuran itu nantinya akan dicampuri Inggiris dan dengan demikian
maksud Inggiris
mencaplok untuk menyatukan Daerah Aliran Sungai Siak dan Rokan ke
Malaya di bawah
kekuasaan Inggiris terkabul.
Pada tahun 1843 meninggalkan Padanglawas dan Kampar secara resmi.
Tetapi secara diam-diam
Belanda melaga Raja-Raja ini di Padanglawas dan serdadunya
mencampuri membantu Raja yang
pro kepada Belanda.
Yang menurut istilah Muhammad said Sejarawan Sumatera Utara:
Belanda keluar dari pintu muka,
tetapi masuk dari pintu belakang.
1871 - 1879

: Perang Padanglawas
Perang antara Pasukan Tuanku Tambusai yang dibantu anggota Pasukan

dari Raja-Raja di
Padanglawas melawan Pasukan khusus Belanda yang didatangkan dari
Batavia yang diperkuat
serdadu Belanda yang ada di Bengkalis. Labuhanbilik, Tanjung
Kopiah, Tanjungbalai dan
Labuhanbatu. Dari sebelah Barat turut pula menyerang Gunung
Tinggi dari Padangsidempuan
dan serdadu Belanda dari Padang.
: Belanda tidak mau mengkaitkan Perang Padanglawas ini dengan Tuanku
Tambusai dan
Padanglawas. Karena Belanda mengetahui Inggiris akan turut campur.
Belanda mengetahui ada

perjanjian Inggiris dan Tuanku Tambusai demikian.


Dengan alasan itu pula maka Belanda sengaja memperkecil arti dari
Perang tersebut. Mereka
hanya menyebut Ekspedisi Militer Belanda untuk menangkap Yang
Dipertuan Nan Lobeh (Raja
Lobi Raja Gunungtinggi) yang berani menghina Pemerintah Belanda.
Demikian laporan Pemerintah Kolonial Belanda pada Tweede Kamer
karena banyaknya pasukan
Belanda yang mati dalam pertempuran itu. Dalam Kolonial Verslag tahun
1872 itu juga diakui di
samping raja Gunungtinggi masih ada turut Raja-Raja lain
melawan Belanda.
Yang menghandle penyerangan ke Gunungtinggi adalah Pemerintah
Kolonial Belanda dari
sebelah Timur bukan Pemerintah Kolonial Belanda Bagian Barat yang
berpusat di Padang.
Demikian juga jalan yang ditempuh melalui Sungai Bilah bukan melalui
Sungai Berumun.
Begitupun istilah yang dipakai Perang Bilah, Perang Raja Bilah atau
Perang Raja Lobi atau perang
Pertuan Nan Lobeh. Itu semua adalah politik Belanda untuk
memperkecilkan perang tersebut
dan menghindarkan keterkaitan Tuanku Tambusai dan Padanglawas.
Supaya Inggiris jangan ikut
campur.
Lamanya perang masih berlangsung 7 tahun lagi setelah Patuan Nan Lobi
ditangkap Belanda,
juga membuktikan kebohongan Belanda yang menyebut ekspedisi
militer Belanda itu hanya
untuk menangkap Pertuan Nan Lobeh (Patuan nana Lobi).
1880 - 1892 : Setelah Belanda memadamkan perlawanan Tuanku Tambusai kekuatan
Tuanku Tambusai hancur
lebur di Perang Padanglawas itu. Belanda telah menguasai Padanglawas
dan
Kampar sepenuhnya. Tidak ada lagi tempat untuk menyusun perlawanan
terhadap Belanda di
Padanglawas.
Atas persetujuan Inggiris Tuanku Tambusai menyusun kekuatan di
Malaysia.
Raja Asal anak dari Tuanku Lelo yang mendirikan Padangsidempuan dan
Ja Paruhum dari
Hasahatan adik moyang Penulis dihubungi dan mereka bentuklah di sana
Kontingen Mandailing.
: Ja Paruhum dan Ja Barumun adalah adik Raja Hasahatan yang membawa
pasukan ke
Gunungtinggi melawan Belanda. Sebagai bantuan dari Raja-Raja
Hasibuan dari Barumun dan

Sosa.
Setelah Kontingen Mandailing dibentuk Tuanku Tambusai di Malaysia
Tuanku Tambusai kembali
ke Langkat. Di Malaysia beliau membuat kuburan palsu untuk megelabui
Belanda sebutlah untuk
menghilangkan jejak.
Setelah Tuanku Tambusai kembali ke Besilam Inggiris ingin mencoba
pasukan yang dibentuk
Tuanku Tambusai itu sebelum didrop ke Padanglawas.
Pada Perang Pahang Kontingen Mandailing berhasil memadamkan
pemberontakan yang ada di
sana. Tetapi pada Perang Selangor Kontingen Mandailing habis dibubur
Pasukan Cina yang
menyemut banyaknya itu, di Bukit Petaling.
Tengku Kuddin meminta bantuan Cina dan menjanjikan kalau dia
menjadi Sultan di Selangor
akan memberi Lumbong Timah yang ada di Selangor kepada Toke Cina
yang membantu dia itu.
Pada waktu itu harga timah sangat tinggi, karena itu jadi rebutan.
7. LOKASI KUBURAN
Kuburan Tuanku Tambusai ada 7 (tujuh) tempat yang diketahui. Bukan tidak mungkin
masih ada lagi yang
tidak diketahui. Sebab demikianlah Tuanku Tambusai berusaha menghilangkan jejak dari
pengejaran
Belanda yang berkuasa.
Dari ketujuh kuburan tersebut tentunya hanya satu kuburan yang benar. Kuburan Tuanku
Tambusai yang
benar berlokasi di Besilam (Babussalam) Langkat.
Kuburan palsu yang enam lagi tersebar sampai ke Malaysia di tempat-tempat beliau
pernah berdomisili.
Terkecuali kuburannya yang terdapat di Pagaranbira, Kecamatan Sosopan Kabupaten
Tapanuli Selatan.
Kuburan Palsu yang di Pagaranbira itu dibuat Tuanku Tambusai sebagai tonggak
pemisah. Pemisah
antara beliau berjuang melawan Penjajah Belanda atas nama Padri dan berjuang melawan
Penjajah Belanda atas
nama sendiri sebagai orang Batak.
Di bekas pertempuran melawan Belanda di Pagaranbira itulah semua yang berbau
Minang dibuangnya.
Seperti jabatannya Sri Pengampu kekuasaan Tertinggi Padri dibuat Tuanku Tambusai
menjadi nama

sungai di situ.
Sri Pengampu dalam bahasa Batak Sori Mangampu. Menjadi nama sungai yang mengalir
dekat kuburan istrinya
Aek Sori Mangampu dikenal orang sampai sekarang. Nama beliau Tuanku Tambusai
dikuburkannya di situ dekat
kuburan istrinya Srikandi Nan Duri Batang Sosa. Sejak itu beliau bernama Ompu Baleo.
Kuburan itulah dibuatnya sebagai batas pemisah. Batas pemisah dalam bahasa
Minangkabau adalah Jirek.
Batas pemisah antara manusia hidup dan mati adalah kuburan. Sehingga orang Minang
ada juga
mengertikan jirek itu dengan kuburan.
Jirek dibahasa Batakkan menjadi Jiret. Sehingga kuburan Palsu yang pertama di
Pagaranbira itu dikenal
kuburan na di di Jiret an.
Kuburan Palsu lainnya terdapat di Siborna, Sipagabu, Maranti Mangadop (Rimbo
Mahato), Tanah Putih
dan Malaysia.
Kelima lokasi kuburan Tuanku Tambusai tersebut adalah tempat di mana beliau pernah
berdomisili.
Herannya semua kuburan beliau itu baik yang benar maupun yang palsu dikeramatkan
orang.
Benar sekali ramalan beliau yang disebutnya beliau adalah "Manusia Na Sati Mangolu Na
Kiramat Mate".
Orang yang penuh wibawa semasa hidup yang dikiramatkan orang setelah mati.
Itulah Tuanku Tambusai alias Syekh Abd. Wahab Rokan Alkhalidi Naqsyabandi bukan
saja Pahlawan
Manusia, tetapi juga Pahlawan di mata Tuhan (Aulia). Karena menerima Anugerah
Keistimewaan Luar
Biasa dari Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai