Disusun Oleh :
1
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar isi................................................................................................................
i
Daftar Tabel ..........................................................................................................
ii
iii
1. Pendahuluan ..................................................................................................
10
10
11
12
14
17
18
3. Kesimpulan ....................................................................................................
19
24
i2
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Aktivitas yang berhubungan dengan terjadinya paparan trauma .......
11
11
12
13
ii3
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Klarifikasi Trauma Mekanik pada mata menurut BETT ...............
13
iii4
Universitas Sumatera Utara
1.
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Penglihatan adalah salah satu fungsi tubuh yang sangat penting dalam
menjalani kehidupan.Penglihatan dengan kedua bola mata yang lengkap dan utuh
sangat penting dalam pengembangan diri, rasa kemandirian, kualitas hidup serta
keamanan dan kenyamanan seorang individu.Trauma pada mata sering terjadi dan
sebenarnya merupakan penyebab gangguan penglihatan yang dapat dicegah.
Angka kejadian trauma pada mata mencapai 19.8% secara keseluruhan mulai dari
abrasi epitel kornea yang kecil sampai trauma tembus yang lebih berat serta
trauma yang menyebabkan ruptur pada mata.1
Pada kelompok usia anak-anak angka kejadian trauma pada mata
mencapai 8-14% dan biasanya terjadi karena kasus kecelakaan dan mengenai
salah satu mata saja. Sebaliknya, pada orang dewasa sering terjadi akibat kelalaian
atau kesengajaan dengan maksud mencelakai seseorang. Pria lebih sering
mengalami dibandingkan dengan wanita, kira-kira 4:1 dan paling sering pada
kelompok usia dewasa muda. Mekanisme terjadinya trauma termasuk tingkatan
trauma tembus pada mata, klinis perdarahan yang berat pada vitreous dan
keberadaan benda asing intraokular menentukan bagaimana nantinya daya visual
akhir setelah terjadinya trauma tembus pada mata.1
Trauma pada mata secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu trauma
terbuka dan trauma tertutup, akan tetapi mungkin saja menjadi tumpang tindih
saat mengelompokkannya oleh karena agen penyebab atau objek yang
menimbulkan
trauma
tersebut.
Seperti
hahiya
klasifikasi
trauma
yang
termasuk
di
dalam
trauma
mata
terbuka
yaitu
laserasi
yang
1
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang termasuk dalam trauma mata tertutup yaitu trauma akibat luka
bakar, kontusio, trauma tumpul dan laserasi lamellar.2,3,4
Insidensi trauma mata terbuka sekitar 3.6-3.8 per 100.000 populasi di
seluruh dunia.Berdasarkan Birmingham Eye Trauma Terminology System trauma
mata terbuka dapat diklasifikasikan menjadi laserasi dan ruptur akibat trauma
bergantung pada mekanismenya. Pada laserasi, jika terdapat celah masuknya
benda dan menyebabkan adanya jaringan yang keluar dan terjadi pada satu waktu
yang sama dan disebabkan oleh faktor yang sama dikatakan sebagai doublepenetrating globe injury atau perforasi. Namun apabila hanya satu saja tempat
paparan terjadinya luka tanpa adanya bagian mata yang menonjol keluar
didefinisikan sebagai penetrating injury.Terdapat dua puncak angka kejadian,
yang pertama pada kelompok usia dewasa muda dan lainnya pada kelompok
lansia yang di atas 70 tahun dan lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,
mungkin dapat dihubungkan dengan kepribadian atau perilaku pria yang memiliki
karakteristik lebih agresif.5
Trauma mekanik pada mata dapat mengakibatkan gangguan morfologi dan
fungsional
mata
yang
sangat
serius.Kebutaan
sering
digunakan
untuk
2
Universitas Sumatera Utara
sekitar 0,15 % dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%.Menurut
hasil survei morbiditas mata dan kebutaan Departemen Kesehatan tahun 1993,
kebutaan karena trauma tidak termasuk di dalam 10 besar penyakit mata penyebab
kebutaan. Meskipun demikian, keluhan akibat trauma mata mempunyai dampak
yang sama dengan kebutaan lainnya, yaitu turunnya kualitas sumber daya
manusia.6,7
2. Tinjauan Pustaka
2.1.
Definisi
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) yang dimaksud
Trauma tembus pada mata merupakan laserasi dengan luka yang tunggal
dengan ketebalan penuh disebabkan objek yang tajam tanpa adanya jaringan yang
keluar (exit wound) sedangkan perforasi akibat trauma terdapat laserasi akibat
trauma yang mengakibatkan keluamya jaringan disebabkan oleh benda yang
sama.2
cornea
Gambar 3. Ilustrasi trauma tembus pada mata.8
4
Universitas Sumatera Utara
di dalam mata, namun apabila yang terjadi adalah perforasi, luka akan berjalan
melewati struktur tersebut. Sebagai contoh, suatu objek yang berhasil melewati
kornea dan tersangkut di segmen anterior melubangi (terjadi perforasi) kornea
tetapi menembus mata. Perforasi menyebabkan gangguan anatomi yang komplit
dari sklera maupun kornea, dan bisa saja berhubungan dengan prolapsus struktur
internal.10,12
2.2. Etiologi
Trauma tembus pada mata merupakan salah satu ancaman bagi
penglihatan dan dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Hal-hal yang
berkaitan dengan kejadian trauma ini antara lain,
pekerja pertanian misahiya karena tusukan duri ranting atau dirunduk oleh
hewan seperti sapi seperti yang terjadi di India
olahraga seperti bola kaki, bola basket, baseball, biasanya sering dialami
anak-anak dan dewasa muda. Pada orang yang bepergian dibawah
pengaruh
alkohol
bisa
saja
terjadi
trauma
secara
tidak
sadar
mengakibatkan kecelakaan
bencana perang
hasil dari 372 kasus trauma tembus, 26.1% berkaitan dengan pekerjaan industri,
23.1 % disebabkan kelalaian berakibat cedera, 22.9% terjadi pada anak-anak,
14.9% karena kecelakaan lalu lintas, dan 12% terjadi sehari-hari akibat kelalaian
penggunaan alat rumah tangga. 14
2.3. Epidemiologi
Secara umum insiden trauma mata terbuka sebanyak 3.6-3.8 per 100.000
populasi seluruh dunia dimana puncak insidensi ada pada kelompok dewasa ratarata di sekitaran usia 30-an tahun, remaja <20 tahun dan orangtua usia >70. Studi
5
Universitas Sumatera Utara
No. of eyes
81
65
62
31
203
71
89
44
61
5
313
Percentage
9.8
7.9
7.6
3.7
24.7
SEAsia20
8.8
13.1
3.1
Australia1
3.0
1.9
3.3
48.1
60
7.5
0.7
38.1
4.7
1.8
20
Males
Females
Work
Home
Sport
MVA
Assault
Outdoors
6
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Patofisiologi
Keutuhan struktur anatomi mata dapat terganggu karena adanya paparan
benda seperti jarum, stik, pensil, pisau, mata panah, pulpen, kaca maupun benda
tajam lainnya yang menyebabkan perlukaan pada mata atau bisa juga karena
peluru berkecepatan tinggi atau potongan logam.Beratnya trauma bergantung
pada ukuran objek, kecepatan menembus dan kandungan yang terdapat
didalamnya. Benda yang tajam seperti pisau akan mengakibatkan laserasi
sempurna pada mata. Sementara benda yang melayang ditentukan oleh energi
kinetik dalam hal menyebabkan berat ringannya trauma yang dialami penderita. 2
Luka bisa saja hanya terkena pada kornea dan tidak sampai menembus
segmen anterior yang mungkin kecil kemungkinan hilang penglihatan namun
dalam proses penyembuhannya akan meninggalkan bekas (skar). Lentikular difus
atau lokalisata terjadi akibat trauma di segmen anterior yang melibatkan kapsul
anterior dari lensa.Terbentuknya traksi pada vitreo-retina dan skar beberapa saat
setelah terjadinya luka di bagian posterior berperan penting terhadap kejadian
lepasnya retina (retinal detachment)?
Enukleasi pada mata bisa diakibatkan oleh infeksi, abses vitreous, sinekia
anterior, katarak dan fractional retinal detachment.Trauma tembus pada salah
satu mata (unilateral) dapat menyebabkan reaksi inflamasi simpatis pada mata
yang tidak terkena trauma kapanpun mulai 2 minggu sampai hitungan tahun
dimana terjadi penyakit autoimun saat pigmen uveal dikeluarkan dan masuk
aliran darah menyebabkan produksi antibodi dan akibatnya terjadi uveitis di
kedua mata baik yang terpapar trauma maupun yang tidak. Faktor resiko akan
terminimalisasi apabila jaringan mata yang terpapar trauma ini dibuang dalam
waktu 2 minggu jika tidak ada lagi bukti untuk menyelamatkan fiingsi
penglihatannya dan jika pada mata yang terpapar trauma ini tetap berlangsung
proses inflamasi.2
7
Universitas Sumatera Utara
2.5.
Gejala klinis
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam
Nyeri
Hyphaema
Prolapsus iris
Pupil yang tidak sama; berdilatasi dan nonreaktif pada sisi yang terkena
Gejala yang muncul dari trauma tembus mata dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Efek mekanik langsung
Efek yang segera muncul setelah terjadinya trauma okular yang terlihat
bergantung bagaimana efek mekanik pada struktur yang terlibat.Yang paling
umum ditemukan adalah laserasi di kornea maupun sklera dengan atau tanpa
keterlibatan struktur mata lainnya. Dapat muncul dalam beberapa variasi seperti:
-
8
Universitas Sumatera Utara
corneal laceration with lens involvement, laserasi yang besar pada kornea
disertai prolapsus iris sering melibatkan lensa. Trauma minimal karena
tembakan atau tusukan juga dapat menyebabkan kerusakan pada lensa.
Kerasakan tersebut dapat melibatkan kapsul anterior, korteks, kapsul
posterior dan zonula. Dapat menyebabkan katarak traumatik bergantung
sejauh mana akibat dari trauma yang ditimbulkan
yang
sudah
kontusio, bervariasi mulai dari abrasi kornea yang sederhana sampai rupturnya
bola mata.Pada beberapa kasus, perubahan bisa saja lamban atau malah
progresif. Untuk itu pasien harus tetap dalam pengawasan untuk beberapa
bulan.9
c. Infeksi
Ada tiga mekanisme terjadinya infeksi:
-
Infeksi yang terjadi lambat; timbul akibat konsolidasi skar yang buruk
khususnya apabila ada fistula9
Infeksi menjadi tantangan besar dalam manajemen trauma tembus oleh
9
Universitas Sumatera Utara
seperti
nyeri,
fotofobia,
lakrimasi
dan
penglihatan
2.6.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis suatu trauma tembus pada mata dapat dilakukan
2.6.1. Anamnesis
Diagnosis dari trauma mungkin dapat terlihat nyata secara klinis dari
pemeriksaan fisik mata yang biasa dilakukan, akan tetapi tetap diperlukan
anamnesis untuk mencari tahu riwayat berhubungan dengan kejadian trauma
tersebut untuk mengetahui predisposisi bagaimana terjadinya penetrasi pada mata.
Faktor yang perlu ditanyakan seputar objek yang menembus mata antara lain,
materi logam, proyektil berkecepatan tinggi, tubrukan berenergi tinggi pada bola
mata, benda tajam, serta rendahnya proteksi pada mata. 12
10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Anamnesis pada pasien datang dengan keadaan trauma tembus pada mata.12
Nature of injury
Concomitant life-threatening injury
Time and circumstances of injury
Suspected composition of intraocular foreign body ibrass, copper, iron, vegetable, soil
Contamination)
Use of eye protection
Prior treatment of injury
Past ocular history
Refractive history
Eye diseases
Current eye medications
Pravious surgery
Medical history
Diagnosis
Current medications
Drug allergies
Risk factors fat HIV/hepatits
Currency of tetanus propltylaxis
Previous surgery
Recent food ingestion
Diagnostic
11
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi awal yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan akuisi visual, lapangan
pandang konfrontasional, pemeriksaan pupil, dan funduskopi mungkin dilakukan
secara eksttim karena ada penekanan yang menyebabkan ekstrusi dari isi bola
mata melalui perlukaan pada sklera maupun kornea. Tanda-tanda penetrasi yang
dapat dilihat yaitu prolapsus uvea, distorsi pupil, katarak, dan perdarahan
vitreous.11
Jika diduga sebagai suatu trauma tembus mata maka sudah seharusnya
dilakukan perlindungan yang aman dan nyaman terhadap mata yang terpapar
trauma dengan pelindung dari plastik yang jernih di sekitar mata (disanggakan ke
dahi dan pipi).Eye patchtidak dianjurkan untuk menghindari tekanan langsung
pada mata. Pasien diberitahu untuk tidak batuk dengan keras dan segera merujuk
ke ophthalmologist untuk penanganan selanjutnya.11
12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Pemeriksaan Fisik dan Penemuan Radiologis yang dilakukan pada 384 kasus trauma
tembus pada mata oleh Smith dkk, 2002.14
Injury
Death
Missing/destreyod eye
Air in orbit
Air in globe
Chemosis
Lans alnormality
Retinal detechmnt
Eyelid laceration
Orbit fracture
Foreign body orbit/globe
Enophthalmos
Hyphema
Pupil abnormality
Uvea abnormality
No.
10
19
16
3
43
55
60
75
81
96
142
239
297
280
Positive
% (95% CI)
2.6 (1,5)
4.9 (3,8)
16 (0,25)
13.9 (10,19)
15.4 (11,20)
19.5 (15,25)
21.2 (17,26)
26.1 (21,32)
27.1 (22,33)
30.1 (25,35)
52.8 (47,59)
75.9 (71,81)
91.4 (88,94)
94.0 (91.96)
Total No.
384
384
100
274
279
282
283
287
298
319
269
315
325
298
Gambar 5.Imejing pada pasien laki-laki, 23 tahun dengan riwayat trauma fasial saat
bekerja.Pasien terpapar dengan bagian pemutar mesin penggiling yang saat itu digunakan oleh
rekan keijanya yang sedang dalam kecepatan tinggi dan pecah menjadi berbagai
potongan.Pasien tidak menggunakan pelindung apapun di bagian wajah saat itu.Foto diambil
dengan posisi pasien melihat ke atas dan ke bawah. Pergerakan dari benda asing pada
bayangan kedua film diduga sebagai adanya benda asing intraokular.11
13
Universitas Sumatera Utara
2.7 Penatalaksanaan
Jika penanganan dengan teknik pembedahan diperlukan, maka waktu
untuk melakukannya sangat penting. Meskipun beberapa studi belum bisa
mencatat beberapa kerugian apabila dilakukan penundaan untuk perbaikan
pada trauma terbuka sampai 36 jam setelah kejadian, intervensi yang ideal
sesegera mungkin dilakukan pada pasien. Perbaikan segera dapat menolong
untuk meminimalisir sejumlah komplikasi termasuk
-
nyeri
perdarahan suprakoroidal
kontaminasimikrobapadajaringan
inflamasi intraokular
Profilaksis tetanus
benda asing intraokular yang tertahan membutuhkan perhatian khusus akan resiko
Bacillus endophtalmitis. Karena organisme ini dapat menghancurkan jaringan
mata dalam 24 jam, terapi antibiotik yang efektif terhadap Bacillus diberikan
intravena maupun intravitreal, biasanya golongan fluoroquinolone (seperti
levofloxacin,
moxifloxacin),
clindamycin
atau
vancomycin
dapat
14
Universitas Sumatera Utara
15
Universitas Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
resikoperdarahan
intraoperasi
dan
memungkinkan
terjadinya
perlepasan
2.8 Komplikasi
-
nyeri
perdarahan suprakoroidal
inflamasi intraokular
endophtalmitis
oftahnia simpatik
ablasio retina
katarak
perdarahan di vitreous
retinal detachment1,8,12,17
Suatu penelitian yang dilakukan Rao Laavanya, dkk dari 166 pasien
17
Universitas Sumatera Utara
Studi lainnya yang dilakukan oleh Christopher A. Girkin, dkk yaitu suatu studi
kohort dari 3.627 pasien yang mengalami trauma tembus mata selama periode
tahun 1988 sampai Januari 2003 di Amerika Serikat, didapatkan 97 orang
mengalami glaukoma sekunder post-traumatik, secara akumulasi angka
kejadiannya 2.67% selama follow-up 6 bulan pada masing-masing subjek.
Peningkatan usia berhubungan dengan perkembangan glaukoma pada pasien
post trauma tembus ini. Selain itu akuisi visual awal yang krang dari 20/200
secara signifikan berhubungan dengan terjadinya glaukoma paska trauma ini,
demikian juga pada pasien yang mempunyai kelainan pada matanya sebelum
terpajan trauma. Kerusakan iris atau lensa, perdarahan vitreous dan inflamasi,
merupakan faktor resiko terbesar untuk berkembangnya glaukoma paska
trauma ini.19
2.9
Prognosis
Trauma tembus pada mata merupakan trauma yang serius dan mengancam
penglihatan, prognosisnya seringkali sangat buruk. Ada beberapa faktor prediktor
berkaitan dengan prognosis yang buruk misalnya akuisi visual yang menurun
bahkan hilang penglihatan, seperti defek pupil aferen, laserasi di kelopak,
kerusakan lensa, perdarahan vitreous dan adanya benda asing intraokular. 2,3,5,11
18
Universitas Sumatera Utara
3. Kesimpulan
Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT) yang dimaksud
trauma tembus adalah trauma yang mengakibatkan adanya "pintu masuk"
terjadinya luka (injury with an entance wound) yang menembus ke
intraokular.Trauma tembus menyebabkan gangguan pada lapisan mata terluar
tanpa menganggu kontinuitas anatomi keseluruhan mata, tidak sampai terjadi
prolapsus dari isi bola mata.
Smith, Wrenn, Lawrence (2002) melakukan penelitian dan mendapatkan
hasil dari 372 kasus trauma tembus, 26.1% berkaitan dengan pekerjaan industri,
23.1 % disebabkan kelalaian berakibat cedera, 22.9% terjadi pada anak-anak,
14.9% karena kecelakaan lalu lintas, 12% terjadi sehari-hari akibat kelalaian
penggunaan alat rumah tangga. Secara umum insiden trauma mata terbuka
sebanyak 3.6-3.8 per 100.000 populasi seluruh dunia dimana puncak insidensi ada
pada kelompok dewasa rata-rata di sekitaran usia 30-an tahun, remaja <20 tahun
dan orangtua usia >70. Perbandingan angka kejadian antara pria dengan wanita
3:1.
Tahapan untuk menegakkan diagnosis trauma tembus diawali dengan
anamnesis
dilanjutkan
dengan
pemeriksaan
fisik
dan
pemeriksaan
antara
komplikasiseperti
lain
menurun
prolapsus
iris,
bahkan
katarak
hilangnya
paska
fungsi
trauma,
penglihatan,
endophtalmitis,
DAFTARPUSTAKA
1. Havens Shane, Kosoko-Lasaki Omofolasade, Palmer Millicent. 2009.
Penetrating Eye Injury: A Case Study. American Journal of Clinical
Medicine Winter 2009;6(l):42-44,48
Available from: http://www.aapsus.Org/articles/7.pdf [Accesed May 02nd
2014]
2. Sukati VN. 2012. Ocular injuries-a review. The South African
Optometrist
2012;71(2):86,89.
Available
from:
http://www.saoptometrist.co.za/SUKATI JUN2012.pdf
[Accesed
May
02nd 2014]
3. Daza Ana Beleen Larque, Calvo Jesus Paralta, Andrade Jesus Lopez.
2010. Epidemiology of Open Globe Trauma in The Southeast of Spain. Eur
J
Opthamol
2010;20(3):578,581-582.
Available
from:
http://www.ephpo.es/UNIP/Produccion Cientifica/2010/1014.pdf
[Accesed May 02nd 2014]
4. Potockova A, Strmen ?.,et al. 2010. Clinical Study: Mechanical Injuries of
The Eye. Bratisl Lek Listy 2010:111(6):329-333. Available from:
http://www.bmi.Sk/2010/l 1106-05.pdf [Accesed May 02nd 2014]
5. Hung Kuo Hsuan, Yang Chang Sue.,et al. 2011. Management of DoublePenetrating Ocular Injury with Retained Intraorbital Metallic Foreign
Body. Journal of The Chinese Medical Association 2011;74:525. Available
from: http://homepage.vghtpe.gov.tw/~jcma/74/11/523.pdf [Accesed May
02nd 2014]
6. Pandita Archana, Merriman Michael. 2012. Ocular Trauma Epidemiology:
10-year Retrospective Study. The New Zealand Medical Journal
2012;125(1348):64.
Available
from:http://iournal.nzma.org.nz/iourna
l/l
25-1348/5025/content.pdf
[Accesed
May 02nd 2014]
7. Aldy F., 2009. Prevalensi Kebutaan Akibat Trauma Mata Di Kabupaten
Tapanuli
Selatan.
Available
from:
http://repositorv.usu.ac.id/bitstream/123456789/6381/l/10E00180.pdf
[Accesed May 3rd 2014].
8. Kuhn Ferenc, Morris Robert.,et al. Terminology of Mechanical Injuries:
The Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT). In: Kurun Ferenc.
Ocular Traumatology. Birmingham:Springe;4,8-9,347-348
9. Prakash Amit. 2010. Penetrating Ocular Trauma Study. Department of
Ophtalmology J.J.M Medical
College Davangere, page 4-5,9,14-36.
Available
from:
http.7/14.139.159.4:8080/ispui/bitstream/123456789/l
722/1/CDMOPTHO
0050.pdf [Accesed May 3rd 2014]
10. Mattera Connie J. Ocular Trauma, page
13. Available from:
https://www.vdh.virginia.gov/OEMS/Files
page/svmposium/2010Presenta
tions/TRA-4021.pdf [Accesed May 3rd 2014]
11. Briffa Benedict Vella Agius Maria. 2010. Penetrating Eye Injuries at The
Workplace: Case Report and Discussion 2010;22(4):34-35. Available
from: http://www.um.edu.mt/umms/mmi/PDF/307.pdf [Accesed May 2nd
2014]
20
Universitas Sumatera Utara
21
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara