Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan
menggunakan kapang rhizopus (ragi tempe). Makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak
berabad-abad lalu dalam tatanan budaya Indonesia. Pembuatannya merupakan hasil industri
rakyat. Tempe diminati oleh masyarakat, selain harganya murah, juga memiliki kandungan
protein nabati yang tinggi. Konsumsi tempe rata-rata per tahun di Indonesia saat ini sekitar
6,45 kg/orang. Sebagai sumber bahan pangan, tempe merupakan salah satu makanan pokok
yang dibutuhkan oleh tubuh.
Produksi industri rumah tangga yang berbahan dasar tempe sangat diminati oleh
masyarakat NTT terkhususnya di Kota Kupang, baik pada kalangan kelas bawah maupun kelas
menengah dan kelas atas, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Beberapa jenis
olahan/produksi rumah tangga berbahan dasar tempe, misalnya gorengan tempe, keripik tempe,
sup tempe dan sebagainya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pengolahnya. Hal ini
dapat meningkatkan permintaan produksi tempe yang kemudian meningkatkan juga kontak
pekerja dengan lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah
kesehatan yang terkait dengan pekerjaan yang dilakukan. Permasalahan kesehatan kerja
yang dapat dialami oleh para pekerja di Home Industry Tempe Dua Putri antara lain infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) akibat asap, low back pain, myalgia, luka bakar, konjungtivitis,
tinea manus dan pedis, dermatitis kontak iritan akibat aktivitas proses produksi tempe.
Dewasa ini, dengan adanya diferensiasi pekerjaan dan penggunaan peralatan dan cara
kerja tentunya diikuti dengan semakin tingginya risiko permasalahan kesehatan yang dapat
ditimbulkan. Kesehatan kerja menjadi aspek yang sangat penting dan mendapat perhatian
dalam kegiatan produksi di perusahaan atau industri. Penerapan prinsip kesehatan dan
keselamatan kerja seharusnya tidak hanya dijalankan pada instansi atau perusahaan yang besar,
tetapi juga pada seluruh usaha kecil dan menengah termasuk industri rumah tangga atau home
industry, khususnya di Home Industry Tempe Dua Putri. Pengupayaan hal ini dapat
mendorong tercapainya tingkat produktivitas kerja tinggi dan bersamaan dengan itu dapat
mewujudkan pekerja yang sehat dalam menjalankan pekerjaannya.
Keselamatan kerja merupakan supaya upaya untuk menekan atau mengurangi risiko
kecelakaan dan kerugian yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan diantara keduanya. Di
perusahaan atau industri dan dunia kerja, keselamatan kerja harusnya menjadi pertimbangan

utama dalam perencanaan dan pelaksanaan produksi menuju tercapainya produktivitas kerja
yang maksimal. Oleh karena itu, keselamatan kerja dianggap sebagai selamatnya pekerja,
peralatan dan mesin, produksi dan perusahaan/industri, serta lingkungan di sekitarnya.
Penerapan prinsip ergonomi sangat penting dimana dilakukan pencocokan pekerjaan untuk
pekerja. Proses kerja dan area kerja diatur atau disesuaikan dengan kebutuhan pekerja untuk
mengendalikan dan atau menghilangkan potensi bahaya dan gangguan kesehatan sehingga
menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, lingkungan, cara dan potensi kerja.(1) Lingkungan kerja yang mendukung
terciptanya tenaga kerja yang sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman,
penerangan atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik, alat-alat
kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota tubuh (ergonomic), dan sebagainya.(2)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasi masalah kesehatan dan keselamatan
pekerja di Home Industry Tempe Dua Putri , faktor risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan terhadap para pekerja, serta keselamatan peralatan dan
lingkungan sekitar tempat industri.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
pekerja di Home Industry Tempe Dua Putri?
2. Bagaimana status kesehatan para pekerja di Home Industry Tempe Dua Putri?
3. Apa saja masalah kesehatan yang dapat dialami oleh pekerja di Home Industry Tempe Dua
Putri?
4. Apa saja dampak terhadap lingkungan yang dapat diakibatkan oleh limbah produksi Home
Industry Tempe Dua Putri dan bagaimana penanganannya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan
pekerja di Home Industry Tempe Dua Putri.
2. Mengetahui status kesehatan para pekerja di Home Industry Tempe Dua Putri.
3. Mengetahui masalah kesehatan yang ada pada pekerja Home Industry Tempe Dua Putri.
4. Mengetahui dampak dan penanganan limbah produksi di lingkungan sekitar Home Industry
Tempe Dua Putri.

1.4 Manfaat
1. Penulis
Menambah informasi dan pengetahuan penulis mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja serta hal-hal yang terkait, khususnya di Home Industry Tempe Dua Putri.
2. Pekerja
a. Mengetahui status kesehatan pribadi.
b. Mengetahui faktor risiko yang dapat mengakibatkan munculnya masalah kesehatan
c. Mengetahui pentingnya menggunakan alat pelindung diri untuk menjaga kesehatan
dan keselamatan kerja.
d. Mengetahui penyakit apa saja yang dapat dialami oleh pekerja di Home Industry
Tempe Dua Putri.
3. Tempat produksi Tempe Dua Putri
a. Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang mungkin terjadi terkait dengan hal-hal
yang ada pada lingkungan industri camilan jagung udang Sima Indah
b. Mengetahui faktor risiko yang dapat mengakibatkan munculnya masalah kesehatan
pada para pekerja
c. Mengetahui pentingnya menggunakan alat pelindung diri untuk menjaga kesehatan
dan keselamatan kerja para pekerja
d. Mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya
gangguan kesehatan pada para pekerja
e. Mengetahui dampak pada lingkungan yang dapat diakibatkan oleh limbah produksi
tempe.

BAB 2
LAPORAN KEGIATAN
2.1

Profil Usaha
Jenis usaha

: Home Industry Tempe

Nama usaha

: Home Industry Tempe Dua Putri

Alamat

: Amnesi - Bakunase 1

Berdiri

: Sejak tahun 2001

Nama pemilik psaha

: Tn. Daniel Naklui

Lokasi perusahaan

:
-

Bagian timur : Rumah warga


-

Bagian selatan

Bagian utara

: Rumah warga

Bagian barat

: Rumah warga

: Rumah warga

Luas ruang usaha

: 10 x 15 m2 (Area 1), 10 x 5 m2 (Area 2)

Jumlah karyawan

: 5 orang

Jam kerja

: Jam 09 .00 17.00 WITA

2.2 Gambaran Situasi Lingkungan Kerja


Tempat industri tempe memilik 2 area kerja terpisah. Area yang pertama (Area 1)
berupa pekarangan rumah warga yang disewakan kepada pemilik usaha tempe tersebut. Area
ini difungsikan untuk proses perebusan, dan pencucian kedelai. Area yang kedua (Area 2)
berupa bangunan yang terpisah dari Area 1 yang difungsikan untuk proses peragian kedelai.
Area 1 merupakan ruangan terbuka, yang hanya beralaskan tanah. Area 1 memiliki luas
kurang lebih 10 x 15 m2 Di Area 1 terdapat 6 buah tungku masak dan 6 buah drum untuk proses
perebusan, 2 sumur beserta 2 ember besar untuk proses pencucian.
Area 2 merupakan ruangan tertutup (rumah pribadi) yang beratapkan seng, berdinding
tembok, dan beralaskan semen. Area 2 memiliki luas kurang lebih 10 x 5 m2 Area 2 juga terbagi
menjadi 2 ruangan, yaitu ruangan untuk pencampuran ragi, dan ruangan untuk proses peragian
lanjutan. Khusus untuk ruangan proses peragian lanjutan, dikondisikan selalu tertutup untuk
proses peragian yang baik.

2.3

Proses Produksi Tempe


Proses produksi tempe diawali dengan proses perebusan kedelai, kemudian dilanjutkan

pencucian kedelai yang telah direbus, dan diakhiri dengan proses peragian.
1. Proses perebusan kedelai
Proses ini dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan dalam
proses ini yaitu tungku, kayu bakar, dan drum besi. Bahan yang dibutuhkan dalam proses ini
yaitu kedelai, dan air mentah.
Setelah semua alat dan bahan siap, tungku dinyalakan. Kemudian air dan kedelai
dimasukan ke dalam drum besi secara bersamaan untuk kemudian direbus di atas tungku. Satu
drum besi tersebut digunakan untuk merebus kedelai seberat 50kg.
Air mentah ditambahkan lagi ke dalam drum apabila air rebusan pertama terlihat mulai
mengering. Proses penambahan ini terjadi sebanyak 2 kali sampai kedelainya siap untuk diolah
lebih lanjut. Ciri-ciri kedelainya sudah siap diolah lebih lanjut yaitu rebusan tersebut telah
mengeluarkan busa. Proses perebusan ini memakan waktu kurang lebih selama 4 jam. Hasil
rebusan tersebut kemudian didiamkan selama kurang lebih 24 jam.
2. Proses pencucian dan penirisan kedelai yang telah direbus
Proses ini dilakukan setelah hasil rebusan kedelai tersebut didiamkan setelah 24 jam.
Proses ini dimulai dengan membagi hasil rebusan kedelai ke dalam karung, lalu diinjak-injak
selama kurang lebih 30 menit sampai kulit kedelai dirasakan sudah terpisah dari kedelainya.
Setelah itu, kedelai yang sudah diinjak tadi dikeluarkan dan dicuci. Proses pencucian
dilakukan dengan perlahan sambil memisahkan antara bagian kulit dengan kedelainya. Hasil
cucian tersebut kemudian ditiriskan dan dibiarkan selama 4 jam sebelum memasuki proses
selanjutnya.
3. Proses peragian
Kedelai yang telah ditiriskan, kemudian dibawa ke Area 2 untuk dilakukan pencampuran
ragi. Setiap 10 kg kedelai dicampurkan dengan 1 sendok makan ragi. Dalam kondisi tertentu,
pencampuran ragi disesuaikan dengan suhu. Apabila suhu semakin panas, maka ragi yang
dicampurkan semakin banyak, begitupun sebaliknya.
Kedelai yang telah diragikan dimasukan ke dalam plastik berdiameter kurang lebih 10cm
dan panjang 90cm. Kedelai tersebut dipadatkan dalam plastik yang dilubangi secara manual
menggunakan paku dan kemudian didiamkan dalam ruangan tertutup selama 2 x 24 jam. Proses
ini akan menghasilkan tempe yang sudah siap dikonsumsi.

2.4

Alur Kerja Pembuatan Tempe


Persiapan alat dan bahan

1. Perebusan Kedelai

Proses perebusan selama


4 jam
Hasil rebusan didiamkan
selama 24 jam
Kedelai rebusan di
masukan ke karung dan
diinjak untuk dilepaskan
kulit ari

2. Pencucian dan Penirisan


Kedelai

Kedelai kemudian
dicuci
Ditiriskan dan dibiarkan
selama 4 jam
Kedelai dicampurkan
dengan ragi

3. Peragian
& Pengepakan

Proses pengepakan dan


pelubangan kedelai
dalam plastik
Proses fermentasi
selama 2 x 24 jam

Diagram 1. Alur Pembuatan Tempe

2.5

Identifikasi Faktor Risiko Di Tempat Kerja


Tabel 2.1 Identifikasi faktor risiko di tempat kerja

Bahaya potensial

Urutan proses kerja


Fisik

a. Persiapan

1. Perebusan

Risiko nyeri
punggung
belakang
bagian
bawah
Risiko nyeri
otot
Risiko jatuh
dalam sumur

b. Perebusan Risiko iritasi


pada mata
dan saluran
napas
Resiko luka
bakar

2.
Pencucian
& Penirisan

Gangguan
kesehatan
yang
mungkin
terjadi

1. persiapan Risiko iritasi


pada kulit
Risiko nyeri
otot
Risiko infeksi
jamur
Risiko jatuh
dalam sumur

Kimia

Biologi

Ergonomi
Posisi saat
mengangg
kat kayu
bakar
Posisi saat
menimba
air di
sumur
yang tidak
memiliki
bibir
Tidak
mengguna
kan alas
kaki yang
sesuai
selama
proses
Tidak
mengguna
kan alas
kaki yang
sesuai
Tidak
mengguna
kan masker
Posisi saat
menimba
air dari
sumur
Posisi saat
memindah
kan kedelai
Tidak
mengguna
kan sarung
tangan

Psikologi

LBP
Myalgia
Cacingan

Luka bakar
ISPA
Konjungtiviti
s

Dermatitis
kontak
LBP
Tinea manus
& pedis

Risiko nyeri
punggung
belakang
bagian
bawah
2. Pencucian Risiko nyeri
dan Penirisan
otot
Risiko keram
tangan
Risiko infeksi
jamur
3. Peragian
&
Pengepa
kan

Risiko luka
tusuk

Posisi saat
mencuci
yang salah
Tidak
mengguna
kan sarung
tangan

LBP
Myalgia
Tinea manus
CTS

LBP
Myalgia
Tetanus
Luka bakar

2.6

Dokumentasi Alur Pembuatan Tempe

Gambar 2.3 Proses persiapan alat & bahan serta perebusan kedelai
Pada gambar diatas, dapat dilihat pekerja sedang mempersiapkan alat dan bahan
kemudian dilanjutkan dengan proses perebusan. Selama proses persiapan alat dan bahan posisi
pekerja saat mengangkat kayu, air serta kedelai salah sehingga pekerja beresiko mengalami
nyeri punggung bawah, risiko nyeri otot, serta risiko terjatuh ke dalam sumur.
Pada proses perebusan, pekerja tidak menggunakan penutup hidung atau masker,
sehingga berisiko terkena Infeksi Saluran Pernapasan dan konjungtivitis akibat paparan asap
dan debu sisa pembakaran. Selain itu, terdapat risiko mengalami luka bakar akibat terkena air
panas rebusan, dan terkena bara api pada kaki karena tidak memakai alas kaki yang sesuai.

Gambar 2.4 Proses pencucian dan penirisan kedelai


Pada gambar diatas tampak pekerja sedang mengangkat hasil rebusan kedelai yang telah
melewati proses pendiaman selama 24 jam dan dibagi ke dalam 6 karung. Pada proses ini
pekerja tidak menggunakan sarung tangan saat mengangkat kedelai sehingga pekerja
mengalami risiko terkena iritasi pada kulit tangan akibat dari air hasil rebusan kedelai yang
telah berubah menjadi asam selama proses pendiaman selama sehari.
Pada gambar selanjutnya karung-karung diikat rapat untuk kemudian diinjak, dengan
tujuan melepaskan kulit kedelai. Para pekerja tidak dapat menggunakan sendal selama proses
ini dengan alasan akan merusak kedelai tetapi hal ini dapat memungkinkan risiko pekerja dapat
mengalami nyeri otot dan risiko terkena infeksi jamur pada kaki mereka.
Setelah itu kedelai yang sudah diinjak tadi dikeluarkan dan dipisahkan dengan kulitnya
melalui cara pencucian. Selama proses ini pun pekerja tidak menggunakan sarung tangan
sehingga berisiko mengalami infeksi jamur pada tangan. Selain itu proses pencucian dan

penirisan memerlukan waktu yang cukup panjang sampai kedelai betul-betul bersih sehingga
posisi badan para pekerja yang terus membungkuk selama pengerjaan berisiko mengalami
nyeri punggung bawah.

Gambar 2.5 Proses peragian


Kedelai yang telah ditiriskan, kemudian dibawa ke Area 2 untuk dilakukan pencampuran
ragi. Setiap 10 kg kedelai dicampurkan dengan 1 sendok makan ragi. Dalam kondisi tertentu,
pencampuran ragi disesuaikan dengan suhu. Apabila suhu semakin panas, maka ragi yang
dicampurkan semakin banyak, begitupun sebaliknya. Pada proses ini risiko yang ditimbulkan
sangat minim.
Kedelai yang telah diragikan dimasukan ke dalam plastik berdiameter kurang lebih 10cm
dan panjang 90cm. Kedelai tersebut dipadatkan dalam plastik yang dilubangi secara manual
menggunakan paku dan kemudian didiamkan dalam ruangan tertutup selama 2 x 24 jam. Proses
ini akan menghasilkan tempe yang sudah siap dikonsumsi. Pada proses pelubangan manual
menggunakan paku, pekerja berisiko mengalami luka tusuk paku. Resiko lanjutannya yaitu
tetanus akibat tertusuk paku yang berkarat.

Gambar 2.6 Proses pengepakkan


Gambar 2.6 menunjukkan proses pengepakkan tempe. Pada proses ini pekerja berisiko
mengalami nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat posisi kerja sering membungkuk, dan
risiko cedera luka bakar akibat terkena api.
2.7

Identifikasi tenaga kerja dan status kesehatan tenaga kerja


Berikut ini status kesehatan dari pekerja di industri tempe
1. Tn. DN, 37 tahun, Pekerja
Pada anamnesis, Tn. DN mengeluhkan sakit punggung bawah sejak 1 tahun lalu dan hilang

timbul. Nyeri punggung bawah dirasakan memberat terutama pada saat mengangkat karung
kedelai dan menghilang saat istirahat. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik Tn. DN mengalami Low Back Pain (LBP).
2. Ny.MY, 35 tahun, Pekerja
Ny. MY tidak mengeluhkan adanya keluhan yang bermakna dan dari hasil pemeriksaan
fisik dalam batas normal. Namun Ny. MY pernah mengalami luka tusuk sekitar 3 tahun yang
lalu saat melakukan pelubangan plastik tempe secara manual dengan menggunakan paku serta
luka bakar ringan yang dialami akibat proses pengepakan plastik tempe.
3. Tn. SN, 31 tahun, Pekerja
Tn. SN mengeluhkan sakit punggung bawah dan nyeri pada bagian otot betis sejak
beberapa bulan aktif bekerja. Nyeri punggung bawah dan nyeri pada bagian otot betis dirasakan
memberat terutama pada saat menginjak kedelai dalam karung serta saat proses pencucian yang
menghilang saat istirahat. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik Tn. SN mengalami Low Back Pain (LBP) dan myalgia.

4. Tn. HB, 25 tahun, Pekerja


Tn. HB mengeluhkan batuk berdahak dan pilek + 2 minggu. Batuk tidak disertai dengan
demam serta sesak napas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan faring tidak hiperemis.
Pemeriksaan lain dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Tn. HB
mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
5. Tn. GR, 29 tahun, Pekerja
Tn. GR mengeluhkan batuk berdahak dan pilek + 1minggu. Batuk tidak disertai dengan
demam serta sesak napas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan faring hiperemis. Pemeriksaan
lain dalam batas normal. Tn. GR juga pernah mengalami gatal pada daerah tangan dan telapak
tangan hal ini sesuai dengan bagian kerja yang tersering dilakukan adalah mengangkat kedelai
hasil rebus yang telah didiamkan. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, Tn. GR
mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan riwayat dermatitis kontak.

Tabel 2.2 Identifikasi tenaga kerja dan status kesehatan tenaga kerja
Nama

Tugas

1. Tn.. DN
(37 thn)

Pekerja

2.Ny. MY
(35 thn)

Pekerja

Tanda
vital
TD :
120/80
mmHg
N : 86
x/menit
RR : 24
x/menit
t: 37,2oC

TD:
120/70
mmHg
N: 80

Keluhan

Pemeriksaan fisik

Sakit punggung
bawah sejak 1 tahun
lalu dan hilang
timbul. Nyeri
punggung bawah
dirasakan memberat
terutama pada saat
mengangkat karung
kedelai dan
menghilang saat
istirahat.

Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda
radang (-), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-) Gangguan
Penghidup (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S
Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),
nyeri tekan epigastrium
(-), hepar/lien tidak
teraba, perkusi timpani
seluruh regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),
Udem (-),
Kulit : makula
hiperpigmentasi
berbentuk bulat di
kedua ekstremitas atas
Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda

Tidak adanya
keluhan yang
bermakna. Riwayat
luka tusuk sekitar 3

Diagnosa kerja
& terapi
Low Back Pain
(LBP)
- Beristirahat jika
lelah
- Posisikan otot
dalam keadaan
relaksasi
- Kompres dingin
- Tidur di tempat
yang keras dan
datar

Riwayat luka
bakar derajat 1
dan Luka tusuk

3.Tn.SN
(25 thn)

Pekerja

x/menit
RR: 20
x/menit
t: 36,5

tahun yang lalu saat


melakukan
pelubangan plastik
tempe secara manual
dengan
menggunakan paku
serta luka bakar
ringan yang dialami
akibat proses
pengepakan plastik
tempe.

TD :
110/70
mmHg
N:
86x/menit
RR : 21
x/menit
t: 37,0oC

Sakit punggung
bawah dan nyeri
pada bagian otot
betis sejak beberapa
bulan aktif bekerja.
Nyeri yang
dirasakan hilang
timbul.

radang (-), anemis (-/-),


ikterik (-/-)
THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (+)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S
Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba,
perkusi timpani seluruh
regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),
udem (-),
Kulit : normal
Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda
radang (-), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-) Gangguan
Penghidu (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (-)
Pulmo :

Terapi :
- Bekerja dengan
lebih hati-hati.
- Beristirahat
jika lelah

Low Back Pain


(LBP), Myalgia

Terapi :
- Beristirahat jika
lelah
- Posisikan otot
dalam keadaan
relaksasi
- Kompres dingin
- Tidur di tempat
yang keras dan
datar

4.Tn. HB
(25 tahun
thn)

Pekerja

TD :
120/80
mmHg
N :84
x/menit
RR : 18
x/menit
t: 36,50C

Batuk berdahak dan


pilek + 2 minggu.
Demam (-), sesak
napas (-).

Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S
Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba,
perkusi timpani seluruh
regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),
udem (-),
Kulit : normal
Mata :
kedudukan bola mata
simetris, ptosis (-),
nistagmus (-), tanda
radang (-), anemis (-/-),
ikterik (-/-)
THT :
Otorhea (-), nyeri tekan
tragus (-), deviasi
septum nasi (-),
rhinorhea (-) Gangguan
Penghidu (-), bibir
kering warna merah
kehitaman, gigi geligi
normal, lidah di tengah,
tonsil hiperemis (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan
dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus
D=S
Perkusi : Sonor di
seluruh paru-paru
Auskultasi : Ves +/+,
Wh -/-, Rh -/Cor : S1S2 tunggal,
gallop (-), murmur (-)
Abdomen : datar,
supel, bising usus (+),

- ISPA
Terapi:
- Menggunakan
masker saat
bekerja

5. Tn. GR
(29thn)

Pekerja

TD :
120/80
mmHg
N 76
x/menit
RR : 20
x/menit
t: 36.70C

batuk berdahak dan


pilek + 1 minggu.

- ISPA
- RIwayat
dermatitis kontak

demam (-), sesak


napas (-). Riwayat
gatal pada daerah
tangan dan telapak
tangan

nyeri tekan (-),


hepar/lien tidak teraba,
perkusi timpani selurh
regio abdomen.
Ekstremitas :
Deformitas (-),
udem (-),
Kulit : normal
Dalam batas normal

Terapi :
- Menggunakan
masker saat
bekerja
- menggunakan
sarung tangan

BAB 3
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
3.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan hal yang penting untuk menunjang keberhasilan suatu
perusahaan. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penggunaan alat pengaman saat
bekerja serta tempat kerja yang aman dan sehat. Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang
dapat melanjutkan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Namun, jika tempat kerja tidak
terorganisir dan banyak terdapat baprohaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan yang
mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas berkurang bagi
perusahaan. (International Labour Organization. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Sarana untuk Produktivitas. 5th ed. Jakarta: International Labour
Organization; 2013.)
Menurut International Labour Organization (ILO) 2013, setiap tahun ada lebih dari 250
juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di
tempat kerja. Lebih dari 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja.
(International Labour Organization. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Sarana untuk Produktivitas. 5th ed. Jakarta: International Labour Organization;
2013.)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. Kep. 463/MEN/1993 adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan
orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. (Menteri Ketenagakerjaan
Republik Indonesia. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Indonesia; 2014.
) Kesehatan kerja (occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaannya. (

Uhud

A, Kurniawati, Harwasih S, Indriana SR. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan dan


Keselamatan Untuk Praktek dan Praktikum. Surabaya; 2008.)

3.2 Risiko Kerja


Dalam melaksanakan pekerjaannya terdapat berbagai risiko akibat kerja pada proses
produksi tempe. Beberapa risiko yang ditemukan antara lain :
1. Risiko nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat cara mengangkat yang salah
2. Risiko infeksi saluran pernapasan akut dan iritasi mata/konjungtivitis akibat asap hasil
pembakaran kayu bakar saat perebusan kacang kedelai
3. Risiko luka bakar dan kecacingan akibat tidak memakai alas kaki saat perebusan kedelai
4. Risiko dermatitis kontak akibat selalu kontak dengan air hasil rebusan kedelai dengan pH
rendah
5. Risiko cedera dan tenggelam akibat sumur yang tidak aman
6. Risiko kutu air (tinea manus dan pedis) akibat sering kontak dengan air tanpa sarung tangan
7. Risiko keram tangan (carpal tunnel syndrome) akibat mencuci kedelai tanpa istirahat
3.3 Alat Pelindung Diri
Menurut PERMENAKERTRANS No. PER.08/MEN/VII/2010 Alat Pelindung Diri
(APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD
yang dimaksud antara lain pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung telinga,
pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan dan atau pelindung kaki. Alat
Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang
mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi
beberapa ketentuan yang diperlukan.
1. Standar Alat pelindung Diri:
a. Harus memberikan perlindungan diri yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya yang dihadapi pekerja
b. Beratnya harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan
yang berlebihan
c. Harus dapat dipakai secara fleksibel
d. Bentuknya harus cukup menarik
e. Tidak mudah rusak
f. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya
g. Suku cadangan harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri
dapat dilakukan dengan mudah
h. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
i. Pemeliharaannya mudah

j. Tidak membatasi gerak


k. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan.(3)
2. Syarat alat pelindung diri:
a. Harus enak dipakai
b. Harus tidak boleh mengganggu pekerjaan
c. Harus memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang dihadapinya
3. Jenis alat pelindung diri:
a. Alat pelindung kepala
Helm pengaman, topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut.
b. Alat pelindung mata dan muka
Kacamata pengaman (spectacles), googles, tameng muka (face shield), masker
selam.
c. Alat pelindung telinga
Sumbat telinga (ear plug), penutup telinga (ear muff)
d. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
Masker, respirator, katrit, re-breather, airline respirator, continues air supply
machine, emergency breathing apparatus.
e. Alat pelindung tangan
Sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain atau kain berpelapis karet dan
sarung tangan yang tahan bahan kimia.
f. Alat pelindung kaki
Sepatu keselamatan.
Alat pelindung diri yang dapat digunakan di tempat industri tempe, sesuai dengan risiko
yang ada berupa:
1. Masker, untuk melindungi saluran pernapasan pekerja dari debu hasil pembakaran kayu
saat perebusan kedelai

2. Kacamata, untuk melindungi mata pekerja dari asap hasil pembakaran kayu bakar agar
tidak mengalami iritasi

3. Alas kaki yang tertutup, untuk melindungi kaki pekerja dari luka bakar/kecacingan

4. Sarung tangan,untuk melindungi tangan pekerja dari kuman atau bahan iritan, agar
terhindar dari dermatitis kontak maupun kutu air.

3.4

Gangguan kesehatan akibat kerja


Dari pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja di tempat industri tempe,

ditemukan gangguan kesehatan akibat kerja yang terjadi adalah: Infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA), Low Back Pain (LBP), Myalgia, dan dermatitis kontak. Gangguan kesehatan
akibat kerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Infeksi saluran pernapasan akut
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. ISPA meliputi saluran napas bagian atas
dan saluran napas bagian bawah. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ
mulai dari hidung sampai alveoli beserta adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran napas. Penyebab
lain adalah faktor lingkungan rumah seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi
rumah dan kepadatan hunian dalam rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat
berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak,
misalnya kayu bakar. Gejala khas dari ISPA adalah batuk, pilek, dapat terjadi demam, suara
serak dan apabila berat dapat terjadi sesak napas, bibir dan kulit biru, dan pernafasan berbunyi
seperti orang mengorok.(7)
Berdasarkan uraian diatas, salah satu penyebab ISPA pada para pekerja di industri jagung
udang adalah seringnya terpapar dengan debu saat proses pembersihan jagung serta terpapar
dengan asap dari kayu bakar selama proses merebus dan menggoreng jagung. Salah satu upaya
sederhana yang dianjurkan sebagai pencegahan untuk risiko ISPA ini adalah penggunaan
masker, menjaga kebersihan diri dan lingkungan.(7)
b. Low Back Pain

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan gangguan yang terjadi
berupa nyeri yang menjalar dari punggung bawah bawah hingga kaki, dapat disebabkan oleh
posisi saat bekerja, deformitas akibat trauma, infeksi, maupun degeneratif karena usia. Para
pekerja di Industri jagung udang sering membungkuk saat mengangkat jagung sehingga
memiliki risiko mengalami LBP. Cara mencegah hal ini cukup dengan memperhatikan posisi
tubuh saat bekerja.(8)

Gambar 3.7 Cara mengangkat barang yang benar dan salah


c. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan adalah suatu inflamasi yang terjadi pada kulit yang
bermanifestasi rasa gatal, kemerahan, edema/bengkak dan mengelupas. Dermatitis kontak iritan
merupakan respon nonspesifik pada kulit akibat bahan kimia yang langsung kontak pada kulit.
Dermatitis kontak iritan sering didapatkan pada pekerja yang sering terpapar dengan bahanbahan iritan seperti sabun, pembersih lantai, pelarut, dan bahan-bahan lain dengan pH yang
rendah.
Pada industri tempe ini, salah satu proses kerja yang beresiko dermatitis kontak iritan
adalah pada saat memindahkan kacang kedelai yang telah selesai direbus dari drum perebusan
ke dalam karung. Air bekas rebusan kedelai tersebut memiliki pH yang rendah, sehingga sangat
berisiko menyebabkan dermatitis kontak iritan. (medscape)
d. Myalgia

Myalgia adalah rasa nyeri pada otot yang disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya
stres, dan aktivitas fisik yang berlebihan. Adapun penyebab myalgia yang jarang yaitu dalam
kondisi penyakit tertentu, contohnya fibromyalgia, dermatomiositis, polimiositis, dll. Namun
apabila dihubungkan dengan kondisi pekerja di industri ini kemungkinan penyebab adalah
karena aktivitas fisik yang berlebihan. Pada salah satu proses kerja tempe, yaitu pada saat
menginjak-injak kedelai di dalam karung, pekerja sering mengeluhkan nyeri otot betis.
(healthline.com)3.5

Standar kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)


Tabel 3.1 Standar kotak P3K pada tempat kerja

Pada tabel 3.1 diatas, dapat dilihat bahwa sebuah tempat kerja harus memiliki standar
kotak P3K sesuai standar dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia tahun 2008. Hal ini dimaksudkan agar pada saat para pekerja mengalami kecelakaan
akibat kerja, dapat ditangani dengan cepat sehingga risiko infeksi penyakit dapat diminimalkan.
Pada tempat industri tempe, didapatkan beberapa penyakit yang dialami oleh para pekerja
mulai pada setiap proses produksi. Namun tidak memiliki kotak P3K sehingga penyakitpenyakit yang dialami oleh para pekerja, tidak diobati. Dan kami juga melatih pekerja di
tempat produksi tempe ini agar memahami bagaiaman penggunaannya(3)

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat beberapa faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pekerja di industri camilan jagung udang Sima Indah berupa risiko
iritasi pada saluran napas akibat terhirupnya debu dan atau kulit jagung yang sangat
halus dan asap dari kayu bakar, risiko nyeri punggung bawah dan nyeri otot akibat
posisi mengangkat panci yang kurang tepat dan berdiri terlalu lama, risiko cedera
luka bakar akibat terkena air mendidih, mengangkat panci panas tanpa mengunakan
alas tangan yang sesuai, terkena percikan minyak panas, terkena bara api pada kaki,
serta terkena api pada saat proses pengepakkan, risiko iritasi mata akibat asap dari
kayu bakar, serta risiko iritasi pada kulit akibat kontak dengan bumbu jagung.
2. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pekerja menunjukkan bahwa sebagian
besar pekerja mengalami masalah kesehatan sedangkan sisanya dalam kondisi sehat.
3. Permasalahan kesehatan yang didapatkan pada industri camilan jagung udang Sima
Indah berupa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Low Back Pain (LBP), dan
luka bakar derajat I.
4.2

Saran
1. Kepada pemilik industri camilan jagung udang Sima Indah:
a. Peninjauan dan pengaturan ulang lingkungan kerja untuk meminimalkan semua risiko
yang terkait dengan terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja.
b. Penyediaan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan dan sepatu masak, serta
kacamata untuk melindungi diri selama bekerja.
c. Pemeriksaan kesehatan bagi para pekerja secara rutin terutama bagi para pekerja yang
sudah mulai memiliki keluhan terkait masalah kesehatan.
d. Penjelasan atau edukasi terhadap para pekerja mengenai kegunaan alat pelindung diri
yang sudah disediakan agar memotivasi mereka dalam penggunaannya.
e. Penyediaan kotak P3K untuk pekerja/buruh yang jumlahnya dibawah 25 orang sesuai
standar dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
tahun 2008.
f. Penyediaan alat pemadam kebakaran
g. Perlu adanya sosialisasi kepada para pekerja tentang cara mengangkat yang benar.

h. Perlu disediakan termometer suhu ruangan


2. Kepada pekerja industri camilan jagung udang Sima Indah:
a. Selalu menggunakan alat perlindungan diri saat bekerja.
b. Mengangkat barang/beban berat dengan posisi yang benar.
c. Segera melaporkan diri kepada pemilik usaha apabila mengalami sakit atau cedera
akibat kerja.
3. Kepada dinas tenaga kerja dan transmigrasi:
Dapat mensosialisasikan keselamatan dan kesehatan kerja di setiap usaha baik besar
maupun kecil dan memberikan sanksi apabila perusahaan/ instansi terkait melanggar
aturan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Organization IL. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: ILO; 2013.

2.

Notoadmodjo. Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Laundry RS. Jakarta;
2012.

3.

Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan


Republik Indonesia. Indonesia; 2014.

4.

Uhud A, Kurniawati, Harwasih S, Indriana SR. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan


dan Keselamatan Untuk Praktek dan Praktikum. Surabaya; 2008.

5.

Handayani, egriana, Wibowo, trisno, Suryani, dyah. Hubungan Antara Penggunaan Alat
Pelindung Diri, Umur, Dan Masa Kerja Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian
Rustic Di PT Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Kesmas
UAD; 2008

6.

Sugarda, asri, Santiasih, indri, Juniani, anda. Analisa Pengaruh Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Terhadap Allowance Proses Keja Pemotongan Kayu (studi kasus :
PT. PAL INDONESIA). Surabaya: Jurnal JATI Undip; 2014

7.

WHO. Infeksi saluranapasan akut (ISPA) yang cendrung menjadi epidemic dan
pandemic. 2008. diakses dari : https://www.who.int/csr/resources/publication/

8.

brunner & suddart, Ahli bahasa monica, Alih bahasa monica ester, SKP; Buku Ajar
Keperawatan Medikal, edisi 8, volume 1. Jakarta: EGC; 2002.

9.

Herdon, david N. Total Burn Plast Reconstr surg. 2008 (121):311

Lampiran 1
Lembar Informed Consent
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter muda Nita, Angga, Else, Jenerd dan Anita
mengenai maksud dan tujuan kedatangan pada usaha saya yaitu tempat produksi jagung udang,
menyatakan setuju tempat usaha jagung udang saya digunakan sebagai media pembelajaran
dalam kedokteran okupasi stase IKM-IKAKOM FK UNDANA.
Saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Saya
juga mengerti bahwa semua data yang diambil digunakan untuk proses pendidikan. Saya
menyetujui semua data yang diambil dan didokumentasikan untuk disajikan dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Jika terjadi perbedaan pendapat di kemudian hari maka kami akan
menyelesaikannya secara kekeluargaan.
Kupang,..
Pemilik usaha jagung udang

Saksi

Dokter muda

Lampiran 2
Jadwal kunjungan ke tempat usaha jagung udang
No.
1.

Hari/tgl
Rabu, 30-03-

Deskripsi kegiatan
Kunjungan pertama di tempat produksi

2016

jagung udang. Saat pertama datang kami


berkenalan dengan Ibu Ni Luh Dartini selaku
pemilik tempat usaha jagung udang. Kami
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan
serta apa saja yang selanjutnya akan kami
lakukan dan menanyakan kesediaan Ibu Ni
Luh

Dartini

(dengan

menandatangani

informed consent) apakah mengijinkan kami.


Setelah mendapat ijin kamipun berjalan-jalan
di tempat pencucian motor dan sekitarnya
untuk melihat secara sekilas tempat produksi
2.

Sabtu, 02-04-

jagung udang.
Kunjungan kedua di tempat produksi jagung

2016

udang.

Saat

kunjungan

kedua,

kami

mewawancarai Ibu Luh dan memberikan


surat izin untuk kami mulai melakukan
kegiatan kami di tempat produksi jagung
udang miliknya. Kami menanyakan hal-hal
yang kami butuhkan mengenai tempat
produksi

jagung

mendokumentasikan

udang

ini,

kegiatan

serta
yang

berlangsung di tempat tersebut, mulai dari


proses penyiapan alat dan bahan yang
digunakan sampai pada proses pengepakkan
3.

Kamis, 07-04-

atau pembungkusan selesai dilakukan.


Kunjungan ketiga di tempat produksi jagung

2016

udang. Pada kunjungan yang ketiga ini kami


melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada seluruh pekerja di tempat produksi

Tanda tangan

4.

Senin, 11-04-

jagung udang.
Kunjungan keempat di tempat produksi

2016

jagung udang. Kami menyampaikan hasil


pemeriksaan yang sudah dilakukan serta
mengedukasi dan menjelaskan pada Ibu Luh
bahwa

untuk

mencegah

berlanjutnya

penyakit ataupun keadaan yang dialami oleh


para pekerja dapat digunakan APD seperti
masker, sarung tangan masak dan sepatu
masak yang sesuai, dan kacamata, serta
menjaga

kebersihan

lingkungan

tempat

usaha. Perlengkapan P3K juga penting untuk


disediakan sebagai pertolongan pertama jika
5.

Kamis, 12-05-

terjadi kecelakaan kerja.


Kunjungan keempat di tempat produksi

2016

jagung udang. Kami memberikan edukasi


dan APD kepada pemilik industri camilan
jagung udang Sima Indah.

Lampiran 3
Dokumentasi

Foto penyerahan APD kepada pemilik usaha

Anda mungkin juga menyukai